Anda di halaman 1dari 20

Analisis Penyelesaian Tindak ….

(Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

ANALISIS PENYELESAIAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN

Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias


Universitas Brawijaya, Indonesia
Email: lushiechand@gmail.com

Abstrak: Analisis Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan. Penelitian ini


bertujuan untuk menjelaskan proses penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan di
Pemerintah Kabupaten Sanggau melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
(perencanaan, penggorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) sebagai alat
analisisnya, dan mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan belum
optimalnya penyelesaian TLHP. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan model studi kasus dan difokuskan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
yang masih memiliki temuan yang belum tuntas. Informan yang dipilih, yaitu pimpinan
OPD, salah satu pejabat teknis yang menangani TLHP dan salah satu pejabat
Inspektorat daerah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kelemahan dalam proses
penyelesaian TLHP yang menyebabkan penyelesaian TLHP belum optimal, yaitu belum
tersedianya kebijakan khusus tentang TLHP; lambatnya respon pihak lain dalam proses
koordinasi dan belum intensifnya koordinasi antara OPD dan lembaga pengawasan;
pimpinan belum mampu memberikan motivasi; kurangnya komitmen pimpinan;
kesulitan dalam melakukan proses evaluasi dan tidak dilaksanakan evaluasi secara
berkala; belum optimalnya peran Majelis Pertimbangan TPTGR; dan kendala-kendala
teknis yang dihadapi oleh OPD.

Kata Kunci: TLHP, Fungsi Manajemen, Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan,


Pengendalian.

Abstract: Analysis of Follow up Audit. This study aimed to explain the process of
follow up audit in Sanggau local government by using management functions
(planning, organizing, directing, and controlling) as the analysis instrument and
identify problems that caused follow up audit was not optimal. This study used a
qualitative approach with case study model and focused on OPD that still have
unfinished findings. The selected informant is the Head of OPD; a technical official
handling follows up audit and an Inspectorate official. The results of the study showed
that there were some weaknesses in the process of follow up audit. For example, there
was no specific policy about follow up audit, the slow responses of other parties in the
process of coordination and the coordination between OPD and monitoring institution
was not intensive; the leader was not able to give motivation, the low commitment of
the leader, Difficulties in the evaluation process and the evaluation was not
periodically, the role of TPTGR Assembly Consideration was not optimal, and the
technical obstacles that was faced by OPD.

Keyword: follow up audit, management function, planning, organizing, directing,


controlling.

PENDAHULUAN (organizing), dan pengarahan (directing).


Dalam konteks manajemen, auditing sebagai Fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan
fungsi pengawasan (controlling) terhadap pemerintahan sangatlah penting baik
keseluruhan fungsi-fungsi lainnya yaitu sebagai early warning system apabila
perencanaan (planning), pengorganisasian terdapat penyimpangan maupun sebagai

171
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

fungsi pembinaan bagi satuan kerja di setiap bentuk dukungan dari auditi terhadap
unit pemerintahan. Pada pemerintahan, keberhasilan fungsi audit.
istilah pemeriksaan sering digunakan sebagai Oleh sebab itu, saran atau rekomendasi
terjemahan dari auditing (BPKP,2009). Audit hasil pemeriksaan seharusnya tidak hanya
merupakan proses kritis yang dapat ditindaklanjuti secara administrasi saja tetapi
membantu mengidentifikasi kelemahan yang harus dilaksanakan sungguh-sungguh untuk
ada serta mengidentifikasi setiap peluang memperbaiki sistem pengendalian intern
perkembangan yang terbuka (Kaelin, 2016). yang ada, sehingga akan mengurangi risiko
Setelah melakukan pemeriksaan maka terjadinya penyimpangan di masa
auditor akan menerbitkan dokumen hasil mendatang dan manfaat pengawasan dapat
pemeriksaan yang disebut dengan Laporan dirasakan secara optimal. Kewajiban
Hasil Pemeriksaan (LHP) yang berisi hasil menyelesaikan TLHP telah diatur dalam
audit dan rekomendasi auditor yang harus peraturan perundangan, yaitu dalam pasal
ditindaklanjuti oleh auditi. Rekomendasi 23E UUD 1945, pasal 20 Undang-Undang
hasil pemeriksaan bermanfaat untuk Nomor 15 Tahun 2004, pasal 34 Peraturan
perbaikan kinerja organisasi auditi. Tindak Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005,
Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP) merupakan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
aktivitas auditi dalam rangka memenuhi Negara Nomor 9 Tahun 2009 pada bab II, dan
rekomendasi auditor yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor: SE/02/M.PAN/
hasil pemeriksaan. 01/2005. Untuk jangka waktu penyelesaian
Banyak anggapan yang mengira bahwa TLHP dilaksanakan selambat-lambatnya 60
penerbitan LHP merupakan akhir dari (enam puluh) hari kalender sejak diterimanya
kegiatan pemeriksaan dan merupakan akhir LHP. Dengan memperhatikan berbagai
keterlibatan auditor, padahal hasil atau ketentuan peraturan perundangan, maka
manfaat penuh dari proses audit sendiri jelas bahwa pelaksanaan TLHP merupakan
berupa perbaikan berdasarkan kesalahan hal yang penting untuk dilaksanakan.
yang telah diidentifikasikan baru akan Pemerintah Kabupaten Sanggau dipilih
dirasakan oleh auditi jika temuan audit telah menjadi objek penelitian karena berdasarkan
ditindaklanjuti (Russell & Regel,1996). data yang tersedia menunjukkan bahwa
Sementara Liu & Lin (2012) juga jumlah rekomendasi audit yang belum tuntas
menyebutkan bahwa perbaikan setelah diselesaikan oleh auditi cukup signifikan. Dari
proses Audit dapat meningkatkan 428 jumlah rekomendasi BPK dari tahun
akuntabilitas objek pemeriksaan. Aikins 2007-2017, masih ada 113 rekomendasi yang
(2012) menyarankan agar pemerintah belum tuntas dengan jumlah pengembalian
daerah meningkatkan monitoring dan keuangan yang masih harus disetorkan ke kas
melaksanakan tindak lanjut rekomendasi daerah sebesar Rp.5.359.534.578. Untuk
temuan audit dalam rangka memperkuat temuan yang berindikasi terhadap potensi
akuntabilitas publik. Schneider (2009) kerugian daerah dan telah mendapat
menjelaskan bahwa pelaksanaan penetapan Kepala Daerah sebagai kerugian
rekomendasi audit merupakan salah satu daerah, terdapat 69 kasus yang masih belum

172
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

tuntas dengan sisa kerugian yang masih paling menentukan penyelesaiannya. Pada
harus dikembalikan ke kas daerah sebesar penelitian ini, TLHP yang dimaksud
Rp.2.256.687.825. Secara keseluruhan dari merupakan pelaksanaan rekomendasi hasil
data tersebut menunjukkan pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK.
TLHP belum optimal dan adanya Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
ketidakseriusan auditi melaksanakan yaitu pada penelitian ini memfokuskan pada
rekomendasi yang diberikan auditor. upaya penyelesaian TLHP dari sisi auditi dan
TLHP merupakan kelanjutan dari proses untuk analisisnya ditinjau menggunakan
pemeriksaan dan merupakan hal yang fungsi manajemen atas proses penanganan
penting dan perlu mendapat perhatian tindak lanjut yang dilakukan oleh Organisasi
khusus karena menentukan efektivitas Perangkat Daerah (OPD) yang masih memiliki
pengawasan (Benson, 1995 dan Russell & jumlah pending tindak lanjut yang cukup
Regel, 1996), mempengaruhi kinerja dan signifikan. Selanjutnya melalui hasil analisis
akuntabilitas organisasi, mendukung tersebut diketahui permasalahan yang
penerapan good governance menjadi penyebab belum optimalnya
(SE/02/M.PAN/01/2005, Liu & Lin, 2012, Sari, penyelesaian TLHP di Pemerintah Kabupaten
2013 dan Suryanto, 2015), mempengaruhi Sanggau.
kredibilitas lembaga pengawasan (Keating, Manajemen merupakan suatu proses
1995), serta merupakan amanat dari yang terdiri dari perencanaan,
peraturan perundang-undangan. Namun, pengorganisasian, pengarahan, dan
pada kenyataannya terdapat kesenjangan pengendalian yang dilakukan untuk
antara yang terjadi dan yang seharusnya, mencapai tujuan dengan memanfaatkan
maka hal inilah yang mendorong peneliti sumber daya (Terry, 1977; Stoner, 1982; dan
ingin melakukan kajian mengenai proses Newport & Trewatha, 1976). Pada dasarnya
penyelesaian TLHP pada Pemerintah Daerah semua jenis manajemen pada setiap
Kabupaten Sanggau yang terjadi selama ini. organisasi melalui proses yang sama tetapi
Terdapat beberapa penelitian mungkin dilakukan dengan cara yang
sebelumnya mengenai permasalahan tindak berbeda tergantung pada struktur dan jenis
lanjut hasil audit, antara lain seperti yang organisasi, karakter orang yang bekerja di
telah dilakukan oleh Sidik (2009) Junarlin dalamnya, budaya, faktor situasional dan
(2009), Sari (2013), Arini (2014), Suryanto ketersediaan sumber daya (Qureshi et al.,
(2015), dan Loke, Ismail & Hamid (2016). 2013). Proses manajemen tersebut oleh para
Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan ahli dibagi ke dalam beberapa fungsi dasar,
bahwa permasalahan serupa juga terjadi di yang kemudian dikenal dengan sebutan
tempat lain, Inspektorat Daerah selaku fungsi-fungsi manajemen. Tujuan pembagian
lembaga pengawasan telah berupaya untuk tersebut agar sistematika urutan
mendorong penyelesaian TLHP, namun pembahasannya lebih teratur dan supaya
upaya yang dilakukan oleh auditi sebagai lebih mudah dan lebih mendalam saat
lembaga teknis yang berkewajiban melakukan analisisnya, serta dapat menjadi
menyelesaikan TLHP merupakan hal yang

