Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yaitu AKI 359
/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB 32/1000 kelahiran hidup (SDKI
2012), keadaan tersebut diakibatkan oleh penyebab utama kematian
yang sebenarnya dapat dicegah melalui pendekatan deteksi dini dan
penatalaksanaan yang tepat untuk ibu dan bayi. Di Indonesia penyebab
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan eklamsi, partus lama dan
komplikasi abortus. Penyebab kematian utama adalah perdarahan yang
sebagian besar disebabkan oleh retensi plasenta. Hal ini menunjukan
adanya manajement persalinan kala III yang kurang adekuat. Sedangkan
kematian ibu akibat infeksi merupakan indikator kurang baiknya upaya
pencegahan dan manajement infeksi.
Kematian ibu yang disebabkan karena komplikasi aborsi adalah
akibat dari kehamilan yang tidak dikehendaki. Program menurunkan
angka kematian ibu dan bayi (maternal neonatal ) dan meningkatkan
pelayanan ibu dan bayi yang mempunyai masalah komplikasi
persalinan dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan. Sehubungan
hal tersebut perlu diperoleh dukungan faktor keterampilan tenaga
kesehatan khusus PONEK serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
berkualitas di rumah sakit. Pada konfrensi tingkat tinggi perserikatan
bangsa-bangsa pada tahun 2015 disepakati bahwa terdapat 4 Goal, 19
taeget, dan 31 indikator SDGs (sustainable development goals) pada
tahun 2030. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan
indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian ibu hingga 70 per 100.000
kelahiran hidup
2. Menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12
per 1.000 KH,
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap
dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk
mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan
dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul
selama ini. Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari

1
penyebabnya seperti Berat Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6 %)
dan infeksi sekitar (10%). Hal tersebut disebabkan oleh keterlambatan
pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian
ibu umumnya disebabkan oleh perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-
eklamsia / eklamsia (15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat
kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu,
maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam
sistem terpadu ditingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan
neinatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu.
Untuk menurunkan AKI dan AKB adalah mengoptimalkan Rumah
Sakit PONEK yang sudah ada di RSUD dr Rasidin Padang. Pelayanan
obstetri dan Neonatal Regional merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam Bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Di Rumah Sakit
Dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emengersi Dasar ( PONED) DI tingkat
puskesmas. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan dari sistem rujukan
dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga yang sesuai
kompetensi, prasarana, sarana, dan manajemen yang handal. Untuk
mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan
memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Rumah Sakit Umum
Daerah dr Rasidin Padang melalui Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).
2. Tujuan Khusus
- Menurunkan angka kematian Ibu dan bayi
- Mendeteksi secara dini adanya kehamilan risiko tinggi
- Memberikan pelayanan yang baik dengan tersedianya SDM yang terlatih
- Memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang terbaik sesuai dengan
perkembangan teknologi.

C RUANG LINGKUP
Upaya Pelayanan PONEK :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive

2
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektio
saesaria
4. Pewatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi

D. DASAR HUKUM

1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PP Menkes No 512 / Menkes / Per / IV / 2007 tentang izin
4. praktek dan pelaksanaan praktek kedokteraan.
5. Permenkes No.922 / Menkes / Per / IV / 2008 tentang teknis pembagian
urusan pemerintah bidang kesehatan antara pemerintah, pemerintah
daerah dan pemerintah daerah provinsi kabupaten dan Kota.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1333 / Menkes / Per / SK / XII /
1999 tentang standar pelayanan RS.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129 / Menkes / SK / II / 2008
tentang standar pelayanan minimal rumah sakit.
8. Keputusan Menteri kesehatan RI no 603 / Menkes / SK / 2008 tentang
pemberlakuan pedoman RS sayang Ibu dan bayi.
9. Keputusan menteri Kesehatan RI No 1051 / Menkes / SK / XI / 2008
tentang pedoman penyelengaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah sakit.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Memiliki tim ponek esensial yang terdiri dari :
1. Dokter spesialis kebidanan kandungan minimal 1 orang , RSUD dr
Rasidin Padang memiliki 4 orang sesuai standar Ponek
2. Dokter spesialis anak minimal 1 orang, , RSUD dr Rasidin Padang
memiliki 3 orang sesuai dengan standar ponek.
3. Dokter di IGD Minimal 1 orang, RSUD dr Rasidin Padang memiliki 13
orang dokter sesuai standar ponek
4. Tiga orang bidan ( 1 koordinator dan 2 penyelia ) di RSUD dr Rasidin
Padang telah memenuhi standar
5. Dua orang perawat, di RSUD dr Rasidin Padang ruang ponek belum
punya tenaga perawat belum memenuhi standar.

