Anda di halaman 1dari 9

MENGENAL PERAN SOSIAL REMAJA SESUAI DENGAN TUGAS

PERKEMBANGAN DALAM PENCAPAIAN IDENTITAS PRIBADI

DENGAN MEDIA FILM “IDENTITAS”

Ayu Andriyani1, Siti Asianty Alizar2, Reza Hafidhudin A.H3.


Universitas Negeri Semarang
E-mail: ayuandriyani3096@gmail.com1

Abstrak

Konselor di sekolah berperan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang


dialami. Media berupa potongan film “IDENTITAS” adalah salah satu upaya layanan
informasi yang dapat digunakan konselor untuk meningkatkan kesadaran remaja terhadap
tugas perkembanngan peran sosial remaja. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya
kecenderungan identity – Identity Confusion, dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Setiap individu pasti memiliki
tugas perkembangan yang harus diselesaikan tiap tahapnya. Salah satu tugas perkembangan
remaja yaitu mencapai peran sosial pria dan wanita Erikson dalam Hurlock (2011).
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang
harus dilakukan dalam tahap ini. Dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui
siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Oleh karena itu,
salah satu point yang perlu diperhatikan yaitu apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang
lancar atau tidak berlangsung secara baik, disebabkan anak tidak mengetahui dan memahami
siapa dirinya yang sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur sosialnya, inilah yang
disebut dengan identity confusion atau kekacauan identitas. Orang yang memiliki sifat identity
confusion mengingkari keanggotaannya di masyarakat akibatnya mereka akan mencari
identitas di tempat lain yang merupakan bagian dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan
sosial yang mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam
kelompoknya. Sinema edukasi digunakan untuk merangsang siswa mengambil hikmah dari isi
cerita yang diperankan dalam sinema tersebut. Melalui tayangan film, siswa akan lebih mudah
menangkap pesan-pesan yang disampaikan sehingga akan terbentuk kesadaran terhadap peran
sosial pada diri siswa.

Kata Kunci: Masa Remaja, Peran Sosial, Media Film.

PENDAHULUAN
Layanan informasi merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling.
Layanan informasi dapat diberikan kepada semua siswa, baik siswa yang baru masuk
kelas satu, maupun untuk kelas dua dan kelas tiga baik SMP maupun SMA, sebab
informasi sangat dibutuhkan oleh siswa baik dalam bidang pribadi, belajar, sosial,
maupun karier. Layanan informasi itu sendiri adalah layanan bimbingan yang

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 176


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak yang dapat memberikan pengaruh yang besar
kepada peserta didik untuk menerima dan memahami informasi yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari
sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat (Sukardi, 2000:44). Dijelaskan
pula oleh Mugiarso, Heru (2009:56) bahwa layanan informasi bertujuan untuk
membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal
yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan
sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Layanan informasi yang diberikan oleh konselor sekolah dapat
diselenggarakan melalui berbagai metode, seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi,
selanjutnya dapat dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, film, video,
dan peninjauan ke tempat-tempat atau obyek-obyek yang dimaksud dan sesuai dengan
materi informasi yang akan disampaikan. Bila dilihat dari waktunya, layanan
informasi dapat diberikan kapan saja pada waktu yang memungkinkan. Topik
yang diberikan, dipilihkan yang sedang hangat dan menyangkut kebutuhan siswa
dalam cakupan yang besar (Mugiarso, 2009:58-59).
Sehubungan dengan itu, bentuk konkret bahan informasi yang akan disampaikan
pada siswa dapat berupa empat macam, yaitu dapat diberikan dalam bentuk lisan, tertulis,
audiovisual, serta disket program computer (Winkel, 2009:322).
Untuk membuat menarik, layanan informasi sebaiknya diberikan oleh konselor
sekolah dengan menggunakan media yang menarik dan disesuaikan dengan kebutuhan
siswa, agar siswa lebih semangat dalam mengikuti layanan yang diberikan. Konselor sekolah
juga harus lebih kreatif dalam memberikan layanan informasi agar tidak terkesan
monoton. Siswa sebagai seorang remaja lebih menyukai atau tertarik terhadap hal-hal
yang baru dan terkesan mengasyikan. Begitu juga dalam pemberian layanan informasi,
agar siswa tidak jenuh.
Media memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan banyak
memberikan manfaat. Film merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran. Alasan rasional penggunaan film adalah karena film merupakan
salah satu media yang paling popular dan digemari karena sifat hiburannya serta memiliki
kekuatan pada ceritanya, semakin baik ceritanya, semakin baik pula dalam menyampaikan
pesan, sehingga sangat bagus bila digunakan untuk menyampaikan pesan.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 177