173
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

pedoman pelaksanaan proses manajemen yang telah disusun dapat dilaksanakan, yaitu
(Hasibuan, 2014). dengan membagi tugas/pekerjaan kepada
Fungsi-fungsi manajemen merupakan individu atau kelompok tertentu secara tepat
rangkaian aktivitas dalam manajemen serta mengalokasikan sumber daya yang
menurut fungsinya masing-masing yang diperlukan untuk mendukung
dalam pelaksanaannya mengikuti tahapan- pelaksanaannya. Pembagian tugas selalu
tahapan tertentu. Dalam penelitian ini, disertai dengan pendelegasian wewenang
penulis mengkaji proses penyelesaian TLHP dan tanggung jawab dalam batas-batas
yang dilakukan oleh auditi melalui tertentu. Dalam proses pengorganisasian
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pada (organizing), tentunya pimpinan
OPD di Pemerintah Kabupaten Sanggau. memberikan tugas kepada seseorang atau
Fungsi-fungsi manajemen yang akan unit kerja tertentu yang lebih menguasai
digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi permasalahan yang dimaksud sesuai dengan
manajemen menurut Nickels et al., (1997) bidang tugas dan tanggung jawabnya serta
yaitu fungsi perencanaan (planning), kompetensi yang dimiliki dan apabila harus
pengorganisasian (organizing), pengarahan melibatkan beberapa bidang untuk saling
(directing), dan pengendalian (controlling). bekerjasama, maka pimpinan perlu
Dalam proses penyelesaian TLHP, mengatur proses koordinasi antar bagian
organisasi perlu segera membuat tersebut maupun hubungan dengan pihak
perencanaan (planning) begitu Laporan Hasil ketiga jika diperlukan.
Pemeriksaan (LHP) diterima. Perencanaan Beberapa hal pokok dalam fungsi
tersebut mencakup tujuan/sasaran/target pengarahan (directing), yaitu tingkah laku
yang hendak dicapai, dalam hal ini adalah manusia, hubungan manusiawi, komunikasi
status penyelesaian TLHP dan perbaikan dan kepemimpinan (Hasibuan, 2014). Dalam
manajemen. Perencanaan juga mengandung hal ini, manajer memainkan peran penting
strategi bagaimana pelaksanaan dalam mendukung keberhasilan pengelolaan
rekomendasi pemeriksaan agar bisa organisasi yang melibatkan bakat,
mencapai tujuan tersebut, yaitu melalui cara keterampilan manajerial dan perilaku
atau kegiatan tertentu. Dalam perencanaan manajer (Naeemullah et al., 2010). Dalam
juga ditentukan mengenai penggunaan proses penyelesaian TLHP, fungsi
sumber daya yang diperlukan, baik berupa pengarahan yang perlu dilakukan oleh
SDM maupun dana, alat, dan kebijakan. Hal pimpinan antara lain, menjelaskan kepada
terakhir yang perlu ditetapkan adalah bawahan bagaimana melaksanakan tugas-
standar/indikator keberhasilan dalam tugas yang diberikan, memberikan
pencapaian target, hal ini bisa berupa jangka bimbingan ataupun konsultasi jika
waktu tertentu yang diberikan untuk diperlukan, menjelaskan kewajiban
melaksanakan penyelesaian TLHP. pelaksanaan peraturan perundangan dan
Setelah perencanaan disusun maka manfaat pelaksanaan rekomendasi
proses berikutnya adalah bagaimana pemeriksaan, dan memberikan motivasi
pimpinan memastikan bahwa perencanaan kepada bawahan.

174
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

Pengendalian (controlling) dilaksanakan Data diperoleh dari hasil wawancara,


oleh pimpinan dengan menilai kinerja pengamatan, dan dokumentasi. Penentuan
bawahannya dalam melaksanakan tugas- informan dalam penelitian ini dilakukan
tugas yang telah diberikan. Pimpinan dengan cara purposif (purposive), yaitu
melakukan pengendalian bukan hanya pada pemilihan berdasarkan atas ciri atau sifat
akhir kegiatan tetapi telah dimulai sejak awal tertentu yang dinilai mempunyai keterkaitan
dan dalam proses pengerjaan, hingga dengan ciri atau sifat populasi yang sudah
menuntut pertanggungjawaban pada akhir diketahui sebelumnya (Sutrisno, 1983).
kegiatan. Dalam hal penyelesaian TLHP, Peneliti menentukan kriteria mengenai jenis
maka pimpinan perlu memantau pekerjaan pending rekomendasi yang akan dikaji secara
bawahannya sudah sejauh mana proses khusus, yaitu:
penyelesaian dilakukan, memeriksa apakah 1. OPD yang memiliki jumlah pending TLHP
sesuai dengan rencana dan jika ditemui yang bersifat administrasi paling banyak.
kendala-kendala maka mengupayakan Berdasarkan data yang diperoleh,
mencari solusi yang terbaik. diketahui OPD yang memiliki pending
TLHP yang bersifat administrasi paling
METODE banyak adalah Dinas Pendidikan dan
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kebudayaan. Informan yang dipilih
kualitatif dengan jenis studi kasus (study adalah Kepala Dinas Pendidikan dan
case). Peneliti ingin mengetahui informasi Kebudayaan dan Kepala Sub Bidang
yang detail dan lengkap mengenai proses Perencanaan dan Akuntabilitas Kinerja.
penyelesaian TLHP yang dilakukan oleh auditi 2. OPD yang memiliki jumlah pending TLHP
dan mengetahui permasalahan yang yang bersifat pengembalian keuangan
menyebabkan penyelesaian TLHP belum paling besar. Berdasarkan data yang
optimal, informasi ini hanya dapat diperoleh diperoleh, maka diketahui OPD yang
dengan berbicara langsung dengan para memiliki pending TLHP yang bersifat
pelaksana (Creswell, 2014). Moleong (2014) pengembalian keuangan paling banyak
menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah Sekretariat DPRD dengan nilai
bermanfaat untuk keperluan peneliti yang pending TLHP sebesar
ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya, Rp.2.178.304.000,00. Informan yang
hal ini sesuai dengan penelitian ini di mana dipilih adalah Sekretaris DPRD dan
peneliti mengkaji proses penyelesaian TLHP. Kasubbag Administrasi Keuangan.
Peneliti mengumpulkan data di lapangan di 3. OPD yang memiliki temuan berulang
mana para informan mengalami masalah untuk beberapa tahun. Terdapat temuan
yang sedang dikaji dalam penelitian ini, yaitu yang terus berulang selama beberapa
pada OPD) di Pemerintah Daerah Kabupaten tahun, yaitu pertanggungjawaban
Sanggau, dengan pertimbangan bahwa belanja bantuan hibah, bantuan sosial
masih terdapat jumlah pending TLHP yang dan bantuan keuangan. Temuan ini terus
cukup signifikan. terjadi setiap tahun dari tahun 2008 –
2015 dengan total nilai yang masih harus

