36-Article Text-313-2-10-20191101
36-Article Text-313-2-10-20191101
Naskah diterima: 29 Maret 2019, direvisi: 8 Agustus 2019, disetujui: 20 September 2019
Abstrak – Beban anggaran negara akibat korupsi yang dilakukan para PNS yang belum dipecat telah menjadi
sorotan utama pemberitaan media massa nasional, termasuk menjadi hot issue di media sosial. Merdeka.com
adalah salah satu media sosial yang ikut memberitakan kasus korupsi para aktor birokrasi tersebut. Pemberitaan
Merdeka.com dalam kasus korupsi PNS cenderung memberi framing negatif pada sikap pemerintah. Kajian ini
menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Motode analisis yang digunakan adalah
model framing Gamson-Modigliani dengan teknik analisis deskiptif-interpretif, dan metode pengumpulan data
dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberitaan Merdeka.com menempatkan pemerintah pada
posisi negatif sebagai dampak dari ketidakjelasan sikap para pejabatnya dalam menindak tegas PNS pelaku
tindak pidana korupsi (tipikor). Perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning device)
yang digunakan Merdeka.com lebih banyak menonjolkan pernyataan bernada permisif terkait sikap pemerintah
dan para pejabatnya atas kasus korupsi yang membelit institusinya. Di sisi lain, pihak pemerintah yang
ditampilkan sebagai narasumber (baik ditinjau dari sisi methapors, catchphrases, exemplars, dan depictions
maupun dari sisi roots, appeals to principle, dan consequence) juga terlihat defensif dalam memberi solusi atas
wacana tipikor yang dilakukan para PNS.
Kata kunci: Korupsi PNS, analisis framing, sikap ambigu pemerintah.
Abstract - The burden of the state budget due to corruption by unscrupted civil servants has been the main focus
of national mass media coverage, including being a hot issues on social media. Merdeka.com is one of the
social media that has contributed to the corruption of the bureaucratic actors. News on Merdeka.com in
corruption cases of civil servants tends to give a negative framing on the attitude of the government. This study
uses a constructivist paradigm with a qualitative approach. The analytical method used is the Gamson-
Modigliani framing model with desciptive-interpretive analysis techniques, and documentation data collection
methods. The results of the analysis show that the news of Merdeka.com put the government in a negative
position as a result of the unclear attitude of the officials in taking firm action against PNS perpetrators of
corruption. The framing device and the reasoning device used by Merdeka.com emphasize more permissive
statements regarding the attitude of the government and its officials over corruption cases that surround their
institutions. On the other hand, the government shown as a resource person (both in terms of methapors,
catchphrases, exemplars, and depictions as well as roots, appeals to principle, and consequence) also looks
defensive in providing solutions to the corruption discourse carried out by civil servants.
Keywords: Public servant corruption, framing analysis, umbiguous attitude of the government.
PENDAHULUAN korupsi. PNS yang menjadi aktor terbanyak
Fenomena korupsi—yang berlangsung dalam kasus korupsi karena dinilai memiliki
dalam wujud dan modus yang beragam— akses sebagai pelaksana dalam sejumlah
intensitas dan penyebarannya bak virus ganas kegiatan. Pada 12 September 2018 lalu, Badan
dengan stadium mematikan. Berbagai jenis Kepegawaian Negara (BKN) telah merilis
terapi, resep, dan obat penawar sudah sebaran data rekapitulasi 2.357 PNS yang
diberikan, namun virusnya telah menyebar di terlibat tindak pidana korupsi. Dari jumlah itu,
hampir semua lini, level, dan sektor kehidupan sebanyak 98 orang adalah PNS yang ada di
bangsa, tak terkecuali sektor birokrasi yang sejumlah kementerian atau lembaga tingkat
menjadi ujung tombak pelayan publik. pusat. Sementara, 2.259 lainnya tersebar di
Banyaknya PNS yang terjerat kasus korupsi sejumlah provinsi, kabupaten, dan kota.
