PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia masih tinggi yaitu AKI 359
/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB 32/1000 kelahiran hidup (SDKI
2012), keadaan tersebut diakibatkan oleh penyebab utama kematian
yang sebenarnya dapat dicegah melalui pendekatan deteksi dini dan
penatalaksanaan yang tepat untuk ibu dan bayi. Di Indonesia penyebab
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan eklamsi, partus lama dan
komplikasi abortus. Penyebab kematian utama adalah perdarahan yang
sebagian besar disebabkan oleh retensi plasenta. Hal ini menunjukan
adanya manajement persalinan kala III yang kurang adekuat. Sedangkan
kematian ibu akibat infeksi merupakan indikator kurang baiknya upaya
pencegahan dan manajement infeksi.
Kematian ibu yang disebabkan karena komplikasi aborsi adalah
akibat dari kehamilan yang tidak dikehendaki. Program menurunkan
angka kematian ibu dan bayi (maternal neonatal ) dan meningkatkan
pelayanan ibu dan bayi yang mempunyai masalah komplikasi
persalinan dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan. Sehubungan
hal tersebut perlu diperoleh dukungan faktor keterampilan tenaga
kesehatan khusus PONEK serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
berkualitas di rumah sakit. Pada konfrensi tingkat tinggi perserikatan
bangsa-bangsa pada tahun 2015 disepakati bahwa terdapat 4 Goal, 19
taeget, dan 31 indikator SDGs (sustainable development goals) pada
tahun 2030. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan
indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian ibu hingga 70 per 100.000
kelahiran hidup
2. Menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12
per 1.000 KH,
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap
dapat dicapai apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk
mengatasi penyebab utama kematian tersebut yang didukung kebijakan
dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul
selama ini. Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari
1
penyebabnya seperti Berat Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6 %)
dan infeksi sekitar (10%). Hal tersebut disebabkan oleh keterlambatan
pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian
ibu umumnya disebabkan oleh perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-
eklamsia / eklamsia (15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat
kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu,
maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam
sistem terpadu ditingkat nasional dan regional. Pelayanan obstetri dan
neinatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu.
Untuk menurunkan AKI dan AKB adalah mengoptimalkan Rumah
Sakit PONEK yang sudah ada di RSUD dr Rasidin Padang. Pelayanan
obstetri dan Neonatal Regional merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam Bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Di Rumah Sakit
Dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emengersi Dasar ( PONED) DI tingkat
puskesmas. Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan dari sistem rujukan
dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga yang sesuai
kompetensi, prasarana, sarana, dan manajemen yang handal. Untuk
mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan
memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di Rumah Sakit Umum
Daerah dr Rasidin Padang melalui Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).
2. Tujuan Khusus
- Menurunkan angka kematian Ibu dan bayi
- Mendeteksi secara dini adanya kehamilan risiko tinggi
- Memberikan pelayanan yang baik dengan tersedianya SDM yang terlatih
- Memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang terbaik sesuai dengan
perkembangan teknologi.
C RUANG LINGKUP
Upaya Pelayanan PONEK :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive
2
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektio
saesaria
4. Pewatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi
D. DASAR HUKUM
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasi kasus emergensi
secara umum maupun emergency obstetri neonatal yang telah diataur
sesuai shift tugas jaga , saat ini dokter umum terlatih PONEK di IGD
mengetahui penatalksanaan PONEK sesuai standar.
2. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim ponek di
rumah sakit meliputi resusitasi neonatus , kegawat daruratan obstetrik
dan neonatal sudah sesuai standar dan untuk tenaga baru akan
direncanakan ke depan
3. Memiliki tim yang siap melakukan operasi dan melaksanakan tugas
sewaktu atau on call sudah sesuai standar
4
4. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan ponek antara lini
dokter kebidanan , dokter anak, dokter/petugas anastesi, dokter
penyakit dalam , dokter spesialis lain serta dokter umum, bidan dan
perawat.
5. Tersedia petugas pelayanan penunjang lain, yang berperan dalam
ponek, seperti laboratorium dan radiologi selama 24 jam , recovery
room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap 24 jam.