175
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

dipertanggungjawabkan sebesar pengorganisasian, peneliti mendapatkan


Rp.6.863.329.985,00. Berdasarkan jenis informasi mengenai alokasi sumber daya,
temuan tersebut maka OPD yang pembagian tugas, pendelegasian wewenang,
bertanggungjawab adalah Badan dan koordinasi yang dilakukan. Pada fungsi
Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah pengarahan, peneliti mendapatkan informasi
(BPKAD). Informan yang dipilih adalah mengenai upaya yang dilakukan pimpinan
Sekretaris Badan dan Kepala Subbid untuk menggerakkan tim dan memberikan
Pengelolaan Belanja Tidak Langsung dan tugas serta penjelasan kepada bawahan.
Pembiayaan Daerah. Pada fungsi pengendalian, peneliti
Peneliti juga memilih Kasubbag Evaluasi memperoleh informasi mengenai tindakan
dan Pelaporan Inspektorat Kabupaten evaluasi dan koreksi yang dilakukan.
Sanggau sebagai informan tambahan. Para Dalam proses analisis data, peneliti
informan ini dinilai dapat memberikan berpedoman pada analisis data menurut
informasi mengenai proses penyelesaian Creswell (2014), yaitu dimulai dengan
TLHP. Pimpinan OPD merupakan pejabat menyiapkan dan mengorganisasi data, yaitu
tertinggi di instansinya yang memegang hasil wawancara, pengamatan dan telaah
posisi paling strategis mengambil dokumen. Langkah berikutnya adalah
keputusan/kebijakan mengenai mereduksi data menjadi tema dengan
penyelesaian TLHP. Pejabat lain yang akan melakukan pengkodean maupun
diwawancarai adalah pejabat pelaksana yang peringkasan kode. Langkah terakhir adalah
mengetahui secara teknis proses menyajikan data dalam bentuk pembahasan.
penyelesaian TLHP di instansinya, sehingga Langkah-langkah yang dilakukan dalam
peneliti dapat memperoleh informasi yang penelitian ini, yaitu mengumpulkan data dari
lebih detail mengenai teknis operasional hasil wawancara dengan informan dan
pelaksanaan TLHP di lapangan serta dokumen pendukung lainnya yang diperoleh
memperoleh data yang sama dengan sumber dari hasil pengamatan maupun dokumentasi
yang berbeda, baik itu mengkonfirmasi ulang untuk meyakinkan kebenaran data yang
hasil wawancara dengan pimpinan dan diperoleh. Langkah selanjutnya peneliti
memperoleh bukti dokumentasi untuk membaca keseluruhan isi transkrip
memperkuat pernyataan yang ada. wawancara secara keseluruhan mencoba
Pedoman wawancara disusun menghubungkan antara data yang diperoleh
sedemikian rupa sesuai dengan kegiatan dari hasil wawancara dengan hasil
pokok pada setiap fungsi manajemen. Pada pengamatan dan dokumentasi untuk
fungsi perencanaan, maka peneliti memperoleh informasi secara keseluruhan.
mendapatkan informasi mengenai respon Untuk memperoleh keyakinan mengenai
pimpinan terhadap temuan, diskusi intern keabsahan data, maka hasil wawancara
yang dilakukan, strategi yang disusun, dengan pimpinan instansi kemudian
rencana kegiatan yang akan dilakukan, dibandingkan dengan hasil wawancara
kebijakan yang telah dikeluarkan, dan dengan pejabat teknis yang dapat
penentuan sumber daya. Pada fungsi memberikan informasi yang diperlukan

176
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

terkait informasi yang sama. Informasi hasil melakukan berbagai upaya penyelesaian
wawancara juga dibandingkan dengan TLHP. Langkah awal yang dilakukan masing-
dokumen pendukung lainnya seperti masing OPD tidak selalu sama dengan OPD
peraturan/kebijakan, notulen rapat, surat lainnya. Rapat internal begitu menerima LHP
tugas, surat-surat, laporan dan dokumen dilakukan oleh BPKAD dan DIKBUD,
lainnya yang berhubungan dengan sedangkan pada Sekretariat DPRD, pimpinan
permasalahan yang dikaji. Informasi yang cenderung melakukan diskusi langsung
diperoleh dari hasil wawancara dengan dengan pegawai yang bertanggung jawab
Kasubbag Evaluasi dan Pelaporan selaku pada permasalahan terkait. Masing-masing
informan tambahan berupa informasi OPD mempunyai kewenangan sendiri dalam
mengenai upaya pelaksanaan TLHP baik yang menentukan langkah-langkah yang paling
dilakukan oleh auditi maupun pemerintah efektif bagi organisasinya, demikian juga
daerah secara umum, informasi ini juga dengan pembentukan tim Ad Hoc seperti
digunakan sebagai pembanding dengan hasil yang telah dihimbau oleh Inspektorat. Tim Ad
wawancara dengan pihak OPD. Peneliti Hoc merupakan tim khusus yang
meneliti kembali data kasar yang telah bertanggung jawab menyelesaikan TLHP di
diperoleh, meringkasnya dan instansinya. BPKAD telah membentuk dan
mengelompokkannya berdasarkan memfungsikan tim Ad Hoc dalam kegiatan
kesesuaian masalah sesuai dengan tahapan penyelesaian TLHP, sementara Dinas
fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan Pendidikan dan Kebudayaan meskipun telah
(planning), pengorganisasian (organizing), membentuk tim Ad Hoc namun belum
pengarahan (directing), dan pengendalian berfungsi dengan baik, praktek penyelesaian
(controlling). Selanjutnya Peneliti TLHP masih bersifat tradisional yaitu
menyajikan data dalam bentuk deskripsi dilimpahkan ke bidang tertentu sebagai
terhadap proses penyelesaian TLHP yang penanggung jawab. Sekretariat DPRD malah
dilakukan OPD dan mengidentifikasi belum membentuk tim Ad Hoc padahal
penyebab belum optimalnya penyelesaian keberadaan tim Ad Hoc sangat penting untuk
TLHP di Pemerintah Kabupaten Sanggau. membantu percepatan penyelesaian TLHP
karena akan memudahkan proses koordinasi
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan berbagai pihak. Dari hasil
Proses Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan pengamatan peneliti berdasarkan informasi
Setiap organisasi auditi di Pemerintah yang diperoleh diketahui bahwa belum ada
Kabupaten Sanggau telah melalui tahapan keseragaman dalam proses penyelesaian
manajemen dalam penyelesaian TLHP. TLHP di OPD Pemerintah Kabupaten
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh, Sanggau.
setiap OPD telah merasakan manfaat OPD di Kabupaten Sanggau belum
pemeriksaan bagi perbaikan kinerja menetapkan tujuan dan target waktu
organisasinya. Masing-masing OPD penyelesaian TLHP secara eksplisit. Hal ini
memberikan respon terhadap laporan hasil dikarenakan pimpinan OPD tidak ingin
pemeriksaan yang diterimanya dengan memberikan penekanan kepada

177
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

pegawainya, OPD tidak dapat memprediksi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
waktu yang diperlukan untuk melakukan yang menjadi temuan. Bagi yang telah
kegiatan tertentu, dan pimpinan OPD membentuk tim Ad Hoc maka pembagian
memberikan kebijakan penyelesaian TLHP tugas seperti yang diuraikan dalam SK
yang disesuaikan dengan sifat pembentukan tim. Ada pula OPD yang
penyelesaiannya. Dokumen perencanaan memberikan tugas kepada individu/bidang
sebagai arsip penting yang akan bermanfaat tertentu untuk mengumpulkan bukti TLHP
sebagai panduan dalam pelaksanaan dengan melakukan koordinasi dengan bidang
kegiatan TLHP, oleh sebab itu perlu lainnya dalam intern instansi. Pembagian
didokumentasikan dengan baik. Bentuk tugas telah dirasakan cukup adil oleh para
dokumen perencanaan OPD di Kabupaten pelaksana. Setiap orang yang diberi
cukup bervariasi antar OPD, untuk hasil kepercayaan menyelesaikan TLHP
temuan terhadap laporan keuangan disesuaikan dengan bidang tugasnya masing-
Pemerintah Kabupaten Sanggau disusun masing. Pimpinan OPD juga memberikan
dalam bentuk Rencana aksi (action plan) kewenangan sesuai dengan batasan
sesuai permintaan BPK, namun untuk tertentu.
temuan pada masing-masing OPD memiliki OPD di Kabupaten Sanggau telah
bentuk tertulis tersendiri baik dalam bentuk melakukan proses komunikasi dan koordinasi
notulen rapat maupun disposisi surat. Dalam melalui forum rapat, surat maupun bertemu
pelaksanaan kegiatan tertentu diperlukan secara langsung. Koordinasi dilaksanakan
panduan yang rinci dalam bentuk aturan dengan pihak intern maupun ekstern
hukum. Dengan adanya Peraturan akan instansi. Pada proses koordinasi intern
memberikan kejelasan pelaksanaan tugas instansi ditemui adanya respon yang lambat
dan konsekuensinya. Sampai saat ini di karena kesibukan operasional instansi sehari-
Pemerintah Kabupaten Sanggau belum hari. Untuk proses koordinasi dengan pihak
memiliki aturan khusus mengenai eksternal OPD mengalami kesulitan dalam
penyelesaian TLHP sehingga pelaksanaan di proses penagihan kepada pihak ketiga
OPD belum seragam, tidak ada panduan karena perasaan sungkan pelaksana dan
pelaksanaan, dan tidak ada kejelasan keengganan dari pihak ketiga untuk
pemberian sanksi. menyelesaikan kewajibannya. Cepat atau
Pembagian tugas dan pendelegasian lambatnya penyelesaian TLHP sangat
wewenang merupakan pelaksanaan fungsi bergantung dari respon berbagai pihak,
pengorganisasian (organizing). Untuk namun OPD tetap berusaha melakukan
pembagian tugas yang dilaksanakan pada berbagai upaya terbaik untuk segera
instansi di Pemerintah Kabupaten Sanggau menyelesaikan temuan rekomendasi
berdasarkan bidang tugas masing-masing pemeriksaan yang menjadi tanggung jawab
sesuai dengan Susunan Organisasi, Tugas, pada organisasinya.
Fungsi, dan Tata Kerja (SOTK) Instansi Fungsi pengarahan (directing)
masing-masing ataupun diserahkan kepada menitikberatkan pada cara pimpinan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) menggerakkan bawahannya untuk dapat

