SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Kesehatan
Oleh :
NIM: 70200115025
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas
kuasa-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Juga tak lupa pula
salawat serta salam tetap tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, yang
telah berhasil membawa peradaban umat manusia ke zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan.
yang telah mencurahkan kasih sayang, selalu memberikan nasehat, dukungan baik
dari segi moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya demi kebaikan
Penulisan hasil penelitian ini juga tidak terlepas dari bantuan dan
kerjasama dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D selaku Rektor UIN
Alauddin Makassar dan para Wakil Rektor I Bapak Prof. Dr. Mardan,
M.Ag., Wakil Rektor II Bapak Dr. Wahyudin, M.Hum., Wakil Rektor III
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar dan para Wakil
Dekan I Ibu Dr. Hj. Gemy Nastity Handayany, S.Si., M.Si., Apt., Wakil
ii
3. Bapak Abd. Majid HR. Lagu, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
7. Ibu Dra. Susmihara M.Pd sebagai penguji II yang telah memberikan saran
10. Para staf akademik dan tata usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu
11. Kepala Sekolah, Guru-guru dan orang tua siswa SD Inpres Galangan
Kapal I dan III Kota Makassar yang telah memberikan izin serta
kepada penulis.
iii
yang selalu ada ketika dibutuhkan
Penulis
NIM. 70200115025
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................iii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
ABSTRAK............................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Hipotesis....................................................................................................6
5
I. Kerangka Teori..........................................................................60
J. Kerangka Konsep.......................................................................61
B. Pendekatan Penelitian................................................................................62
D. Metode Penelitian......................................................................................65
E. Instrumen Penelitian..................................................................................65
A. Hasil Penelitian..........................................................................................72
2. Hasil Analisis.......................................................................................78
B. Pembahasan...............................................................................................83
2. Kadar Hemoglobin..............................................................................91
C. Keterbatasan Penelitian.............................................................................99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................100
B. Saran .................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Anak Usia 7-12 Tahun (AKG 2013)..........37
Tabel 2.2 Nilai Gizi Besi dalam Makanan dalam 100 mg.........................................................37
Tabel 2.4 Kandungan Unsur Gizi Pisang Raja per 100 gram..........................47
Tabel 2.5 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja per 100 gram.......................47
Tabel 2.6 Kandungan Zat Gizi dalam 100 gram Biskuit Tepung Kulit Pisang
Tabel 4.5 Jumlah Konsumsi Produk Pada Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah Anemia di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar ......................................................
Tabel 4.6 Rata-Rata Konsumsi Produk Pada Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah Anemia di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar.......................................................67
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Asupan Zat Besi Sebelum
dan Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah di SD Inpres Galangan
Kapal Kota Makassar.......................................................................70
Tabel 4.10 Analisis Rata-Rata Perubahan Asupan Zat Besi Sebelum dan Setelah
Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar.................70
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Perubahan Asupan Zat Besi Sebelum dan Setelah
Intervensi81
10
DAFTAR LAMPIRAN
Responden Lampiran
ABSTRAK
Nama : Nur Azizah Reskiawati Amaliah
NIM : 70200115025
Judul : Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang
Raja (Musa Sapientum) Terhadap Kadar Hemoglobin di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terjadi akibat
kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah
Prevalensi anemia gizi yang tinggi pada anak sekolah membawa akibat
anemia sebesar 20% dari 515,000 kematian di seluruh dunia disebabkan anemia.
penderita anemia pada anak usia 5-11 tahun mencapai 24%. Angka ini cukup
menurun drastis bila dibandingkan hasil survei yang sama pada tahun 2010 yakni
47% anak-anak usia balita menderita anemia. Depkes menetapkan Cut of Point
prevalensi anemia pada anak sekolah sebagai batas masalah kesehatan masyarakat
disamping tiga masalah gizi lainnya yaitu (1) Kurang Energi Protein (KEP); (2)
(GAKY).
1
Menurut data Riskesdas tahun 2013, Anemia defisiensi besi pada anak
usia sekolah dasar menjadi masalah kesehatan yang belum terselesaikan karena
prevalensinya lebih dari standar nasional yaitu ≥20%. Hal ini ditandai dengan
tingginya angka prevalensi anemia pada anak usia 5-12 tahun yang mencapai 29%
(Diajeng,2018)
Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal, yang berbeda untuk semua kelompok umur dan jenis
kelamin. Pravalensi pada usia sekolah sekitar 30% dan pada anak balita sekitar
Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok yang paling rentan
terkena anemia defisiensi besi di samping kelompok usia subur. Kelompok ini
kebutuhan zat besi selama masa ini meningkat dengan adanya pertumbuhan
jaringan dan kenaikan massa sel darah merah. (Zulaekah, 2008 dalam Nurnia,
2013).
prevalensi 10-39% tergolong sedang dan kurang dari 10% tergolong masalah
nasional karena masih di atas angka cut of point prevalensi anemia ≥20% (WHO
yang mecapai angka di atas 40%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Makassar pada tahun 2015 anak Sekolah Dasar yang mengalami anemia sebanyak
2
3
angka kejadian anemia anak sekolah dasar di wilayah pesisir Kota Makassar
sebanyak 37,6% (Nurnia, dkk, 2013). Sementara penelitian yang dilakukan oleh
(Nurrahmi, 2014) mengenai hubungan asupan zat besi (Fe) dan infeksi kecacingan
dengan kejadian anemia pada anak jalanan di kecamatan mariso kota Makassar
didapatkan anak jalanan yang berumur 7-12 tahun sebanyak 52,9% yang
mengalami anemia. Adapun penelitian yang dilakukan pada Mei 2017 lalu,
persentase tertinggi terjadi anemia ringan sebanyak 97,6%, dan terendah normal
kulit pisang. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan
dan mengolah limbah kulit pisang menjadi tepung kulit pisang. Pisang raja (Musa
yang harum dan rasanya lebih manis dibandingkan dengan jenis pisang lainnya
(Akmal, 2015:117).
Alasan peneliti memilih kulit pisang raja dikarenakan kulit pisang raja
memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu 18,50 gr karbohidrat, 2,11 gr lemak,
0,32 gr potein, 68,90 gr air, 715 mg kalsium, 117 mg fosfor, 1,60 mg zat besi,
0,12 vit B1 dan 17,50 mg vitamin C (Sri dkk, 2016 dalam taliyya 2018).
Biskuit dapat dinikmati oleh semua kalangan umur mulai dari bayi sampai
lansia dengan komposisi biskuit yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Biskuit
mempunyai daya simpan lebih lama dan praktis dibawa sebagai bekal makanan
yang sehat dan bergizi. Alasan pemilihan produk tersebut karena anak sekolah
dasar memerlukan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
sebagaimana mestinya. Biskuit tepung kulit pisang raja merupakan salah satu
makanan cemilan yang praktis bagi masyarakat Indonesia. Pada kalangan anak-
anak, biskuit telah menjadi makanan favorit yang sehat untuk dikonsumsi sebagai
Adapun hasil uji zat gizi yang telah dilakukan sebelumnya pada penelitian
digunakan adalah 1:3 dalam 100 gram. Kandungan gizi tertinggi terdapat pada
formulasi 25:75 dimana kandungan zat besi sebesar (78,5306 mg/kg). Kandungan
gizi yang cukup lengkap melalui diversifikasi pangan mampu meningkatkan daya
tarik masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang baik dan bergizi untuk
memperbaiki status gizi masyarakat. Maka dari itu, diharapkan biskuit kulit
mampu menjadikan makanan tersebut sebagai obat untuk menyehatkan tubuh dan
berikut :
اLLَا فِيهLLَ ٗقّا فَأ َ ۢنبَ ۡتنLض َش َ قَ ۡقنَا ٱأۡل َ ۡرLص ٗبّا ثُ َّم َش َ صبَ ۡبنَا ۡٱل َمٓا َء
َ فَ ۡليَنظُ ِر ٱإۡل ِ ن ٰ َس ُن إِلَ ٰى طَ َعا ِم ِٓۦه أَنَّا
ۡق ُغ ۡلبٗ ا َو ٰفَ ِكهَ ٗة َوأَ ٗبّا َّم ٰتَعٗ ا لَّ ُكمۡ َوأِل َ ۡن ٰ َع ِم ُكم
َ ِونا َون َۡخاٗل َو َحدَٓائ ٗ ُزَيتۡ ضبٗ ا َوۡ ََح ٗبّا َو ِعنَبٗ ا َوق
Terjemahnya:
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit).
Kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu Kami
4
5
sehingga dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu Al-Qur’an telah
mengingatkan kepada kita secara tegas. Perhatian Al-Qur’an yang begitu besar
makanan.
bahan pangan lokal seperti kulit pisang raja merupakan limbah organik dan
kulit pisang raja dan setelah diketahui bahwa biskuit tersebut mengandung gizi
yang tinggi maka dalam pemilihan produk biskuit tepung kulit pisang raja dapat
dijadikan sebagai makanan tambahan untuk diberikan kepada anak usia sekolah
yang mengalami anemia gizi besi dalam upaya perbaikan gizi di masyarakat.
penelitian tentang Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Musa
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah
Makassar?
C. Hipotesis
2. Hipotesa nol (Ho) adalah “Tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung
1. Definisi Operasional
Anak usia sekolah dasar yaitu antara umur 6-12 tahun merupakan masa saat
balita. Kelompok ini rentan terhadap anemia zat besi karena kebutuhan zat besi
selama masa ini meningkat dengan adanya pertumbuhan jaringan yang cepat dan
6
7
Asupan zat besi adalah semua makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah
dasar dengan kandungan zat besi yang diukur secara kuantitatif dengan
Kriteria Objektif:
Kurang: Jika asupan zat besi (Fe) < 80% dari AKG
c. Anemia
anak sekolah dasar yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi
Salah satu jenis pisang yang banyak digemari oleh masyarakat adalah pisang
raja (Musa sapientum) karena aroma harum dan rasanya lebih manis di
bandingkan dengan jenis pisang lainnya dengan tekstur buahnya lembut dan
ukurannya yang tidak terlalu besar ataupun kecil, selain itu kulit pisang raja dapat
dimanfaatkan menjadi tepung yang tinggi akan vitamin dan mineral serta masih
kulit pisang raja sebagai bahan makanan tambahan yang memenuhi asupan zat
besi anak usia sekolah dasar yang anemia. Biskuit yang digunakan adalah
formulasi 1:3 dalam 100 gram dengan perbandingan 25:75 menggunakan bahan
E. Kajian Pustaka
tulisan yang relevan, maka upaya penelusuran berbagai sumber yang memiliki
relevansi dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini telah peneliti lakukan.
Tujuan pengkajian pustaka ini antara lain agar fokus penelitian tidak menjadi
pengulangan dari penelitian dan tulisan sebelumnya, melainkan untuk mencari sisi
lain yang signifikan untuk diteliti dan dikembangkan. Kajian pustaka yang
penulis gunakan sebagai referensi awal dalam melakukan penelitian ini adalah :
8
9
A. Kajian Pustaka
Siti Zulaekah, Endang Daya Terima Dan Suplemen Fe Penelitian Subjek dibagi Hasil penelitian ini
Nur Widiyaningsih. Pengaruh Perrnen eksperimental menjadi dua menunjukkan bahwa subjek
Jurnal Penelitian Sains Suplementasi Fe Anemia SD dengan desain kelompok, lebih menyukai rasa dan rasa
& Teknologi, Vol. 9, Dalam Bentuk kuasi kelompok dari suplemen sirup daripada
No. 1, 2008: 15 – 29 Permen eksperimental. pertama suplemen permen. Tidak ada
Pada Anak Sekolah mendapat perbedaan antara sirup dan
Dasar Yang suplemen permen suplemen permen secara
10
11
12
13
Iin Reni Astuti Geru, Perbedaan Kadar Hemoglobin, Penelitian ini Subjek Hasil: Status anemia subjek
Program Studi Gizi Hemoglobin Anak PMT-AS, termasuk dalam penelitian ini menurun dari 31,3% menjadi
Universitas Sekolah Sebelum Anak desain pra- adalah 80 siswa 27,5% setelah makan makanan
Muhammadiyah dan Sesudah Sekolah eksperimen dari kelas III, program (PMT-AS). Rata-rata
Surakarta Pemberian Dasar dengan satu IV, V di SD kadar hemoglobin sebelum
Makanan kelompok Negeri program pemberian makanan
Tambahan Anak pretestpestest. Banyuanyar (PMT-AS) adalah 12,72 g / dL
Sekolah (PMT- III Surakarta +1,33.Rata-rata kadar
AS) di SD Negeri yang diambil hemoglobin setelah program
Banyuanyar III dengan pemberian makanan (PMT-AS)
Kota Surakarta menggunakan adalah 12,80 g / dL + 1,50.
Tahun 2012 Stratified Analisis statistik menunjukkan
Random bahwa tidak ada perbedaan
Sampling yang signifikan dalam kadar
hemoglobin sebelum dan
sesudah pemberian makanan
program (PMT-AS) di SD
Negeri Banyuanyar III
Surakarta pada 2012 (p =
0,650).
Saskiyanto
Hasil Penelitian Diperoleh
Manggabarani, Anto Faktor Yang Anemia, Desain Subjek
Bahwa Pengetahuan
J.Hadi, Sumardi Berhubungan Anak Penelitian penelitian
(P=0,034),Pola Makan
Sudarman, Dkk. Dengan Kejadian Sekolah Survey Analitik sebanyak 108
(P=0,009), Perilaku Jajan
Jurnal Penelitian Dan Anemia Pada Dasar Dengan murid dan
(P=0,000)
Kajian Ilmiah Murid Sekolah Pendekatan sampel 82
Berhubungan Dengan
Kesehatan Volume 4. Dasar Di Sd Cross Sectional murid dengan
Kejadian Anemia Di SD
No. 2 – Oktober 2018 Inpres Galangan Study teknik
Inpres Galangan Kapal
Kapal Kota purposive
Dengan Nilai Α=0,05.
Makassar sampling
Kesimpulan Diperoleh Ada
Hubungan Pengetahuan, Pola
Makan Dan Perilaku Jajan
Dengan Kejadian Anemia
Pada Murid.
Taliyya Analisis Kandungan Zat Pendekatan Metode yang Hasil penelitian sampel
Mabrukatulhaya, Zat Gizi Biskuit Gizi,Musa eksperimentatif digunakan yaitu menunjukkan kandungan
Skripsi Penelitian Tepung Kulit Pisang Sapientum, dan model true- dengan karbohidrat tertinggi formulasi
Raja (Musa
14
15
Jurusan Gizi- Sapientum) Sebagai Biskuit, eksperimen membandingkan 100:0 (55,58%) dan terendah
September 2018. Alternatif Organoleptik yang digunakan antara beberapa formulasi 0:100 (32,72%).
Perbaikan Gizi Di yaitu Postest formulasi Protein tertinggi formulasi
Masyarakat
Only Control perbandingan 100:0 (6,31%) dan terendah
Group Design. tepung terigu formulasi 0:100 (4,48%).
dan tepung kulit Lemak tertinggi formulasi
pisang raja yaitu 0:100 (22,50%) dan terendah
100:0, 75:25, formulasi 100:0 (18,90%).