C. PENGATURAN JAGA
Pengataran jaga tim PONEK di atur di masing masing unit sesuai standar
PONEK 24 jam dan disesuaikan dengan ruangan masing masing yang
diatur sebagai berikut :
1. Pengaturan jadwal jaga dinas bidan dan perawat dibuat dan
dipertanggung jawabkan oleh kepala ruangan dan disetujui kasie
asuhan keperawatan.
2. Jadwal dinas dibuat dalam jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepetugas pelaksana . setiap tugas jaga shift ada seorang penangung
jawab shift dengan syarat minimal pendidikan DIII kebidanan /
keperawatan yang memiliki sertifikat PONEK.
3. Apabila ada tenaga yang tidak bisa jaga karena sesuatu dan
berhalangan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan , maka
petugas harus membantu kepala ruangan sebelumnya dan sesudah
bisa dicarikan pengganti agar pelayanan dapat berjalan sesuai dengan
tugas yang ada.
4. Untuk perencanaan cuti minimal 2 minggu sebelum jadwal dinas
dibuat dan sudah mendapat persetujuan kepala ruangan
D. PELATIHAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, keterampilan dan
pengetahuan petugas yang bekerja di amsing masing unit terkait
diperlukan pelatihan pelatihan yang mendukung profesi agar senantiasa
dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring perkembangan ilmu
kebidanan dan keperawatan pengetahuan kedokteran dan keperawatan /
kebidanan
5
a. Penatalkasanaan bayi asfiksia
b. Penatalksanaan BBLR dan PMK
c. Resusitasi maternal neonatal
2. Pelayanan perawatan sesuai dengan kebutuhan
a. Manajemen laktasi teknik menyusui yang benar
b. Bantuan hidup dasar
c. Hand hygine / cuci tangan yang benar sesuai standar WHO
d. Penggunaan alat alat secara benar yang diperlukan masing masing
unit
3. K3RS
4. Etika dan kepribadian serta komunikasi efektif
BAB III
STANDAR FASILITAS
6
A. ALUR LAYANAN PONEK RSUD dr RASIDIN PADANG
IRJ IGD
(PONEK)
(KIA DAN ANAK)
ICU RUANG
PERAWATAN
B. STANDAR FASILITAS
Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PONEK
harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut : Ruang rawat inap yang leluasa
dan nyaman ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan
yang lengkap ruang pulih observasi pasca tindakan, protokol pelaksanaan
dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal.
1. Kriteria Umum Ruangan
a. Struktur fisik
Spesikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m
Lantai harus porselon atau keramik
Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilap
b. Kebersihan
Cat dari lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat
terlihat dengan mudah
Ruangan harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau
limbah rumah sakit
7
Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel , perlengkapan
instrumen, pintu jendela dinding, steker listrik dan langit-langit
c. Pencahayaan
Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak
masuk
Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak
membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh
tersedia peralatan gawat darurat
Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus
d. Ventilasi
Ventilasi , termasuk jendela harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuran ruang
Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik. Suhu
ruangan harus dijaga 24-26⁰C pendingin ruangan harus
dilengkapi filter
e. Pencucian tangan
Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
desinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki
Wastafel, keran atau dispenser harus dipasang pada ketinggian
yang sesuai (dari lantai dan dinding)
Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang
dipasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan tidak ada
kawat terbuka
Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan
tangan, diletakkan disebelah wastafel
2. Kriteria Khusus Ruangan
a. Area cuci tangan diruang Obstetri dan Neonatus
Diruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur
adalah 6 m dari wastafel
b. Area resusitasi dan stabilisasi di ruang Obstetri dan Neonatal / IGD:
Paling kecil ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam unit
perawatan khusus
Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar
gawat darurat lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan
perempuan bersalin dan bayi
8
Tujuan kamar ini adalah : memberikan pelayanan darurat untuk
stabilisasi kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung,
hipotermia, asfiksia dan apabila perlu menolong partus darurat
serta resusitasi
Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi dan inkubator
c. Kamar PONEK membutuhkan:
Ruang berukuran 15 m