178
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. kendala yang mereka alami dalam


Pada OPD pemerintah Kabupaten Sanggau, penyelesaian TLHP serta berusaha untuk
peran pimpinan adalah sebagai pemberi mengatasi setiap kendala yang ada. Kendala
arahan dan pengambil keputusan jika yang dialami OPD dalam melakukan evaluasi
terdapat kendala-kendala yang memerlukan berhubungan dengan tahapan manajemen
otoritas pimpinan, namun jika pejabat teknis sebelumnya, yaitu pada proses perencanaan
yang diberi tanggung jawab penyelesaian belum menetapkan target yang jelas
TLHP dapat mengatasinya maka pimpinan sehingga tidak ada standar/indikator
hanya sebatas mengawasi saja. Media keberhasilan untuk menilai hasil yang telah
komunikasi antara pimpinan OPD dan dicapai.
pegawai dapat melalui disposisi surat, rapat,
maupun perbincangan pribadi dengan Upaya Pemerintah Kabupaten Sanggau
pejabat teknis terkait. Terdapat pemahaman Mengoptimalkan Penyelesaian TLHP
yang sama antara pimpinan dan pejabat Pemerintah Kabupaten Sanggau telah
teknis yang menangani TLHP terhadap tugas- melakukan berbagai upaya dalam proses
tugas penyelesaian TLHP. Para pegawai telah penyelesaian TLHP antara lain dengan
memahami dengan baik tanggung jawab membentuk Majelis Pertimbangan Tuntutan
yang diberikan oleh pimpinan, namun Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi
pimpinan belum mampu memberikan (TPTGR). Tujuan dibentuknya Majelis
motivasi kepada pegawai. Berdasarkan Pertimbangan TPTGR adalah untuk
informasi yang diperoleh diketahui bahwa pengamanan dan penyelamatan terhadap
sistem reward dan punishment belum kerugian keuangan dan barang milik daerah
dilaksanakan di Pemerintah Kabupaten akibat perbuatan melanggar hukum atau
Sanggau. kelalaian seseorang. Dalam menjalankan
Fungsi pengendalian (controlling) tugasnya, Majelis Pertimbangan TPTGR
meliputi kegiatan evaluasi yang dilakukan dibantu oleh Tim Sekretariat Majelis
oleh OPD terhadap keberhasilan Pertimbangan TPTGR dalam menangani
pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan administrasi dan kesekretariatan.
kepada individu-individu yang diberi Beberapa upaya yang telah dilakukan
tanggung jawab. Kegiatan evaluasi dilakukan Majelis Pertimbangan TPTGR dalam
melalui forum rapat maupun melalui laporan penyelesaian kerugian daerah, antara lain
pejabat teknis terkait kepada pimpinan menetapkan temuan yang terbukti
instansi. Kegiatan evaluasi meskipun tidak menimbulkan kerugian daerah melalui Surat
diagendakan secara rutin, namun tetap Keputusan yang ditandatangani oleh Kepala
dilakukan sebagai bentuk pemantauan Daerah sebagai kerugian daerah. Majelis
terhadap perkembangan penyelesaian TLHP Pertimbangan TPTGR juga telah menyusun
yang terjadi pada instansi masing-masing teknis penagihan untuk beberapa kasus
karena akan dilaporkan ke unit pengawasan kerugian daerah. Dari hasil penelusuran
maupun Kepala Daerah. Setelah melakukan dokumen ditemukan bahwa pelaksanaan
evaluasi maka OPD mengidentifikasi kendala- pembayaran angsuran oleh individu yang

179
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

terutang tidak sesuai dengan teknis membentuk Tim Ad Hoc penyelesaian TLHP,
penagihan yang telah ditentukan. Upaya yaitu tim khusus yang menangani
Majelis TPTGR dalam melakukan penagihan penyelesaian TLHP pada masing-masing
terhadap pihak-pihak yang berkewajiban OPD. Tim Ad Hoc bertanggung jawab
menyelesaikan TLHP masih dengan upaya membuat komitmen bersama melalui
damai. Majelis TPTGR belum sampai penentuan target dan waktu dalam
melakukan upaya paksa, seperti menyelesaikan TLHP. Melalui Tim Ad Hoc
pemotongan gaji jika yang bersangkutan diharapkan akan memudahkan koordinasi
merupakan pegawai negeri sipil maupun antara instansi dan lembaga pengawasan
anggota DPRD atau melakukan penyitaan maupun dengan pihak ketiga. Berdasarkan
aset. Salah satu tugas dari Majelis hasil temuan di lapangan terhadap ketiga
Pertimbangan TPTGR adalah mengajukan OPD yang menjadi objek pemeriksaan dan
usul penghapusan temuan bagi temuan- konfirmasi dari Inspektorat maka diketahui
temuan yang sudah tidak dapat bahwa masih banyak OPD yang belum
ditindaklanjuti, namun berdasarkan hasil membentuk tim Ad Hoc.
penelitian sampai saat ini Pemerintah Dari hasil pengamatan peneliti selama
Kabupaten Sanggau belum pernah beberapa waktu di kantor Inspektorat,
mengusulkan penghapusan temuan. terlihat aktivitas Inspektorat selaku lembaga
Selain membentuk Majelis Pertimbangan pengawasan daerah dalam menanggapi LHP
TPTGR, dalam rangka upaya penyelesaian BPK yang baru diterima. Beberapa upaya
TLHP Pemerintah Kabupaten Sanggau juga untuk mempercepat penyelesaian TLHP yang
telah membentuk tim tindak lanjut hasil dilakukan oleh Inspektorat, antara lain
pemeriksaan BPK. Tim TLHP BPK bertugas dengan memberikan penegasan pelaksanaan
melaksanakan rapat pembahasan LHP BPK, TLHP kepada SKPD melalui surat teguran
menindaklanjuti rekomendasi dalam LHP maupun surat perintah pelaksanaan TLHP,
BPK sesuai dengan bidang tugas masing- kemudian Inspektorat juga menghimpun
masing, memberikan jawaban atau semua temuan yang ada dan melakukan
penjelasan tentang tindak lanjut atas pemantauan atas temuan-temuan tersebut,
rekomendasi dalam LHP dan menyampaikan terhadap temuan-temuan yang signifikan
dokumen pelaksanaan tindak lanjut kepada Inspektorat mengundang OPD serta
BPK, dan melaporkan kemajuan pelaksanaan mengundang pihak ketiga yang mempunyai
TLHP BPK kepada Bupati Sanggau. Pada kewajiban penyelesaian TLHP untuk
pelaksanaannya rapat tim TLHP BPK membahas penyelesaiannya. Dalam
dilaksanakan bersamaan dengan rapat pertemuan dengan OPD maupun pihak
monev dengan Kepala Daerah yang ketiga terkait akan dibicarakan mengenai
dilaksanakan secara insidentil pada saat komitmen yang bersangkutan, khususnya
menerima LHP BPK. yang berkaitan dengan pengembalian
Pemerintah Kabupaten Sanggau juga keuangan. Komitmen ini terkait dengan
telah menghimbau agar masing-masing kesediaan OPD atau pihak ketiga
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menyelesaikan kewajibannya dalam kurun