Tim ponek ideal ditambah :


1. Satu dokter spesialis anastesi /perawat anastesi RSUD dr Rasidin
Padang memiliki 2 dokter spesialis anatesi dan 2 orang penata anastesi.
2. Enam bidan pelaksana RSUD dr Rasidin Padang sudah melebihi
standar
3. Sepuluh orang perawat ( tiap shift 2-3 perawat jaga ) sudah sesuai
standar
4. Satu petugas laboratorium sudah melebihi standar
5. Satu petugas administrasi sudah sesuai standar

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasi kasus emergensi
secara umum maupun emergency obstetri neonatal yang telah diataur
sesuai shift tugas jaga , saat ini dokter umum terlatih PONEK di IGD
mengetahui penatalksanaan PONEK sesuai standar.
2. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim ponek di
rumah sakit meliputi resusitasi neonatus , kegawat daruratan obstetrik
dan neonatal sudah sesuai standar dan untuk tenaga baru akan
direncanakan ke depan
3. Memiliki tim yang siap melakukan operasi dan melaksanakan tugas
sewaktu atau on call sudah sesuai standar

4
4. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan ponek antara lini
dokter kebidanan , dokter anak, dokter/petugas anastesi, dokter
penyakit dalam , dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan
perawat.
5. Tersedia petugas pelayanan penunjang lain, yang berperan dalam
ponek, seperti laboratorium dan radiologi selama 24 jam , recovery
room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap 24 jam.

C. PENGATURAN JAGA
Pengataran jaga tim PONEK di atur di masing masing unit sesuai standar
PONEK 24 jam dan disesuaikan dengan ruangan masing masing yang
diatur sebagai berikut :
1. Pengaturan jadwal jaga dinas bidan dan perawat dibuat dan
dipertanggung jawabkan oleh kepala ruangan dan disetujui kasie
asuhan keperawatan.
2. Jadwal dinas dibuat dalam jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepetugas pelaksana . setiap tugas jaga shift ada seorang penangung
jawab shift dengan syarat minimal pendidikan DIII kebidanan /
keperawatan yang memiliki sertifikat PONEK.
3. Apabila ada tenaga yang tidak bisa jaga karena sesuatu dan
berhalangan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan , maka
petugas harus membantu kepala ruangan sebelumnya dan sesudah
bisa dicarikan pengganti agar pelayanan dapat berjalan sesuai dengan
tugas yang ada.
4. Untuk perencanaan cuti minimal 2 minggu sebelum jadwal dinas
dibuat dan sudah mendapat persetujuan kepala ruangan

D. PELATIHAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, keterampilan dan
pengetahuan petugas yang bekerja di amsing masing unit terkait
diperlukan pelatihan pelatihan yang mendukung profesi agar senantiasa
dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring perkembangan ilmu
kebidanan dan keperawatan pengetahuan kedokteran dan keperawatan /
kebidanan

Pelayanan yang diperlukan yaitu :


1. Pengenalan tanda kegawat daruratan maternal neonatal

5
a. Penatalkasanaan bayi asfiksia
b. Penatalksanaan BBLR dan PMK
c. Resusitasi maternal neonatal
2. Pelayanan perawatan sesuai dengan kebutuhan
a. Manajemen laktasi teknik menyusui yang benar
b. Bantuan hidup dasar
c. Hand hygine / cuci tangan yang benar sesuai standar WHO
d. Penggunaan alat alat secara benar yang diperlukan masing masing
unit
3. K3RS
4. Etika dan kepribadian serta komunikasi efektif

BAB III
STANDAR FASILITAS

6
A. ALUR LAYANAN PONEK RSUD dr RASIDIN PADANG

IBU HAMIL DAN


NEONATAL

IRJ IGD
(PONEK)
(KIA DAN ANAK)