50:50, 25:75, Sedangkan kandungan Zat
0:100, dengan 3 Besi (Fe) tertinggi formulasi
kali 25:75 (78,5306 mg/kg) dan
pengulangan. terendah formulasi 50:50
(68,493 mg/kg) Uji hedonik
terbaik terdapat formulasi
25:75, sedangkan uji over all
mutu hedonik dengan kriteria
agak baik pada formulasi
75:25, 50:50 dan 25:75. Uji
Friedmen untuk analisa
organoleptik (P<0,05)
menunjukkan ada pengaruh
kualitas biskuit kulit pisang
raja dari aspek warna,
rasa,mutu overall dan tingkat
kesukaan
16
17
pangan lokal kemudian mengolahnya menjadi sebuah produk dalam upaya pemberian
pada anak usia sekolah. Sedangkan peneliti sekarang melakukan penelitian dengan
memanfaatkan limbah kulit pisang raja dalam pembuatan produk berupa biskuit dari
olahan tepung kulit pisang raja (Musa Sapientum) yang telah diuji kandungan gizinya
pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap kadar hemoglobin siswa sekolah
pada pemberian biskuit kulit pisang raja sebagai makanan tambahan anak sekolah
dasar terhadap kadar hemoglobin siswa yang anemia sehingga kebutuhan zat besinya
F. Tujuan
Tujuan Umum :
Makassar.
Tujuan Khusus :
Makassar.
2. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah
b. Kegunaan Praktis
pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja sebagai makanan tambahan
terhadap status gizi anak usia sekolah dalam upaya mencukupi kebutuhan gizi
ibu hamil.
c. Kegunaan Instansi
peminatan gizi.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi dibanding
anak balita. Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat besi, sebab
pertumbuhan sedang pesat dan aktifitas kian bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi, anak seusia ini membutuhkan 5 kali waktu makan yaitu, makan
pagi (sarapan), makan siang, makan malam, dan 2 kali makan selingan. Perlu
ditekankan pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari
hipoglikemi. Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan agar tidak tertular
penyakit. Anak remaja putri sudah mulai haid sehingga diperlukan tambahan zat besi.
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi
penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
sejak dini, secara sistematis dan berkesinambungan. Kualitas bangsa di masa depan
ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini (Judarwanto, 2010). Usia anak sekolah
dasar di Indonesia lazimnya yaitu umur 7-12 tahun, sedangkan WHO menyebutkan
bahwa anak sekolah dasar adalah anak yang berusia antara 7-15 tahun, kelompok ini
rentan terhadap empat masalah gizi di Indonesia. Masalah gizi di Indonesia yang
muncul sebagai akibat kebiasaan makan yang salah pada anak usia sekolah adalah
Kebutuhan ini bergantung pada tingkat aktivitas anak dan ukuran tubuhnya. Dengan
dan pemulihan jaringan. Mineral dan vitamin diklasifikasikan menjadi zat gizi mikro
karena meskipun berperan penting dalam tubuh, tetapi diperlukan dalam jumlah lebih
energi tapi bekerja sama dengan senyawa lain dalam pertumbuhan dan pembentukan
sel-sel baru, menjadi bagian enzim atau koenzim atau mempertahankan fungsi
10-12
Laki-laki
10-12
Perempuan
20
21
Sumber: PERMENKES RI No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Konsumsi mineral dan vitamin dalam dosis tinggi tidak dianjurkan. Anak-
tambahan vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Jika vitamin dan
mineral diberikan pada anak usia sekolah, sebaiknya tidak melebihi angka anjuran
asupan gizi menurut umur. Pada dosis tinggi, zat besi beracun. Untuk orang dewasa
dan anak-anak usia 14 tahun ke atas, batas atas dosis tertinggi yang dapat diambil
dengan aman adalah 45 mg perhari. Anak-anak di bawah usia 14 tahun tidak boleh
lebih dari 40 mg perhari. Sedangkan dosis umum untuk mengobati defisiensi zat besi
adalah 130-195 mg perhari dan dosis untuk mencegah defiseinsi zat besi adalah 65
Zat besi adalah salah satu mineral mikro yang penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Secara alamiah zat besi diperoleh dari makanan.
Kekurangan zat besi dalam menu makanan sehari-hari dapat menimbulkan penyakit
anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah. Fungsi
utama zat besi bagi tubuh adalah untuk membawa (sebagai carrier) oksigen dan
karbondioksida dan untuk pembentukan darah. Fungsi lainnya antara lain sebagai
bagian dari enzim, produksi antibodi, dan untuk detoksifikasi zat racun dalam hati
(Citrakesumasari, 2012).
Kebutuhan akan zat besi meningkat selama masa pertumbuhan, selama datang
bulan atau waktu lain ketika darah hilang dan selama hamil dan menyusui. Dengan
demikian, kebutuhan seseorang akan zat besi boleh dikatakan kecil , tetapi untuk
bayi, anak-anak yang sedang tumbuh dan wanita sampai mereka mencapai setengah
baya adalah lebih besar. Jika tidak tercukupi zat besi untuk memenuhi kebutuhan
tubuh, maka jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak
sehat akan menyebabkan anemia atau yang dikenal dengan kurang darah. Anemia
sangat sering terjadi karena konsumsi pangan yang tidak cukup mengandung besi,
kehilangan darah, atau terlalu sedikit besi yang diserap dari sistem pencernaan.
(Syarfaini, 2012)
Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan
serta sayuran berwarna hijau tua. Zat besi dalam makanan dapat berbentuk heme dan
nonheme. Zat besi heme adalah zat besi yang berikatan dengan protein berasal dari
hemoglobin dan mioglobin, banyak terdapat dalam bahan makanan hewani misalnya
daging, unggas, dan ikan. Zat besi nonheme adalah senyawa besi anorganik yang
kompleks, zat besi nonheme ini umumnya terdapat dalam tumbuh-tumbuhan, seperti
sangat dipengaruhi oleh faktor yang mempermudah dan faktor yang menghambat,
yang terdapat di dalam bahan makanan yang dikonsumsi. Sementara itu, zat besi
heme tidak dipengaruhi oleh faktor penghambat. Karena itu, jumlah zat besi heme
yang dapat diabsorbsi lebih banyak dari pada zat besi dalam bentuk non heme. Zat
22
23
besi heme dapat diabsorpsi sebanyak 20-30%, sebaliknya zat besi nonheme hanya
diabsorpsi sebanyak 1-6%. Namun, tingkat penyerapan zat besi non heme yang
rendah itu dapat ditingkatkan dengan penambahan faktor yang mempermudah, yaitu
Fasilitator absorpsi zat besi yang paling terkenal adalah asam askorbat
(vitamin C) yang dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme secara signifikan.
Jadi, buah kiwi, jambu biji, dan jeruk merupakan produk pangan nabati yang
menigkatkan absorpsi zat besi. Faktor-faktor yang ada di dalam daging juga
terdapat dalam ASI, akan mengikat zat besi sehingga memudahkan penggunaan zat
besi secara optimal dengan menyediakan zat besi selama masa defisiensi dan
mencegah ketersediaan zat besi bagi bakteri intestinal. Meskipun kandungan besi
dalam ASI sama seperti dalam susu sapi, namun ditinjau dari sudut absorpsi yang
lebih baik daripada susu sapi ataupun susu formula pengganti yang difortifikasi.