membuat birokrasi menjadi trend setter
98
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
100
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
konstruksi sosial atas realitas yang yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
merepresentasikan fakta, dan karenanya berwenang, dan diserahi tugas dalam suatu
dianggap sebagai kebenaran (Rusadi, 2015). jabatan negeri, atau diserahi tugas negara
Melalui analisis framing model Gamson- lainnya. Undang Undang No. 8 Tahun 1974 jo
Modigliani, penggunaan perangkat bahasa Undang Undang No. 43 Tahun 1999 yang
sebagai cermin wacana media akan terlihat diperbarui oleh Undang-Undang No. 5 Tahun
sosoknya dalam framing berita korupsi PNS 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang di konstruksi Merdeka.com. Bagaimana menyebut, anggota Polri dan TNI dianggap
teks berita di framing dalam suatu wacana; tidak lagi menjadi bagian dari pegawai negeri.
bagaimana strategi media dalam Adapun pada UU ASN, definisi pegawai
mengonstruksi suatu peristiwa dan memberi negeri diganti dengan Aparatur Sipil Negara.
pemaknaan atas peristiwa itul; bagaimana Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi salah satu
sebuah peristiwa dipandang penting atau tidak jenis pekerjaan Aparatur Sipil Negara, selain
penting; bagaiman individu atau kelompok PPK/P3K (Pegawai Pemerintah dengan
tertentu dimaknai dan digambarkan (baik atau Perjanjina Kerja).
buruk); serta strategi wacana apa yang Berita. Berita adalah hasil rekonstruksi
digunakan untuk mengubah pemahaman dari realitas sosial yang terdapat dalam
khalayak terkait isu korupsi PNS melalui cara kehidupan. Berita adalah apa yang ditulis surat
bercerita/narasi tertentu—yang seluruhnya kabar cetak (maupun online), apa yang
akan tercermin atau terepresentasikan dalam disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan
teks berita. televisi. Berita didefinisikan sebagai informasi
baru, penting, dan bermakna, berpengaruh
Definisi Konseptual
kepada khalayaknya. Berita adalah laporan
Korupsi. Dari sudut etimologi korupsi
mengenai hal atau peristiwa yang baru terjadi,
berasal dari kata „corruptio‟ atau „corruptus‟
menyangkut kepentingan umum, bersifat
(bahasa latin) yang berarti „kerusakan‟ atau
aktual, terjadi di lingkungan terdekat dan
„kebobrokan‟. Sementara secara terminologi,
berpengaruh terhadap pembaca serta
korupsi adalah „penyalahgunaan kepercayaan
diberitakan atua disiarkan secara cepat oleh
publik‟ (public distrust) atau „penyalahgunan
media massa.
kekuasaan‟ (abuse of power) yang melekat
Media Online. Media online adalah
pada suatu jabatan publik oleh
saran komunikasi yang tersaji secara online di
seseorang/sekelompok orang dengan tujuan
situs web (website) yang dapat diakses oleh
memperkaya diri sendiri atau menguntungkan
setiap orang dengan menggunakan teknologi
pihak lain (Evi Hartanti, 2007).
internet. Media online disebut juga media
Definisi Transparency International
daring, media digital, media internet, dan
menyebut “penyalahgunaan kekuasaan yang
media siber (cyber media). Media online atau
dipercayakan untuk pendapatan pribadi”
media sosial (social media) merupakan produk
(“corruption is operationally defined as the
jurnalistik online (cyber journalism) yang
abuse of entrusted power for private gain”).
melakukan aktivitas jurnalistik melalui
Sementara Bank Dunia mendefinisikan
pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi
korupsi sebagai “penyalahgunaan jabatan
dan didistribusikan melalui jaringan internet,
publik untuk keuntungan pribadi” (corruption
seperti portal, website (situs web, termasuk
is the abuse of public office for private gain).
blog), radio streaming (online), TV streaming
Berikutnya, Undang-Undang No. 31 Tahun
(online), dan email. Isi media online terdiri:
1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
teks, visual/gambar, audio, dan audio-visual
tentang Tindak Pidana Pemberantasan
(video).
Korupsi, mendefinisikan korupsi sebagai:
Portal Berita (Situs Web). Web portal
“perbuatan melawan hukum, memperkaya diri
adalah situs web (website) yang menjadi pintu
orang atau badan lain yang merugikan
gerbang (starting point) bagi setiap
keuangan atau perekonomian negara (pasal 2)
pengunjung dunia maya yang ingin mencari
serta menyalahgunakan kewenangan karena
informasi/berita di internet. Portal berita online
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
adalah bagian dari web portal. Web portal bisa
keuangan atau perekonomian negara (pasal
berdiri sendiri atau merupakan konvergensi
3).”