180
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

waktu tertentu. Pernyataan komitmen dapat diatur lebih detail sesuai dengan kondisi di
berupa ditandatanganinya Surat Tanggung daerah. Hal-hal khusus yang perlu diatur
Jawab Mutlak (SKTJM) atau melakukan secara detail, antara lain mengenai prosedur
penyetoran kembali ke kas daerah terhadap penyelesaian TLHP di daerah, cara
kerugian daerah yang telah diidentifikasi. menangani masalah-masalah umum,
Berbagai upaya telah dilakukan maupun sanksi yang akan diberikan kepada
Pemerintah Kabupaten Sanggau dalam pihak-pihak yang lalai.
rangka melaksanakan tindak lanjut hasil Dari hasil penelitian diperoleh informasi
pemeriksaan BPK, namun upaya-upaya bahwa belum semua OPD membentuk tim
tersebut masih belum optimal karena ada Ad Hoc, OPD tidak membuat rencana aksi
beberapa permasalahan yang ditemukan, (action plan), serta tidak ada pemberian
baik yang terjadi di tingkat OPD maupun di sanksi terhadap pihak yang melakukan
tingkat pemerintah daerah. Bagian kelalaian. Hal-hal tersebut terjadi karena
berikutnya akan dibahas mengenai tidak adanya aturan hukum yang mengatur
permasalahan yang menyebabkan TLHP secara tegas mengenai ketentuan
belum optimal. penyelesaian TLHP. Setiap OPD di
Pemerintah Kabupaten Sanggau telah
Penyebab Belum Optimalnya Penyelesaian memiliki mekanisme sendiri dalam proses
TLHP penyelesaian TLHP yang tidak sama dengan
Berdasarkan proses penyelesaian Tindak OPD lainnya. Salah satu ketidakseragaman
Lanjut Hasil Pemeriksaan yang dilakukan oleh yang terjadi adalah belum semua OPD
OPD melalui analisis pelaksanaan fungsi- membentuk tim Ad Hoc, yaitu sebuah tim
fungsi manajemen yang telah dibahas khusus yang menangani penyelesaian TLHP
sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasi di instansinya. Keberadaan tim Ad Hoc akan
beberapa penyebab belum optimalnya memberikan kemudahan bagi instansi dalam
penyelesaian TLHP di Pemerintah Kabupaten pembagian tugas dan melakukan koordinasi
Sanggau berdasarkan kelemahan-kelemahan lintas sektoral. Penerapan di Pemerintah
yang ditemukan dalam tahapan-tahapan Provinsi dan mulai ditiru di daerah
manajemen OPD maupun Pemerintah menunjukkan bahwa tim Ad Hoc bermanfaat
Daerah secara keseluruhan. untuk proses penyelesaian TLHP yang lebih
1. Belum Tersedianya Kebijakan Khusus efektif, namun sayangnya belum semua OPD
tentang TLHP di Kabupaten Sanggau membentuk tim Ad
Berdasarkan hasil temuan dalam proses Hoc karena tidak adanya aturan hukum yang
penyelesaian TLHP di Pemerintah Kabupaten mengatur hal ini secara tegas.
Sanggau diketahui bahwa belum ada Pada tahap awal perencanaan, OPD di
kebijakan khusus yang mengatur Pemerintah Kabupaten Sanggau tidak
pelaksanaan TLHP. Panduan yang digunakan membuat rencana aksi (action plan) sebagai
selama ini berupa peraturan perundangan dokumen perencanaan. BPK menyarankan
dari pusat yang mengatur hal-hal umum saja, agar auditi menyusun sebuah rencana aksi
sedangkan banyak hal-hal khusus yang perlu (action plan) yaitu sebuah dokumen yang

181
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

berisi ringkasan hasil temuan, rekomendasi dalam peraturan perundang-undangan.


hasil pemeriksaan, rencana kegiatan yang Dengan adanya aturan hukum maka
akan dilakukan, serta target waktu yang keseragaman mekanisme penyelesaian TLHP
diperlukan. Dokumen ini berguna sebagai dapat diatur serta memberi daya paksa
dasar pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan instansi kepada pihak-pihak yang
sebagai bahan melakukan evaluasi. Rencana berkewajiban melaksanakan tindak lanjut.
aksi (action plan) menjadi salah satu format 2. Masalah Koordinasi
yang efektif sebagai bentuk dokumen Berdasarkan hasil temuan penelitian,
perencanaan karena mengandung ringkasan beberapa masalah yang terjadi dalam proses
yang penting sebagai panduan pelaksanaan koordinasi di Pemerintah Kabupaten
kegiatan. Rencana aksi (action plan) TLHP Sanggau yaitu terkait dengan lambatnya
sebagai sarana untuk memudahkan respon dari pihak lain serta kegiatan
dilakukannya pemantauan atas pelaksanaan koordinasi dengan lembaga pengawasan
TLHP, salah satunya adalah mencantumkan yang belum intensif. Koordinasi intern
target waktu yang bisa mengingatkan instansi terkendala dengan kesibukan
pelaksana untuk segera menyelesaikannya. operasional instansi sehari-hari yang
Penentuan target waktu diperlukan sebagai menyebabkan respon penyelesaian TLHP
ukuran keberhasilan dalam melakukan suatu menjadi lambat untuk dipenuhi bahkan
kegiatan. Berdasarkan hasil penelitian terjadi kecenderungan di OPD bahwa TLHP
ditemukan bahwa OPD di Pemerintah merupakan pekerjaan tambahan dan bukan
Kabupaten Sanggau belum menetapkan prioritas. Penyelesaian TLHP merupakan
target waktu dalam menyelesaikan TLHP. tanggung jawab dari pekerjaan yang harus
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa segera dikerjakan meskipun bukan
belum ada sanksi yang tegas bagi instansi merupakan tugas pokok pelaksana. Hal ini
ataupun individu yang tidak menyelesaikan berhubungan dengan kedisiplinan dan
TLHP di lingkungan Pemerintah Kabupaten prioritas dari individu terkait.
Sanggau. Sanksi masih mengacu pada aturan Koordinasi dengan pihak ekstern telah
yang bersifat umum, yaitu mengacu pada dilakukan, baik dengan unit pengelola teknis
pemberian hukuman disiplin namun pada OPD lain maupun kontraktor melalui
tindakan konkretnya belum pernah berbagai media yang ada, namun cepat atau
diberikan. OPD menghadapi kendala dalam lambatnya penyelesaian TLHP tergantung
melakukan penagihan pengembalian kepada respon mereka. Jika unit
keuangan terhadap pihak ketiga dikarenakan pengelola/kontraktor merespon dengan
terbatasnya daya paksa instansi. OPD hanya cepat maka penyelesaian TLHP secara
melakukan tindakan penagihan secara keseluruhan juga akan cepat, namun tidak
normatif, yaitu dengan mengirim surat semua pihak merespon dengan cara yang
pemberitahuan saja. OPD tidak dapat sama. Pada akhirnya kembali pada aturan
mengambil tindakan paksa terhadap pihak- hukum yang tegas sangat diperlukan sebagai
pihak yang tidak segera menyelesaikan TLHP alat pengendali agar suatu proses dapat
karena tidak ada kewenangan tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Dari hasil