(Citrakesumasari,2012)
Penyerapan zat besi yang tidak adekuat bisa disebabkan salah satunya karena
kurangnya asupan protein. Hal ini karena protein berperan sebagai komponen
pembentuk transporter zat besi dalam tubuh, yaitu transferin. Asupan protein yang
kurang maka ketersediaan transferin dalam tubuh berkurang dan menyebabkan zat
besi yang diserap juga berkurang. Selain itu, protein juga berperan dalam
pembentukan ferritin. Dalam tubuh mausia, besi tidak terdapat bebas, tetapi berikatan
protein dan besi di dalam tubuh. Protein ini juga sebagai alat angkut terhadap kadar
hemoglobin yaitu mengangkut oksigen dalam eritrosit. Selain itu, di dalam otot
protein pengangkut oksigen disebut mioglobin. Ion besi diangkut dalam plasma darah
oleh transferrin dan disimpan dalam hati sebagai kompleks dengan ferritin.
penyerapan zat besi didalam tubuh (inhibitor factors). Zat yang ditemukan dalam
serat pada sayuran, yang menghambat penyerapan zat besi yaitu asam oksalat dan
asam fitat. Asam oksalat dan asam fitat ini yang bekerja dan bersifat mengikat besi
sehingga dapat mengganggu penyerapan zat besi. Asupan zat besi berperan penting
dalam pembentukan hemoglobin. Asupan besi yang cukup belum tentu akan
menghasilkan hemoglobin yang cukup bila tidak di imbangi dengan keterlibatan atau
Metabolisme energi, didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai
metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal
dari zat gizi penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses
tersebut dihasilkan ATP, sebagian besar besi berada di dalam hemoglobin yaitu
molekul protein mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin dalam otot.
Sebanyak lebih darah 80% besi yang ada didalam tubuh berada dalam hemoglobin.
Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan besi disebabkan dua hal yaitu
Akibatnya metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau
24
25
dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di
umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik
sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam
diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran sumber besi
berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat
Nilai Nilai
Bahan Makanan Bahan Makanan
Fe Fe
heme, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat
di dalam daging hewan yang dapat diserap dua kali lipat dari pada besi non-
heme. Kurang lebih 40% dari besi di dalam daging, ayam dan ikan terdapat
non-heme. Daging, ayam, dan ikan mengandung suatu faktor yang membantu
penyerapan besi. Faktor ini terdiri dari asam amino yang mengikat besi dan
membantu penyerapannya.
dengan merubah bentuk ferri menjadi bentuk ferro. Seperti telah dijelaskan
bentuk ferro lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus
besi askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Oleh
karena itu sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C tiap kali
makan.
c. Asam organik lain adalah asam sitrat. Asam fhitat dan faktor lain di dalam
26
27
nilai fhitatnya yang tinggi. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan
d. Thanin yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi, dan
mengikatnya. Tanin yang terdapat dalam teh dan kopi dapat menurunkan
absorpsi besi sampai 40% untuk kopi dan 85% untuk teh. Minum teh satu jam
sesudah makan dapat menurunkan absorpsi besi hingga 85%. Bila besi tubuh
tidak terlalu tinggi sebaiknya tidak meminum teh atau kopi waktu makan.
g. Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Bila
absorpsi besi non-heme dapat meningkat sampai 10 kali sedangkan besi heme
2 kali.
1. Hemoglobin
prevalensi anemia. Hb merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
HB dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai
indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan Hb yang rendah dengan
Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah 14-18 gm/100 ml untuk
pria dan 12-16 gm/100 ml untuk wanita (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002:145).
(1) (2)
Dari data di atas kadar hemoglobin normal bagi anak usia sekolah yaitu 12
g/dl.
kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka disamping itu
28
29
2. Fungsi Hemoglobin
Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2).
Dengan banyaknya oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, dengan adanya
Hb dalam sel darah merah, pasokan oksigen keberbagai tempat di seluruh tubuh,
bahkan yang paling terpencil dan terisolasi sekalipun akan tercapai (Mohamad
Sadikin, 2002:15).
1. Definisi Anemia
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan
fisiologis tubuh. Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off anemia
(WHO,2001)
2. Tipe Anemia
Ada dua tipe anemia yang dikenal selama ini yaitu anemia gizi dan non-gizi.
(Citrakesumasari, 2012)
a. Anemia Gizi
Kekurangan pasokan zat gizi besi (Fe) yang merupakan inti molekul
hemoglobin sebagai unsur utama sel darah merah. Akibat anemia gizi besi terjadi
30
31
jumlah sel darah merah. Anemia zat besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar
Hb total di bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil
Pemeriksaan kadar serum ferritin sudah rutin dikerjakan untuk menentukan diagnosis
defisiensi besi, karena terbukti bahwa kadar serum ferritin sebagai indikator paling
dini menurun pada keadaan bila cadangan besi menurun. Dalam keadaan infeksi
sesungguhnya.
merah menjadi lemah dan tidak normal sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis
(pecahnya sel darah merah). Karena vitamin E adalah faktor esensial bagi integritas
Anemia gizi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik;
dalam hal ini keadaan sel darah merah penderita tidak normal dengan ciri-ciri
bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan belum matang. Penyebabnya adalah
kekurangan asam folat dan vitamin B12. Padahal kedua zat itu diperlukan dalam
pembentukan nukleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum
tulang.
anemia gizi asam folat. Namun, anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat
pencernaan bagian dalam. Pada jenis yang kronis bisa merusak sel-sel otak dan asam
lemak menjadi tidak normal serta posisinya pada dinding sel jaringan saraf berubah.
kekurangan vitamin ini tidak hanya memicu anemia, melainkan dapat mengganggu
sistem saraf.
Anemia ini disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan anemia gizi besi,
namun bila darahnya diuji secara laboratoris, serum besinya normal. Kekurangan
Penyakit Sel Sabit/ sickle cell anemia adalah suatu penyakit keturunan,
ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik
kronik. Sel sabit ini rapuh dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,
2) Talasemia
(gangguan pembentukan sel darah merah) akibatnya tubuh penderita talasemia akan
32
33
pertolongan yaitu pemberian transfusi darah. Bila tidak segera ditransfusi bisa
3) Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada
darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Pada keadaan ini jumlah sel-sel
keadaan dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit.
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.
penyebabnya tidak diketahui. Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi virus
digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu: Gejala umum anemia, gejala khas
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai
pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl.
Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta
tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan anemia lain yang penurunan kadar
hemoglobinnya terjadi lebih cepat. Hal ini dikarenakan mekanisme tubuh untuk
pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada
2) Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
5) Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es,
penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak
tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik
akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang air besar atau gejala
34
35
Anemia gizi besi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang
mengandung zat besi dan konsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi,
serta penyakit infeksi. Selain itu, disebabkan oleh distribusi makanan yang tidak
merata ke seluruh daerah, serta pola makan yang kurang beragam turut menunjang
kurangnya asupan zat besi bagi tubuh. Anemia defisiensi besi dapat juga
Indonesia, penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus
anemia defisiensi besi karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setiap
Anemia gizi disebabkan oleh karena tidak tersedia zat- zat gizi dalam tubuh
yang berperan dalam pembentukan sel darah merah. Zat – zat yang berperan
dalam hemopoesis ialah protein, vitamin, (asam folat, vitamin B12, Vitamin C &
Vitamin E) dan mineral (Fe dan Cu). Tetapi dari sekian banyak penyebab, namun
besi, asam folat, dan vitamin B12. Namun karena kekurangan asam folat dan
vitamin B12 jarang ditemukan pada masyarakat maka anemia gizi selalu
- Pendarahan kronis
- Parasit
Kehilangan Darah
- Infeksi
- Pelayanan
Sumber kesehatan
: Husaini rendah
1989 dalam Citrakesumasari, 2012
baik fungsi kognitif ataupun nonkognitif. Pada sistem saraf, defisiensi besi
biokimia, seperti dopamin, serotonin, dan reseptor D2. Perubahan ini akan
36
37
Dampak anemia bagi anak usia sekolah dasar adalah dapat menyebabkan
prestasi olahraga yang rendah. Selain itu, anemia pada anak akan berdampak pada
sel tubuh maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat,
letih, lesu dan cepat lelah sehingga dapat menurunkan kebugaran dan prestasi
penyebabnya. Biasanya terdapat penyakit yang melatar belakangi yaitu antara lain
dan penanggulanagan anemia dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: (Dewi
dkk,2013)
1) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati
mencegah anemia.
2) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat
b. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah
Darah (TTD)
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC. Bila penyakit tersebut dapat diatasi,
(2008), produksi pisang di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 5,03 juta ton dan
volume ekspor mencapai 1,50 juta ton. Oleh karena itu pisang ditetapkan sebagai
ciptakan, karena segala yang Allah ciptakan tidak ada yang sia-sia, sesuai dengan
38
39
memanfaatkan sesuatu yang sering dianggap oleh masyarakat sebagai limbah atau
sampah, sehingga tidak dibuang secara percuma. Sehingga, dapat menjadi sebuah
Salah satu bagian dari tanaman pisang yang dapat dimanfaatkan adalah kulit
pisang. Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup
banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata,
hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak
seperti kambing, sapi, dan kerbau. Walaupun sebagai limbah buangan, kulit pisang
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan beberapa mineral yang diperlukan tubuh
Jenis kulit pisang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pisang raja,
karena didalam kulit pisang raja banyak mengandung zat tepung sebesar 28,95 gram
sebagai berikut: Umur tanam sampai panen 10 -12 bulan, Umur berbunga sampai
panen 2,5 – 3 bulan, Bobot tandan 10 – 12,5kg, Jumlah sisir per tandan 5- 7 sisir,
jumlah rara-rata per sisir 14 -15 buah, panjang buah 12 -17 cm, Diameter buah sekitar
4,40 cm, Bobot per buah 170 -180 gran, Bentuk buah silindris melengkung, Warna
daging buah kuning kemerahan, Ph 5,2 -5,4. Pisang jenis ini rasanya manis.
Sumber : Taliyya Mabrukatulhaya, 2018
vitamin C dan vitamin E. Kandungan unsur buah pisang dapat dilihat pada Tabel
Tabel 2.4 Kandungan Unsur Gizi Pisang Raja per 100 gram
Kalsium 10 mg
Fosfor 22 mg
40
41
Vitamin A 950 SI
Vitamin B1 0,06 mg
Vitamin C 10 mg
Air 65,8 g
Kulit pisang merupakan limbah dari kulit pisang yang cukup banyak
jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya
dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai pakan ternak seperti
kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki
nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku
Menurut Base (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira-kira ½
dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup
lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B,
vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber
dan membuang kulit pisang begitu saja. Didalam kulit pisang ternyata memiliki
kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil
kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu
Secara umum kandungan gizi kulit pisang sangat banyak terdiri dari mineral,
analisis kimia komposisi kandungan gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.5 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja per 100 gram
42
43
Munadjim, 1998.
gizi yang cukup tinggi terutama karbohidrat (pati) sebesar 18,50 gram
tepung.
Penggunaan tepung kulit pisang ini cukup potensial sebagai bahan baku
dalam pembuatan produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari segi
kualitas produk yang dihasilkan. Sebagai bahan baku kue kering dan cake
Setelah dicuci, kulit pisang di potong kecil lalu lakukan perendaman dengan
kulit pisang raja bertujuan untuk mempermudah dalam pengeringan. Selain itu
masa dan volume lebih kecil sehingga tidak memerlukan ruang yang luas untuk
penyimpanan.
air dalam kulit pisang dari suatu bahan dengan cara menguapkan sehingga kadar
air seimbang dengan kondisi udara normal atau kadar air setimpal dengan
aktifitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan
beras. Pembuatan tepung tidak dilakukan dengan menggambil sari pati pisang
raja dengan tujuan agar serat dalam kulit pisang raja tersebut tidak hilang
sepenuhnya.
Kulit Pisang
44
45
Pencucian
Potong kecil-kecil
di Blender
di Ayak
Gambar 2.3 Skema Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang Raja (Akmal, 2014).
oven. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perubahan kandungan zat gizi
terhadap kulit pisang raja, yang berpengaruh pada kualitas tepung tersebut,
populasi karena rasanya yang beragam, masa simpan yang panjang dan biaya
sehat, alami dan fungsional, saat ini sedang dilakukan upaya dalam meningkatkan
kering yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan
dasar tepung terigu atau substitusinya, minyak atau lemak dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain yang diizinkan. Biskuit terbuat dari bahan dasar
tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan lain, seperti gula,
Adapun kandungan gizi biskuit tepung kulit pisang raja dapat dilihat pada
Tabel 2.6
46
47
1. Tepung Terigu
Gandum atau tepung terigu adalah termasuk serelia yang memiliki nilai
gizi penting. Makanan berbasis gandum atau tepung terigu telah menjadi
hal yang harus diperhatikan adalah ketepatan penggunaan jenis tepung terigu.
Tepung terigu berprotein 12-14 % ideal untuk pembuatan roti dan mie, 10,5-
11,5% untuk biskuit, pastry atau pie dan donat sedangkan, untuk gorengan,
2. Margarin
serta memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit ketimbang mentega biasa.
Margarin bisa memberi cita rasa gurih, mengurangi remah roti, mempermudah
aroma, pelembut tekstur kue kering, sebagai pelembab dan memperkaya rasa,
sebagai pelarut gula, sebagai bahan isian, memberi kilau pada permukaan kue
kering.
Ini adalah jenis gula yang paling mudah dijumpai, digunakan sehari-
hari untuk pemanis makanan dan minuman. Gula pasir juga merupakan jenis
gula yang digunakan dalam penelitian ini.Gula pasir berasal dari cairan sari
tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan mengalami kristalisasi dan berubah
menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau putih agak kecoklatan (raw
sugar). Gula pada pembuatan biskuit memiliki fungsi untuk memberikan rasa
4. Kuning Telur
itu telur juga menyumbangkan kelembaban (mengandung 75% air dan 25%
mempengaruhi warna dari cake. Lecitin dalam kuning telur mempunyai daya
Dosis penggunaan telur dalam pembuatan biskuit harus tepat karena jika
terlalu banyak telur maka, adonan akan menjadi lembek dan biskuit yang
dihasilkan terlalu renyah, akan tetapi jika adonan kekurangan telur maka
biskuit yang dihasilkan kurang mengembang dan kurang renyah atau keras
(Faridah, 2008:91).
48
49
pengovenan, dan pengemasan. Komposisi bahan lain diluar bahan baku yaitu
tepung terigu dan tepung kulit pisang dalam pembuatan biskuit kulit pisang
raja yaitu 40 gram margarin, 30 gram gula halus dan 30 gram kuning telur.
a. Tahap persiapan
kulit pisang.
b. Tahap Pelaksanaan
sebagai berikut:
2) Campur margarin, gula halus dan kuning telur lalu mixer sampai
3) Masukkan campuran tepung terigu dan tepung kulit pisang raja sesuai
takaran yang ditentukan beserta dengan bahan kering lainnya lalu aduk
oven sampai matang dengan suhu 160-1700C dan waktu ±15-20 menit.
c. Tahap Penyelesaian
Persiapan Bahan
Penimbangan Bahan
Pencampuran Bahan
Pencetakan
Pengovenan
50
51
Pendinginan
Tahap Penyelesaian
Pengemasan
Gambar 2.4 Skema Proses Pembuatan Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Taliyya,2018)
surga lainnya yaitu kurma, delima, zaitun, dan anggur. Banyaknya manfaat dari buah
oksigen ke otak, dapat menjaga kesehatan jantung, dapat menyediakan energi dalam
Namun, sangat disayangkan sepertiga bagian dari buah pisang berupa kulit
pisang umumnya belum dapat dimanfaatkan secara optimal dan hanya dibuang begitu
saja sebagai sampah. Padahal tanpa kita sadari, kulit pisang yang kita buang dan
mencemari lingkungan memiliki manfaat yang baik bagi tubuh kita. Sebagaimana
yang kita ketahui bahwa Allah SWT tidak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia.