Berisi: lemari dan troli darurat
Tempat tidur bersalin serta tiang infus
Inkubator transpor
Pemancar panas
Meja, kursi
Aliran udara bersih dan sejuk
Pencahayaan
Lampu sorot dan lampu darurat
Mesin isap
Defibrilator
Oksigen dan tabungnya
Lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum,
Forcep, kuret, obat/infus
Alat resusitasi dewasa dan bayi
Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
Nurse station
USG mobile
d. Sarana pendukung, meliputi : toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar jaga , ruang
sterilisator dan jalur ruang bersalin /kamar operasi terletak saling
berdekatan dan merupakan bagian dari unitgawat darurat
3. Ruangan Maternal
a. Kamar Bersalin
Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
Luas minimal : 6 m2 per orang , berarti bagi 1 pasien 1
penunggu dan 2 penolong diperlukan
4x4 m2 = 16 m2
Paling kecil ruangan berukuran 12 m2 (6 m2 untuk masing-
masing pasien
Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir
9
Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang
orang
Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan
tidak ada keharusan melintas pada ruang bersalin
Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal
untuk memudahkan transpor bayi dengan komplikasi keruang
rawat
Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter-integrasi
kala 1, kala 2, kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan
utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi.
Bila tidak memungkinkan maka diperlukan 2 kamar kala 1 dan
sebuah kamar kala 2
Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse
station) agar memudahkan pengawasan ketat setela hpasien
partus sebelum dibawa ke ruang rawat (post partum).
Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin
Harus ada kamar mandi toilet berhubungan dengan kamar
bersalin
Ruang post partum harus cukup luas, standar ; 8 m2 per
tempat tidur (bed) dalam kamar dengan multibed
Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat
tidur minimum 1 m s/d dan antara dinding 1 m
Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan
Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa
ke koridor)
Kamar periksa/dignostik berisi tempat tidur pasien/obgyn, kursi
pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil,
USG mobile, troli emergensi
Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11
m2. Bila ada beberapa tempat tidur maka per pasien
memerlukan 7 m2, perlu disediakan toilet yang dekat dengan
ruang periksa
Ruang perawat nurse station berisi: meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/obat
Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care : untuk
kuret, penjahitan dsb berisi : meja operasi lengkap, lampu sorot,
10
lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci tangan operator,
mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb
Ruang tunggu bagi keluarga pasien ; minimal 15 m2, berisi meja,
kursi serta telepon
4. Unit perawatan Internal/ Eklampsi / Sepsis
Unit ini harus berada disamping ruang bersalin atau setidaknya
jauh dari area yang sering dilalui
Paling kecil, ruangan berukuran 18 m2 (6-8 m2 untuk masing-
masing pasien)
Diruang dengan beberapa tempat tidur, setidaknya ada jarak 8 kaki
(2,4 m) antara ranjang ibu
Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6 steker listrik yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasok beban listrik yang diperlukan aman dan berfungsi baik
5. Ruang Neonatal
a. Unit perawatan Intensif
Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau
setidaknya jauh dari area yang sering dilalui
Minimal ruangan berukuran 18 m2 (6-8 m2 untuk msaing-
masing pasien)
Diruang dengan beberapa tempat tidur sedikitnya ada jarak 8
kaki (2,4 m2) antara ranjang bayi
Harus ada tempat untuk isolasi bayi d area terpisah
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang
dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik
b. Unit Perawatan Khusus
Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau
setidaknya jauh dari area yang sering dilalui
Minimal ruangan berukuran 12 m2 (4 m2 untuk masing-masing
pasien)
Harus ada tempat untuk isolasi bayi dan area terpisah
Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau
tempat tidur bayi
c. Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2
d. Area pencucian inkubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2
11
6. Ruang Operasi
Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparotomi
Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas : 25 m2 dengan
lebar minimum 4 m, diluar fasilitas : lemari dinding, unit ini
