Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era-globalisasi ini terdapat banyak jenis penyakit degeneratif yang
tanpa kita sadari berada disekitar kita, salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi
(tekanan darah tinggi) adalah kondisi dimana tekanan darah pada dinding arteri
terus meningkat dalam jangka waktu lama. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor sosial, faktor gaya hidup dan faktor keturunan (Aiska &
Chandra, 2013).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.
Hipertensi sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer, Hipertensi
merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi yaitu sebesar 25,8%.
Angka kejadian hipertensi cenderung meningkat, dari sekitar 600 juta jiwa pada
tahun 1980 menjadi 1 milyar jiwa pada tahun 2008, di Asia Tenggara sendiri
sekitar 24,7% penduduk didiagnosis hipertensi dan 25,8% penduduk Indonesia
didiagnosis hipertensi. Apabila hipertensi tidak ditangani dengan benar maka akan
timbul komplikasi kedepannya (Riskesdas, 2013). Hipertensi sendiri merupakan
penyakit mematikan nomor tiga di Indonesia setelah stroke dan tuberculosis.
Pemerintah sudah memiliki upaya dalam mengatasi hipertensi tapi masyarakat
masih menganggap hipertensi sebagai penyakit yang tidak berbahaya, masih
banyak masyarakat yang tidak mengetahui akibat lanjut apabila hipertensi tidak
diatasi. Karenanya masyarakat cenderung terlambat dalam memeriksakan
kesehatan sehingga kadang telah terjadi komplikasi penyakit (Kusumawati &
Zulaekah, 2011).
Hipertensi dapat dicegah agar tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut
dengan penanganan yang tepat dan efisien. Penanganan hipertensi dapat
dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis. Penanganan secara
farmakologis dengan cara pemberian obat yang bersifat diuretik, simpatetik,
betabloker, dan vasodilator (Rofacky & Aini, 2017). Sedangkan, penanganan non
farmakologis meliputi menghentikan kebiasaan merokok, mengurangi konsumsi
alkohol, memperbanyak latihan fisik, menurunkan asupan garam, dan

1
meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.
Keunggulan dari salah satu penanganan non farmakologis ini yaitu memiliki efek
samping yang jauh lebih rendah tingkat bahaya dibandingkan dengan obat-obatan
dari bahan kimia. Zat gizi yang dapat menunjang kesehatan dan mencegah
hipertensi diantaranya adalah karotenoid, kalium, asam lemak omega tiga, dan
serat. Salah satu karotenoid yang terdapat dalam makanan adalah likopen.
Likopen atau yang sering disebut sebagai α-carotene adalah salah satu karotenoid
pigmen merah terang yang banyak ditemukan dalam buah-buahan yang berwarna
merah. Likopen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan merupakan salah satu
antioksidan yang sangat kuat. Kemampuannya mengendalikan radikal bebas 100
kali lebih efisien dari pada vitamin E atau 12500 kali dari pada gluthation . Salah
satu bahan makanan yang merupakan sumber likopen adalah tomat. Terdapat 9,27
mg likopen dalam 100 g tomat mentah (Aiska & Chandra, 2013). Likopen
berperan dalam menurunkan tekanan darah dengan cara mencegah penebalan dan
pengerasan dinding arteri dengan mengendalikan tonus otot polos pembuluh
darah. Berbagai penelitian menemukan bahwa likopen dalam tomat akan lebih
mudah diserap tubuh jika diproses menjadi olahan jus, dan pasta. Selain itu tomat
juga merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan vitamin C, vitamin E,
kalium, serat dan protein. Kalium yang terdapat dalam tomat juga membantu
menurunkan tekanan darah (Hasibuan & Ramadhian, 2016). Penyakit hipertensi
juga sering disebut dengan the silent killer (pembunuh diam-diam) maka dari itu
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Manfaat Kandungan
Likopen Dalam Tomat Untuk Menurunkan Hipertensi”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
Bagaimanakah pengaruh pemberian kandungan likopen dalam buah tomat untuk
menurunkun hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum

2
Untuk mengetahui pengaruh pemberian kandungan likopen dalam buah tomat
untuk menurunkan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penderita hipertensi sebelum diberikan kandungan likopen
dalam tomat
b. Untuk mengetahui penderita hipertensi sesudah diberikan kandungan likopen
dalam tomat

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan memperdalam pengalaman penelitian
serta pengembangan wawasan tentang pengobatan alternatif dengan pemberian
kandungan likopen dalam buah tomat.
2. Bagi Penderita
Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memilih pengobatan
alternatif yang tepat dan praktis untuk menurunkan tekanan darah.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pengobatan alternatif
yang tepat dan praktis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat atau tenang (Depkes RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
sering disebut dengan the silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan
tanpa diketahui gejala-gejalanya lebih dahulu (Jafar, 2010).
2.1. Tabel klasifikasi hipertensi (Depkes RI, 2006)
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan darah Diastol
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 160 atau >160 100 atau >100

2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko


Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu; hipertensi essensial
dan hipertensi skunder (Nurjanah, 2012)
1. Hipertensi Essensial
Hipertensi essensial atau hipertensi primer adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus hipertensi merupakan hipertensi
essensial. Penyebab multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan, seperti
kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin, diet, kebiasaan merokok, obesitas, dan
lain-lain.

4
2. Hipertensi Skunder
Insidensi hipertensi skunder mencapai 5-10% dari seluruh kasus hipertensi. Yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal
(hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelaian saraf pusat, dan pengaruh obat-
obatan.
Hipertensi juga merupakan penyakit yang timbul karena interaksi berbagai
faktor risiko. Adapun faktor risiko dari penyakit hipertensi sebagai berikut:
1. Usia. Pertambahan usia mengakibatkan berbagai perubahan fisiologis dalam
tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan
menjadi kaku yang dimulai pada usia 45 tahun (Irza, 2009).
2. Jenis kelamin. Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan
wanita, namum wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskular sebelum
menopause. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan High Density lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis (Irza, 2009).
3. Faktor genetik. Adanya faktor genetik dari keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya
rasio antara potassium terhadap sodium (Irza, 2009).
4. Etnis. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada
berkulit putih. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya,
namum pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar (Irza, 2009).
5. Kurang aktivitas fisik. Orang dengan aktivitas fisik kurang tapi dengan nafsu
makan yang kurang terkontrol sehingga terjadi konsumsi energi yang
berlebihan mengakibatkan nafsu makan bertambah yang akhirnya berat badan
naik dan mengakibatkan obesitas. Jika berat badan seseorang bertambah
maka volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk
memompa darah juga bertambah (Pramana, 2016).

5
6. Obesitas. Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif
sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7mmHg. Penyelidikan
epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada
populasi pasien hipertensi (Pramana, 2016).
7. Komsumsi lemak. Konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah (Pramana, 2016).
8. Konsumsi natrium. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gr/hari yang setara
dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium yang tinggi
dapat menyebabkan tubuh meretensi cairan sehingga meningkatkan volume
darah (Pramana, 2016).
9. Merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein. Hubungan antara merokok dan
peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak
dibuktikan. Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar
tergantung pada jumlah rokok yang dihisal per hari. Sedangkan
mengkonsumsi alkohol dan kafein secara berlebihan yang terdapat dalam
kopi, teh dan cola akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis karena dapat
merangsang sekresi Corticotropin Releasing Hormone (CHR) yang berujung
pada peningkatan tekanan darah (Pramana, 2016).
10. Stres. Stres diyakini memiliki hubungan dengan hipertensi, hal ini diduga
melalui aktivitas saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten. Disamping itu juga dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat
serta kuat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat (Pramana, 2016).

2.1.3 Patofisiologi
Tubuh manusia memiliki sistem yang berfungsi untuk mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, sistem ini
berusaha untuk mempertahankan kestabilan darah dalam jangka panjang. Reflek

6
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk dalam sistem kontrol yang bereaksi
dengan cepat. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem
yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal (Andrea, 2013).
a. Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiontensin I oleh Angiotensin I-Converting Enzyme (ACE). Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui
dua aksi utama, yaitu;
a) Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar
tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume
darah yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Pramana,
2016).
b) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur
cairan volume ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan
volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume tekanan darah (Pramana, 2016).

