Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan perkembangann media iklan dan komunikasi visual, yang meliputi; 1. Konsep
kriteria dan jenis iklan, 2. Perkembangan iklan pada masa kini.
Ada beberapa jenis iklan yang seringkali membingungkan karena bentuk yang sama
tetapi bisa ditempatkan dimana saja. Seperti poster yang bisa ditempatkan baik
didalam ruangan maupun diluar ruangan.
73
74
Perbedaan jenis iklan ini adalah berdasar bagaimana iklan itu dibuat, bagaimana
interaksinya terhadap macam media yang menyertai iklan tersebut, serta apa yang
berkaitan dengan iklan tersebut.
Pada katagori ini iklan dibagai menjadi dua jenis:
Direct Marketing
Konsep komunikasi pemasaran dengan cara berhadapan langsung dengan khalayak
sebagai target pasar potensial sehingga dari kegiatan yang dilakukan akan didapatkan
respon langsung dari khalayak tersebut. Pemasaran tersebut dapat dilakukan dengan cara
door to door, telepon, fax atau e- mail.
Advertising
Konsep komunikasi pemasaran yang dilakukan dengan segala bentuk persentasi dan
promosi mengenai produk, ide, dan jasa yang dibiayai oleh pengiklan produk yang salah
satunya mengenai media elektronik (televisi dan radio) dan media cetak (iklan pada
koran, majalah, dan tabloid).
Sales Promotion
Konsep komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk memacu masyarakat agar mencoba
dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Sales promotion merupakan
kegiatan promosi jangka pendek yang dilakukan secara besar-besaran agar lebih mengena
kepada sasaran karena masyarakat sebagai target pasar potensial dapat berinteraksi
secara langsung terhadap produk yang dipromosikan dengan cara mencoba sample
produk. Penggunaan SPG (Sales Promotion Girl) dan SPB (Sales Promotion Boy) dalam
kegiatan promosi bertujuan agar menginteraksikan produk yang dipromosikan kepada
masyarakat.
Personal Selling
Konsep komunikasi pemasaran dengan cara menawarkan secara langsung atau dengan
tatap muka di antara dua orang atau lebih target pasar potensial dari produk yang
ditawarkan. Salah satunya dengan menggunakan stand yang bersifat temporary seperti
stand pameran.
b. Ambience Media
Ambien media merupakan pengembangan media yang sifatnya sesuai atau
mengikuti lingkungan yang ada di sekitarnya. Dalam media ini adanya "impact" terhadap
segmen tertentu merupakan hal yang sangat penting.
Ambien media muncul ketika guerilla marketing yang digagaskan Sheth Goden
diperkenalkan dengan tujuan memperpendek pola keputusan pelanggan untuk membuat
mudah ketika melakukan keputusan pembelian.
Dalam majalah Cakram (Juni 2006: 31), ambien media disebutkan sebagai suatu
cara untuk membangkitkan feeling dan mood pengguna agar merasa nyaman dan suka
ketika berinteraksi dengan produk dan layanan yang diiklankan oleh produsen. Tujuan
ambien media adalah bagaimana pelanggan memperoleh a memorable experience.
Semangat yang dibawa oleh Ambience media adalah memberikan memorable
experience kepada konsumen. Dalam perkembangannya Ambience media menjadi
sebuah kegiatan below the line yang terintegrasi dengan media. Ambience media juga
bisa disebut sebagai media lingkungan (Lwin dan Aitchison: 2002). Ambience merupakan
istilah yang biasa digunakan oleh klien dan agencies periklanan dan merupakan
istilah baru dalam literature bahasa, yang masih ada ketidakpastian tentang makna yang
sebenarnya, hal itu disebabkan karena merupakan hal baru dan kurangnya minat serta
usaha untuk mendefinisikannya sehingga cukup sulit dalam 'pinning it down'.
Ambience media pertama kali digunakan sebagai bagian dalam periklanan pada
tahun 1996 oleh agency iklan “Concord” di Inggris yang mengkhususkan dalam
kegiatan outdoor campaigns. Ambience media sendiri berkembang dikarenakan adanya
79
kebutuhan yang sangat meningkat atas permintaan klien akan bentuk iklan yang sedikit
atau berbeda sekali dari iklan-iklan mereka sebelumnya.
Adapun beberapa faktor yang mendukung perkembangan Ambience media
diantaranya:
1. isu yang berkembang.
2. Adanya persaingan yang sangat ketat diantara produsen.
3. Menurunnya kekuatan media konvensional (seperti spanduk, banner, billboard dll)
4. Semakin semrawutnya jumlah iklan televisi yang menggempur konsumen setiap hari
5. Adanya tuntutan permintaan yang semakin tinggi terhadap media komunikasi non
konvensional, media yang tidak biasa -out of standard- dan menarik.
6. Kebutuhan untuk menjaring target audience yang lebih signifikan bagi produk.
7. Perkembangan teknologi, multi media, internet dan sebagainya.
Ambience media tersebut tidak menampilkan pesan verbal dan mungkin terlihat
“sedikit vulgar”, namun bisa dipastikan audiens yang melihat Ambience tersebut akan
lebih berhati-hati ketika mengemudi.
Sifat yang nyeleneh, unik dan out of standard juga membujuk media lain untuk
tidak segan meliput momen tersebut, sehingga Ambience media seringkali menciptakan
sebuah pembahasan dan menjadi topik pembicaraan di tengah masyarakat.
82
Ambience media sangat sulit untuk dihindari, sehingga target audience seringkali
tidak menyadari bahwa pesan yang ingin disampaikan sudah diserap terlebih dahulu.
Ambience media memiliki kekuatan untuk memaksa alam bawah sadar audiens untuk
tidak bisa menolak pesannya.
Clemens Aristanto (2007) menyatakan bahwa Ambience media jika dibandingkan
dengan iklan televisi, justru memiliki stopping power yang cukup tinggi disebabkan oleh
sifatnya; unzappable (tidak dapat diganti chanelnya-seperti chanel dalam tv) dan
unavoidable (tidak dapat dihindari). Kedua hal tersebut yang menyebabkan media ini
memiliki daya pikat yang besar.
c. Through The Line (TTL) Media sebagai bagian dari Perilaku Konsumen dalam iklan
Konsep TTL merupakan konsep yang dikemukakan oleh Ogilvy and Mathers, yang
merupakan produsen periklanan terbesar di dunia.
Konsep TTL pada prinsipnya berdasar kepada perilaku konsumen. Pada konsep ini
lebih diarahkan kepada “segmented consument”. Hal ini dimaksudkan agar media yang
dibuat akan lebih sesuai dengan perilaku knsumen yang dituju. Pemanfaatan SEMUA
point of contact yang sesuai dengan perilaku konsumen merupakan hal utama yang
dipakai untuk mencapai tujuan kampanye periklanan.
Proses pembuatan media pada TTL biasanya dimulai dengan penelitian yang
berkaitan dengan Point of Contact dari konsumen yang dituju, meneliti bagaimana
perilakunya terhadap produk, media dan perilaku keseharian. Hasilnya dianalisis dan
dibuat sintesis untuk dapat menentukan jenis media apa saja yang sesuai untuk
konsumen tersebut, dan juga dimana harus diletakkan media tersebut.
Jenis media yang dibuat serta bagaimana bentuk desainnya juga sangat
bergantung kepada konsumen yang dituju.