Anda di halaman 1dari 21

MATEMATIKA DASAR 2B

Submodul 4: Sistem Persamaan Linier

Tim Matematika

TAHAP PERSIAPAN BERSAMA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA - LAMPUNG SELATAN
25 JANUARI 2020
1
PENDAHULUAN

Pada modul sebelumnya, telah dijelaskan mengenai matriks. Pengetahuan


mengenai matriks sangat diperlukan untuk dapat memahami hal-hal yang
akan disampaikan pada modul ini. Selain sebagai objek matematis, matriks
juga dapat dijadikan sebagai alat dalam menyelesaikan sistem persamaan.
Pada modul ini, akan dijelaskan teori tentang sistem persamaan linier.

Beberapa teori tentang sistem persamaan linier yang akan dipelajari pada
modul ini antara lain berupa pengantar sistem persamaan linier dan
penyelesaian sistem persamaan linier. Berdasarkan cakupan materi di atas,
Tujuan Instruksional Khusus yang harus dicapai pada pembelajaran ini antara
lain:

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep


sistem persamaan linier

Mahasiswa mampu menyelesaikan sistem


persamaan linier

Mahasiswa memahami bahwa setiap SPL


dapat tidak memiliki solusi, memiliki tepat satu
solusi atau memiliki tak-terhingga banyaknya
solusi
2
MATERI PERKULIAHAN

Sebuah garis yang terletak pada bidang-𝑥𝑦 dapat dinyatakan secara aljabar
dalam suatu persamaan berbentuk:
𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑦 = 𝑏
dengan 𝑎1 , 𝑎2 , dan 𝑏 merupakan konstanta riil; 𝑎1 dan 𝑎2 tidak keduanya nol.
Persamaan seperti ini dinamakan persamaan linier dengan dua variabel,
yaitu variabel 𝑥 dan 𝑦. Setiap titik (𝑥, 𝑦) sepanjang garis tersebut memenuhi
persamaan 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑦 = 𝑏.

Sejalan dengan hal tersebut, sebuah bidang yang terletak pada ruang-𝑥𝑦𝑧
dapat dinyatakan secara aljabar dalam suatu persamaan berbentuk:
𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑦 + 𝑎3 𝑧 = 𝑏
dengan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , dan 𝑏 merupakan konstanta riil; 𝑎1 , 𝑎2 , dan 𝑎3 tidak
ketiganya nol. Persamaan seperti ini dinamakan persamaan linier dengan
tiga variabel, yaitu variabel 𝑥, 𝑦, dan 𝑧.

Jika terdapat lebih dari satu persamaan linier, maka himpunan persamaan-
persamaan linier tersebut dinamakan sistem persamaan linier.

4.1. Solusi Sistem Persamaan Linier


Suatu sistem persamaan linier dua variabel (dengan variabel 𝑥1 dan 𝑥2 ) yang
terdiri dari dua persamaan berbentuk:
𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 = 𝑏1
𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 = 𝑏2
……………………………………(4.1)
dengan 𝑎11 , 𝑎12 , 𝑏1 , 𝑎21 , 𝑎22, dan 𝑏2 merupakan konstanta riil; 𝑎11 dan 𝑎12 serta
𝑎21 dan 𝑎22 tidak keduanya nol.

Solusi dari sistem persamaan ini adalah pasangan terurut (𝑥1 , 𝑥2 ) yang
memenuhi setiap persamaan pada sistem (4.1). Karena setiap persamaan
3
pada sistem (4.1) merupakan sebuah garis lurus, maka solusi dari sistem
persamaan tersebut adalah titik perpotongan dari kedua garis. Berikut tiga
kemungkinan yang dapat terjadi:

1. Kedua garis sejajar dan tidak berpotongan.


Akibatnya, sistem tidak memiliki solusi. Hal ini terlihat pada Gambar 4.1
berikut.
𝑥2

𝑥1

Gambar 4.1

2. Kedua garis berpotongan pada satu titik.


Akibatnya, sistem memiliki tepat satu solusi. Hal ini terlihat pada
Gambar 4.2 berikut.