2.1.4 Gejala Klinis


Bergantung pada tingginya tekanan darah, gejala yang timbul juga berbeda-
beda. Biasanya hipertensi berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
komplikasi. Namum berikut ini beberapa gejala yang sering di jumpai yaitu;
sering merasa pusing atau sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada
tengkuk, tiba-tiba ada rasa berputar dan ingin jatuh, dada sering berdebar-debar
karena detak jantung terasa cepat, telinga kadang berdenging, mudah marah, sukar
tidur, sesak napas, mudah lelah dan mata berkunang-kunang (Sulistiyowati,
2010). Pada penyelidikan hipertensi di Paris, dari 1771 pasien hipertensi yang

7
tidak diobati, gejala sakit kepala menduduki urutan pertama (40,5%), yang diikuti
oleh palpitasi (28,5%), pusing (20,8%) nokturia (20,4%), dan tinus (13,8%). Pada
penyelidikan tersebut tidak didapatkan kolerasi antara tingginya tekanan darah
dan gejala yang timbul (Kusmayati dkk, 2013).

2.1.5 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat berisiko
terserang penyakit lain yang timbul dikemudian hari. Beberapa penyakit yang
timbul akibat penyakit hipertensi:
1. Stroke
Hipertensi merupakan faktor penyebab utama terjadinya stroke karena, tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah
lemah menjadi pecah. Bila ini terjadi pembuluh darah di otak, maka terjadi
pendarahan otak yang berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat
sumbatan dari gumpalan darah yang macet dari pembuluh yang sudah
menyempit (Sulistiyowati, 2010).
2. Penyakit jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh
miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibatkan
peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan
infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana dikatakan
peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis dan arteriosklerosis
(Pusparani, 2016).
3. Penyakit arteri koronaria
Hipertensi umumnya diakui sebagai factor risiko utama penyakit arteri
koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada percabangan
arteri yang kearah ateri koronaria kiri, arteri koronaria kan dan agak jarang
pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksiarteromasus

8
yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan
sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel yang
berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria (Pusparani, 2016).
4. Gagal ginjal
Ada dua jenis kelaian ginjal akibat hipertensi, yaitu nefroskelorosis benigna
dan nefrosklerosis maligna. Nefroskelorosis benigna terjadi pada hipertensi
yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada
pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu menyebabkan permeabilitas
dinding pembuluh darah berkurang. Adapun nefrosklerosis maligna merupakan
kelaian ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg
yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal (Sulistiyowati, 2010)

2.1.6 Penatalaksanaan dan Pencegahaan Hipertensi


Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-
obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat
diatasi dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh
(6gr/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok dan
minuman beralkohol. Olahraga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x
per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan
stress serta meningkatkan konsumsi buah dan sayuran (Depkes, 2006). Sedangkan
jika menggunakan obat-obatan yaitu dengan obat antihipertensi yang dianjurkan
oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor
antagonist/blocker (ARB) diuretic tiazid misalnya bendroflumetiazid (Nuraini,
2015).
Pengobatan hipertensi memang penting tapi tidak lengkap jika tidak
dilakukannya pencegahan terhadap penyakit hipertensi itu sendiri. Adapun upaya
pencegahan yang dapat dilakukan meliputi; perubahan pola makan, pembatasaan
penggunaan garam hingga 4-6gr per hari, makanan yang mengandung soda kue,
penyedap dan pengawet makanan. Mengurangi juga makanan yang mengansung

9
kolesterol tinggi, menghentikan kebiasaan merokok, minum alcohol serta
berolahraga secara teratur dan menghindari stress (Nuraini, 2015).

