PASAL 45 (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
a. menunjuk tenaga kerja warga negara a.menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia
Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga sebagai tenaga pendamping tenagakerja asing
kerja asing yang dipekerjakan untuk alih yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih
teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja keahlian dari tenaga kerja asing; dan
asing;
b.melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja
b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja
bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana
bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana
dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan
dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan
kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga
kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga
kerjaasing.
kerja asing; dan
c. memulangkan tenaga kerja asing ke negara (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir. (1) tidak berlaku bagi tenaga kerja asing yang
menduduki jabatan direksi dan/atau komisaris
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a dan huruf b tidak berlaku bagi tenaga
kerja asing yang menduduki jabatan tertentu.
PASAL 47 (1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi 1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi
atas setiap tenaga kerja asing yang atas setiap tenaga kerja asing yang
dipekerjakannya. dipekerjakannya.
(2) Kewajiban membayar kompensasi (2) Kewajiban membayar kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku bagi instansi pemerintah, perwakilan berlaku bagiinstansi pe merintah, perwakilan
negara asing, badan internasional, lembaga sosial, negara asing, badan-badan internasional,
lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga sosial,lembaga keagamaan, dan
lembaga pendidikan. jabatan-jabatan tertentu di lembaga pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai besaran dan penggunaan
kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Ketentuan mengenai jabatan-jabatan tertentu
diatur sesuai ketentuan peraturan perundang- di lembaga pendidikan sebagaimana
undangan dimaksuddalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
PASAL 49 Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja
tenaga kerja asing diatur dengan Peraturan asing serta pelaksanaan pendidikan dan
Presiden pelatihan tenaga kerja pendamping diatur
dengan Keputusan Presiden.
PASAL 56 1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu
atau untuk waktu tidak tertentu. atau untuk waktu tidak tertentu.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
atas: didasarkan atas :
a. jangka waktu; atau a. jangka waktu; atau
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
(3) Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian
kerja waktu tertentu berdasarkan jangka waktu
atau selesainya suatu pekerjaan tertentu diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 57 (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat 1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat
secara tertulis serta harus menggunakan bahasa secara tertulis serta harus menggunakan
Indonesia dan huruf latin. bahasaIndonesia dan huruf latin.
(2) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang
dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, dibuat tidak tertulis bertentangan dengan
apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran ketentuansebagai mana dimaksud dalam ayat (1)
antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu
kerja waktu tertentu yang dibuat dalam bahasa tidaktertentu.
Indonesia.
(3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam
bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila
kemudianterdapat perbedaan penafsiran antara
keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja
yang dibuatdalam bahasa Indonesia.
PASAL 58 (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak 1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dapat mensyaratkan adanya masa percobaan dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
kerja. kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masa dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud
percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal dalam ayat (1), masa percobaan kerja yang
demi hukum dan masa kerja tetap dihitung. disyaratkan batal demi hukum.
PASAL 61 Perjanjian kerja berakhir apabila : (1) Perjanjian kerja berakhir apabila :a.pekerja
a. pekerja meninggal dunia; meninggal dunia;b.berakhirnya jangka waktu
perjanjian kerja;c.adanya putusan pengadilan
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
dan/atau putusan atau penetapan lembaga
c. selesainya suatu pekerjaan tertentu; penyelesaianperselisihan hubungan industrial
d. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan ataud.adanya keadaan atau kejadian tertentu
industrial yang telah mempunyai kekuatan yang dicantumkan dalam perjanjian
hukum tetap; atau kerja,peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama yang dapat menyebabkan
e. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang berakhirnyahubungan kerja.
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang (2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena
dapat menyebabkan berakhirnya hubungan meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak
kerja. atasperusahaan yang disebabkan penjualan,
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena pewarisan, atau hibah.
meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak
atas perusahaan yang disebabkan penjualan, (3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan
pewarisan, atau hibah. maka hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung
jawabpengusaha baru, kecuali ditentukan lain
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan maka dalam perjanjian pengalihan yang tidak
hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung jawab mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak- (4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan,
hak pekerja/buruh. meninggal dunia, ahli waris pengusaha
(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, dapatmengakhiri per-janjian kerja setelah
meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat merundingkan dengan pekerja/buruh.
mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan
dengan pekerja/buruh. (5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia,
ahli waris pekerja/ buruh berhak mendapatkan
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli hakhaknya se-suai dengan peraturan perundang-
waris pekerja/buruh berhak mendapatkan hak- undangan yang berlaku atau hak hak yang
haknya sesuai dengan peraturan perundang- telahdiatur dalam perjanjian kerja, peraturan
undangan atau hak-hak yang telah diatur dalam perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
PASAL 161 A (1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61
TAMBAHAN ayat (1) huruf b dan huruf c, pengusaha wajib
memberikan uang kompensasi kepada
pekerja/buruh.