𝑥2

𝑥1

Gambar 4.2

3. Kedua garis berhimpitan.


Akibatnya, sistem memiliki tak-terhingga banyaknya solusi. Hal ini
terlihat pada Gambar 4.3 berikut.
4

𝑥2

𝑥1

Gambar 4.3

Setelah mempelajari sistem persamaan linier dua variabel, berikut dijelaskan


mengenai sistem persamaan linier tiga variabel.

Suatu sistem persamaan linier tiga variabel (dengan variabel 𝑥1 , 𝑥2 , dan 𝑥3 )


yang terdiri dari tiga persamaan berbentuk:
𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + 𝑎13 𝑥3 = 𝑏1
𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + 𝑎23 𝑥3 = 𝑏2
𝑎31 𝑥1 + 𝑎32 𝑥2 + 𝑎33 𝑥3 = 𝑏3
……………………………………(4.2)
dengan 𝑎𝑖𝑗 dan 𝑏𝑖 merupakan konstanta riil untuk setiap 𝑖, 𝑗 = 1,2,3.

Solusi dari sistem persamaan ini adalah pasangan terurut (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 ) yang
memenuhi setiap persamaan pada sistem (4.2). Karena setiap persamaan
pada sistem (4.2) merupakan sebuah bidang, maka solusi dari sistem
persamaan tersebut adalah perpotongan dari ketiga bidang. Berikut tiga
kemungkinan yang dapat terjadi:
5
1. Ketiga bidang tidak saling berpotongan.
Akibatnya, sistem tidak memiliki solusi. Salah satu kemungkinan ini
terlihat pada Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4

2. Ketiga bidang berpotongan pada satu titik.


Akibatnya, sistem memiliki tepat satu solusi. Hal ini terlihat pada
Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5

3. Ketiga bidang berpotongan pada suatu garis atau berhimpitan.


Akibatnya, sistem memiliki tak-terhingga banyaknya solusi. Hal ini
terlihat pada Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6
6
Secara umum, sistem yang terdiri dari 𝑚 persamaan linier dengan 𝑛 variabel
dinyatakan dalam bentuk:
𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1
𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2

𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑚
……………………………………(4.3)

Variabel pada sistem (4.3) ini adalah 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 . Koefisien 𝑎𝑖𝑗 pada ruas kiri
memiliki dua subskrip. Subskrip pertama menyatakan pada persamaan ke
berapa letak koefisien, sedangkan subskrip kedua menyatakan pada
variabel ke berapa letak koefisien. Sebagai contoh, 𝑎21 berada pada
persamaan kedua sebagai koefisien dari 𝑥1 ; sedangkan 𝑎43 berada pada
persamaan keempat sebagai koefisien dari 𝑥3 .

Kemungkinan solusi pada sistem persamaan linier dua dan tiga variabel di
atas berlaku pula untuk sebarang sistem persamaan. Dengan demikian,
kemungkinan solusi dari suatu sistem persamaan linier dirumuskan sebagai
berikut:

Setiap sistem persamaan linier dapat tidak memiliki solusi, memiliki tepat satu
solusi, atau memiliki tak-terhingga banyaknya solusi.

Sistem yang tidak memiliki solusi dikatakan sebagai sistem yang tidak
konsisten.

Contoh 4.1:
Tentukan solusi dari sistem persamaan linier berikut.
1. 4𝑥1 + 2𝑥2 = 4
2𝑥1 + 𝑥2 = 8
……………………………………(4.4)
7
2. 2𝑥1 + 𝑥2 = 6
𝑥1 + 2𝑥2 = 4
……………………………………(4.5)
3. 𝑥1 + 2𝑥2 = 1
4𝑥1 + 8𝑥2 = 4
……………………………………(4.6)
4. 𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 8
−𝑥1 − 2𝑥2 + 3𝑥3 = 1
3𝑥1 − 7𝑥2 + 4𝑥3 = 10
……………………………………(4.7)

Jawab:
1. Secara grafik, garis 4𝑥1 + 2𝑥2 = 4 berpotongan dengan sumbu-𝑥1 di
titik (1,0) dan berpotongan dengan sumbu- 𝑥2 di titik (0, 2) .
Sedangkan garis 2𝑥1 + 𝑥2 = 8 berpotongan dengan sumbu-𝑥1 di titik
(4, 0) dan berpotongan dengan sumbu-𝑥2 di titik (0, 8). Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 4.7 berikut.