2.2 Tomat
2.2.1 Karakteristik Tomat
Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan salah satu produk
hortikultura yang berpotensi, menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang
cukup menjanjikan. Tomat termasuk tanaman tahunan (annual) yang berarti
umurnya hanya untuk satu kali panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak
dengan panjang dapat mencapai dua meter. Tomat baik dalam bentuk segar
maupun olahan memiliki komposisi zat gizi yang cukup lengkap dan baik bagi
tubuh seperti karbohidrat, protein, dan beberapa antioksidan seperti lycopene
(Maulida & Zulkarnaen, 2010).

2.2. Gambar buah tomat (Maulida & Zulkarnaen, 2010).

Bentuk, warna, rasa tomat sangat beragam. Bentuknya ada yang bulat, bulat pipih,
keiting atau seperti bola lampu. Rasanyapun beragam dari manis hingga masam,
keseluruhan buahnya berdaging dan banyak mengandung air. Ada 5 jenis tomat
yang biasa dijual dipasaran, antara lain; tomat biasa (L. Commune) berbentuk
bulat pipih tidak teratur dan sedikit beralur terutama didekat tangkai, tomat apel
atau pir (L. Pyriforme) berbentuk bulat seperti buah apel atau pir, tomat kentang
(L. Grandifolium) ukurannya lebih besar dari tomat apel, tomat tegak (L. Validum)
berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras, tomat cherry (L. Cerasiforme)
berukuran kecil bulat menmanjang warnanya merah atau kuning (Varanita, 2016).

10
2.2.2 Kandungan Dalam Buah Tomat
Tomat merupakan salah satu makanan yang sangat terkenal oleh masyarakat
Indonesia. Dalam buah tomat sendiri banyak terkandung zat-zat yang berguna
untuk tubuh, nutrisi dalam tomat mentah (sebanyak 150 gram) meliputi vitamin
A, C, K, folat dan kalium. Tomat mengandung sodium, lemak jenuh, kolesterol
dan kalori yang rendah. Kebanyakan dari kita tidak menyadari dengan asupan
mineral yang cukup, manum tomat menyajikan kandungan mineral yang baik
seperti thiamine, niacin, vitamin B6, magnesium, fosfor dan tembaga. Selain itu
tomat juga mengandung empat jenis karatenoid utama yaitu alpha, betakaroten,
lutein, dan likopen. Pada likopen sendiri pada tomat juga merupakan salah satu
antioksidan yang potensial dengan kemampuan meredam oksigen tunggal dua kali
lebih baik dari betakaroten (Masfufah, 2012)

2.2.3 Manfaat Tomat


Buah tomat memiliki banyak manfaat, selain untuk kebutuhan pangan tomat juga
bermanfaat untuk tubuh. Buah tomat mengandung empat jenis karatenoid utama
yaitu alpha, betakaroten, lutein, dan likopen. Karatenoid ini dapat bermanfaat
secara individu, tetapi juga memiliki sinergi sebagai sebuah kelompok yaitu
mereka berinteraksi untuk memberikan manfaat kesehatan. Secara khusus, tomat
memiliki jumlah yang mengagumkan dari likopen yang diperkirakan memiliki
manfaat antioksidan yang paling tinggi dari semua karateniod (Masfufah, 2012).
Vitamin A dalam buah tomat diperlukan bagi kesehatan organ pengelihatan serta
kekebalan tubuh dan vitamin C pada mengobati sariawan dan menghindarkan
terjadinya pendarahan pembuluh darah halus. Sebagai sumber mineral, buah tomat
juga bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor), selain
itu tomat juga mengandung serat yang berfungsi untuk memperlancar pencernaan
makanan dalam perut (Gea, 2009). Likopen berfungsi sebagai antioksidan
berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
tubuh. Buah tomat mensintesis likopen dalam jumlah banyak selama pemasakan
yaitu mencapai 90% dari fraksi karateniod total (Novita, Satriana, Hasmarita,
2015).