dari media cetak dan elektronik. Kemampuan
PNS/ASN. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
portal web yang lebih spesifik adalah
adalah pegawai yang telah memenuhi syarat
penyediaan kandungan (content) informasi
101
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
atau berita yang dapat diakses menggunakan komersial. Meski demikian, Merdeka.com
beragam perangkat teknologi informasi adalah salah satu portal berita terdepan di
modern—seperti personal computer (PC), Indonesia dalam hal aktualitas atau kebaruan
komputer jinjing (notebook), PDA (personal berita (breaking news).
digital assistant), atau bahkan telepon Secara historis, Merdeka.com adalah
genggam (hand phone). situs (portal) berita hasil diversifikasi dari situs
Portal berita (online news) adalah jenis berita KapanLagi.com yang menyajikan
penyajian berita melalui medium baru (new informasi berita seputar isu selebritis dan
media), pasca media mainstram, seperti koran, entertainment. KapanLagi.com didirikan awal
majalah (cetak) yang menyajikan teks dan tahun 2003 oleh Steve Christian bersama
gambar, dan radio televisi yang menyajikan seorang rekannya. Tahun 2012 Steve mencoba
teks, gambar, dan audio (media penyiaran). peruntungan baru dengan membangun situs
Media online—sebagai fenomena baru berita yang lebih serius. Gagasan Seteve—
jurnalistik yang eksis di awal tahun 1990-an yang mendapat suntikan dana dari Sugiono
dengan berkembangnya internet dan website Wiyono (komisaris di Trikomsel)—inilah yang
(world wide web)—bisa memadukan teks, kemudian melatari kelahiran situs berita
gambar, audio, dan video (multimedia). Merdeka.com. Saat ini Merdeka.com menjadi
portal berita dengan prinsip kerja jurnalistik
HASIL DAN PEMBAHASAN modern. Komitmen Merdeka.com adalah
Merdeka.com adalah portal web yang
menyajikan informasi yang benar dan enak
berisi berita dan artikel. Berbeda dari situs-
dinikmati, karena di era digital yang tak
situs berita lainnya, Merdeka.com hanya
bertepi, perlu ada informasi yang benar, cepat
memiliki edisi online (versi dalam
saji, mudah diakses, akurat, dan bisa
jaringan/daring internet) yang sepenuhnya
dipertanggungjawabkan.
menggantungkan pendapatan untuk
mendukung operation business-nya dari iklan
Tabel 1 Teks Berita 1 Judul: “PNS Napi Korupsi Masih Digaji, Negara Berpotensi Rugi Rp 72 M”
Elemen inti berita (idea element) PNS juga akan molor”. Argumen lain dari
Dalam pandangan Merdeka.com, kasus pihak pemerintah juga masih berkutat pada
korupsi yang dilakukan para PNS yang belum kendala-kendala teknis, semisal “ada PPK
dipecat dan masih tercatat aktif sebagai PNS yang baru menjabat (baru diangkat/menduduki
selama ini telah membebani anggaran negara jabatan sebagai PPK), sehingga enggan
yang cukup besar. Berdasarkan alasan ini, memberhentikan PNS pelaku tipikor.” Atau
Indonesian Corruption Watch (ICW)—salah pernyataan “adanya surat edaran dari
satu LSM terkemuka nasional yang bergiat di pengacara LBH Korpri kepada KPK untuk
bidang advokasi, riset, publikasi, dan menunda pemberhentian (PNS pelaku tipikor)
deseminasi korupsi—mendatangi Badan dengan tidak hormat,” serta pernyataan
Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melaporkan “beberapa pasal dalam Undang-Undang ASN
dugaan potensi kerugian negara yang diaki- sedang diujimaterikan” (methapors).
