UTS Ulangan
UTS Ulangan
1. Syari’ah terdapat di dalam al Qur’an dan sunnah Rasul saw. Kalau kita berbicara
mengenai arti syari’ah yang dimaksud ialah wahyu Allah dalam al Qur’an dan
sunnah Rasul. Sedangkan fiqih terdapat dalam berbagai kitab fiqih, dan yang
dimaksud dengan fiqih adalah pemahaman atau penalaran pemikiran manusia yang
memenuhi syarat untuk berijtihad tentang syari’at. Syariah dan fikih dapat
dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan, karena fikih adalah ujung tombak dari
syariah (operasional syariah)
A. syari’ah yang bersifat fundamental, idealistis, dan otoritatif, sedangkan fiqh bersifat
liberal, realistis , dan instrumental ruang lingkupnya terbatas pada apa yang biasa
disebut tindakan hukum
B. Syari’ah adalah ciptaan atau ketetapan Allah serta ketentuan RasulNya, karena itu
kebenarannya mutlak (absolut) serta berlaku abadi sepanjang masa dimana saja. Fiqih
adalah hasil karya manusia, maka keberannya bersifat relatif dan tidak dapat berlaku
abadi, dapat berubah dari masa ke masa, dan dapat berbeda dari satu tempat dengan
tempat lain
C. Syariah adalah satu (unity) dan fikih beragam/ berbilang (diversity). Dalam fiqih,
seseorang akan menemukan pemikiran-pemikiran para fukaha, antara lain para
pendiri empat imam mazhab yang ada dalam ilmu fiqih yang sampai sekarang masih
berpengaruh dikalangan umat Islam sedunia yaitu Abu Hanifah (pendiri mazhab
Hanafi), Malik bin Anas (pendiri mazhab Maliki) Muhammad Idris As-Syafi’i
(pendiri mazhab Syafi’i) dan Ahmad bin Hanbal (pendiri mazhab Hanbali).
D. Fiqih berisi rincian dari syari’ah karena itu dapat dikatakan sebagai elaborasi terhadap
syari’ah. Elaborasi yang dimaksud disini merupakan suatu kegiatan ijtihad dengan
menggunakan akal fikiran atau al ra’yu. Yang dimaksud ijtihad adalah suatu usaha
sungguh-sungguh dengan mempergunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan
oleh seseorang (ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum
yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya di dalam al-Quran dan Sunnah
Rasulullah.
2. Sebelum di utusnya nabi Muhammad sebagai pemimpin baru bagi bangsa arab atau
nabi terakhir (rasul). Bangsa Arab ialah bangsa yang tidak mempunyai tata aturan
kemasyarakatan baik, sehingga banyak terjadinya kemaksiatan dan perlakuan tercela
lainnya dan hal itupun di sebut zaman jahiliah pada masa itu. Mereka tidak
mempunyai agama, tidak mempunyai undang-undang yang jelas, Dan tidak
mempunyai akhlak yg baik. Mereka dipengaruhi oleh kepercayaan yg bathil. Mereka
menggambarkan tuhan dalam bentuk berhala, ras bintang dan sebagainya. Mereka
hanya mempunyai beberapa ketentuan yang mereka pergunakan dalam
menyelesaikan pertengkaran.
Demikianlah keadaan perundang-undangan masa sebelum nabi diangkat menjadi
Rasul. Pada periode setelah nabi diangkat menjadi Rasul, Allah SWT menugaskan nabi
untuk :
1) Memperbaiki keadaan akhlak manusia dengan cara menanamkan kedalam diri
manusia untuk selalu berkelakuan baik dan menjauhi larangan Allah.
2) Memperbaiki aqidah umat manusia yang terlah terlanjur sangat rusak, dengan
cara menanamkan benih-benih ajaran bertauhid kepada Allah SWT
3) Menetapkan aturan-aturan pergaulan hidup, aturan-aturan muamalah sesama
anggota masyarakat untuk mewujudkan kemakmuran dengan cara menaati tasyri’.
3. Pada masa Rasulullah Nabi Muhammad SAW, Alquran dan hadits sudah ditulis oleh
sahabat Nabi yang pandai membaca dan menulis. Hanya saja hadits-hadits Nabi
belum dibukukan, masih berupa As Sahifah As Shadiqah atau lembaran-lembaran
tulisan berisi hadis yang ditulis pada zaman Rasulullah SAW.