(2) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan kepada pekerja/buruh yang
mempunyai masa kerja paling sedikit 1 tahun
pada perusahaan yang bersangkutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran uang
kompensasi diatur dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 62 Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan
kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang kerja sebelum berakhirnya jangka waktu
ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu yangditetapkan dalam perjanjian kerja waktu
atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 karenaketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), pihak yang mengakhiri hubungan kerja Pasal 61 ayat (1), pihak yang mengakhiri
diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak hubungankerja diwajibkan membayar ganti rugi
lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas kepada pihak lainnya sebesar upah
waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. pekerja/buruh sampaibatas waktu berakhirnya
jangka waktu perjanjian kerja.
PASAL 66 (1) Hubungan kerja antara perusahaan alih daya (1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa
dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh
didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu pemberikerja untuk melaksanakan kegiatan
atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu. pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung
denganproses produksi, kecuali untuk kegiatan
jasa penunjang atau kegiatan yang tidak
(2) Pelindungan pekerja/buruh, upah dan berhubunganlangsung dengan proses produksi.
kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab (2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan
perusahaan alih daya. jasa penunjang atau kegiatan yang
(3) Perusahaan alih daya sebagaimana dimaksud tidakberhubungan lang-sung dengan proses
pada ayat (2) berbentuk badan hukum dan wajib produksi harus memenuhi syarat sebagai
memenuhi Perizinan Berusaha. berikut :
a.adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan dan perusahaan penyedia jasapekerja/buruh;
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat
b.perjanjian kerja yang berlaku dalam
(2) dan Perizinan Berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada
hurufa adalah perjanjian kerja untuk waktu
Pemerintah.
tertentu yang memenuhi persyaratan
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 59
dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu
yang dibuat secaratertulis dan ditandatangani
oleh kedua belah pihak;
c.perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-
syarat kerja, serta perselisihan yang
timbulmenjadi tanggung jawab perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh; dan
d.perjanjian antara perusahaan pengguna jasa
pekerja/buruh dan perusahaan lain
yangbertindak sebagai perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan
wajibmemuat pasal-pasal sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.
PASAL 77 (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan 1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja. ketentuan waktu kerja.(2) Waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat a.7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh)
(1) paling lama 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) harikerja
40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu. dalam 1 (satu) minggu; atau
(3) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
perusahaan diatur dalam perjanjian kerja, puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)hari
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja kerja dalam 1 (satu) minggu.(3) Ketentuan waktu
bersama. kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
berlaku bagi sektor usahaatau pekerjaan
tertentu.
PASAL 79 (1) Pengusaha wajib memberi: (1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat
dan cuti kepada pekerja/buruh.
a. waktu istirahat; dan
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana
b. cuti. dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
a.istirahat antara jam kerja, sekurang
(2) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada
kurangnya setengah jam setelah bekerja
ayat (1) huruf a wajib diberikan kepada
selama 4(empat) jam terus menerus dan waktu
pekerja/buruh paling sedikit meliputi:
istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit b.istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6
setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut 2(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
tidak termasuk jam kerja; dan (satu) minggu;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 c.cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. belas) hari kerja setelah pekerja/buruh
(3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangbersangkutan bekerja selama 12 (dua
huruf b yang wajib diberikan kepada belas) bulan secara terus menerus; dan
pekerja/buruh yaitu cuti tahunan, paling sedikit 12 d.istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua)
(dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bulan dan dilaksanakan pada tahunketujuh dan
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi
secara terus menerus. pekerja/buruh yang telah bekerjaselama 6
(4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana (enam) tahun secara terus-menerus pada
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam perjanjian perusahaan yang sama dengan
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja ketentuanpekerja/buruh tersebut tidak berhak
bersama. lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalandan selanjutnya berlaku untuk
(5) Selain waktu istirahat dan cuti sebagaimana setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),
perusahaan dapat memberikan cuti panjang yang
(3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c
diatur dalamperjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
PASAL 92 1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah 1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah
di perusahaan. dengan memperhatikan golongan, jabatan,
masakerja, pendidikan, dan kompetensi.