𝑥2

𝑥1

Gambar 4.7

Untuk menentukan solusi dari sistem (4.4), perhatikan bahwa


4𝑥1 + 2𝑥2 = 4 ⟺ 𝑥2 = 2 − 2𝑥1
2𝑥1 + 𝑥2 = 8 ⟺ 𝑥2 = 8 − 2𝑥1
sehingga
2 − 2𝑥1 = 8 − 2𝑥1

menyebabkan 2 = 8.
8
Pernyataan terakhir jelas salah. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pasangan (𝑥1 , 𝑥2 ) yang memenuhi kedua
persamaan pada sistem. Jadi, sistem (4.4) tidak memiliki solusi (tidak
konsisten). Hal ini sesuai dengan Gambar 4.7 yang memperlihatkan
dua garis sejajar dan tidak berpotongan.

2. Secara grafik, garis 2𝑥1 + 𝑥2 = 6 berpotongan dengan sumbu-𝑥1 di


titik (3,0) dan berpotongan dengan sumbu- 𝑥2 di titik (0, 6) .
Sedangkan garis 𝑥1 + 2𝑥2 = 4 berpotongan dengan sumbu-𝑥1 di titik
(4, 0) dan berpotongan dengan sumbu-𝑥2 di titik (0, 2). Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 4.8 berikut.

𝑥2

𝑥1

Gambar 4.8

Untuk menentukan solusi dari sistem (4.5), perhatikan bahwa


2𝑥1 + 𝑥2 = 6 ⟺ 𝑥2 = 6 − 2𝑥1
1
𝑥1 + 2𝑥2 = 4 ⟺ 𝑥2 = 2 − 𝑥1
2
sehingga
1
6 − 2𝑥1 = 2 − 𝑥1
2
menyebabkan
3 8
𝑥 = 4 atau 𝑥1 = 3.
2 1

Nilai 𝑥2 diperoleh dengan mensubstitusikan nilai 𝑥1 ke (salah satu)


persamaan pada sistem. Diperoleh
8 2
𝑥2 = 6 − 2𝑥1 = 6 − (2) ( ) =
3 3
9
8 2
sehingga solusi dari sistem (4.5) adalah (3 , 3). Ini merupakan satu-

satunya solusi bagi sistem (4.5). Hal ini sesuai dengan Gambar 4.8
yang memperlihatkan dua garis yang berpotongan pada satu titik.

3. Jika persamaan kedua pada sistem, yaitu 4𝑥1 + 8𝑥2 = 4 , dibagi


dengan 4 , diperoleh persamaan yang persis sama dengan
persamaan pertama pada sistem, yaitu 𝑥1 + 2𝑥2 = 1 . Kedua garis
pada sistem ini berpotongan dengan sumbu- 𝑥1 di titik (1, 0) dan
1
berpotongan dengan sumbu-𝑥2 di titik (0, 2). Hal ini dapat dilihat

pada Gambar 4.9 berikut.

𝑥2

𝑥1

Gambar 4.9

Untuk menentukan solusi dari sistem (4.6), perhatikan bahwa


1 1
𝑥1 + 2𝑥2 = 1 ⟺ 𝑥2 = − 𝑥
2 2 1
1 1
4𝑥1 + 8𝑥2 = 4 ⟺ 𝑥2 = − 𝑥1
2 2
sehingga
1 1 1 1
− 𝑥1 = − 𝑥1
2 2 2 2
yang dapat disederhanakan menjadi
0 = 0.

Pernyataan terakhir merupakan suatu pernyataan yang benar.