182
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

temuan penelitian diketahui bahwa menyelesaikan TLHP. Dari hasil wawancara


koordinasi antara OPD dan pihak lembaga diperoleh informasi bahwa Pemerintah
pengawasan kurang intensif, khususnya yang Kabupaten Sanggau belum menerapkan
berkaitan dengan rekomendasi yang sulit sistem reward dan punishment, tidak ada
dilaksanakan. Dengan adanya koordinasi perbedaan perlakuan antara yang cepat
dengan lembaga pengawasan menunjukkan mengerjakan dan yang lambat atau tidak
bentuk keseriusan OPD terhadap mengerjakannya. Pada dasarnya setiap
penyelesaian TLHP, di mana ada upaya OPD orang tentunya berkeinginan untuk meraih
dalam mengatasi kendala-kendala yang prestasi dan berusaha untuk mencapainya,
dialaminya. namun hal utama yang diperlukan setiap
3. Pimpinan Belum Mampu Memberikan orang adalah mendapat dorongan/
Motivasi perangsang secara terus-menerus sehingga
Pimpinan OPD telah berupaya menjalankan dalam melaksanakan pekerjaannya dengan
perannya dengan ikut terlibat dalam upaya tetap bersemangat, dengan demikian
penyelesaian TLHP, antara lain pimpinan mereka dapat bekerja dengan segala daya
memberi kepercayaan dan tanggung jawab dan upaya (Manulang, 2002). Setiap orang
kepada pegawai, memberi kesempatan membutuhkan motivasi sebagai kebutuhan
konsultasi, memberikan solusi jika pegawai paling mendasar dalam bekerja (Donnelly,
mengalami kesulitan, serta sebagai Gibson & Ivancevich, 1995), oleh sebab itu
pengambil keputusan dan penanggung pimpinan hendaknya dapat memberikan
jawab terhadap keseluruhan kegiatan. motivasi kepada bawahannya.
Menurut Ruky (2002), seorang pimpinan Reward merupakan salah satu cara untuk
dikatakan telah memimpin dengan efektif memberi motivasi kepada seseorang yang
jika ia mampu mengarahkan pegawainya merupakan bentuk penghargaan karena
untuk mengerjakan seluruh pekerjaan sesuai suatu prestasi tertentu yang sudah dicapai
dengan yang telah direncanakan sebelumnya orang tersebut. Tujuan diberinya reward
untuk mencapai tujuan organisasi. yaitu agar seseorang bisa lebih giat lagi dalam
Kurangnya keterampilan seorang pemimpin meningkatkan kinerja yang telah dicapai
dalam membangkitkan dan memelihara (Nugroho, 2006). Demikian juga dengan
motivasi kepada bawahannya menyebabkan punishment yang merupakan bentuk
penyelesaian TLHP menjadi belum optimal. motivasi tapi dari sisi yang berbeda, yaitu
Berdasarkan hasil analisis terhadap proses sesuatu yang harus dihindari sehingga
penyelesaian TLHP, pimpinan OPD di seseorang harus melakukan yang terbaik
Pemerintah Kabupaten Sanggau dinilai agar terhindar dari hal-hal yang tidak
belum optimal dalam menggerakkan menyenangkan. Ivancevich, Konopaske &
pegawainya menuntaskan TLHP. Matteson (2006:226) mendefinisikan
Salah satu bentuk pemberian motivasi punishment sebagai tindakan memberi
pimpinan kepada pegawai adalah dengan konsekuensi yang tidak menyenangkan atau
menerapkan sistem reward dan punishment tidak diinginkan sebagai hasil dari perilaku
terhadap pegawai yang diberi tugas tertentu. Pemberian motivasi merupakan

183
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

keterampilan manajerial yang harus dimiliki yang memberi kemudahan dalam


oleh seorang manajer yang baik (Silalahi, penyelesaian TLHP.
2011 & Grifin, 2004), oleh sebab itu pimpinan Menurut Subanegara (2005), komitmen
OPD perlu mengembangkan merupakan bentuk kesetiaan pimpinan
keterampilannya dalam memberikan maupun pegawai terhadap organisasinya.
motivasi kepada pegawai agar dapat Jadi komitmen merupakan bentuk ikatan
menyelesaikan pekerjaannya dengan psikologis antara anggota dan organisasinya
antusias. Jika setiap pegawai melakukan (Meyer & Allen, 1997). Pegawai yang
pekerjaan mereka dengan semangat tinggi, memiliki komitmen tinggi tentu akan
maka penyelesaian TLHP juga bisa optimal. berusaha memberikan sesuatu yang terbaik
4. Kurangnya Komitmen Pimpinan untuk mengembangkan organisasinya (Baron
Kurangnya komitmen pimpinan secara tidak & Greeberg, 2000). Komitmen seseorang
langsung membuat daya paksa instansi akan terlihat dalam bentuk sikap dan
menjadi lemah. Selain komitmen pimpinan perilaku (Darmawan, 2013). Dalam hal
instansi, komitmen Kepala Daerah juga penyelesaian TLHP, pimpinan OPD dinilai
berperan besar dalam mendorong belum memiliki komitmen yang tinggi. Hal ini
penyelesaian TLHP. Komitmen pimpinan terlihat dari pemindahan pejabat yang tidak
dapat dilihat dari sikap pimpinan dalam mempertimbangkan kewajiban yang
membuat kebijakan, salah satu contohnya bersangkutan terhadap penyelesaian TLHP,
adalah dengan pemindahan pejabat/staf belum memberikan penekanan kepada
teknis yang belum menyelesaikan tanggung pegawai yang bertanggung jawab dalam
jawabnya untuk melaksanakan rekomendasi penyelesaian TLHP, belum adanya kebijakan
auditor. Jika pimpinan mempunyai tertulis tentang penyelesaian TLHP, jarang
komitmen yang kuat untuk menyelesaikan membahas perkembangan TLHP saat
TLHP, maka setiap pejabat harus terlebih pertemuan, dan belum menganggap
dahulu menyelesaikan rekomendasi auditor penyelesaian TLHP sebagai prioritas karena
yang menjadi tanggung jawabnya sebelum lebih mementingkan kegiatan operasional
menunaikan tugas di tempat yang baru. yang lain.
Kebanyakan temuan yang sulit diselesaikan Komitmen memberikan kekuatan
adalah temuan-temuan yang sudah lama (power) untuk melakukan yang terbaik bagi
dikarenakan pejabat yang menanganinya organisasi melalui semua skill kepemimpinan
telah pindah tugas, sehingga pejabat baru yang dimiliki oleh seseorang. Dengan adanya
kesulitan menemukan dokumen atau komitmen yang kuat dari pimpinan OPD dan
permasalahan detailnya. Komitmen Kepala Daerah, maka akan menimbulkan
pimpinan juga terlihat dari peran pimpinan semangat bagi seluruh pegawai untuk
memberi perhatian khusus terhadap mengikuti arahan dari pimpinannya.
penyelesaian TLHP, baik itu membahas Komitmen yang kuat dari pimpinan juga
dalam suatu pertemuan maupun dalam secara tidak langsung memberi daya paksa
memberikan dukungan-dukungan tertentu bagi organisasi, baik melalui pemberian

184
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

sanksi tertentu maupun ketegasan pimpinan 6. Belum Optimalnya Peran Majelis


dalam setiap kebijakan yang dibuatnya. Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan
5. Masalah Evaluasi dan Tuntutuan Ganti Rugi
Dari hasil temuan di lapangan, Pemerintah Majelis Pertimbangan TPTGR dibantu oleh
kabupaten Sanggau mengalami kesulitan Tim Sekretariat berperan dalam melakukan
dalam melakukan evaluasi dan belum analisis kasus-kasus TPTGR yang ada di
melakukan evaluasi secara berkala terhadap Kabupaten Sanggau dan mengambil
perkembangan penyelesaian TLHP. Kesulitan tindakan-tindakan yang diperlukan sebagai
dalam melakukan evaluasi yang dialami oleh upaya pengamanan aset daerah dan
OPD dikarenakan perencanaan yang disusun menyelamatkan kerugian keuangan daerah.
sebelumnya belum maksimal. Perencanaan Dari hasil temuan diketahui bahwa peran
bermanfaat sebagai standar pelaksanaan Majelis Pertimbangan TPTGR belum optimal
dan pengawasan (Usman, 2013), jadi jika di mana sejauh ini baru melakukan upaya
sebelumnya dalam perencanaan tidak damai dalam melakukan penagihan kerugian
menentukan ukuran standar/indikator daerah kepada pihak-pihak yang
keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan bertanggung jawab sedangkan nilai kerugian
target penyelesaian TLHP secara jelas maka berjumlah besar dan sudah sangat lama.
akan sulit melakukan evaluasi terhadap Tidak ada tindakan tegas dari Majelis TPTGR
pencapaian yang diperoleh, apakah telah dalam melakukan tindakan disiplin kepada
sesuai dengan rencana atau tidak. pihak-pihak yang lalai memenuhi tanggung
OPD di Pemerintah Kabupaten Sanggau jawabnya.
telah melakukan evaluasi terhadap Belum optimalnya Majelis Pertimbangan
perkembangan penyelesaian TLHP, namun TPTGR dalam menjalankan fungsinya juga
tidak ada jadwal yang tetap. Evaluasi yang terlihat dari belum pernah dilakukan
dilakukan secara berkala dapat bermanfaat penghapusan temuan yang sulit dan sudah
untuk memantau perkembangan yang lama. Jika dilihat dari data yang ada maka
terjadi dan jika ada kendala maka dapat masih terdapat temuan yang sudah lama dan
dengan segera dicari solusinya. Evaluasi tidak ada perkembangan status
dapat dilakukan dalam lingkungan intern penyelesaiannya. Temuan-temuan yang
OPD maupun dalam lingkup pemerintah sudah lama ini sulit diselesaikan karena
kabupaten Sanggau secara keseluruhan, baik beberapa rekomendasi sulit dilaksanakan
berupa penyampaian laporan tertulis karena sudah tidak relevan seiring
maupun membahasnya bersama dalam berjalannya waktu maupun orang yang
forum rapat. Dengan ditentukannya jadwal berkewajiban menindaklanjutinya sudah
evaluasi terhadap perkembangan TLHP, meninggal dunia atau sudah tidak diketahui
maka akan mendorong setiap pelaksana keberadaannya. Yang berwenang
lebih serius menanggapi tanggung jawabnya menghapus temuan adalah lembaga
terhadap penyelesaian TLHP. pengawasan, namun tentunya perlu
diusulkan oleh pihak auditi sesuai dengan
persyaratan yang diperlukan.