(2) Struktur dan skala upah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai (2) Pengusaha melakukan peninjauan upah
pedoman untuk penetapan upah berdasarkan secara berkala dengan mem-perhatikan
satuan waktu. kemampuanperusahaan dan produktivitas.
PASAL 93 (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
melakukan pekerjaan. tidak melakukan pekerjaan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar (1) tidak berlaku, dan pengusaha wajib
upah apabila: membayarupah apabila :
a. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat
tidak melakukan pekerjaan karena berhalangan; melakukan pekerjaan;
b. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada
tidak melakukan pekerjaan karena melakukan hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga
kegiatan lain diluar pekerjaannya dan telah tidakdapat melakukan pekerjaan;
mendapatkan persetujuan pengusaha; c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena
c. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan pekerja/buruh menikah, menikahkan,
yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak mengkhitankan,membaptiskan anaknya, isteri
mempekerjakannya karena kesalahan melahirkan atau keguguran kandungan, suami
pengusaha sendiri atau halangan yang atau isteri atauanak atau menantu atau orang
seharusnya dapat dihindari pengusaha; atau tua atau mertua atau anggota keluarga dalam
satu rumahmeninggal dunia;
d. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau
tidak melakukan pekerjaan karena menjalankan d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan
hak waktu istirahat atau cutinya. pekerjaannya karena sedang menjalankan
kewajibanterhadap negara;
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran
upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan
dalam Peraturan Pemerintah. pekerjaannya karena menjalan-kan ibadah
yangdiperintahkan agamanya;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan
yang telah dijanjikan tetapi pengusaha
tidakmempekerjakannya, baik karena
kesalahan sendiri maupun halangan yang
seharusnya dapatdihindari pengusaha;
g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat
pekerja/serikat buruh atas persetujuan
pengusaha;dan
i. pekerja/buruh melaksanakan tugas
pendidikan dari perusahaan.
PASAL 94 Dalam hal komponen upah terdiri atas upah Dalam hal komponen upahterdiri dari upah
pokok dan tunjangan tetap, besarnya upah pokok pokok dan tunjangan tetap maka besarnya
paling sedikit 75 % (tujuh puluh lima perseratus) upahpokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh puluh
dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan
tunjangantetap.
PASAL 95 (1) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau (1) Pelanggaran yang dilakukan oleh
dilikuidasi berdasarkan ketentuan peraturan pekerja/buruh karena kesengajaan atau
perundang-undangan, upah dan hak lainnya yang kelalaiannya dapatdikenakan denda.
belum diterima oleh pekerja/buruh merupakan
utang yang didahulukan pembayarannya. (2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau
kelalaiannya mengakibatkan
keterlambatanpembayaran upah, dikenakan
(2) Upah pekerja/buruh sebagaimana dimaksud denda sesuai dengan persentase tertentu dari
pada ayat (1) didahulukan pembayarannya upah pekerja/buruh.
sebelum pembayaran kepada para kreditur
pemegang hak jaminan kebendaan. (3) Pemerintah mengatur pengenaan denda
(3) Hak lainnya dari pekerja/buruh sebagaimana kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh,
dimaksud pada ayat (1) didahulukan dalampembayaran upah.
pembayarannya setelah pembayaran kepada para
kreditur pemegang hak jaminan kebendaan. (4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak
lainnya dari pekerja/buruh merupakan
utangyang didahulukan pem-bayarannya.
PASAL 98 (1) Untuk memberikan saran dan pertimbangan 1) Untuk memberikan saran, pertimbangan, dan
kepada Pemerintah dalam rangka perumusan merumuskan kebijakan pengupahan yang
kebijakan pengupahan serta pengembangan akanditetapkan oleh pemerintah, serta untuk
sistem pengupahan nasional dibentuk dewan pengembangan sistem pengupahan nasional
pengupahan. dibentukDewan Pengupahan Nasional, Provinsi,
dan Kabupaten/Kota.