sekurang-kurangnya ada sebuah bagian kebidanan
Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di
dalam kamar operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator
dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi
Ruang resusitasi ini berukuran 3 m2 , harus tersedia enam sumber
listrik
Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar
luas 8 m2/bed sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur , selain itu
isi ruangan ialah meja, kursi, perawat, lemari obat, mesin pemantau
tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi, troli
kaca
Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke
tempat pasien, demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui
kaca
Perlu desediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar
operasi serta telepon, sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed
Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1. Nurse stasion yang juga berfungsi sebagai tempat pengawasan
lalu lintas orang
2. Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih, ruang
ini berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan
tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air
panas/dingin. Ada meja, kerja, dan kursi troli
3. Saluran pembuangan kotoran/cairan
4. Kamar pengawas KO : 10 m2
5. Ruang tunggu keluarga : tersedia kursi, meja dan tersedia toilet
6. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi, ada
autoklaf berguna bila darurat
7. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat
8. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang , terdapat
didepan kamar operasi/kamar bersalin, wastafel ini harus
dirancang agar tidak membuat basah lantai, air cuci tangan
haruslah steril
12
9. Ruang kerja bersih, ruang ini bersi meja dan lemari berisi linen,
baju dan perlengkapan operasi, juga terdapat troli pembawa
linen
10. Ruang gas/tabung gas
11. Gudang alat anastesi : alat/ mesin yang sedang direparasi-
dibersihkan, meja dan kursi
12. Gudang 12 m 2 tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar
operasi
13. Kamar ganti : pria dan wanita masing-masing 12m2 , berisi
loker, meja, kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2
14. Kamar diskusi bagi staf dan paramedis : 15 m2
15. Kamar jaga dokter : 15 m2
16. Kamar jaga paramedis : 15 m2
17. Kamar rumatan rumah tangga (house keeping) : berisi lemari,
meja, kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan
kebersihan dsb
18. Ruang tempat brankar dan kursi penolong
13
Unit kerja hanya dapat melakukan tes kecocokan, pengambilan
donor dari tes lab : infeksi, VDRL, hepatitis, HIV
Diperlukan ruang 25 m2 berisi lemari pendingin , meja kursi, lemari,
telepon, kamar petugas dsb
Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan
maternal dan neonatal
Bagi rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas unit transfusi darah/
Bank darah dianjurkan untuk membuat kerja sama dengan
penyedia fasilitas tersebut.
Untuk saat ini RSUD dr Rasidin padang belum mempunyai UTD sendiri
dan masih bekerja sama dengan RSUP dr M Jamil padang
2. Laboratorium
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam
penegakan kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis
penunjang untuk pre eklampsia dan neonatal
3. Radiologi dan USG
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosa Obstetri dan Thoraks
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN PONEK
RSUD dr PASIDIN PADANG
14
Bidan pelaksanan/ perawat pelaksana
2. PERANGKAT KERJA
1. Surat pengantar rawat
2. Berkas rekam medik
3. Alat tulis
4. Stetoskop, tensimeter, thermometer dan peralatan lain sesuai
keperluan
5. Timbangan berat badan
3. TATA LAKSANA
1. Pasien Masuk ruang Ponek IGD
2. Bidan menerima pasien baru
3. Pasien diterima diruang Ponek dengan ramah dan bidan
mengucapkan salam
4. Bidan memeriksa tanda-tanda vital pasien dan melakukan
pemeriksaan kebidanan dan mendokumentasikannya pada berkas
rekam medik pasien
5. Bidan berkolaborasi dengan SpOG dan melaksanakan instruksi
dokter
6. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium atau radiologi, maka
petuga akan menghubungi petugas laboratorium / radiologi
3. TATA LAKSANA
a. Bidan memberi tahu dokter penanggung jawab pelayanan pasien
bahwa pasien sudah masuk ruang rawat dan menanyakan rencana
waktu visite
b. Bidan menemani dokter visite dengan membawa rekam medis dan
peralatan medis yang dibutuhkan dokter tersebut
15
c. Dokter memeriksa kondisidan perkembangan pasien serta
mengisi/melengkapi rekam medis pasien
d. Dokter pananggung jawab memberikan informasi kepada