4. karena di dalam al-Qur’an dan Hadits tidak menashkan hukum bagi setiap kejadian
dan masalah. Maka para sahabat berijtihad dengan menggunakan qaidah-qaidah yang
berdasar al-Qur’an dan hadits
Contoh kasus : Kisah itu salah satunya terekam dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Aisyah. Dari Aisyah rhadiyallahu anha, dia berkata, “Ketika
Rasulullah SAW tiba di Madinah, kota itu adalah sarang wabah penyakit demam.
Banyak dari sahabat Rasulullah SAW yang tertimpa wabah tersebut. Namun Allah
SWT menghindarkan Rasul-Nya dari penyakit itu. Ketika Abu Bakar, Amir bin
Fuhairah, dan Bilal tinggal di dalam satu rumah, mereka semua terserang penyakit
demam. Maka aku pun datang untuk menjenguk mereka (peristiwa ini terjadi sebelum
perintah menggunakan jilbab). Hanya Allah yang tahu tentang beratnya sakit yang
mereka alami. Aku pun datang dan menemui Abu Bakar dan menyapanya,
‘Bagaimana kabarmu, wahai ayahku?’“Lalu Abu Bakar pun menjawab: ‘setiap orang
boleh bersenang-senang bersama keluarganya di waktu pagi, padahal kematian itu
lebih dekat dengannya daripada tali sandalnya,’. Demi Allah, Abu Bakar tidak sadar
dengan apa yang diucapkannya. Kemudian aku datang menemui Amir bin Fuhairah
dan bertanya kepadanya, 'Bagaimana keadaanmu?'.
6. 1. Perluasan Wilayah
Sebagaimana diketahui dalam sejarah, ekspansi (perluasan wilayah) dunia Islam
dilakukan sejak zaman khalifah. Langkah awal yang dilakukan Muawiyah dalam
rangka menjalankan pemerintahan memindahkan ibu kota negara, dari Madinah
ke Damaskus. Muawiyah kemudian melakukan ekspansi ke barat sehingga dapat
menguasai Tunisia, Aljazair, Maroko sampai kepada Samudra Atlantik.
Penaklukkan Spanyol dilakukan pada Al-Walid bin Abdul-Malik (khalifah
dari Bani Umayah yang berkuasa pada tahun 705–715), banyaknya daerah baru
yang dikuasai berarti banyak pula persoalan yang dihadapi oleh umat Islam,
persoalan tersebut perlu diselesaikan berdasarkan ajaran Islam karena agama
hanif (tauhid) merupakan petunjuk bagi manusia. Dengan demikian, perluasan
wilayah dapat mendorong perkembangan hukum Islam karena semakin luas
wilayah yang dikuasai berarti semakin banyak penduduk di negeri muslim
9. Karena pada Masa mudanya Imam Malik tidak pernah keluar dari kota madinah
sehingga sangatlah kental dengan kebudayaan madinah di dalam dirinya dan juga
beliau pada masa mudanya menggunakan waktu dengan baik dan digunakan
untuk menuntut ilmu sehingga hari hari beliau selalu di sibukan dengan menuntu
ilmu tersebut, mula-mula ia menghafal sunnah dan fatwa sahabat, sedemikian
ketekunan Imam Malik dalam belajar hadist dan ilmu fiqih sudah tampak sejak
kecil, agaknya kehidupan Imam Malik di Madinah yang sedemikian rupa itu yang
menjadi faktor penting sehingga ia lebih cenderung banyak menggunakan hadist
dan menjauhi rasio yang sampai batas tertentu maka ulama disini lebih
mengetahui hadist dibanding ulama di daerah lain.
1. Qoul Qadim itu pendapat Imam al-Syafi’i yang pertama kali difatwakan ketika
beliau tinggal di Bagdad Irak , setelah beliau diberi wewenang untuk berfatwa
oleh gurunya.
2. Qoul Jadid itu adalah pendapat Imam al-Syafi’i ketika beliau tinggal di Mesir
yang melihat fenomena sosial yang terjadi di masyarakat pada waktu itu dengan
memperbaharui, me-nasakh pendapat lamanya ketika berada di Irak.
Mencermati pengertian di atas bahwa lahirnya istilah qaul qadim dan qaul jadid
dilatar belakangi oleh beberapa hal antara lain:
1. Faktor Geografis.
2. Faktor Kebudayaan Adat Dan Istiadat.
3. Faktor Pengetahuan.