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua nilai 𝑥1
(bersama nilai 𝑥2 yang bersesuaian) merupakan solusi dari sistem
10
(4.6). Jadi, sistem (4.6) memiliki tak-terhingga banyaknya solusi. Hal ini
sesuai dengan Gambar 4.9 yang memperlihatkan dua garis yang
berhimpitan.

Solusi semacam ini biasanya dinyatakan dalam suatu parameter,


misalkan 𝑡, untuk menyatakan nilai 𝑥1 yang memenuhi. Sedangkan
nilai 𝑥2 yang bersesuaian diperoleh dengan mensubstitusikan nilai
𝑥1 = 𝑡 pada persamaan sehingga
1 1 1 1
𝑥2 = − 𝑥1 = − 𝑡.
2 2 2 2

Dengan demikian, solusi dari sistem (4.6) dapat dinyatakan sebagai


himpunan
1 1
{(𝑡, − 𝑡) | 𝑡 ∈ ℝ}.
2 2

4. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sistem


(4.7) adalah melalui metode eliminasi. Oleh karena itu, misalkan
persamaan baris ke-1 sebagai (B1), baris ke-2 sebagai (B2), dan baris
ke-3 sebagai (B3).
𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 8 (B1)
−𝑥1 − 2𝑥2 + 3𝑥3 = 1 (B2)
3𝑥1 − 7𝑥2 + 4𝑥3 = 10 (B3)

Lakukan proses eliminasi untuk mereduksi sistem (4.7) menjadi sistem


persamaan linier dua variabel. Misalkan variabel yang ingin
dieliminasi adalah 𝑥1 . Dengan demikian, lakukan operasi berikut:

• (B1)+(B2)
𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 8
−𝑥1 − 2𝑥2 + 3𝑥3 = 1 +
−𝑥2 + 5𝑥3 = 9
………………………… (B4)
11
• 3(B1)-(B3)
3𝑥1 + 3𝑥2 + 6𝑥3 = 24
3𝑥1 − 7𝑥2 + 4𝑥3 = 10 −
10𝑥2 + 2𝑥3 = 14
………………………… (B5)

sehingga diperoleh persamaan (B4) dan (B5). Misalkan variabel yang


ingin dieliminasi selanjutnya adalah 𝑥2 . Dengan demikian, lakukan
operasi berikut:

• 10(B4)+(B5)
−10𝑥2 + 50𝑥3 = 90
10𝑥2 + 2𝑥3 = 14 +
52𝑥3 = 104

Berdasarkan persamaan terakhir, diperoleh 52𝑥3 = 104 sehingga 𝑥3 =


2. Dengan melakukan substitusi balik ke persamaan (B4) dan (B1),
diperoleh
−𝑥2 + 5𝑥3 = 9 ⟺ −𝑥2 + 5(2) = 9 ⟺ 𝑥2 = 1
dan
𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 8 ⟺ 𝑥1 + (1) + 2(2) = 8 ⟺ 𝑥1 = 3.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem (4.7) memiliki


tepat satu solusi, yaitu 𝑥1 = 3, 𝑥2 = 1, 𝑥3 = 2.

4.2. Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linier


Sistem yang terdiri dari 𝑚 persamaan linier dengan 𝑛 variabel seperti pada
sistem (4.3) di atas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks
𝐴𝐱 = 𝐛
dengan
𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛 𝑥1 𝑏1
𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛 𝑥2 𝑏
𝐴=[ ⋮ ⋮ ⋮ ], 𝐱 = [ ⋮ ], 𝐛 = [ 2 ].

𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 … 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 𝑏𝑚
Dalam hal ini, 𝐴 dikatakan sebagai matriks koefisien dari sistem (4.3).
12
Terkait dengan definisi matriks koefisien di atas, berikut dikemukakan
beberapa sifat yang diperlukan untuk menentukan solusi sistem persamaan
linier.