RUANG KAMAR BERSALIN / OK


PERINATOLOGI TINDAKAN

ICU RUANG
PERAWATAN

B. STANDAR FASILITAS
Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PONEK
harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut : Ruang rawat inap yang leluasa
dan nyaman ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan
yang lengkap ruang pulih observasi pasca tindakan, protokol pelaksanaan
dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal.
1. Kriteria Umum Ruangan
a. Struktur fisik
 Spesikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m
 Lantai harus porselon atau keramik
 Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilap
b. Kebersihan
 Cat dari lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat
terlihat dengan mudah
 Ruangan harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau
limbah rumah sakit

7
 Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel , perlengkapan
instrumen, pintu jendela dinding, steker listrik dan langit-langit
c. Pencahayaan
 Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
 Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak
masuk
 Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak
membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh
tersedia peralatan gawat darurat
 Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus
d. Ventilasi
 Ventilasi , termasuk jendela harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuran ruang
 Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik. Suhu
ruangan harus dijaga 24-26⁰C pendingin ruangan harus
dilengkapi filter
e. Pencucian tangan
 Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
desinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki
 Wastafel, keran atau dispenser harus dipasang pada ketinggian
yang sesuai (dari lantai dan dinding)
 Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
 Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang
dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada
kawat terbuka
 Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan
tangan, diletakkan disebelah wastafel
2. Kriteria Khusus Ruangan
a. Area cuci tangan diruang Obstetri dan Neonatus
Diruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur
adalah 6 m dari wastafel
b. Area resusitasi dan stabilisasi di ruang Obstetri dan Neonatal / IGD:
 Paling kecil ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam unit
perawatan khusus
 Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar
gawat darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan
perempuan bersalin dan bayi

8
 Tujuan kamar ini adalah : memberikan pelayanan darurat untuk
stabilisasi kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung,
hipotermia, asfiksia dan apabila perlu menolong partus darurat
serta resusitasi
 Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi dan inkubator
c. Kamar PONEK membutuhkan:
 Ruang berukuran 15 m
 Berisi: lemari dan troli darurat
 Tempat tidur bersalin serta tiang infus
 Inkubator transpor
 Pemancar panas
 Meja, kursi
 Aliran udara bersih dan sejuk
 Pencahayaan
 Lampu sorot dan lampu darurat
 Mesin isap
 Defibrilator
 Oksigen dan tabungnya
 Lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum,
 Forcep, kuret, obat/infus
 Alat resusitasi dewasa dan bayi
 Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
 Nurse station
 USG mobile
d. Sarana pendukung, meliputi : toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar jaga , ruang
sterilisator dan jalur ruang bersalin /kamar operasi terletak saling
berdekatan dan merupakan bagian dari unitgawat darurat
3. Ruangan Maternal
a. Kamar Bersalin
 Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
 Luas minimal : 6 m2 per orang , berarti bagi 1 pasien 1
penunggu dan 2 penolong diperlukan
 4x4 m2 = 16 m2
 Paling kecil ruangan berukuran 12 m2 (6 m2 untuk masing-
masing pasien
 Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir

9
 Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang
orang
 Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan
tidak ada keharusan melintas pada ruang bersalin
 Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal
untuk memudahkan transpor bayi dengan komplikasi keruang
rawat
 Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter-integrasi
kala 1, kala 2, kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan
utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi.
Bila tidak memungkinkan maka diperlukan 2 kamar kala 1 dan
sebuah kamar kala 2
 Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse
station) agar memudahkan pengawasan ketat setela hpasien
partus sebelum dibawa ke ruang rawat (post partum).
Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin
 Harus ada kamar mandi toilet berhubungan dengan kamar
bersalin
 Ruang post partum harus cukup luas, standar ; 8 m2 per
tempat tidur (bed) dalam kamar dengan multibed
 Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat
tidur minimum 1 m s/d dan antara dinding 1 m
 Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan
 Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa
ke koridor)
 Kamar periksa/dignostik berisi tempat tidur pasien/obgyn, kursi
pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil,
USG mobile, troli emergensi
 Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11
m2. Bila ada beberapa tempat tidur maka per pasien
memerlukan 7 m2, perlu disediakan toilet yang dekat dengan
ruang periksa
 Ruang perawat nurse station berisi: meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/obat
 Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care : untuk
kuret, penjahitan dsb berisi : meja operasi lengkap, lampu sorot,