batkan para PNS yang terjerat kasus tipikor— Padahal, menurut Wana, jika kita kaji
namun hingga saat ini belum dipecat, masih dari sisi jumlah kasus tipikor yang dilakukan
berstatus PNS dan masih tetap menerima gaji oleh para PNS tersebut, jika dilihat dari sisi
dan berbagai tunjangan dari pemerintah. jumlah pelaku cukup banyak (termasuk jumlah
ICW—seperti dituturkan oleh Wana uang negara yang mereka curi). Menurut
Alamsyah (staf divisi investigasi ICW)— keterangan BKN, “masih ada sekitar 1.466
memperkirakan negara masih harus PNS yang telah divonis bersalah karena
mengeluarkan dana sekitar Rp 6,5 miliar per terbukti melakukan tipikor, tapi masih
bulan, atau Rp 72 miliar per tahun buat para mendapat gaji dan tunjangan.” Sementara ICW
PNS yang terlibat tipikor. Jumlah potensi memperkirakan “negara masih harus
kerugian negara kemungkinan akan lebih besar mengeluarkan dana sekitar Rp 6,5 miliar
dan akan terus bertambah. Pasalnya, nilai sebulan, atau Rp 72 miliar setahun buat
potensi kerugian negara yang dihitung ICW mereka.” Kedua pernyataan di atas merupakan
hanya berbasis perkiraan kasar, yakni dihitung frase yang kontras dan menonjol yang
dari gaji pokok PNS pelaku tipikor. digunakan Merdeka.com sebagai jargon
Perangkat framing (framing device) (catchphrases) pemberitaannya.
yang tersaji dalam konten pemberitaan Dalam keterangan lain yang
Merdeka.com—terkait kasus tipikor yang disampaikan Wana, pejabat BKN kerap
berlangsung massif di lingkungan birokrasi menggunakan pernyataan klise, seperti
pemerintah mendapat respon cukup kritis dari “Kemendagri mengalami kesulitan, karena
staf divisi investigasi ICW itu. Namun, dalam tidak ada salinan putusan (dari) pengadilan. Ini
kutipan pernyataan Wana kepada sebetulnya dorongan juga bagi Mahkamah
Merdeka.com terlihat statement yang permisif Agung, untuk segera memberikan seluruh
terkait temuan ICW atas kasus tipikor para salinan putusan pengadilan kepada instansi
PNS yang sudah dilaporkan kepada terkait. Artinya, Pejabat Pembina
pemerintah. Kepegawaian (PPK) yang dijabat kepala
Menurut Wana, dalam pertemuan ICW daerah, menteri, atau sekretaris daerah itu bisa
dengan pihak pemerintah (pejabat BKN), melakukan tindakan pemecatan (dengan
pejabat pemerintah yang berwenang cenderung segera).” Keterangan pihak pemerintah (BKN)
merespon secara permisif, dimana saat yang bersumber dari Wana ini digunakan
dikonfirmasi banyak memakai kalimat Merdeka.com sebagai perbandingan untuk
pengandaian (perumpaan) saat memberi memperjelas bingkai pemberitaannya terkait
keterangan kepada ICW—seperti “masalahnya ketidakjelasan sikap pemerintah dalam
PPK tidak segera memperoleh amar putusan menindak para PNS pelaku tipikor
pengadilan.” Sebab, “jika (amar putusan) tidak (exemplars).
segera diterima PPK, maka pemberhentian
103
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
Sementara itu, kasus tipikor PNS Mahkamah Agung yang (tidak segera)
sepertinya juga tidak dipandang pemerintah diterima oleh PPK dan BKN; (2) Pejabat
sebagai perilaku menyimpang (deviant Pembina Kepegawaian yang baru mendapat
behavior) para pelayan publik dan abdi negara, tugas sebagai PPK; pejabat PPK yang enggan
yakni tindak kejahatan luar biasa (extra memberhentikan PNS yang telah diputus
ordinary crime). Sebab, kosa kata yang bersalah oleh pengadilan; (3) ada upaya
digunakan pemerintah makna kalimatnya hukum yang dilakukan LBH Korpri (dengan
terkesan bersayap atau bermakna ganda menyurati KPK) untuk menunda eksekusi
(konotatif), seperti: „terjerat,‟ „mengambil titik (tindakan pemecatan) terhadap PNS yang
tengah,‟ „azas praduga tak bersalah,‟ dan melakukan korupsi; (4) prinsip azas praduga
„silahkan tanya PPK.‟ Kalimat bersayap tak bersalah (kendati PNS pelaku tipikor sudah
(konotatif) ini ditonjolkan Merdeka.com terbukti bersalah); dan (5) Undang-Undang
sebagai leksikon (depictions) untuk memberi ASN yang sedang dalam proses uji materil di
penekanan sebagai representasi sikap (pejabat) Mahkamah Konstitusi. Perangkat penalaran ini
pemerintah yang terkesan kompromis, digunakan Merdeka.com sebagai analisis
permisif, dan defensif dalam menindak para sebab-akibat (roots) untuk menekankan
PNS pelaku tipikor yang telah terbukti kepada khalayak bahwa berita yang
melakukan korupsi keuangan negara. disampaikan terkait sikap ambigu
Dari sisi semiotik, Merdeka.com juga (inkonsisten) pemerintah atas kasus tipikor
menyertakan foto PNS dengan tanda atau citra PNS adalah benar (sesuai fakta berita).