Misalkan 𝐴 adalah suatu matriks berukuran 𝑛 × 𝑛. Jika 𝐴 adalah matriks yang


invertible, maka untuk setiap matriks 𝐛 yang berukuran 𝑛 × 1 , sistem
persamaan 𝐴𝐱 = 𝐛 memiliki tepat satu solusi, yaitu 𝐱 = 𝐴−1 𝐛.

Sifat ini dijelaskan sebagai berikut. Misalkan 𝐴 adalah suatu matriks berukuran
𝑛 × 𝑛 yang invertible. Akibatnya,
𝐴−1 𝐴 = 𝐴𝐴−1 = 𝐼𝑛 .

Kalikan kedua ruas persamaan 𝐴𝐱 = 𝐛 dengan 𝐴−1 dari sebelah kiri. Diperoleh
𝐴𝐱 = 𝐛
(𝐴−1 𝐴)𝐱 = 𝐴−1 𝐛
𝐼𝑛 𝐱 = 𝐴−1 𝐛
𝐱 = 𝐴−1 𝐛
Karena invers dari suatu matriks selalu tunggal, maka solusi di atas adalah
satu-satunya solusi untuk sistem persamaan 𝐴𝐱 = 𝐛.

Sifat berikut menjelaskan hubungan antara invertibilitas matriks dengan solusi


dari suatu sistem persamaan linier.

Misalkan 𝐴 adalah suatu matriks berukuran 𝑛 × 𝑛 . Pernyataan-pernyataan


berikut adalah ekuivalen, yaitu semuanya benar atau semuanya salah.
1. 𝐴 invertible.
2. det(𝐴) ≠ 0.
3. 𝐴𝐱 = 𝐛 memiliki tepat satu solusi untuk setiap matriks 𝐛 yang berukuran
𝑛 × 1.
4. 𝐴𝐱 = 𝟎 hanya memiliki solusi trivial, yaitu 𝐱 = 𝟎.

Penjelasan mengenai hubungan antara poin 1 dan 2 telah dibahas pada


modul sebelumnya mengenai Matriks. Hubungan antara poin 1 dan 3 juga
13
telah dijelaskan pada modul ini. Sedangkan poin 4 merupakan kasus khusus
dari poin 3. Sifat-sifat ini akan banyak dimanfaatkan dalam menentukan
solusi dari suatu sistem persamaan linier.

Contoh 4.2:
Tentukan solusi dari sistem (4.5) di atas dengan menggunakan sifat
invertibilitas matriks koefisiennya.

Jawab:
Sistem (4.5) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matriks 𝐴𝐱 = 𝐛
dengan
2 1 𝑥1 6
𝐴=[ ], 𝐱 = [𝑥 ] , 𝐛 = [ ].
1 2 2 4

Dapat ditunjukkan bahwa invers dari matriks koefisien 𝐴 pada sistem (4.5)
adalah
2⁄ − 1⁄3
𝐴−1
=[ 3 ].
− 1⁄3 2⁄
3

Berdasarkan sifat invertibilitas matriks koefisien, diperoleh bahwa sistem


(4.5) memiliki tepat satu solusi, yaitu
2⁄ − 1⁄3 6 8⁄
𝐱 = 𝐴−1 𝐛 = [ 3 ] [ ] = [ 3].
1
− ⁄3 2⁄ 4 2⁄
3 3
Solusi ini sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.

Berikut dikemukakan metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan


solusi dari suatu sistem persamaan linier. Metode ini dikenal sebagai aturan
Cramer yang memanfaatkan fungsi determinan untuk menentukan solusi dari
suatu sistem tanpa perlu menyelesaikan sistem tersebut secara keseluruhan.
Aturan tersebut dijelaskan sebagai berikut.
14
Jika 𝐴𝐱 = 𝐛 adalah suatu sistem dari 𝑛 persamaan linier dengan 𝑛 variabel
sedemikian rupa sehingga det (𝐴) ≠ 0, maka sistem ini memiliki tepat satu
solusi. Solusinya adalah
det(𝐴1 ) det(𝐴2 ) det(𝐴𝑛 )
𝑥1 = , 𝑥2 = , …, 𝑥𝑛 =
det(𝐴) det(𝐴) det(𝐴)
dengan 𝐴𝑗 adalah matriks yang diperoleh dengan mengganti entri-entri
pada kolom ke-𝑗 dari 𝐴 dengan entri-entri pada matriks
𝑏1
𝑏2
𝐛 = [ ].