10
lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci tangan operator,
mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb
 Ruang tunggu bagi keluarga pasien ; minimal 15 m2, berisi meja,
kursi serta telepon
4. Unit perawatan Internal/ Eklampsi / Sepsis
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin atau setidaknya
jauh dari area yang sering dilalui
 Paling kecil, ruangan berukuran 18 m2 (6-8 m2 untuk masing-
masing pasien)
 Diruang dengan beberapa tempat tidur, setidaknya ada jarak 8 kaki
(2,4 m) antara ranjang ibu
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6 steker listrik yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasok beban listrik yang diperlukan aman dan berfungsi baik

5. Ruang Neonatal
a. Unit perawatan Intensif
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau
setidaknya jauh dari area yang sering dilalui
 Minimal ruangan berukuran 18 m2 (6-8 m2 untuk msaing-
masing pasien)
 Diruang dengan beberapa tempat tidur sedikitnya ada jarak 8
kaki (2,4 m2) antara ranjang bayi
 Harus ada tempat untuk isolasi bayi d area terpisah
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang
dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik
b. Unit Perawatan Khusus
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau
setidaknya jauh dari area yang sering dilalui
 Minimal ruangan berukuran 12 m2 (4 m2 untuk masing-masing
pasien)
 Harus ada tempat untuk isolasi bayi dan area terpisah
 Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau
tempat tidur bayi
c. Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2
d. Area pencucian inkubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2

11
6. Ruang Operasi
 Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparotomi
 Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas : 25 m2 dengan
lebar minimum 4 m, diluar fasilitas : lemari dinding, unit ini
sekurang-kurangnya ada sebuah bagian kebidanan
 Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di
dalam kamar operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator
dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi
 Ruang resusitasi ini berukuran 3 m2 , harus tersedia enam sumber
listrik
 Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar
luas 8 m2/bed sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur , selain itu
isi ruangan ialah meja, kursi, perawat, lemari obat, mesin pemantau
tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi, troli
kaca
 Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke
tempat pasien, demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui
kaca
 Perlu desediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar
operasi serta telepon, sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed
 Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1. Nurse stasion yang juga berfungsi sebagai tempat pengawasan
lalu lintas orang
2. Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih, ruang
ini berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan
tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air
panas/dingin. Ada meja, kerja, dan kursi troli
3. Saluran pembuangan kotoran/cairan
4. Kamar pengawas KO : 10 m2
5. Ruang tunggu keluarga : tersedia kursi, meja dan tersedia toilet
6. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi, ada
autoklaf berguna bila darurat
7. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat
8. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang , terdapat
didepan kamar operasi/kamar bersalin, wastafel ini harus
dirancang agar tidak membuat basah lantai, air cuci tangan
haruslah steril

12
9. Ruang kerja bersih, ruang ini bersi meja dan lemari berisi linen,
baju dan perlengkapan operasi, juga terdapat troli pembawa
linen
10. Ruang gas/tabung gas
11. Gudang alat anastesi : alat/ mesin yang sedang direparasi-
dibersihkan, meja dan kursi
12. Gudang 12 m 2 tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar
operasi
13. Kamar ganti : pria dan wanita masing-masing 12m2 , berisi
loker, meja, kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2
14. Kamar diskusi bagi staf dan paramedis : 15 m2
15. Kamar jaga dokter : 15 m2
16. Kamar jaga paramedis : 15 m2
17. Kamar rumatan rumah tangga (house keeping) : berisi lemari,
meja, kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan
kebersihan dsb
18. Ruang tempat brankar dan kursi penolong

7. Ruangan penunjang harus disedikan seperti:


 Ruang perawatan
 Kantor perawat
 Ruang rekam medik
 Toilet staf
 Ruang staf medik
 Ruang kotor staf/perawat
 Ruang rapat/konfrensi
 Ruang keluarga pasien
 Ruang cuci
 Ruang persiapan diperlukan bila kegiatan persiapan alat/bahan
mempunyai tempat cuci
 Dengan air panas dingin, ada meja untuk kerja
 Ruang obat ; wastafel, meja kerja dsb
 Ruang linen bersih
 Dapur kecil untuk pembagian makan pasien

C. PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG


1. Unit Tranfusi Darah

13
 Unit kerja hanya dapat melakukan tes kecocokan, pengambilan
donor dari tes lab : infeksi, VDRL, hepatitis, HIV
 Diperlukan ruang 25 m2 berisi lemari pendingin , meja kursi, lemari,
telepon, kamar petugas dsb
 Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan
maternal dan neonatal
 Bagi rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas unit transfusi darah/
Bank darah dianjurkan untuk membuat kerja sama dengan
penyedia fasilitas tersebut.

Untuk saat ini RSUD dr Rasidin padang belum mempunyai UTD sendiri
dan masih bekerja sama dengan RSUP dr M Jamil padang

2. Laboratorium
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam
penegakan kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis
penunjang untuk pre eklampsia dan neonatal
3. Radiologi dan USG
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosa Obstetri dan Thoraks

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN PONEK
RSUD dr PASIDIN PADANG

A. PENERIMAAN PASIEN BARU


1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB

14
Bidan pelaksanan/ perawat pelaksana
2. PERANGKAT KERJA
1. Surat pengantar rawat
2. Berkas rekam medik
3. Alat tulis
4. Stetoskop, tensimeter, thermometer dan peralatan lain sesuai
keperluan
5. Timbangan berat badan
3. TATA LAKSANA
1. Pasien Masuk ruang Ponek IGD
2. Bidan menerima pasien baru
3. Pasien diterima diruang Ponek dengan ramah dan bidan
mengucapkan salam
4. Bidan memeriksa tanda-tanda vital pasien dan melakukan
pemeriksaan kebidanan dan mendokumentasikannya pada berkas
rekam medik pasien
5. Bidan berkolaborasi dengan SpOG dan melaksanakan instruksi
dokter
6. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium atau radiologi, maka
petuga akan menghubungi petugas laboratorium / radiologi

B. TATA LAKSANA PEMERIKSAAN PASIEN (VISITE) DOKTER


PENANGGUNG JAWAB
1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB
a. Dokter penanggung jawab pelayanan
b. Bidan penanggung jawab
2. PERANGKAT KERJA
a. Berkas rekam medik pasien
b. Stetoskop dan peralatan lain sesuai keperluan

3. TATA LAKSANA
a. Bidan memberi tahu dokter penanggung jawab pelayanan pasien
bahwa pasien sudah masuk ruang rawat dan menanyakan rencana
waktu visite
b. Bidan menemani dokter visite dengan membawa rekam medis dan
peralatan medis yang dibutuhkan dokter tersebut

15
c. Dokter memeriksa kondisidan perkembangan pasien serta
mengisi/melengkapi rekam medis pasien
d. Dokter pananggung jawab memberikan informasi kepada
pasien/keluarga tentang kondisi penyakit serta perkembangan
pasien yang bersangkutan
e. Bidan mencatat semua instruksi dokter dicatatan terintegrasi
f. Bidan mencatat kondisi dan perkembangan pasien dalam catatan
terintegrasi untuk diinformasikan kepada bidan jaga shif berikutnya

C. TATA LAKSANA MERUJUK PASIEN


1. PETUGAS PELAKSANA
a. Bidan penanggung jaawab
b. Bidan pelaksana
2. BAHAN KERJA
a. Form rujukan
b. Ringkasan pasien pulang
c. Resume keperawatan
d. Obat-obatan dan barang milik pasien
e. Alat-alat tulis
3. TATA LAKSANA
a. Pasien yang dirujuk disebabkan karena tidak lengkapnya alat,
fasilitas atau pasien memerlukan penanganan lanjutan yang tidak
tersedia di RSUD dr Rasidin Padang
b. Siapkan formulir rujukan yang diisi DPJP atau dokter jaga
c. Bidan menghubungi RS yang dituju, pastikan di RS tersebut sudah
ada tempat untuk pasien
d. Bidan menghubungi IRD untuk permintaan ambulan RSUD dr
Rasidin Padang
e. Bidan menyiapkan obat-obatan, hasil pemeriksaan dan barang-
barang milik pasien
f. Petugas administrasi menyelesaikan administrasi ruangan dan
mengirim ke kasir
g. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke bagian kasir
dengan membawa surat pulang rawat inap
h. Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat izin pulang dari kasir ke
bidan
i. Mengantarkan pasien ke RS yang dituju