visual (visual image) yang tengah berbaris Perangkat penalaran yang terbaca dalam
mengenakan seragam Korps Pegawai Republik bentuk premis dasar atau klaim moral (sesuatu
Indonesia (Korpri). Citra visual ini jelas yang dianggap benar sebagai landasan untuk
bermakna sarkasme (sindiran): Sebagai abdi mengonstruksi kesimpulan) terkait kasus
negara dan pelayan masyarakat, PNS tipikor para PNS, terkonstruksi dalam argumen
seyogyanya memegang teguh nilai dan etika Wana yang menyebut bahwa lambatnya proses
profesi yang menjunjung tinggi kejujuran, pemecatan para PNS yang terlibat kasus
keikhlasan, dan kerelaan berkorban untuk tipikor—yang hingga saat ini masih aktif
masyarakat, bangsa, dan negara. Citra visual berdinas dan menerima gaji serta tunjangan
ini dikonstruksi untuk melegitimasi bingkai sebagai PNS—menurut pihak pemerintah
pemberitaan (framing device) secara bukan semata-mata kesalahan mereka (baca:
keseluruhan. PPK dan pejabat BKN), tapi juga kesalahan
Perangkat penalaran (reasoning devices) pihak lainnya (appeals to principle).
yang disajikan Merdeka.com bahwa kasus Konsekuensi (consequences) dari
tipikor yang dilakukan para PNS yang tidak pernyataan Wana yang disajikan sebagai
dipecat dan telah membebani anggaran negara framing pemberitaan Merdeka.com jelas
itu jangan dilihat secara parsial; semata-mata menunjukkan bahwa pemerintah (PPK dan
kesalahan an sich pemerintah. Namun, pejabat BKN) tidak bisa dipersalahkan atas
kondisi/situasi tersebut terkait dengan: (1) kasus banyaknya jumlah PNS pelaku tipikor
lambatnya salinan putusan pengadilan (yang yang membebani anggaran negara karena
telah berkekuatan hukum tetap—inkracht) dari belum dipecat.
Tabel 2 Teks Berita 2 Judul: “Negara Merugi Rp 6,6 Miliar Akibat Banyak ASN Terpidana Korupsi Belum
Dipecat”
104
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
PNS/ASN.
105
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
birokrasi yang secara existing masih bermental melatari keenggan dan sikap permisif para
KKN sebagai akar utamanya. Framing ini pejabat pemerintah untuk: (1) melakukan
memberi ilustrasi pada khalayak pada tindakan tegas (dalam bentuk pemecatan); dan
lemahnya inisiatif dan komitmen pemerintah (2) alasan-alasan yang subjektif-irasional
untuk menindak PNS pelaku tipikor (seperti pertimbangan kemanusiaan, nama baik
dilingkungan internalnya (depictions). dan kehormatan institusi/esprit de corps).
Secara semiotik, Merdeka.com juga Reasoning device ini ditujukan untuk memberi
menyertakan foto barisan PNS dengan citra penekanan kepada khalayak pembaca bahwa
visual (visual image) yang menggambarkan berita yang disampaikan terkait sikap permisif
sekelompok PNS sedang keluar dari kantor dan defensif pejabat pemerintah untuk
(entah istirahat atau pulang kantor), terlihat mengambil tindakan tegas terhadap para PNS
sibuk dan menampakan gesture „lelah.‟ pelaku tipikor adalah benar (sesuai dengan
Visualisasi ini untuk memberi penekanan pada fakta berita).