Terjemahannya :
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di
antara pohon bidara yang tak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya).” (QS. al-Waqiah /56:27-29)
Ayat tersebut menjelaskan tentang keistimewaan buah pisang yang
merupakan salah satu buah khas surga. Buah pisang yang ada di surga tersebut belum
tentu sama dengan buah-buahan yang ada di dunia. Namun keterangan Al-Quran
tentang buah-buah khas surga tersebut mengingatkan kita kepada janji Allah SWT
tentang surga dan segala nikmatnya. Sehingga termasuk manusia yang merugilah kita
Kulit pisang raja dipilih karena umumnya sering digunakan dalam industri,
aroma harum dan rasanya lebih manis dibandingkan dengan jenis pisang lainnya.
Selain itu, kulit pisang raja masih mempunyai kandungan energi yang tinggi, vitamin
Ahwange, dkk, (2009), kulit pisang raja mengandung karbohidrat yang tinggi yakni
59,00 % protein 0,90% dan lemak 1,70%. Dengan kandungan gizi yang cukup tinggi
gizi yang cukup lengkap ini dapat dijadikan alternatif pemenuhan konsumsi pangan
bagi masyarakat utamanya di tingkat rumah tangga, selain kaya akan gizi, murah dan
Dari segi agama Islam telah memberikan kepedulian terhadap kesehatan umat
manusia, sebab pada kenyataanya Islam merupakan agama yang memperhatikan dua
sisi kebaikan yaitu kebaikan dunia dan akhirat. Jadi, dalam hal ini, Islam sebenarnya
Terjemahannya :
52
53
Allah SWT. Dimana mereka (orang kafir) tidak memperhatikan berbagai macam
sendiri baik daun, bunga dan buahnya. Padahal semuanya tumbuh di tanah yang
sejenis dan dialiri dengan air yang sama, tetapi menghasilkan buah-buahan yang
berlainan bentuk, warna dan rasanya. Tidakkah yang demikian itu menunjukkan
Sehingga kita sebagai manusia telah diberi akal untuk mengembangkan dan
Konsumsi TTD
Jumlah Fe dalam
makanan tidak cukup
Absorbsi Fe rendah
Status Anemia
Kebutuhan Fe naik
Kehilangan darah
karena perdarahan
Kebiasaan makan
54
55
H. Kerangka Konsep
Biskuit Tepung
Anemia Anak Peningkatan Kadar
Kulit Pisang
Sekolah Dasar Hemoglobin
Raja
Ket :
: Variabel Dependent
: Variabel Confounding
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
penelitian ini yang menjadi variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) adalah
biskuit tepung kulit pisang raja sedangkan yang menjadi variabel terikatnya
anak sekolah dasar. Intervensi yang dilakukan pada anak sekolah dasar usia 10-12
tahun adalah biskuit tepung kulit pisang raja pada kelompok intervensi dan biskuit
tepung terigu pada kelompok kontrol. Skema desain ini dapat digambarkan
sebagai berikut :
Analisis Data
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh anak anemia yang bersekolah di SD Inpres
2. Sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini yang menjadi sampel
penelitian adalah anak sekolah di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar yang
c. Bersedia mengkonsumsi biskuit kulit pisang raja sesuai saran (bersedia menjadi
responden)
58
59
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada objek penentu yaitu
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelusuran pustaka, jurnal-
jurnal hasil penelitian, buku literatur yang relevan, laporan dan instansi yang
terkait.
E. Instrumen Penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biskuit tepung kulit pisang
raja yang telah lulus uji mikroba dan uji organoleptik. Pemberian dosis
melebihi 30% kebutuhan tubuh yang diberikan 1 kali sehari selama 1 bulan
berturut-turut.
2. Alat
Hb anak
responden.
c. Alat pemeriksaan hemoglobin darah (Hb) yang digunakan adalah easy
touch GCU
d. Form pemantauan konsumsi biskuit tepung kulit pisang raja oleh anak
sekolah dasar.
3. Cara kerja
2) Kapas Alkohol
3) Blood Lancet
4) Strip Hb
1) Oleskan kapas alkohol pada ujung jari (jari manis) dalam satu usapan
sekali pakai
2) Tusuk ujung jari dengan lanset, usap darah pertama yang keluar dengan
tisue
b. Prosedur Intervensi
1) Sampel diberikan biskuit kulit pisang raja setiap hari selama satu bulan
penuh
60
61
1. Validasi
Tingkat keakuratan antara data yang terjadi pada sampel penelitian dengan
data yang peneliti laporkan itulah yang disebut dengan validasi. Jika data yang
dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang sesungguhnya terjadi pada sampel (tidak
berbeda) maka itulah data yan valid. Agar memperoleh data yang valid dan reliable
pada penelitian kuantitatif maka instrument penelitianny perlu dilakukan uji validitas
Keseluruhan unsur validitas pada penelitian ini seperti alat ukur, metode
pengukuran dan pengukurannya sudah valid atau sesuai dengan standar operasional
2. Reliabilitas
alat pengukur dapat diandalkan atau dipercaya hasilnya itulah disebut dengan
sebanyak 3 kali yang dilakukan peneliti adalah cara untuk menjaga tingkat
konsentrasi dari suatu alat pengukur. Sehingga data yang diperoeh lebih akuran dan
dapat dipercaya.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Coding
c. Entry data
Memasukkan data yang telah diberi kode pada lembar hasil pengukuran
d. Cleaning
e. Tabulasi
f. Nutrisurvey
62
63
2. Analisis Data
dimana data yang digunakan tidak bebas berpasangan). Ciri-ciri yang paling
sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu (objek
individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sampel, yaitu
data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua. Perlakuan pertama
mungkin saja berupa kontrol, yaitu tidak memberikan perlakuan sama sekali
A. Hasil Penelitian
usia 10-12 tahun guna memperbaiki status gizi anak sekolah dasar.
yang padat dan lokasinya yang dekat dengan fasilitas kesehatan yakni
B.
Dilihat dari segi fisik, bangunan SD Inpres Galangan Kapal I dan III
sangat baik, sekolahnya berlantai dua. Terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang
Visi :
Misi :
bertanggung jawab
dan berkarakter.
b. Karakteristik Responden
1) Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur Anak
Sekolah Anemia di SD Inpres Galangan Kapal kota Makassar
Kelompok Kasus (n=14) Kontrol (n=14)
Umur (bln) N % N %
10 tahun 10 71.43 6 42.85
11 tahun 3 21.43 6 42.85
12 tahun 1 7.14 2 14.3
Jumlah 1
14 100 100
4
Sumber : Data Primer 2019
2) Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis
Kelamin Anak Sekolah Anemia di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar
Jenis Kasus (n=14) Kontrol (n=14)
Kelamin N % N %
Laki-laki 8 57.1 6 42.9
Perempuan 6 42.9 8 57.1
Jumlah 14 100 14 100
Sumber : Data Primer 2019
66
67
(57.1%).