𝑏𝑛

Berdasarkan penjelasan di atas, aturan ini berlaku untuk semua matriks


bujursangkar dengan nilai determinan yang tak-nol. Akan tetapi, pada
modul ini penggunaan aturan Cramer dibatasi untuk matriks bujursangkar
dengan ukuran tidak lebih dari 3 × 3.

Ingat kembali cara menentukan nilai determinan matriks berukuran 3 × 3


yang telah dipelajari pada modul sebelumnya.

Contoh 4.3:
Gunakan aturan Cramer untuk menentukan solusi dari sistem berikut.
1. Sistem (4.5).
2. 𝑥1 + 2𝑥3 = 6
−3𝑥1 + 4𝑥2 + 6𝑥3 = 30
−𝑥1 − 2𝑥2 + 3𝑥3 = 8
……………………………………(4.8)

Jawab:
1. Berdasarkan sistem (4.5), diperoleh
2 1
𝐴=[ ]
1 2
dengan det(𝐴) = 3 ≠ 0.
15
Selain itu, diperoleh
6 1
𝐴1 = [ ], det(𝐴1 ) = 8,
4 2
2 6
𝐴2 = [ ], det(𝐴2 ) = 2.
1 4

Oleh karena itu, solusi dari sistem (4.5) adalah


det(𝐴1 ) 8
𝑥1 = = ,
det(𝐴) 3
det(𝐴2 ) 2
𝑥2 = = .
det(𝐴) 3
Solusi ini sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.

2. Berdasarkan sistem (4.8), diperoleh


1 0 2
𝐴 = [−3 4 6]
−1 −2 3
dengan det(𝐴) = 44 ≠ 0.

Selain itu, diperoleh


6 0 2
𝐴1 = [30 4 6] , det(𝐴1 ) = −40,
8 −2 3
1 6 2
𝐴2 = [−3 30 6] , det(𝐴2 ) = 72,
−1 8 3
1 0 6
𝐴3 = [−3 4 30] , det(𝐴3 ) = 152.
−1 −2 8

Oleh karena itu, solusi dari sistem (4.8) adalah


det(𝐴1 ) −40 −10
𝑥1 = = = ,
det(𝐴) 44 11
det(𝐴2 ) 72 18
𝑥2 = = = ,
det(𝐴) 44 11
det(𝐴3 ) 152 38
𝑥3 = = = .
det(𝐴) 44 11
16
RANGKUMAN

1. Sistem yang terdiri dari 𝑚 persamaan linier dengan 𝑛 variabel (misalkan


sebagai 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ) dinyatakan dalam bentuk:
𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1
𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2

𝑎𝑚1 𝑥1 + 𝑎𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑚𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑚 .
2. Setiap sistem persamaan linier dapat tidak memiliki solusi, memiliki tepat
satu solusi, atau memiliki tak-terhingga banyaknya solusi.
3. Sistem yang tidak memiliki solusi dikatakan sebagai sistem yang tidak
konsisten.
4. Misalkan 𝐴 adalah suatu matriks berukuran 𝑛 × 𝑛. Pernyataan-pernyataan
berikut adalah ekuivalen, yaitu semuanya benar atau semuanya salah.
a. 𝐴 invertible.
b. det(𝐴) ≠ 0.
c. 𝐴𝐱 = 𝐛 memiliki tepat satu solusi untuk setiap matriks 𝐛 yang berukuran
𝑛 × 1.
d. 𝐴𝐱 = 𝟎 hanya memiliki solusi trivial, yaitu 𝐱 = 𝟎.
5. Aturan Cramer merupakan metode yang memanfaatkan fungsi
determinan untuk menentukan solusi dari suatu sistem tanpa perlu
menyelesaikan sistem tersebut secara keseluruhan.
17
SOAL LATIHAN