sosok PNS sebagai pekerja keras. Secara Perangkat penalaran lain yang terlihat
simbolik, visualisasi ini bisa dimaknai: sebagai sebagai premis dasar atau klaim moral
pelayanan publik, PNS berhak mendapat (sesuatu yang dianggap benar sebagai landasan
perlindungan pemerintah, respek publik, dan untuk mengonstruksi kesimpulan) terlihat
kelayakan hidup yang digunakan sebagai citra dalam argumen narasumber yang menyatakan
visual bingkai pemberitaan Merdeka.com. bahwa kelambanan dan keengganan
Perangkat penalaran (reasoning devices) pemerintah (baik di tingkat pusat maupun
yang digunakan Merdeka.com terkait kasus daerah) dalam mengambil tindakan tegas
tipikor para PNS adalah statement narasumber, berupa pemecatan PNS yang terlibat kasus
seperti „rasa kemanusiaan,‟ adanya tipikor di lingkungan kerjanya masing-masing
„semangat/kehormatan korps‟ (esprit de yang dilatari oleh alasan „kemanusiaan,‟
corps), dan potensi „konflik kepentingan‟ „semangat korps,‟ dan pejabat yang „saling
(conflict of interest) di antara para pejabat lempar tanggung jawab‟ telah berakibat pada
pemilik kewenangan. Sulitnya penanganan perugian anggaran/keuangan negara (appeals
para PNS korup lebih disebabkan oleh alasan to principle).
kemanusiaan serta alasan bahwa BKN telah Konsekuensi (consequences) dari
meminta bupati (atau menteri) untuk segara pernyataan narasumber yang digunakan
memecat PNS dilingkup kerjan (instansi)-nya sebagai framing berita Merdeka.com jelas
masing-masing yang terbukti melakukan menunjukkan bahwa pemerintah (khususnya
tipikor. PPK dan pejabat BKN) tidak correct dan
Semua alasan itu digunakan sebagai serius dalam menindak atau memberi sanksi
perangkat penalaran untuk menjelaskan pada perilaku koruptif PNS.
adanya faktor sebab-akibat (roots) yang
Tabel 3 Teks Berita 3 Judul: “Tak Ada Alasan Pemerintah Tunda Pemecatan ASN Terbukti Korupsi”
106
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
Exemplars: Consequences:
"Kalau bicara tentang hukum sebenarnya tidak kurang Berbagai alasan pemerintah yang berujung pada tidak
lagi terkait peraturan perundang-undangan pemecatan adanya upaya untuk mengambil tindakan tegas pada para
PNS terutama terkait korupsi." PNS pelaku tipikor tak hanya akan membebani anggaran
"Masalahnya adalah di level pelaksanaan.” “Menteri, negara (Rp 6,6 miliar per bulan atau Rp 72 triliun per
Gubernur, Bupati dan Walikota belum mau memecat tahun), namun tindakan itu sangat berbahaya bagi
ASN dengan segala argumennya.” pembentukan nilai-nilai positif bernegara: mewujudkan
birokrasi pelayanan berorientasi profesional, dan handal;
dus potensial merusak kepercayaan publik (lokal,
nasional maupun internasional) pada pemerintah.
Depictions:
Kosa kata „verry clear,‟ „amunisi,‟ „senjata,‟ dan „asas
legalitas,‟ digunakan sebagai leksikon untuk memberi
label „lengkapnya peraturan perundangan‟ untuk
memecat PNS pelaku tindak pidana korupsi.
Visual Images:
Karikatur dua orang yang tengah bersalaman, memberi
penekanan pada simbol persahabatan, kekeluargaan dan
kekompakan (esprit de corps) sebagai citra negatif
(kolusi, nepotisme). Citra, nilai/budaya organisasi ini
tumbuh subur di hampir seluruh level birokrasi
pemerintah (pusat maupun daerah).
Berikutnya, wacana (korupsi) harus bahwa lambannya proses pemecatan para PNS
dipahami sebagai sebuah peristiwa sosial pelaku tipikor bukan semata-mata kesalahan
dengan empat ciri utamanya: (1) wacana tunggal mereka. Konsekuensi (consequences)
(korupsi) selalu terkait dengan tempat dan dari klaim moral: pemerintah bukanlah satu-
waktu tertentu; (2) wacana (korupsi) selalu satunya pihak yang harus dipersalahkan.