(2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur
Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat (2) Keanggotaan Dewan Pengupahan
pekerja/serikat buruh, pakar dan akademisi. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara unsurpemerintah, organisasi pengusaha, serikat
pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara pekerja/-serikat buruh, perguruan tinggi, dan
pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, pakar.
serta tugas dan tata kerja dewan pengupahan,
diatur dengan Peraturan Pemerintah. (3) Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat
Nasional diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden,sedangkan keanggotaan Dewan
Pengupahan Provinsi, Kabupaten/Kota diangkat
dandiberhentikan oleh Gubenur/
Bupati/Walikota.
PASAL 151 (1) Pemutusan hubungan kerja dilaksanakan (1)Pengusaha, pekerja/buruh, serikat
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan
dengan pekerja/buruh. segala upayaharus mengusahakan agar jangan
terjadi pemutusan hubungan kerja
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian (2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan,
pemutusan hubungan kerja dilakukan melalui tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat
prosedur 568 penyelesaian perselisihan hubungan dihindari,maka maksud pemutusan hubungan
industrial sesuai dengan ketentuan peraturan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan
perundang-undangan. serikatpekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang
bersangkutan tidakmenjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh.
PASAL 153 (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan 1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan: hubungan kerja dengan alasan :
a.pekerja/buruh berhalangan masuk kerja
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja
karena sakit menurut keterangan dokter
karena sakit menurut keterangan dokter selama
selamawaktu tidak melampaui 12 (dua belas)
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan
bulan secara terus-menerus;
secara terus-menerus;
b.pekerja/buruh berhalangan menjalankan
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan
pekerjaannya karena memenuhi
pekerjaannya karena memenuhi kewajiban
kewajibanterhadap negara sesuai dengan
terhadap negara sesuai dengan ketentuan
ketentuan peraturan perundang-undangan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
yang berlaku;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang
c.pekerja/buruh menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya;
diperintahkan agamanya;
d. pekerja/buruh menikah;
d.pekerja/buruh menikah;
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,
e.pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,
gugur kandungan, atau menyusui bayinya;
gugur kandungan, atau menyusui bayinya;
f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah
dan/atau ikatan perkawinan dengan f.pekerja/buruh mempunyai pertalian darah
pekerja/buruh lainnya di dalam satu dan/atau ikatan perkawinan
perusahaan; denganpekerja/buruh lainnya di dalam satu
perusahaan, kecuali telah diatur dalam
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota
perjanjian kerja,peraturan perusahan, atau
dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
perjanjian kerja bersama;
buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan
serikat pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, g.pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota
atau di dalam jam kerja atas kesepakatan dan/atau pengurus serikat
pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang pekerja/serikatburuh, pekerja/buruh
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama; buruh di luar jam kerja, atau didalam jam kerja
atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan
h. pekerja/buruh mengadukan pengusaha
ketentuan yang diatur dalamperjanjian kerja,
kepada pihak yang berwajib mengenai
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak
bersama;
pidana kejahatan;
h.pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha
i. pekerja/buruh berbeda paham, agama, aliran
kepada yang berwajib mengenai
politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
perbuatanpengusaha yang melakukan tindak
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
pidana kejahatan;
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,
i.karena perbedaan paham, agama, aliran
sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
politik, suku, warna kulit, golongan,
hubungan kerja yang menurut surat keterangan
jeniskelamin, kondisi fisik, atau status
dokter yang jangka waktu penyembuhannya
perkawinan;
belum dapat dipastikan.
j.pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,
(2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
hubungan kerja yang menurut surat keterangan
ayat (1) batal demi hukum dan pengusaha wajib
dokter yang jangka waktu penyembuhannya
mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang
belum dapat dipastikan.
bersangkutan
PASAL 156 1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
pengusaha wajib membayar uang pesangon pengusaha diwajibkan membayar uang
dan/atau uang penghargaan masa kerja. pesangondan atau uang penghargaan masa kerja
dan uang penggantian hak yang seharusnya
(2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana diterima.
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit ditentukan
berdasarkan: (2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai
bulan upah; berikut:
a.masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu)
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi bulan upah;
kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
b.masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
c.masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi
d. kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
hun, 4 (empat) bulan upah; d.masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat)
kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah; bulanupah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi e.masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulanupah;
upah;
f.masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam)
kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan bulanupah;
upah;
g.masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh)
kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan bulanupah.
upah;
h.masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan)bulan
upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
(sembilan) bulan upah. i.masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
(sembilan) bulan upah.