pasien/keluarga tentang kondisi penyakit serta perkembangan
pasien yang bersangkutan
e. Bidan mencatat semua instruksi dokter dicatatan terintegrasi
f. Bidan mencatat kondisi dan perkembangan pasien dalam catatan
terintegrasi untuk diinformasikan kepada bidan jaga shif berikutnya
16
D. TATA LAKSANA MENDAMPINGI PASIEN DIRUJUK
1. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB
a. Bidan penanggung jawab
b. Bidan pelaksana
2. PERANGKAT KERJA
a. Formulir rujukan
b. Ambulan
c. Peralatan media seperti oksigen, selang oksigen, partus set dan
obat-obatan
3. TATA LAKSANA
a. Bidan yang mendampingi pasien yang dirujuk harus yang
penanggung jawab shift
b. Dokter penanggung jawab pasien membuat surat rujukan dan
melengkapi hasil-hasil pemeriksaan yang telah dilakukan untuk
dibawa bidan pendamping
c. Bidan menghubungi rumah sakit rujukan untuk memastikan
adanya tempat untuk penerimaan pasien di RS rujukan
j. Cek kesiapan transportasi / ambulan RSUD dr Rasidin Padang
d. Bidan pendamping pasien menyiapkan pasien dan surat rujukan
beserta dokumen medis yang akan dibawa antara lain :hasil
pemeriksaan laboratorium, foto rontgen dll
e. Observasi suhu, nadi, respirasi sebelum pasien dibawa
f. Bidan selama mendampingi pasien harus selalu memantau keadaan
umum pasien selama dalam perjalanan antara lain: suhu, nadi,
pernafasan pasiendan mencatat hasil pemantauan di formulir
observasi
g. Bidan pendamping pasien melakukan serah terima pasien dan
menyerahkan surat rujukan pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan
dan obat-obatan
17
b. Obat-obatan
c. Foto rontgen, USG
d. Foto kopi hasil pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
permintaan pasien
e. Surat pengantar kontrol ulang
f. Alat-alat tulis
3. TATA LAKSANA
a. Beri tahu petugass administrasi bahwa pasien sudah ada rencana
pulang, minta petugas administrasi IRI untuk mengecek
administrasi pasien selama dirawat
b. Beritahu pasien dan keluarga bahwa pasien sudah diperbolehkan
pulang pada tanggal.... dan jam.....(sebelum pukul 14.00) atau
pulang tunggu dokter datang melihat pasien terlebih dahulu
c. Siapkan berkas-berkas yang harus dibawa pasien pulang seperti
ringkasan pulang dan resume keperawatan, obat-obatan, surat
istirahat, surat kontrol ulang, surat asuransi, foto kopy hasil
pemeriksaan diagnostik dan hasil laboratorium
d. Kirim obat pasien pulang ke farmasi, bila pasien diberikan obat
tambahan dalam bentuk resep, masukkan nomor resep dalam
transaksi
e. Cek obat-obat pasien, jika ada yang akan berikan ke petugas
administrasi untuk di resum, kecuali obat-obat yang dibeli diluar
farmasi rumah sakit
f. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke kasir
dengan membawa surat izin pulang rawat inap
g. Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat izin pulang dari kasir ke
perawat
h. Beri penjelasan kepada pasien mengenai perawatan dirumah, obat-
obatan yang diminum dan jadwal kontrol kembali
i. Serahkan obat-obatan yang dibawa pulang barang milik pasien, foto
rontgen , ringkasan pulang, surat istirahat, keterangan sakit dll
minta pasien/ keluarga untuk menanda tangani dischard planning
18
a. Berkas rekam medis
b. Formulir pemeriksaan laboratorium
3. TATA LAKSANA
a. Dokter menjelaskan kepada pasien / keluarga pemeriksaan yang
akan dilakukan
b. Dokter mengisi formulir pemeriksaan laboratorium
c. Bidan / perawat mencatat tentang pemeriksaan laboratorium yang
akan diperiksa pada catatan kegiatan harian
d. Bidan/ perawat menginformasikan ke bagian laboratorium tentang
permintaan pemeriksaan laboratorium
e. Petugas analis datang ke rawat inap untuk mengambil sampel
pemeriksaan
f. Petugas laboratorium menghubungi perawat dan memberikan hasil
pemeriksaan sedah selesai dan dapat diambil segera
g. Bidan / perawat mengambil hasil pemeriksaan ke laboratorium
h. Hasil pemeriksaan laboratorium yang diterima dilaboratorium
dimasukkan ke dalam RM pasien yang bersangkutan dan perawat
melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab
pasien
19
f. Pasien radiologi menghubungi perawat dan memberitahukan hasil
pemeriksaan sudah selesai dan dapat diambil segera
g. Bidan / perawat mengambil hasil pemeriksaan ke bagian radiologi
h. Hasil pemeriksaan radiologi yang diterima dari bagian radiologi
dimasukkan kedalam RM pasien yang bersangkutan dan perawat
melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab
pasien
BAB V
LOGISTIK PONEK
20
Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman sesuai standar , untuk RSUD
dr Rasidin Padang
Masih direncanakan ruangan yang sesuai dengan persyaratan PONEK dan
sudah ada perbaikan .
Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
sesuai standar PONEK sedang diupayakan dan peralatan sudah disiapkan
di IGD
Ruang pulih / observasi pasca tindakan sesuai standar PONEK
21
Dopamin
Dobutamin
Adrenalin / Epinefrin
Sulfas Atropin
Midazolam
Phenobarbital injeksi
MgSO4 20 %
Sodium Bikarbonat 8,4 %
Ampisilin
Gentamisin
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
A. DEFENISI
22
Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Umum
RSUD dr Rasidin Padang
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
23
prosedur operasional untuk meningkatkan kompetensi staf dalam
pelayanan maternal dan perinatal
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien, komunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien
selama melakukan pelayanan dapat mencegah kemungkinan
terjadinya KTD
D. PROGRAM PENGAMANAN
1. Program Pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan untuk pertolongan maternal dan perinatal anatara lain; alat-
alat listrik, gas media (O2) , AC, saluran udara (ventilasi) , peralatan
anastesi , alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi . Alat-alat ini
harus diperiksa oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan
oleh ahli teknik atau konsultan dari luar rumah sakit
2. Program pengamanan infeksi nosokomial
k. Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian
integral dan pengendalian infeksi (Dalin) di RSUD dr Rasidin
Padang
E. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi
pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan
Insiden Keselamatan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
24
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena mengidap HIV tidak menempatkan gejala.
Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000
penduduk berusia 15-19 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus
baru 25 ℅ terjadi di negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai
B. TUJUAN
Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan
25
kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di
lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut.
Setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”
VIII
PENGENDALIAN MUTU
26
A. Indikator Kecepatan Penanganan Pertama Pasien Gawat Darurat
1. Presentase kematian ibu karena eklampsia
2. Waktu tunggu sebelum operasi
3. Presentase kematian ibu karena melahirkan sepsis
4. Presentase kematian ibu karena perdarahan
B. Indikator Pelayanan Ibu Bersalin dan Bayi
1. Angka kematian ibu karena eklampsia
2. Angka kematian ibu karena perdarahan
3. Angka kematian ibu karena sepsis
4. Angka kematian bayi dengan > 2000 gram
5. Angka secsio cesarea
BAB IX
PENUTUP
Angka kematian ibu dan angka kemamatian bayi semakin meningkat dan tidak
mengalami perubahan berarti dalam lima tahun terakhir. Keadaan ini akan
27
meningkat dan bila tidak segera diantisipasi dengan berbagai terobosan yang
optimal. Kasus kebidanan yang sifatnya akut dan fatal akan menurunkan
kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan akan
mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.
Pada saat ini sesuai era desentralisasi, kebijakan ini amat perlu didukukng
oleh dinas kesehatan privinsi/kotamadya sehingga terjadi sinkronisasi antara
perencanaan . Departemen Kesehatan RI pusat dan daerah yang menghasilkan
suatu visi yang saling memperkuat dalam penurunan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian ibu AKB). Disamping itu pelaksanaan
28