185
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

Majelis Pertimbangan TPTGR sangat yang belum ditindaklanjuti maka perlu


berperan penting dalam percepatan dilakukan penelusuran ulang yang terkadang
penyelesaian TLHP karena memiliki otoritas sulit dilakukan karena orang-orang yang
dan wewenang yang kuat dan sah secara bertanggung jawab dan mengetahui
hukum. Majelis TPTGR juga perlu memberi permasalahannya sudah tidak berada di
pertanggungjawaban berupa laporan kepada tempat dan banyak dokumen yang sudah
Kepala Daerah yang selanjutnya hilang.
meneruskannya kepada Menteri Dalam Untuk pengembalian keuangan daerah,
Negeri Cq. Direktur Jenderal Bina pada dasarnya tergantung lagi kepada
Administrasi Keuangan Daerah terkait komitmen pribadi yang bersangkutan. Ada
perkembangan penyelesaian kasus kerugian sebagian orang yang berusaha memenuhi
Daerah. Majelis TPTGR perlu lebih cermat kewajibannya dengan melakukan
lagi dalam mempelajari setiap temuan penyetoran sekaligus atau melalui cicilan,
kerugian daerah yang ada dan diperlukan namun ada juga yang tidak mampu untuk
komitmen yang kuat dari para majelis dalam membayar dan tidak mau membayar.
mendukung berbagai upaya penyelesaian Pemerintah Kabupaten Sanggau juga telah
TLHP serta untuk proses penagihan dan menetapkan teknis penagihan dan angsuran
pembebanan kerugian perlu dilakukan lebih pembayaran ganti rugi untuk beberapa kasus
intensif lagi. Untuk temuan-temuan yang tertentu, namun kepatuhan setiap orang
sudah lama dan sulit diselesaikan, maka menaati aturan ini juga berbeda-beda.
Majelis TPTGR dapat mengusulkan Menurut pengalaman OPD terkadang
penghapusan temuan ke BPK sesuai dengan menemui masalah ketika melakukan
ketentuan yang berlaku. penagihan terhadap orang yang harus
7. Kendala Teknis Lainnya melakukan penyetoran kembali, di mana
Terdapat beberapa kendala teknis yang pegawai yang menagih mendapat respon
dialami oleh OPD di Pemerintah Kabupaten tidak menyenangkan dari orang-orang yang
Sanggau yang menjadi penyebab ditagih. Meskipun sangat bergantung pada
penyelesaian TLHP belum optimal. Kendala orang yang bersangkutan, namun OPD tetap
teknis yang dialami oleh OPD di Pemerintah harus berusaha semaksimal mungkin dalam
Kabupaten Sanggau, yaitu orang yang melakukan tugasnya. Pemerintah Daerah
berkewajiban menyelesaikan TLHP sudah juga perlu untuk memperhatikan hal ini dan
meninggal atau sudah pindah tugas dan tidak memikirkan cara terbaik menghadapi setiap
diketahui keberadaannya lagi serta faktor permasalahan yang ditemui.
komitmen pribadi yang bersangkutan yang Kendala teknis lainnya yang dihadapi oleh
enggan untuk mengembalikan kerugian OPD, yaitu kesulitan memenuhi permintaan
daerah. Kebanyakan temuan yang sulit auditor yang terkait dengan perbedaan
ditindaklanjuti adalah yang berkaitan dengan mekanisme atau format administrasi antara
pengembalian keuangan dan kesulitan yang dimiliki oleh instansi auditi dan auditor.
menemukan dokumen administrasi yang Setiap OPD memiliki kesulitan tersendiri
sudah lama. Untuk temuan-temuan lama dalam penyelesaian TLHP yang bisa

186
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

disebabkan oleh pengendalian intern dalam Lanjut Hasil Pemeriksaan dengan


instansi yang belum efektif, kuantitas melaksanakan setiap tahapan/fungsi
maupun kualitas sumber daya manusia, manajemen sebagai respon dari
ketersediaan sarana dan prasarana rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Hasil
pendukung, dan sebagainya. Secara teknis penelitian menemukan bahwa terdapat
sebelum penerbitan LHP, auditi diberikan kelemahan dalam proses penyelesaian TLHP
kesempatan untuk memberikan penjelasan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten
yang akan menjadi pertimbangan auditor Sanggau yang menyebabkan belum
menentukan kelayakan temuan tersebut optimalnya penyelesaian TLHP. Kelemahan-
yang akan dimuat di LHP. Karena itu, auditi kelemahan yang ditemukan peneliti, yaitu
harus lebih cermat dalam menanggapi hasil pertama, belum tersedianya kebijakan
pemeriksaan BPK sebelum diterbitkan LHP khusus tentang TLHP sehingga para
sesuai dengan prosedur teknis agar tidak pelaksana tidak memiliki panduan dalam
mengalami kesulitan dalam menindaklanjuti pelaksanaan kegiatan, setiap OPD
hasil temuan di masa mendatang. mengambil kebijakannya masing-masing dan
Kendala-kendala yang dialami setiap OPD tidak ada keseragaman pola penyelesaian
dalam penyelesaian TLHP tentunya perlu TLHP di Pemerintah Kabupaten Sanggau,
dicarikan solusi yang tepat. Kendala yang serta tidak ada ketegasan mengenai
dialami OPD pada umumnya terkait dengan pemberian sanksi bagi pihak yang lalai
sulitnya penagihan kerugian negara terhadap memenuhi kewajibannya.
pihak ketiga, temuan-temuan yang telah Kedua, lambatnya respon pihak lain
lama sehingga sulit untuk melakukan dalam pelaksanaan proses koordinasi dan
penelusuran, keberadaan orang yang belum intensifnya koordinasi antara OPD dan
bertanggung jawab terhadap temuan sulit lembaga pengawasan. Koordinasi intern
untuk ditemui, maupun perbedaan instansi terkendala oleh kesibukan
mekanisme/format administrasi dengan operasional instansinya. Lambatnya respon
auditor. OPD harus berusaha maksimal untuk pihak ketiga dikarenakan kurangnya rasa
mengatasi kendala tersebut baik itu dengan tanggung jawab dan kedisiplinan individu
membentuk tim khusus untuk melakukan yang bersangkutan serta tidak adanya daya
penelusuran dan penagihan maupun paksa instansi melakukan proses penagihan.
melakukan koordinasi dengan Inspektorat Belum intensifnya koordinasi antara OPD dan
dan BPK. Untuk temuan yang tidak dapat lembaga pengawasan dalam menyelesaikan
ditindaklanjuti maka OPD dapat temuan-temuan yang sulit ditindaklanjuti
mengumpulkan bukti-bukti pendukung yang menunjukkan tingkat keseriusan
diperlukan untuk selanjutnya digunakan menyelesaikan TLHP yang masih rendah.
dalam pengajuan penghapusan temuan. Ketiga, pimpinan belum mampu
memberikan motivasi kepada para pegawai
SIMPULAN dalam melakukan penyelesaian TLHP. Sistem
OPD di Pemerintah Kabupaten Sanggau telah reward dan punishment belum diterapkan di
melaksanakan proses penyelesaian Tindak Pemerintah Kabupaten Sanggau sehingga