memiliki subjek („siapa yang berbicara/who Teks berita 2. Perangkat framing berita
speak)‟ karena peristiwa (korupsi) terjadi (framing device) Merdeka.com juga cenderung
ketika ada pihak yang menghadirkan bahasa memberi citra negatif pada pemerintah, seperti
dalam waktu dan tempat tertentu; (3) wacana terlihat pada penonjolan kalimat „saya kan‟
(korupsi) selalu menunjuk pada sesuatu yang cuma kena getahnya‟ (methapors), kontras
sedang dibicarakan (baca: penggerogotan dengan komitmen (slogan) pemerintah untuk
anggaran negara), merujuk pada dunia yang menciptakan aparatur sipil negara yang bersih
sedang digambarkan (baca: birokrasi sebagai dan bebas KKN (catchphrases), adanya sikap
sarang koruptor); dan (4) wacana (korupsi) ragu dan ambigu (exemplars), serta lemahnya
merupakan locus bagi berlangsungnya inisiatif dan komitmen pemerintah dalam
pertukaran pesan dan pemaknaan atas menindak PNS pelaku tipikor (depictions),
peristiwa (antara pemerintah, media, dan serta penggunaan citra visual (visual image)
khalayak). bermakna „permohonan penghargaan‟ (respek
Dalam pemahaman framing berbasis publik).
paradigma konstruksi sosial, teks pemberitaan Dari sisi perangkat penalaran (reasoning
(korupsi PNS) tidak bisa dipisahkan dari device), Merdeka.com menonjolkan „sisi
konteks (birokrasi sebagai ruang praktik kemanusiaan‟, „kehormatan korps‟ (esprit de
korupsi) dan wacana (ujuran, tuturan, corps), dan „conflict of interest‟ sebagai alasan
rangkaian kalimat bermakna), karena sebab-akibat (roots), serta diksi „lempar
ketiganya merupakan satu kesatuan yang utuh. tanggung jawab‟ sebagai klaim moral yang
Dengan demikian, framing pemberitaan kasus mendasari sikap permisif dan defensif
tipikor PNS yang disajikan sebagai fakta pemerintah dalam mengambil tindakan tegas
penulisan berita oleh Merdeka.com telah pada PNS pelaku tipikor (appeals to
memberi dampak negatif pada citra principles). Konsekuensi dari alasan subjektif
pemerintah. pemerintah („kemanusiaan‟, „semangat korps‟,
„conflict of interest‟) jelas akan memberi
KESIMPULAN dampak pada meningkatnya beban APBN
Dari hasil pembahasan dan analisis
dalam jangka panjang (consequences).
pemberitaan kasus tipikor PNS di
Pada teks berita 3, perangkat framing
Merdeka.com—ditinjau dari model analisis
pemberitaan (framing device) Merdeka.com
framing device dan reasoning device Gamson-
tetap pada framing negatif, seperti terlihat
Modigliani—dapat disimpulkan sebagai
pada kalimat pengandaian „jika negara mau
berikut.
serius memerangi korupsi‟ dan „aturan untuk
Teks berita 1. Perangkat framing berita
itu sudah ada (lengkap)‟ (methapors).
(framing device) Merdeka.com cenderung
Penggunaan kalimat methapors ini sekaligus
memberi citra negatif pada pemerintah.
menjadi frase yang kontras (ditonjolkan)
Framing negatif tersebut terlihat pada
sebagai catchphrases. Sementara pada kalimat
penonjolan kalimat yang bernada permisif
„masalah ada di level pelaksanaan‟ digunakan
(methapors), kalimat ambigu sebagai
sebagai exemplars, serta kosa kata (leksikon)
catchphrases, kalimat perbandingan yang
seperti „verry clear,‟ „amunisi,‟ „senjata,‟ dan
bernada klise (exemplars), kosa kata (leksikon)
„asas legalitas‟ sebagai depictions.
bemakna konotatif/bahasa bersayaf
Penempatan gambar karikutur sosok laki-laki
(depictions), serta cita visual (visual images)
yang tengah bersalaman (visual images) secara
yang secara semiotik bermakna menyindir
semiotik bisa dimaknai sebagai simbol kolusi
(sarkastik).
dan nepotisme (nilai, tradisi atau budaya yang
Dari sisi perangkat penalaran (reasoning
masih sulit dieksklusi dari tubuh birokrasi).
device), Merdeka.com menonjolkan sikap
Dari sisi perangkat penalaran (reasoning
inkonsisten dan ambigu sebagai alasan sebab-
devices), faktor sebab-akibat (roots) terlihat
akibat (roots) yang melatari sikap permisif
dalam kalimat „tidak ada alasan, motif atau
pemerintah. Sikap ini juga terlihat dari klaim
argumen yang logis‟; serta aspek appeals to
moral pemerintah (appeals to principle),
principle terlihat dari kalimat „lengkapnya
109
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
aspek yuridis, etis, dan politis‟; serta Eriyanto (2011). Analisis Framing:
konsekuensi (consequences), yakni tidak Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.