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
PEMBAHASAN
1. Definisi Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya
adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence
artinyaberangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta
emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan
tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu
berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006). Masa remaja adalah masa
transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan
masa dewasa (Santrock, 2012). Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung
atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada
periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan
fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995). Menurut
Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu
tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada
masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian
diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya
perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik
di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif Sedangkan Erikson berpendapat
bahwa adolesen (remaja), dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20
tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity
Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
2. Tugas Perkembangan Remaja
Setiap individu pasti memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan tiap
tahapnya. Havighurst (dalam Hurlock, 2011) menyatakan tugas perkembangan pada masa
remaja salah satunya mencapai peran sosial pria dan wanita.
Menurut tahap perkembangan Erikson Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya
kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan
didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha
untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 178


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas
diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang
besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan
pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan
kepada masing-masing anggota
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari
tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa
yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat
identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. Lingkungan dalam tahap ini
semakin luas tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah namun dengan masyarakat
yang ada dalam lingkungannya. Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap
sebelumnya seseorang dapat menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di
masa kanak-kanak diintrogasikan dengan peranan sosial secara aku, sehingga pada tahap
ini mereka sudah dapat melihat dan mengembangkan suatu sikap yang baik dalam segi
kecocokan antara isi dan dirinya bagi orang lain, selain itu juga anak pada jenjang ini
dapat merasakan bahwa mereka sudah menjadi bagian dalam kehidupan orang lain.
Semuanya itu terjadi karena mereka sudah dapat menemukan siapakah dirinya. Identitas
ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang merupakan ego sintesis.
Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah dijalani sejak berada dalam tahap
pertama/bayi sampai seseorang berada pada tahap terakhir/tua. Oleh karena itu, salah satu
point yang perlu diperhatikan yaitu apabila tahap-tahap sebelumnya berjalan kurang
lancar atau tidak berlangsung secara baik, disebabkan anak tidak mengetahui dan
memahami siapa dirinya yang sebenarnya ditengah-tengah pergaulan dan struktur
sosialnya, inilah yang disebut dengan identity confusion atau kekacauan identitas.
Akan tetapi di sisi lain jika kecenderungan identitas ego lebih kuat dibandingkan
dengan kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan sedikit ruang toleransi
terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya. Erikson menyebut
maladaptif ini dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada dalam sifat fanatisisme ini
menganggap bahwa pemikiran, cara maupun jalannyalah yang terbaik. Sebaliknya, jika
kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan identitas ego maka Erikson
menyebut malignansi ini dengan sebutan pengingkaran. Orang yang memiliki sifat ini

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 179


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa atau masyarakat akibatnya mereka
akan mencari identitas di tempat lain yang merupakan bagian dari kelompok yang
menyingkir dari tuntutan sosial yang mengikat serta mau menerima dan mengakui
mereka sebagai bagian dalam kelompoknya.
Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik dalam tahap ini,
jikalau antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara seimbang,
yang mana kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup berdasarkan
standar yang berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala kekurangan, kelemahan,
dan ketidakkonsistennya.
3. Peran Sosial Remaja
Menurut Havighurst (Hurlock,2011), ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang
harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya salah satunya yakni mencapai peran sosial pria
dan wanita. Teori perkembangan psikososial menganggap bahwa krisis perkembangan
pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal
dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik
yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja
dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai awan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas
pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang
hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan
tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
1. Identitas Kelompok
Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena
mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi
mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan,
gaya mereka segera berubah. Menjadi individu yang berbeda
mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
2. Identitas Individual
Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan
waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan.
Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 180


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap
demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang
positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi peran terjadi jika
individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai
aspirasi, peran dan identifikasi.
3. Identitas Peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama
masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan beberapa
pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan
kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap
perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang
dewasa.
4. Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.

4. Media Film “IDENTITAS” untuk Mencapai Identitas Pribadi.


Film merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran. Alasan rasional peneliti menggunakan film sebagai media dalam
menyampaikan layanan informasi belajar adalah karena film merupakan salah
satu media yang paling popular dan digemari karena sifat hiburannya, serta
memiliki kekuatan pada ceritanya, semakin baik ceritanya, semakin baik pula dalam
menyampaikan pesan, sehingga sangat bagus bila digunakan untuk menyampaikan
pesan.
Istilah pencarian identitas diri sebagai sebuah upaya untuk meneguhkan
suatu konsep diri yang bermakna (Muus, 1996). Kegagalan pada suatutahap akan
menyumbangkan potensi negatif dan menjadi penghambat bagi perkembangan
selanjutnya Erikson dalam Hurlock (2011).
Menurut Marcia dalam Hurlock (2011) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan identitas diri remaja, yaitu : 1) Tingkat identifikasi
dengan orang tua sebelum dan selama masa remaja. 2) Gaya pengasuhan orang tua 3)
Adanya figur yang menjadi model. 4) Harapan sosial tentang pilihan identitas yang
terdapat dalam keluarga, sekolah dan teman sebaya. 5) Tingkat keterbukaan individu
terhadapberbagai alternatif identitas. 6) Tingkat kepribadian pada masa pra-