187
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

para pegawai tidak memiliki dorongan Ketujuh, belum optimalnya penyelesaian


semangat dalam bekerja. Keempat, TLHP disebabkan oleh kendala-kendala
kurangnya komitmen pimpinan yang terlihat teknis yang dihadapi oleh OPD. Kendala-
dari kebijakan mutasi pegawai yang tidak kendala yang dihadapi OPD antara lain
mempertimbangkan kewajiban TLHP yang terkait temuan-temuan yang sudah lama di
belum selesai, belum memberikan mana dokumen pendukung sulit ditemukan
penekanan dan sanksi kepada pegawai yang dan orang yang menanganinya telah pensiun,
lalai melaksanakan tugasnya, belum adanya meninggal, atau telah pindah tugas ke
kebijakan tertulis yang mengatur tempat lain. Kendala lainnya yang dihadapi
pelaksanaan TLHP, jarang membahas oleh OPD terkait dengan kewajiban pihak
perkembangan TLHP pada saat pertemuan, ketiga mengembalikan kerugian daerah di
dan lebih mementingkan kegiatan mana sebagian ada yang sudah meninggal,
operasional lainnya dari pada penyelesaian tidak diketahui keberadaannya, dan rasa
TLHP. enggan untuk menyetorkan kewajibannya ke
Kelima, kesulitan dalam melakukan kas daerah. Kendala berikutnya adalah yang
proses evaluasi dan evaluasi yang tidak berkaitan dengan kesulitan memenuhi
dilaksanakan secara berkala. Kesulitan dalam format administrasi BPK yang disebabkan
melakukan evaluasi dikarenakan oleh perbedaan mekanisme antara OPD dan
perencanaan yang belum matang, yaitu tidak BPK selama ini sehingga dibutuhkan waktu
menentukan indikator keberhasilan berupa yang lama untuk melakukan proses
tujuan dan target waktu penyelesaian TLHP. penyesuaian.
Akibatnya sulit untuk mengukur keberhasilan
kegiatan, apakah telah sesuai dengan DAFTAR PUSTAKA
rencana atau tidak. Evaluasi yang tidak Aikins, S. (2012). Determinants of Auditee
dilakukan secara berkala menyebabkan Adoption of Audit Recommendations:
kedisiplinan pegawai dalam melaporkan Local Government Auditor’s
perkembangan TLHP rendah dan cenderung Perspectives. Journal of Public Budgeting,
kurang serius menanggapi TLHP karena tidak Accounting & Financial Management, 24
(2), 195-220.
selalu terpantau oleh pimpinan.
Keenam, belum optimalnya peran Majelis Arini, I.G.A.A.K. (2014). Analisis Peran
Manajer Dalam Tindak Lanjut Laporan
Pertimbangan TPTGR dalam menangani
Hasil Pemeriksaan Oleh Satuan
kasus kerugian daerah. Majelis Pemeriksaan Intern di RSUP Sanglah
Pertimbangan TPTGR sebagai lembaga yang Denpasar Tahun 2012. Tesis, Universitas
memiliki kewenangan secara hukum belum Indonesia, Program Studi Kajian
melakukan tindakan yang tegas kepada Administrasi Rumah Sakit, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
pihak-pihak yang lalai memenuhi
kewajibannya serta belum pernah Baron, R. A., & Greeberg, J. (2000). Behavior
in Organizations (7th Edition). New
mengusulkan penghapusan temuan yang
Jersey: Prentice Hall, Inc.
sudah tidak bisa ditindaklanjuti.

188
Analisis Penyelesaian Tindak …. (Lusiana, Ali Djamhuri, & Yeney Widya Prihatiningtias)

BPKP. (2009). Modul Pembentukan Auditor Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan


Ahli Auditing. Jakarta: Pusat Pendidikan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan. Jakarta.
dan Pelatihan Pengawasan BPKP. Liu, J., & Lin, B. (2012). Government Auditing
Creswell, J. (2014). Penelitian Kualitatif & and Corruption Control: Evidence from
Desain Riset: Memilih di Antara Lima China’s Provincial Panel Data. China
Pendekatan (Edisi Indonesia). Journal of Accounting Research, 5, 163-
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 186.
Darmawan. (2013). Prinsip-Prinsip Perilaku Loke, C.H., Ismail, S., & Hamid, F.A. (2016).
Organisasi. Surabaya: Pena Semesta. The perception of public sector auditors
on performance audit in Malaysia: an
Donnelly, Gibson, & Ivancevich. (1995).
exploratory study. Asian Review of
Fundamentals of Management (9th
Accounting, 24 (1), 90-104.
Edition). New York: Irwin INC.
Manulang. M. (2002). Manajemen Sumber
Grifin, R. W. (2004). Manajemen (Edisi ke 7).
Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT
Jakarta: Erlangga.
Remaja Rosda.
Hasibuan, M. (2014). Manajemen: Dasar,
Meyer, J.P., & Allen, N. J. (1997).
Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT.
Commitment in The Work Place Theory
Bumi Aksara.
Research and Application. California:
Ivancevich, K., & Matteson. (2006). Perilaku Sage Publications.
Manajemen Dan Organisasi. Jakarta:
Moleong, L. (2014). Metodologi Penelitian
Erlangga.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Junarlin. (2009). Evaluasi Atas Tindak Lanjut Karya.
Hasil Pemeriksaan Oleh Inspektorat
Naeemullah, K., Muhammad, I.H.,
(Studi Kasus pada Inspektorat Provinsi
Muhammad, S., Uddin, M.N., & Shafqat,
Sulawesi Tenggara). Laporan Studi Kasus,
H. (2010). The managerial behavior of
Universitas Brawijaya, Program Magister
secondary school heads in punjab
Akuntansi, Pascasarjana Fakultas
(pakistan). Educational Research and
Ekonomi, Malang.
Reviews, 5 (4), 186-189.
Kaelin, A. (2016). Auditing 101. Journal of
Newport, M.G., & Robert L.T. (1976).
Protective Coatings & Linings, 33 (8), 18-
Management: Functions and Behavior.
21.
Dallas: Business Publications, Inc.
Keating, G. (1995). The art of the follow-up.
Nickels, W.G., McHugh, J.M., & McHugh, S.M.
The Internal Auditor, 52 (2), 59.
(1997). Understanding Business (4 ed.).
Kementerian Pendayagunaan Aparatur USA: McGraw Hill Comp, Inc.
Negara. (2005). Surat Edaran Menteri
Nugroho, B. (2006). Reward dan Punishment.
Pedayagunaan Aparatur Negara Nomor
Bulletin cipta karya, departemen
SE/02/M.PAN/01/2005 tentang
pekerjaan umum edisi no 6/IV/ Juni 2006.
Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1945).
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Tahun 1945. Jakarta.
Negara. (2009). Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Republik Indonesia. (2004).
Negara Nomor 9 Tahun 2009 tentang Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004
Pedoman Umum Pelaksanaan, tentang Pemeriksaan Pengelolaan

189
Jurnal Economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017

Tanggungjawab Keuangan Negara. Sidik, A. (2009). Analisis Permasalahan


Jakarta. Tindak Lanjut Hasil Audit Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah Daerah
Pemerintah Republik Indonesia. (2005).
(Studi Kasus pada Inspektorat Provinsi
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
Nusa Tenggara Barat). Laporan Studi
2005 tentang Pedoman Pembinaan Dan
Kasus, Universitas Brawijaya, Program
Pengawasan Penyelenggaraan
Magister Akuntansi, Pascasarjana
Pemerintahan Daerah. Jakarta.
Fakultas Ekonomi.
Qureshi, A.A., Afzal, S., Daud, I., & Saleem,
Silalahi, U. (2011). Asas-Asas Manajemen.
M.A. (2013). A comparative analysis of
Bandung: PT. Refika Aditama.
gender based management styles of
software project managers. International Stoner, J.A.F., & Newport, E. (1982).
Journal of Computer Applications, 71, Management (3th edition). Texas:
(14). Business Publications Inc
Rucky, A. (2002). Manajemen Penggajian Subanegara. (2005). Diamond Head Drill &
dan Pengupahan Untuk Karyawan Kepemimpinan dalam Manajemen
Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Rumah Sakit. Yogyakarta: Andi Press.
Utama. Suryanto, A. (2015). Studi Keterlambatan
Russell, J.P., & Regel, T. (1996). After the Tindak Lanjut Temuan Hasil Pemeriksaan
quality audit: Closing the loop on the Inspektorat Daerah Kabupaten
audit process. Quality Progres, 29 (6), 65. Kulonprogo D.I Yogyakarta dan
Implementasi Manajerial. Tesis,
Sari, D. (2013). Pengaruh SPIP, Implementasi
Universitas Muhammadiyah, Program
Standar Akuntansi Pemerintahan,
Magister Manajemen, Pascasarjana
Penyelesaian Temuan Audit Terhadap
Fakultas Ekonomi.
Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola
Pemerintahan yang Baik (Penelitian Pada Sutrisno, H. (1983). Metodologi Research.
Pemerintah Daerah Di Provinsi Jawa Yogyakarta: BPFE.
Barat Dan Banten). Simposium Nasional Terry, G. R. (1977). Principles of Management
Akuntansi XVI. Manado. (7th edition). Homewood, Illinois:
Schneider, A. (2009). Informing The Audit Richard D. Irwin.
Commite: Information and Reports Usman, H. (2013). Manajemen: Teori,
Provided by Internal Audit. Internal Praktik, dan Riset Pendidikan (Edisi ke 4).
Auditing, 24 (2), 24-32. Jakarta: PT Bumi Aksara.

190

Anda mungkin juga menyukai