(3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
berdasarkan: (3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi ditetapkansebagai be-rikut :
kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah; a.masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulanupah;
kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan b.masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
upah; kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga)
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih bulanupah;
tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 c.masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
(empat) bulan upah; tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun,
d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau lebih 4(empat) bulan upah;
tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) d.masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih
bulan upah; tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5(lima)
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih bulan upah;
tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 e.masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih
(enam) bulan upah; tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun,
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih 6(enam) bulan upah;
tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 f.masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau
(tujuh) bulan upah; lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau satu)tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
lebih, 8 (delapan) bulan upah. g.masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau
(4) Pengusaha dapat memberikan uang lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh
penggantian hak yang diatur dalam perjanjian empat)tahun, 8 (delapan) bulan upah;
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja h.masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau
bersama. lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran uang
pesangon serta uang penghargaan masa kerja (4) Uang penggantian hak yang seharusnya
dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154A ayat (1) meliputi :
diatur dengan Peraturan Pemerintah a.cuti tahunan yang belum diambil dan belum
gugur;
b.biaya atau ongkos pulang untuk
pekerja/buruh dan keluarganya ketempat
dimanapekerja/buruh diterima bekerja;
c.penggantian perumahan serta pengobatan
dan perawatan ditetapkan 15% (lima
belasperseratus) dari uang pesangon dan/atau
uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhisyarat;
d.hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjiankerja bersama.
PASAL 157 (1) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar (1) Komponen upah yang digunakan sebagai
perhitungan uang pesangon dan uang dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, terdiri atas: penghargaanmasa kerja, dan uang pengganti hak
yang seharusnya diterima yang tertunda, terdiri
a. upah pokok; atas :
b. tunjangan tetap yang diberikan kepada a.upah pokok;
pekerja/buruh dan keluarganya. b.segala macam bentuk tunjangan yang bersifat
(2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan
dibayarkan atas dasar perhitungan harian, upah keluarganya, termasuk harga pembelian dari
sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) kali catu yang diberikan kepadapekerja/buruh
penghasilan sehari. secara cuma-cuma, yang apabila catu harus
dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, maka
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas sebagai upah dianggap selisih antara harga
dasar perhitungan satuan hasil, upah sebulan pembelian dengan harga yang harus dibayar
sama dengan penghasilan rata-rata selama 12 oleh pekerja/buruh.
(dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan
tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum.
(2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh
dibayarkan atas dasar perhitungan harian,
makapenghasilan sebulan adalah sama dengan
30 kali penghasilan sehari.
PASAL 160 (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang
berwajib karena diduga melakukan tindak pidana, berwajib karena diduga melakukan tindak
maka pengusaha tidak wajib membayar upah pidanabukan atas pengaduan pengusaha, maka
tetapi wajib memberikan bantuan kepada pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi
keluarga pekerja/buruh yang menjadi wajib memberikan bantuan kepada keluarga
tanggungannya dengan ketentuan sebagai pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya
berikut: denganketentuan sebagai berikut :
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25% (dua a. untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua
puluh lima perseratus) dari upah; puluh lima perseratus) dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35% (tiga b. untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35% (tiga
puluh lima perseratus) dari upah; puluh lima perseratus) dari upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45% (empat c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45%
puluh lima perseratus) dari upah; (empat puluh lima perseratus) dari upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih, d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih
50% (lima puluh perseratus) dari upah. : 50% (lima puluh perseratus) dari upah.
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan (2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam)
ditahan oleh pihak yang berwajib. bulantakwin terhitung sejak hari pertama
pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang berwajib.
(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang (3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang
pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan
proses perkara pidana sebagaimana dimaksud pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam
dalam ayat (1). prosesperkara pidana sebagaimana dimaksud
(4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara dalam ayat (1).
pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir (4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara
dan pekerja/buruh dinyatakan tidak bersalah, pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
pengusaha wajib mempekerjakan pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berakhir
kembali. dan pekerja/buruh dinyatakan tidak bersalah,
maka pengusaha wajib mempekerjakan
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pekerja/buruh kembali.
pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir
dan pekerja/buruh dinyatakan bersalah, (5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara
pengusaha dapat melakukan pemutusan pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir
hubungan kerja kepada pekerja/buruh yang dan pekerja/ buruh dinyatakan bersalah, maka
bersangkutan. pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungankerja kepada pekerja/buruh yang
bersangkutan.