16
D. TATA LAKSANA MENDAMPINGI PASIEN DIRUJUK
1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB
a. Bidan penanggung jawab
b. Bidan pelaksana
2. PERANGKAT KERJA
a. Formulir rujukan
b. Ambulan
c. Peralatan media seperti oksigen, selang oksigen, partus set dan
obat-obatan
3. TATA LAKSANA
a. Bidan yang mendampingi pasien yang dirujuk harus yang
penanggung jawab shift
b. Dokter penanggung jawab pasien membuat surat rujukan dan
melengkapi hasil-hasil pemeriksaan yang telah dilakukan untuk
dibawa bidan pendamping
c. Bidan menghubungi rumah sakit rujukan untuk memastikan
adanya tempat untuk penerimaan pasien di RS rujukan
j. Cek kesiapan transportasi / ambulan RSUD dr Rasidin Padang
d. Bidan pendamping pasien menyiapkan pasien dan surat rujukan
beserta dokumen medis yang akan dibawa antara lain :hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen dll
e. Observasi suhu, nadi, respirasi sebelum pasien dibawa
f. Bidan selama mendampingi pasien harus selalu memantau keadaan
umum pasien selama dalam perjalanan antara lain: suhu, nadi,
pernafasan pasiendan mencatat hasil pemantauan di formulir
observasi
g. Bidan pendamping pasien melakukan serah terima pasien dan
menyerahkan surat rujukan pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan
dan obat-obatan

E. TATA LAKSANA PASIEN PULANG DARI RAWAT INAP


1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB
a. Bidan penanggung jawab
b. Bidan pelaksana
2. PERANGKAT KERJA
a. Ringkasan pasien pulang dan resume keperawatan

17
b. Obat-obatan
c. Foto rontgen, USG
d. Foto kopi hasil pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
permintaan pasien
e. Surat pengantar kontrol ulang
f. Alat-alat tulis
3. TATA LAKSANA
a. Beri tahu petugass administrasi bahwa pasien sudah ada rencana
pulang, minta petugas administrasi IRI untuk mengecek
administrasi pasien selama dirawat
b. Beritahu pasien dan keluarga bahwa pasien sudah diperbolehkan
pulang pada tanggal.... dan jam.....(sebelum pukul 14.00) atau
pulang tunggu dokter datang melihat pasien terlebih dahulu
c. Siapkan berkas-berkas yang harus dibawa pasien pulang seperti
ringkasan pulang dan resume keperawatan, obat-obatan, surat
istirahat, surat kontrol ulang, surat asuransi, foto kopy hasil
pemeriksaan diagnostik dan hasil laboratorium
d. Kirim obat pasien pulang ke farmasi, bila pasien diberikan obat
tambahan dalam bentuk resep, masukkan nomor resep dalam
transaksi
e. Cek obat-obat pasien, jika ada yang akan berikan ke petugas
administrasi untuk di resum, kecuali obat-obat yang dibeli diluar
farmasi rumah sakit
f. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke kasir
dengan membawa surat izin pulang rawat inap
g. Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat izin pulang dari kasir ke
perawat
h. Beri penjelasan kepada pasien mengenai perawatan dirumah, obat-
obatan yang diminum dan jadwal kontrol kembali
i. Serahkan obat-obatan yang dibawa pulang barang milik pasien, foto
rontgen , ringkasan pulang, surat istirahat, keterangan sakit dll
minta pasien/ keluarga untuk menanda tangani dischard planning

F. TATA LAKSANA PEMERIKSAAN LABORATORIUMPASIEN RAWAT INAP


1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB
a. Bidan pelaksana
b. Petugas analisa
2. PERANGKAT KERJA