3) Pendidikan Responden
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pendidikan
Orang Tua Responden Pada Kelompok Kasus dan
Kontrol di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kasus (n=14) Kontrol (n=14)
Pendidikan
N % N %
SD 4 28.6 6 42.8
SMP 7 50 4 28.6
SMA 3 21.4 4 28.6
Jumlah 14 100 1 100
4
orang (28.6%).
4) Pekerjaan Responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Orang
Tua Responden Pada Kelompok Kasus dan Kontrol di SD
Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Pekerjaan Kelompok I (Kasus) Kelompok II (Kontrol)
Orang Ayah Ibu Ayah Ibu
Tua N % N % N % N %
Buruh 6 42.8 0 0 8 57.15 0 0
5
Wiraswasta 6 42.8 3 2 5 35.71 1 7.1
5 1
.
4
Sopir 2 14.3 0 0 1 7.14 0 0
IRT 0 0 11 7 0 0 1 92.9
8 3
.
6
Jumlah 1 100 14 1 14 100 1 100
4 0 4
0
Sumber : Data Primer 2019
68
69
5) Konsumsi Produk
Tabel 4.5
Jumlah Konsumsi Produk Pada Kelompok Kasus dan
Kelompok Kontrol Setelah Intervensi Pada Anak
Sekolah Anemia di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar
Jumlah Konsumsi Produk
Harus di
Kelompok Yang di
konsumsi % Sisa %
konsumsi
Kasus 4200 gram 3775 89.88 425 10.12
Kontrol 4200 gram 3745 89,23 455 10.77
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 4.6
Rata-Rata Konsumsi Produk Pada Kelompok Kasus dan
Kelompok Kontrol Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah
Anemia di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Konsumsi Produk
Harus di
Kelompok Yang di
konsumsi % Sisa %
konsumsi
Kasus 10 gram 8.98 89.9 1.01 10.1
Kontrol 10 gram 8.91 89.1 1.09 10.9
Sumber : Data Primer, 2019
(10.9%).
2. Hasil Analisis
a. Analisis Univariat
Sebelum Intervensi
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Rata-Rata
Asupan Zat Besi dan Kadar Hemoglobin Sebelum
Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Sebelum Intervensi Independent t-
Rata-Rata Kelompok I Kelompok II test
(Kasus) (Kontrol)
Zat Besi (mg) 10.304 10.157 0.880
Kadar Hb (g/dL) 11.4 11.52 0.362
Sumber : Data Primer 2019
rata asupan zat besi dan kadar hemoglobin diperoleh hasil uji
dan kelompok kontrol sebelum intervensi pada kotak t-test for quality
means untuk kolom Sig. (2-tailed) baris pertama terlihat angka 0.880
70
71
untuk rata-rata zat besi dan 0.362 untuk rata-rata kadar hemoglobin.
Karena pada semua variabel nilanya lebih besar daripada nilai α = 0.05
asupan zat besi dan kadar hemoglobin baik kelompok kasus dan
Setelah Intervensi
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Rata-Rata
Asupan Zat Besi dan Kadar Hemoglobin Setelah
Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar
Setelah Intervensi
Independent t-
Rata-Rata Kelompok I Kelompok II
test
( Kasus) (Kontrol)
Zat Besi (mg) 13.89 13.42 0.616
Kadar Hb (g/dL) 12.3 12.4 0.015
Sumber : Data Primer 2019
asupan zat besi diperoleh hasil uji independent t-test pada masing-
intervensi pada kotak t-test for quality means untuk kolom Sig. (2-
tailed) baris pertama terlihat angka 0.616 untuk rata-rata zat besi
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Asupan Zat Besi
Sebelum dan Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok I ( Kasus) Kelompok II (Kontrol)
Asupan Sebelum Setelah Sebelum Setelah
Zat
Besi N % N % N % N %
7
1 8
Kurang 4 28.6 12 85.7 6 42.9
1 .
6
1
Baik 3 21.4 71.4 2 14.3 8 57.1
0
1
1 1
Jumlah 0 100 14 100 14 100
4 4
0
Sumber : Data Primer 2019
sekolah pada kelompok I (kasus) dengan asupan zat besi yang kurang
jumlah anak sekolah asupan zat besi yang kurang yaitu 4 orang
orang (85.7%). Dan setelah intervensi jumlah anak sekolah asupan zat
besi yang kurang yaitu 6 orang (42.9%) dan anak sekolah yang lain
72
73
b. Analisis Bivariat
Anemia
Tabel 4.10
Analisis Rata-Rata Perubahan Asupan Zat Besi Sebelum dan
Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Tahun 2019
Mean Mean
Asupan Zat Besi (Sebelum- Paired t-
Sebelum Setelah
Setelah) test
Kelompok Kasus 10.30 13.89 3.592 0.002
Kelompok Kontrol 10.15 13.42 3.271 0.000
Sumber : Data Primer 2019
pisang raja terhadap asupan zat besi pada kelompok kasus setelah
uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed) di dapatkan nilai p = 0.002 yang
lebih kecil dari nilai alpha (0.05) maka ada pengaruh pemberian
biskuit tepung kulit pisang raja terhadap asupan zat besi pada anak
tailed) didapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari nilai alpha
asupan zat besi pada anak sekolah dasar yang mengalami anemia.
sama, namun tetap memiliki makna yang berbeda, dimana nilai rata-
rata asupan zat besi pada kelompok kasus lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.
Tabel 4.11
Analisis Rata-Rata Perubahan Kadar Hemoglobin Sebelum dan
Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Tahun 2019
Mean Mean
Kadar (Sebelum- Paired t-
Sebelum Setelah
Hemoglobin Setelah) test
Kelompok Kasus 11.3 12.3 0.992 0.001
Kelompok Kontrol 11.5 12.4 0.864 0.000
Sumber : Data Primer 2019
uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed) di dapatkan nilai p = 0.001 yang
lebih kecil dari nilai alpha (0.05) maka ada pengaruh pemberian
74
75
biskuit tepung kulit pisang raja pada anak sekolah yang mengalami
anemia.
tailed) didapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari nilai alpha
sama, namun tetap memiliki makna yang berbeda, dimana nilai selisih
kelompok kontrol.
B. Pembahasan
rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit
2007).
membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat besi karena anak usia
Kota Makassar. Sampel dalam penelitian ini adalah anak sekolah dasar
76
77
biskuit tepung kulit pisang raja digunakan formula 1:3 yaitu 25 gram
tepung terigu dan 75 gram tepung kulit pisang raja yang dapat
memberikan asupan zat besi sebesar 78.53 mg pada anak sekolah yang
terigu formula 1:0 yang dapat memberikan tambahan asupan zat besi
Zat Gizi Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Musa Sapientum) Sebagai
perbandingan 1:3 sebagai produk terbaik dalam hal kandungan zat besi
asupan zat besi pada anak sekolah yang anemia dalam hal meningkatnya
pisang raja pada kelompok kasus dan biskuit tepung terigu pada
kelompok kontrol.
yaitu sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke jaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu
sehingga dapat memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Bila asupan
zat besi kurang, cadangan besi dalam tubuh rendah atau kehilangan
(Ekorinawati, 2010).