SANKSI-SANKSI
PASAL 185 1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (2), Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2),
Pasal 68, Pasal 68,
Pasal 69 ayat (2), Pasal 69 ayat (2),
Pasal 80, Pasal 80,
Pasal 82, Pasal 82,
Pasal 88A ayat (2), Pasal 90 ayat (1),
Pasal 88F ayat (2), Pasal 143, dan
Pasal 143, Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7),
Pasal 156 ayat (1) dan
Pasal 160 ayat (4), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1
dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4(empat) tahun
(satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
dan/atau denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp
(seratus juta rupiah) dan paling banyak 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan
ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
PASAL 186 (1) Barang siapa melanggar ketentuan 1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (3), Pasal 35 ayat (2) dan ayat (3),
Pasal 93 ayat (2), Pasal 93 ayat (2),
Pasal 137, dan Pasal 137, dan
Pasal 138 ayat (1) Pasal 138 ayat (1),
dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 1 dikenakan sanksi pidana penjara palingsingkat 1
(satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun (satu) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun
dan/atau denda paling sedikit dan/atau denda paling sedikit Rp10.000.000,00
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus 400.000.000,00 (empat ratus jutarupiah).
juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
PASAL 187 (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 67 ayat (1), Pasal 37 ayat (2),
Pasal 71 ayat (2), Pasal 44ayat (1),
Pasal 78 ayat (2), Pasal 45 ayat (1),
Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 67 ayat (1),
Pasal 85 ayat (3), dan Pasal 71 ayat (2),
Pasal 144, Pasal 76,
dikenai sanksi pidana kurungan paling singkat Pasal 78 ayat (2),
1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2),
bulan dan/atau denda paling sedikit Pasal 85 ayat (3), dan
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan Pasal 144,
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta dikenakan sanksi pidanakurungan paling
rupiah). singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan dan/atau dendapaling
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. rupiah) dan paling banyak Rp
100.000.000,00(seratus juta rupiah).
PASAL 188 (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 ayat (2), Pasal 14 ayat (2),
Pasal 78 ayat (1), dan Pasal 38ayat (2),
Pasal 148, Pasal 63 ayat (1),
dikenai sanksi pidana denda paling sedikit Pasal 78 ayat (1),
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling Pasal 108 ayat (1),
banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Pasal 111 ayat (3),
rupiah). Pasal 114,dan
Pasal 148,
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit
ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran. Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)dan paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
PASAL 190 (1) Pemerintah mengenakan sanksi administratif 1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk
atas pelanggaran ketentuan-ketentuan mengenakan sanksi administratif atas
sebagaimana dimaksud dalam pelanggaran ketentuan-ketentuan
Pasal 5, sebagaimana diatur dalam
Pasal 6, Pasal 5,
Pasal 14 ayat (2), Pasal 6,
Pasal 15, Pasal 25, Pasal 15,
Pasal 35 ayat (2), Pasal 25,
Pasal 37 ayat (2), Pasal 38 ayat (2),
Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1),
Pasal 42 ayat (1), Pasal 47 ayat (1),
Pasal 45 ayat (1), Pasal 48, Pasal 87,
Pasal 47 ayat (1), Pasal 106,
Pasal 61A, Pasal 126 ayat (3), dan
Pasal 63 ayat (1), Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2)
Pasal 87, Undang-undang ini serta peraturan
Pasal 106, pelaksanaannya.
Pasal 108 ayat (1),
Pasal 111 ayat (3), (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
Pasal 114, dalam ayat (1) berupa :
Pasal 126 ayat (3), dan a. teguran;
Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2), b. peringatan tertulis;
Undang-Undang ini serta peraturan c. pembatasan kegiatan usaha;
pelaksanaannya. d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi f. pembatalan pendaftaran;
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) g. penghentian sementara sebagian atau seluruh
diatur dengan Peraturan Pemerintah. alat produksi;
h. pencabutan ijin.