adanya tindakan tegas yang dilakukan Yogyakarta: LKiS.
pemerintah pada para PNS pelaku tipikor— Fatkhuri (2017). Korupsi dalam Birokrasi dan
jelas akan memberi dampak pada beban Strategi Pencegahannya. Jurnal Ilmiah
anggaran negara, sulitnya membentuk nilai- Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial, 2
nilai positif bernegara (mewujudkan birokrasi (1), 65-76. DOI:
bermental pelayanan, profesional, dan handal) 10.26623/themessenger.v6i1.166.
serta potensial merusak kredibilitas, integritas, Gamson, William A. and Andre Modigliani
dan kepercayaan publik terhadap komitmen (1989). Media Discourse and Public
penegakan hukum pemerintah. Opinion on Nuclear Power: A
Kajian ini merekomendasikan beberapa Constructionist Approach. American
hal berikut. Pada level khalayak pembaca Journal of Sociology, 1 (95), 1-37.
diharapkan lebih kritis dan cerdas dalam Gerintya, Scholastica (2018). Kementerian dan
memilih dan memilah pemberitaan yang Lembaga Mana yang Jadi Sarang Para PNS
disajikan media, khususnya media online. Korupsi? Retrieved from in
Pada level praktisi media, peneliti https://tirto.id/kementerian-dan-lembaga-
menyarankan agar menulis dengan komitmen mana-yang-jadi-sarang-para-pns-korupsi-
„menyampaikan peristiwa apa adanya‟ cZvp.
(objektif) bukan „menciptakan atau Hartanti, Evi (2007). Tindak Pidana Korupsi.
merekayasa peristiwa‟ (subjektif). Sebagai Jakarta: Sinar Grafika.
media online ternama, Merdeka.com dapat Helping Countries Combat Corruption: The
memosisikan dirinya sebagai media online Role of the World Bank. Retrieved from
yang memiliki tanggung jawab sosial sebagai http://www1.worldbank.
landasan penting untuk melahirkan masyarakat org/publicsector/anticorrupt/corruptn/cor02
pembaca yang kritis, cerdas, dan sadar akan .htm.
kebenaran informasi (smart and well http://jurnalistikonline1.blogspot.com/2015/11
informated society). /pengertian-karakteristik-media-
Pada level pemilik media, Merdeka.com online.html.
diharapkan menjadi media online mampu http://www.kpk.go.id/modules/edito/content_f
memberi public awareness dan menyajikan aq.php?id=15.
prinsip pemberitaan objektif, adil, profesional, http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-
proporsional, dan seimbang (cover both side) web-portal.html.
sesuai dengan kaidah, norma, etika, dan https://id.wikipedia.org/wiki/KapanLagi.com.
prinsip kerja jurnalistik modern. https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial.
https://id.wikipedia.org/wiki/Merdeka.com.
UCAPAN TERIMA KASIH https://id.wikipedia.org/wiki/Pegawai_pemerin
Penulis mengucapkan terima kasih
tah_dengan_perjanjian_kerja.
kepada Pimpinan Redaksi Jurnal Media dan
https://kbbi.web.id/berita.
Komunikasi (DIAKOM), para editor DIAKOM,
https://kompas.id/baca/utama/2018/09/18/koru
dan Mitra Bestari DIAKOM yang telah
psi-di-sektor-birokrasi-jadi-tren-saat-ini/
memberi kesempatan kepada penulis untuk
https://tirto.id/2357-koruptor-masih-berstatus-
mempublikasikan naskah artikel ini.
pns-kpk-soroti-peran-kepala-daerah-
cW8M.
DAFTAR PUSTAKA https://www.komunikasipraktis.com/2018/10/p
Berger, Peter L. dan Luckmann, Thomas engertian-berita-online-online-news.html.
(1990). Tafsir Sosial Atas Kenyataan: https://www.merdeka.com/company/tentang-
Risalah Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: kami.html.
LP3ES. https://www.merriam-
Bungin, Burhan (2005). Metodologi Penelitian webster.com/dictionary/esprit_de_corps.
Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Huda, Sokhi (2018). Model-Model Analisis
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Teks Media. Retrieved from
Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media https://www.researchgate.net/
Group. publication/331476275_Analisis_Teks_Me
dia, 27 (October), 1-5. DOI:
10.5281/zenodo.2582231.
110
Jurnal Diakom | Vol. 2 No. 1, September 2019: 98-111
111