18
a. Berkas rekam medis
b. Formulir pemeriksaan laboratorium
3. TATA LAKSANA
a. Dokter menjelaskan kepada pasien / keluarga pemeriksaan yang
akan dilakukan
b. Dokter mengisi formulir pemeriksaan laboratorium
c. Bidan / perawat mencatat tentang pemeriksaan laboratorium yang
akan diperiksa pada catatan kegiatan harian
d. Bidan/ perawat menginformasikan ke bagian laboratorium tentang
permintaan pemeriksaan laboratorium
e. Petugas analis datang ke rawat inap untuk mengambil sampel
pemeriksaan
f. Petugas laboratorium menghubungi perawat dan memberikan hasil
pemeriksaan sedah selesai dan dapat diambil segera
g. Bidan / perawat mengambil hasil pemeriksaan ke laboratorium
h. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diterima dilaboratorium
dimasukkan ke dalam RM pasien yang bersangkutan dan perawat
melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab
pasien

G. TATA LAKSANA PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN


1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB
a. Petugas Radiologi
b. Bidan/ perawat pelaksana
2. PERANGKAT KERJA
a. Berkas rekam medis
b. Formulir pemeriksaan laboratorium
3. TATA LAKSANA
a. Dokter menjelaskan kepada pasien / keluarga pemeriksaan yang
akan dilakukan
b. Dokter mengisi formulir pemeriksaan radiologi
c. Bidan / perawat mencatat tentang pemeriksaan radiologi yang
akan diperiksa pada catatan kegiatan harian
d. Bidan/ perawat menginformasikan ke bagian radiologi tentang
permintaan pemeriksaan radiologi
e. Bidan / perawat membawa pasien ke bagian radiologi menggunakan
kursi roda atau brankard sesuai dengan kondisi pasien

19
f. Pasien radiologi menghubungi perawat dan memberitahukan hasil
pemeriksaan sudah selesai dan dapat diambil segera
g. Bidan / perawat mengambil hasil pemeriksaan ke bagian radiologi
h. Hasil pemeriksaan radiologi yang diterima dari bagian radiologi
dimasukkan kedalam RM pasien yang bersangkutan dan perawat
melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab
pasien

BAB V
LOGISTIK PONEK

Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus


dipenuhi hal-hal sebagai berikut :

20
 Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman sesuai standar , untuk RSUD
dr Rasidin Padang
 Masih direncanakan ruangan yang sesuai dengan persyaratan PONEK dan
sudah ada perbaikan .
 Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
sesuai standar PONEK sedang diupayakan dan peralatan sudah disiapkan
di IGD
 Ruang pulih / observasi pasca tindakan sesuai standar PONEK

Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi


internal
1. OBAT-OBAT MATERNAL KHUSUS PONEK RSUD dr RASIDIN PADANG
Secara umum obat-obatan yang ada sudah sesuai standar yang ada di
PONEK
 Ringer Asetat
 Dextrose 10 %
 Dextran 40 / HES
 NaCl 0,9 %
 Adrenalin / epinefrin
 Metronidazole
 Kadelex atau ampul KCL
 Larutan Ringer Laktat
 Kalsium Glukonat 10 %
 Ampisilin
 Gentamisin
 Kortison / Dexametason
 Aminophyline
 Transamin
 Dopamin
 Dobutamin
 Sodium Bikarbonat 8,4 %
 MgSO4 40 %
 Nifedipin

2.OBAT-OBATAN NEONATAL KHUSUS PONEK


 Dextrose 10 %
 Dextrose 40 %
 Nacl 0,9 % 500 ml

21
 Dopamin
 Dobutamin
 Adrenalin / Epinefrin
 Sulfas Atropin
 Midazolam
 Phenobarbital injeksi
 MgSO4 20 %
 Sodium Bikarbonat 8,4 %
 Ampisilin
 Gentamisin

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

A. DEFENISI

22
Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Umum
RSUD dr Rasidin Padang
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. STANDAR PASIEN SAFETY


