Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Muh.Syukur (A031191077)
ASMAH. G (A031191099)
A. Asumsi Filsafat
Asumsi tersebut mencerminkan sikap tertentu yang dibuat peneliti Ketika mereka
memilih penelitian kualitatif. Setelah peneliti membuat pilihan ini, mereka kemuadian
membentuk penelitian mereka dengan membawa paradigma penyelidikan atau pandangan
dunia. Paradigma adalah seperangkat dasar keyakinan yang memandu tindakan (Guba,
1990, hlm.17). keyakinan ini disebut dengan paradigma (Lincoln & Guba 2000; mertens,
1998); asumsi filosofis, epistmologi, dan ontology (Crotty, 1998); metode penelitian dipahami
secara luas (Neuman, 2000); dalan claim pengetahuan alternatif (Creswell, 2003) paragraph
yang digunakan oleh peneliti kualitatif bervariasi dengan seperangkat keyakinan yang
mereka bawa ke penelitian, dan jenisnya terus berembang dari waktu ke waktu.
1. Paradigma Post-positivisme
Asumsi-asumsi post-positivis merepresentaikan bentuk tradisional penelitian,
yang kebenarannya lebih sering disematkan untuk penelitian kuantitatif ketimbang
penelitian kualitatif. Pandangan dunia ini terkadang disebut sebagai metode saintifik
atau penelitian sains. Ada pula yang menyebutnya sebagai penelitian poritivis/post-
positivis,sains empiris, dan post positivisme, istilah terakhir disebut post-positivisme.
Kaum Post-Positivis mempertahankan filsafat deterministik bahwa sebab-sebab
(faktor-faktor kausatif ) sangat mungkin menentukan akibat atau hasil akhir.
Phillips dan Burbules ( 2000 ). Sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti dalam
paradigma penelitian post-positivis, antara lain:
4. Paradigma Pragmatik
Pragmatisme sebagai pandangan dunia lahir dari tindakan-tindakan, situasi-situasi,
dan konsekuensi-konsekuensi yang sudah ada, dan bukan dari kondisi-kondisi
sebelumnya ( seperti dalam kondisi post-positivisme ). Sebagai salah satu paradigma
filosofis untuk penelitian metode campuran, Tashakkori dan Teddlie (1998), Morgan
(2007), dan Patton (1990) menekankan pentingnya paradigma pragmatik ini bagi para
metode campuran, yang pada umumnya harus berfokus pada masalah-masalah
penelitian dalam lmu sosial humaniora, kemudian menggunakan pendekatan beragam
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang problem-problem
tersebut.
C. Komunitas Interpretasi
Operasi pada tingkat yang kurang filosofis adalah sebagai komunitas interpretative
untuk peneliti kualitatif (Denzin & Lincoln, 2005). Ruang tidak mengiizinkan melakukan
keadilan di sini untuk ruang lingkup dan masalah yang diangkat oleh komunitas
interpretatif.
Posisi interpretative pada semua aspek proyek penelitian kualitatif. Para peserta
dalam proyek-proyek interpretative ini mewakili kelompok-kelompok yang kurang terwakili
atau terpinggirkan, apakah perbedaan tersebut berupa gender, ras, kelas, agama,
seksualitas dan geografi (Ladson-Billings & Donnor, 2005). Masalah dan pertanyaan
penelitian yang dieksplorasi bertujuan untuk memahami masalah atau topik tertentu,
kondisi yang merugikan dan mengecualikan individu atau budaya, seperti hierarki,
hegemoni, rasisme, seksisme, hubungan yang tidak setara, identitas, ketidasetaraan
dalam masyarakat.
Prosedur penelitian, seperti pengumpulan data, analisis data, representasi materi
kepada khayalak, dan standar evaluasi dan etika, menekankan pada sikap interpretative.
Selama pengumpulan data, peneliti tidak memnggirkan partisipan, tetapi menghotmati
partisipan dan situs untuk penelitian. lebih lanjut, peneliti memberikan timbal balik dengan
memberi atau membayar Kembali mereka yang berpartisipasi dalam penelitian, mereka
berbagi perspektif individu dan yang menceritakan kisah tersebut.
Bagaimana penelitian disajikan dan digunakan juga penting. Penelitian dapat
disajikan dengan cara tradisional, seperti artikel jurnal, atau dalam pendekatan
eksperimental, seperti teater dan puisi.
1. Perspektif Postmodern
Thomas (1993) menyebut postmodernis sebagai “ radikal kursi tangan” (hlm.
23) yang memfokuskan kritik mereka pada perubahan cara berfikir daripada
meyeruhkan Tindakan berdasarkan perubahan ini. Postmodernisme dapat dianggap
sebagai sebuah keluarga teori perspektif yang memiliki persamaan (Slife & Wiliams,
1995). Konsep dasarnya adalah bahwa klaim pengetahuan harus ditetapkan dalam
kondisi dunia saat ini dan dalam berbagai perspektiof, ras, jenis kelamin, dan afiliasi
kelompok lainnya.
2. Teori Feminisme
Feminisme mengacu pada orientasi teoritis dan pragmatis yang berbeda,
konteks nasional yang berbeda, dan pperkembangan dinamis (olesan, 2005). Pusat
pendekatan penelitian feminis dan membuat beragam situasi perempuan
bermasalah dan institusi yang membingkai situasi tersebut. Topik penelitian dapat
mencakup isu-isu kebijakan yang terkait dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
perempuan dalam konteks tertentu dan pngetahuan tentang situasi yang menindas
perempuan (Olesan, 2005).
4. Teori Queer
Teori queer dicirikan oleh berbagai metode dan strategi yang berhubungan
dengan identiras individu (Watson, 2005). Sebagai tubuh ia mengeksplorasikan
banyak sekali kompleksitas kontruksi, identitas, dan bagaiman identiras
memproduksi dan “tampil” di forum sosial.
5. Teori Disabilitas
Disabilitas penyedikan disabilitas membahas arti inklusi di sekolah dan
mencakup administer, guru, dan orang tua yang memiliki anak penyandangn
disabilitas (Mertens, 1998). Melihat individu penyandang disabilitas sebagai sesuatu
yang berbeda tercermin dalam proses penelitian, seperti dalam jenis pertanyaan
yang diajukan, label yang diterapkan oleh individu tersebut, pertimbangan tentang
bagaimana pengumpulan data akan bermanfaat komunitas, dan bagaiman cara
pengumpulan data.