Untuk soal 1-4, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang diberikan.
Gambarkan pula grafik dari setiap sistem untuk menjelaskan solusi yang
diperoleh.
1. 𝑥1 − 𝑥2 = 1
𝑥1 − 2𝑥2 = −2
2. 𝑥1 − 3𝑥2 = 6
1
𝑥2 = 3 + 3 𝑥1

3. 2𝑥1 + 3𝑥2 = 6
𝑥1 − 4𝑥2 = −4
1
4. 2𝑥1 + 𝑥2 = 3

6𝑥1 + 3𝑥2 = 1

5. Tentukan nilai 𝑐 sehingga sistem


2𝑥1 − 3𝑥2 = 5
4𝑥1 − 6𝑥2 = 𝑐
a. memiliki tak-terhingga banyaknya solusi
b. tidak memiliki solusi

6. Tentukan solusi dari sistem berikut (dalam 𝑎), jika ada.


−2𝑥1 + 3𝑥2 = 5
𝑎𝑥1 − 𝑥2 = 1

7. Tentukan nilai 𝑎 agar sistem pada Latihan 6


a. Tidak memiliki solusi
b. Memiliki tepat satu solusi
c. Memiliki tak-terhingga banyaknya solusi

8. Siska ingin membeli pulpen dan spidol untuk adiknya. Satu buah pulpen
harganya Rp 1.700,00 dan satu buah spidol harganya Rp 2.300,00. Siska
18
harus membeli keduanya dengan total 11 buah dan seharga Rp
21.700,00. Tentukan sistem persamaan linier yang tepat untuk kasus
tersebut. Kemudian tentukan solusi dari sistem yang diperoleh untuk
menjelaskan jumlah pulpen dan spidol yang harus dibeli Siska.

Untuk soal 9-11, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang diberikan.
9. 2𝑥1 − 𝑥2 + 𝑥3 = 3
4𝑥1 − 4𝑥2 + 3𝑥3 = 2
2𝑥1 − 3𝑥2 + 2𝑥3 = 1
10. 𝑥1 − 3𝑥2 + 𝑥3 = 4
𝑥1 − 2𝑥2 + 3𝑥3 = 6
2𝑥1 − 6𝑥2 + 2𝑥3 = 8
11. 5𝑥1 − 𝑥2 + 2𝑥3 = 6
𝑥1 + 2𝑥2 − 𝑥3 = −1
3𝑥1 + 2𝑥2 − 2𝑥3 = 1

Untuk soal 12-13, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang diberikan
dengan menggunakan sifat invertibilitas matriks koefisiennya.
12. 𝑥1 + 𝑥2 = 2
5𝑥1 + 6𝑥2 = 9
13. 4𝑥1 − 3𝑥2 = −3
2𝑥1 − 5𝑥2 = 9

Untuk soal 14-17, tentukan solusi dari sistem persamaan linier yang diberikan
dengan menggunakan aturan Cramer, jika memungkinkan.
14. 7𝑥1 − 2𝑥2 = 3
3𝑥1 + 𝑥2 = 5
15. 𝑥1 − 4𝑥2 + 𝑥3 = 6
4𝑥1 − 𝑥2 + 2𝑥3 = −1
2𝑥1 + 2𝑥2 − 3𝑥3 = −20
16. 3𝑥1 − 𝑥2 + 𝑥3 = 4
−𝑥1 + 7𝑥2 − 2𝑥3 = 1
2𝑥1 + 6𝑥2 − 𝑥3 = 5
19
17. 4𝑥1 + 5𝑥2 = 2
11𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 3
𝑥1 + 5𝑥2 + 2𝑥3 = 1
20
DAFTAR PUSTAKA

Neuhauser, C. 2000. Calculus for Biology and Medicine, 3rd Edition. Pearson
Education,Inc.
Anton, H. and Rorres, C. 2010. Elementary Linear Algebra, 10th Ed. Wiley.

Anda mungkin juga menyukai