11
2.3 Manfaat Kandungan Tomat dan Hipertensi
Tomat memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi tubuh serta dapat
mengobati berbagai macam penyakit, seperti hipertensi. Makanan sumber kalium
mempunyai potensi yang sangat baik untuk menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik. Tomat kaya akan kalium (235 mg / 100 gr tomat), sedikit natrium
dan lemak. Kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah adalah dapat
menyebabkan vasodilatasi, sehingga terjadi penurunan retensi perifer dan
meningkatkan curah jantung. Kalium juga berfungsi sebagai diuretika sehingga
pengeluaran natrium dan dan cairan meningkat, kalium menghambat pelepasan
renin sehingga mengubah aktivitas system rennin angiotensin, kalium dapat
mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah (Raharjo,
2007).
Likopen dari buah tomat juga mengandung antioksidan yang tinggi,
aktivitas antioksidan likopen dua kali lebih baik dari β-karoten (Aiska & Chandra,
2014). Likopen efektif untuk menurunkan kolesterol, betakarotin, dan vitamin E
sebagai antioksidan yang dapat mencegah aglutinasi darah sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Antioksidan pada tomat juga dapat melenturkan sel-
sel saraf jantung yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula darah (Hasibuan &
Ramadhian, 2016). Tomat dalam bentuk jus lebih mudah untuk diserap dan
dicerna. Mengkonsumsi dua gelas jus tomat dalam sehari dapat menurunkan
kolesterol jahat dalam tubuh secara signifikan (Sudiarto, 2015)

Sebelumnya, pada tahun 2012 telah dilakukan penelitian manfaat pemberian


jus tomat pada penderita hipertensi yang dilakukan oleh Aryati Puji Lestari di
Semarang. Besar sampel yang ia gunakan adalah sebanyak 34 orang, dengan
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing 17 orang. kriteria
inklusi adalah mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg. Pada kelompok perlakuan asupan lemak, serat dan
kaliumnya dikontrol sedangkan pada kelompok kontrol tidak. Peneliti
memberikan jus tomat sebanyak 200 ml yang terbuat dari 150 g tomat, 5 g gula
pasir dan 50 ml air yang dibuat dengan cara diblender dan diberikan 1 kali sehari
selama 7 hari berturut-turut. Setelah 7 hari dilakukan pengukuran tekanan darah
lagi dan kelompok perlakuan terjadi penurunan darah sistolik secara signifikan

12
yaitu kurang lebih 11.76 mmHg dan penurunan darah diastolik kurang lebih 8.82
mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan secara
signifikan. Penurunan tekanan darah ini terjadi karena tomat mengandung likopen
yang memiliki antioksidan yang tinggi selain itu buah tomat juga kaya akan
kalium dan serat. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan yang
signifikan karena konsumsi lemak, serat dan kaliumnya tidak dikontrol sehingga
penurunan tekanan darah tetap terjadi namum tidak signifikan (Lestari, 2012).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit pada keadaan cukup istirahat atau tenang. Hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor social, faktor gaya hidup dan faktor
keturunan, apabila hipertensi tidak ditangani dengan benar maka akan terjadi
komplikasi kedepannya. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara
farmakologis dan non farmakologis. Penanganan secara farmakologis dengan cara
pemberian obat yang bersifat diuretik, simpatetik, betabloker, dan vasodilator.
Sedangkan penanganan secara non farmakologis meliputi menghentikan
kebiasaan merokok, mengurangi konsumsi alkohol, memperbanyak latihan fisik,
menurunkan asupan garam, dan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran.
Keunggulan dari salah satu penanganan non farmakologis ini yaitu memiliki efek
samping yang jauh lebih rendah tingkat bahaya dibandingkan dengan obat-obatan
dari bahan kimia.
Zat gizi yang dapat menunjang kesehatan dan mencegah hipertensi adalah
karotenoid, kalium, asam lemak omega tiga, dan serat. Salah satu karotenoid yang
terdapat dalam makanan adalah likopen. Likopen memiliki kemampuan
mengendalikan radikal bebas 100 kali lebih efisien dibandingkan vitamin E. Salah
satu bahan makanan yang banyak mengandung likopen adalah buah tomat,
terdapat 9,27 mg likopen dalam 100 g tomat mentah. Selain likopen buah tomat
juga kaya akan vitamin C, vitamin E, kalium, serat dan protein yang juga
bermanfaat untuk menurunkan hipertensi.

14

Anda mungkin juga menyukai