Standar keselamatan pasien (patient Safety) untuk pelayanan maternal
dan perinatal adalah:
1. Hak pasien : pasien / keluarga mempunyai hak mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga: Edukasi kepada keluarga pasien
tentang jawab keluarga dalam asuhan perawatan / asuhan kebidanan .
Untuk kelurga pasien diajarkan cara mengurangi resiko terjadinya
infeksi nosokomial seperti mencuci tangan
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan : Rumah Sakit
menjamin kesinambungan pelayanan dan menjalin koordinasi antar
tenaga ( dokter, bidan / perawat, gizi dll dan antar unit pelayanan
terkait
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, Rumah Sakit
harus terus memperbaiki pelayanan, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD
dan melakukan perubahan untuk kinerja dan keselamatan pasien
5. Peran pimpinan Rumah Sakit dalam meningkatkan keselamatan
pasien. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program
pasien safety melalalui tujuh standar pasien safety
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien : Rumah Sakit
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
sesuai standar profesi, standar pelayanan rumah sakit dan standar

23
prosedur operasional untuk meningkatkan kompetensi staf dalam
pelayanan maternal dan perinatal
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien, komunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien
selama melakukan pelayanan dapat mencegah kemungkinan
terjadinya KTD

D. PROGRAM PENGAMANAN
1. Program Pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan untuk pertolongan maternal dan perinatal anatara lain; alat-
alat listrik, gas media (O2) , AC, saluran udara (ventilasi) , peralatan
anastesi , alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi . Alat-alat ini
harus diperiksa oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan
oleh ahli teknik atau konsultan dari luar rumah sakit
2. Program pengamanan infeksi nosokomial
k. Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian
integral dan pengendalian infeksi (Dalin) di RSUD dr Rasidin
Padang

E. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan
Insiden Keselamatan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN

24
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena mengidap HIV tidak menempatkan gejala.
Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15-19 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus
baru 25 ℅ terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan


kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk
migran. Sementara potensi penularan di masyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui prilaku seks bebas tanpa pelindung). Pelayanan
kesehatan yang belum aman yang belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit, tato
tindik, dll. Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk
menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi
dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di
Indonesia pada pendonor sebesar 2,8 ℅ pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C di masyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,1
℅ . Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenalisecara klinis karena
tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut di atas memperkuat


keinginan untuk mengembangkan dan menjelaskan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dan penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui “Kewaspadaan Umum” atau
“Precaution Universal” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nasokomial
yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagaiujung tombak yang melayani dan melakukan


kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus
menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari
resiko tertular penyakit, agar dapat bekerja maksimal.

B. TUJUAN
Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan

25
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di
lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut.
Setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”

C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN


1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang benar
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan
dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5
(lima) kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan adarah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bebas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RSUD dr Rasidin Padang dalam


memberikan pelayanan adalah :

26
A. Indikator Kecepatan Penanganan Pertama Pasien Gawat Darurat
1. Presentase kematian ibu karena eklampsia
2. Waktu tunggu sebelum operasi
3. Presentase kematian ibu karena melahirkan sepsis
4. Presentase kematian ibu karena perdarahan
B. Indikator Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi
1. Angka kematian ibu karena eklampsia
2. Angka kematian ibu karena perdarahan
3. Angka kematian ibu karena sepsis
4. Angka kematian bayi dengan > 2000 gram
5. Angka secsio cesarea

Indikator tersebut dilaporkan setiap bulan dalam laporan kerja bulanan

BAB IX
PENUTUP

Angka kematian ibu dan angka kemamatian bayi semakin meningkat dan tidak
mengalami perubahan berarti dalam lima tahun terakhir. Keadaan ini akan

27
meningkat dan bila tidak segera diantisipasi dengan berbagai terobosan yang
optimal. Kasus kebidanan yang sifatnya akut dan fatal akan menurunkan
kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan akan
mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.

Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu agar program Pedoman


Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) dijadikan
prioritas yang terlihat pada target upaya kesehatan perorangan (UKP) pada
rencana strategi Departemen Kesehatan 2005-2009.

Pada saat ini sesuai era desentralisasi, kebijakan ini amat perlu didukukng
oleh dinas kesehatan privinsi/kotamadya sehingga terjadi sinkronisasi antara
perencanaan . Departemen Kesehatan RI pusat dan daerah yang menghasilkan
suatu visi yang saling memperkuat dalam penurunan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian ibu AKB). Disamping itu pelaksanaan

Padang, Mei 2018


DIREKTUR,

Dr, Hj.Herlin Sridiani, M.Kes


Pembina TK I, Nip 19710118 2002122 002

28

Anda mungkin juga menyukai