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 181


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
adolescence yang memberikan sebuah landasan yang cocok untuk mengatasi identitas.
Dalam film “IDENTITAS” ditampilkan faktor-faktor yang membentuk identitas remaja.
Media yang bervariasi dan menarik sangat penting digunakan dalam pemberian
layanan bimbingan dan konseling terutama dalam layanan klasikal. Melalui
penggunaan media berupa film, media film ini berisi kasus tentang krisis identitas atau
Identity Confusion yang bisa didiskusikan untuk layanan bimbingan dan konseling
berkaitan dengan peran sosial remaja sesuai tahap perkembangan dalam identitas pribadi.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan metode sinema-edukasi dimana tahapan pada kegiatan
inti yang harus dilakukan oleh peserta didik adalah sebagai berikut :
1. Pemberian stimulant berbentuk film : Siswa menyaksikan video edukasi yang berjudul
“IDENTITAS”, dengan langkah :
a. Siswa menyaksikan video edukasi “IDENTITAS” dengan seksama.
b. Siswa melakukan observasi terhadap peran remaja dalam menemukan identitas
diri.
c. Siswa menemukan problematika remaja dalam tayangan video edukasi
“IDENTITAS”.
d. Siswa mengkaji tugas dan perkembangan yang telah dilakukan peran dalam video
edukasi “IDENTITAS”.
2. Refleksi dan diskusi : Siswa mendiskusikan video edukasi “IDENTITAS” dengan
anggota kelompok tentang video yang telah ditampilkan dengan berbasis sinema-
edukasi. Siswa mengidentifikasi masalah yang dialami tokoh dalam video edukasi
yang berjudul “IDENTITAS” tentang krisis identitas Selanjutnya siswa melakukan
refleksi diri.
3. Pengembangan Komitmen : Siswa menentukan hal yang ingin diupayakan atau
dicapai setelah melihat video edukasi yang berjudul “IDENTITAS”.
4. Uji Coba komitmen
5. Refleksi pengalaman : Siswa melakukan refleksi pengalaman selama siswa menjadi
remaja sesuai tugas perkembangan peran sosial yang sudah dilakukan dalam
pencapaian identitas pribadi.
6. Perbaikan diri : Siswa melakukan perbaikan diri terhadap tugas perkembangan peran
sosial dalam identitas pribadi yang belum bisa dicapai.
7. Penguatan : Siswa menerima penguatan dari guru bimbingan dan konseling terhadap
komitmen yang siswa buat.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 182


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
KESIMPULANDAN SARAN
1. Kesimpulan
Layanan informasi yang diberikan oleh konselor sekolah dapat
diselenggarakan melalui berbagai metode. Konselor sekolah juga harus lebih kreatif
dalam memberikan layanan informasi agar tidak terkesan monoton. Siswa sebagai
seorang remaja lebih menyukai atau tertarik terhadap hal-hal yang baru dan terkesan
mengasyikan. Media memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan
dan banyak memberikan manfaat. Film merupakan salah satu media yang dapat
digunakan sebagai media pembelajaran. Media film “IDENTITAS” berisi kasus tentang
krisis identitas atau Identity Confusion yang bisa didiskusikan untuk layanan bimbingan dan
konseling berkaitan dengan peran sosial remaja sesuai tahap perkembangan dalam identitas
pribadi.
2. Saran
Guru BK/Konselor Sekolah
1. Membuat inovasi dalam pemberian layanan informasi kepada peserta dengan media
film. Sehingga layanan tidak berkesan monoton.
2. Membuat atau mengembangkan media film yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Andiana. 2010. PenggunaanMedia Film Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa
Mengikuti Layanan Informasi Belajar Dalam Pelayanan Bimbingan Dan Konseling
Di Kelas VIII SMP N 1 Semarang. Skripsi Universitas Negeri Semarang : Tidak
diterbitkan.

Hurlock, Elizabeth, B. (2011). PsikologiPerkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


RentangKehidupan (Terjemahan Istiwidayanti & Soedjarno). Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Nasution, Indri Kemala. (2007). PerilakuMerokok pada Remaja. Repository USU : Medan
Sumatera Utara.

Santrock, J. W. (2012). Adolescence:Perkembangan remaja (Edisi Ke-6). Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Sukardi, Dewa Ketut. 2000. PengantarPelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di


Sekolah.Jakarta: Rineka Cipta.

Mugiarso, Heru 2009. Bimbingan danKonseling. Semarang: UPT UNNES Press.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 183


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21
Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran.Yogyakarta: Media Abadi.

Al-Mighwar,M.(2006). Psikologi Remaja.Bandung: CV Pustaka Setia.

Kartini Kartono. 1995. Psikologi Anak(Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar


Maju.

Gunarsa, S. D. (2004). Bunga rampaipsikologi perkembangan dari anak sampai usia lanjut.
Jakarta : BPK

Muus, R. 1996. Theories Of Adolescence.New York: Mc Graw Hill.

Seminar Nasional BK FIP-UPGRIS | 2017 184


“PENERAPAN PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAN (POP)
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DALAM MENYIKAPI TANTANGAN PROFESI BK
DI ABAD 21

Anda mungkin juga menyukai