Kebutuhan asupan zat besi anak usia sekolah umur 10-12 tahun
78
79
telah diperkaya oleh vitamin dan zat besi/Fe, dan ini merupakan
nutrisi berharga, vitamin, asam folat dan mineral yang sangat baik
tanah yang telah lunak jadi lumpur atau luluk itulah kelak sesuatu akan
negeri-negeri yang makanan pokoknya ialah padi tafsir ayat ini sangat
baru dapat ditanami benih, yaitu benih padi, benih gandum, benih
Perubahan asupan zat besi anak sekolah sebelum dan setelah intervensi
Grafik 4.1
13.89
14 13.42
12
10.3 10.15
10
8 Sebelum
Setelah
6
0
Asupan Zat Besi Kasus Asupan Zat Besi Kontrol
80
81
Pada grafik 4.1 di atas, dapat kita lihat perubahan asupan zat besi
biskuit tepung kulit pisang raja terhadap perubahan asupan zat besi pada
biskuit tepung terigu terhadap perubahan asupan zat besi pada anak
sekolah” (p=0.000).
dari grafik di atas kita dapat melihat rata-rata selisih peningkatan asupan
zat besi yang lebih tinggi adalah pada kelompok intervensi 3.59 mg
mg. Hal tersebut terjadi dikarenakan kandungan zat besi tertinggi pada
dasarnya terdapat pada biskuit tepung kulit pisang raja sebesar 78.53 mg
asupan zat besi terjadi karena biskuit tepung kulit pisang raja yang di
hanya 10 gram atau setara dengan 2 keping perhari yang sesuai dengan
seperti disaat pagi sebelum sekolah hanya minum teh manis dan roti
minuman saset, dan bersoda. Saat siang hanya mengkonsumsi nasi dan
lauk apa adanya seperti telur, mie instan, dan beberapa potong ikan
makanan ringan seperti roti dan snack. Hal ini menunjukkan bahwa
sayuran hijau yang memiliki kandungan zat besi dan seng yang
asupan produk.
82
83
gizi.
2. Kadar Hemoglobin
Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh, termasuk sistem syaraf dan otak. Menurut World Health
pada anak usia 5-11 tahun adalah 11,5g/dL dan usia 12-14 tahun
sebesar 12g/dL”. Anemia akan terjadi apabila jumlah sel darah merah
yang mengandung zink, serta asupan zat besi seperti daging merah, hati,
ikan ayam, dan sayur-sayuran serta dibutuhkan pula porsi yang cukup
dari sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan gizi dalam satu
defisiensi besi dalam tubuh dan berlanjut pada terjadinya anemia. (Yanti
Dwi.dkk, 2017)
Dalam Islam sendiri makanan bukan halal tapi juga harus baik.
Halal dalam hal ini adalah makanan yang dikategorikan halal atau dapat
dimakan, misalnya bangkai, darah, daging babi, serta hewan yang ketika
dalam hal ini adalah makanan yang selain baik bagi kesehatan, bergizi,
bersih dan tidak menjijikkan apabila dimakan. Hal ini terkandung dalam
Q.S al-Maidah/5:88
َي أَنتُم بِِۦه ُم ۡؤ ِمنُون ْ ُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم ٱهَّلل ُ َح ٰلَاٗل طَيِّبٗ ۚا َوٱتَّق
ٓ وا ٱهَّلل َ ٱلَّ ِذ ْ َُو ُكل
Terjemahan:
84
85
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah
yang kamu beriman kepada- Nya”
memerintahkan makan yang halal dan dengan demikian melalui ayat ini
yakni bukan yang haram lagi baik, lezat, begizi dan berdampak positif
bagi kesehatan dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu. Yang
dimaksud dengan makan dalam ayat ini adalah segala aktivitas manusia.
olehmu apa yang telah direzekikan kepadamu oleh Allah, yang halal
lagi baik”. Oleh sebab itu pilihlah makanan yang halal lagi baik.
Halalan, yang artinya segala sesuatu jenis makanan yang sifatnya halal
memberikan dampak buruk berupa sakit atau penyakit bagi tubuh kita.
Grafik 4.2
12.2
12
11.8
11.6 Sebelum
11.52
Setelah
11.38
11.4
11.2
11
10.8
Kadar Hemoglobin Kasus Kadar Hemoglobin Kontrol
dan setelah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja dan biskuit
tepung terigu pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal tersebut
tepung kulit pisang raja dan biskuit tepung terigu pada kelompok kasus
86
87
pemberian biskuit tepung ubi jalar terhadap status anemia (kadar Hb)
anak usia sekolah. Salah satu cara untuk meningkatkan asupan zat gizi
makanan dalam hal ini pemberian biskuit yang kaya zat besi sebagai
siswa sekolah dasar. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan
dan sesudah diberikan biskuit tepung kulit pisang raja didapatkan nilai
intervensi serta kandungan zat besi terdapat pada produk biskuit tepung
kandungan zat besi yang dihasilkan pada produk biskuit tepung terigu
turut menunjang kebutuhan zat besi menjadi tidak adekuat. Dari hasil
tubuh, terutama protein yang berasal dari hewani. Hasil penelitian ini
tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar
zat besi. Pada saluran pencernaan besi mengalami proses reduksi dari
bentuk feri menjadi fero yang mudah diserap. Protein hewani juga
(Finledsteim,dkk, 2011).
88
89
Terjemahan :
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak
bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang
adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah
kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa
yang kamu minta"
jenis makanan yang berkaitan dengan kisah Bani Israil, dimana mereka
manna dan salwa sebagai makanan yang lezat dan bergizi. Melalui
mukjizat Nabi Musa itu, Allah memancarkan air dari bebatuan. Namun
dari kisah tersebut mereka tetap masih tidak bersyukur atas nikmat yang
dengan kata kun (jadilah) lebih baik dari pada sesuatu yang diciptakan
melalui sebab, karena murni dari Allah, seperti manna dan salwa yang
itulah rezeki yang diterima langsung dari Allah tanpa sebab lebih tinggi
dan lebih mulia dari pada rezeki yang diraih dengan sebab. Namun,
berbeda-beda.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Waktu yang kurang efisien dalam pemberian tepung kulit pisang raja
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
tarik kesimpulan :
1. Tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan zat besi (Fe) pada siswa anemia
sebelum dan setelah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja (Musa
setelah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja (Musa Sapientum) selama
30 hari
Sapientum) terhadap perubahan asupan zat besi (Fe) dan kadar hemoglobin
(gr/dl) pada siswa anemia sebelum dan setelah pemberian biskuit tepung kulit
pisang raja (Musa Sapientum) selama 30 hari.
B. Saran
Kota Makassar tentang pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja
terhadap kadar hemoglobin maka ada beberapa saran yang penting untuk
dilakukan, yaitu :
anak, maka perlu disosialisasikan kepada orang tua tentang produk olahan
berbahan dasar kulit pisang raja tersebut sebagai upaya menurunkan kasus
3. Perlunya biskuit tepung kulit pisang raja penelitian lebih lanjut mengenai
92
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, “Gizi Dalam Daur Kehidupan”. Jakarta : EGC, Buku Ajar Ilmu Gizi
Edisi II, 2009.
Iin Reni A.G, “Perbedaan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Sebelum dan
Sesudah Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di SD
Negeri Banyuanyar III Kota Surakarta Tahun 2012”. Universitas
Muhammadiyah Surakarta Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu
Gizi.
Mitayani, Wiwi Sartika, “Buku Saku Ilmu Gizi”. Jakarta : CV. Trans Info Media,
2010.
Moehji ,S. 2003. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta : Papas Sinar
Sinanti
Nurnia,dkk. “Hubungan Pola Konsumsi Dengan Status Hemoglobin Anak
Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar” Program Studi Ilmu
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, 2013.
Reka Arenda, Laksmi. Hubungan Asupan Zat Besi, Asam Folat, Vitamin B12 Dan
Vitamin C Dengan Kadar Hemoglobin Siswa Di Smp Negeri 2
Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Semarang : FKM UNDIP Semarang,
2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 4, No.4 (ISSN: 2356-3346).
Siti Zulekah, dkk. “Daya Terima Dan Pengaruh Suplementasi Fe Dalam Bentuk
Permen Pada Anak Sekolah Dasar Yang Anemia” Program Studi Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal
Penelitian Sains dan Teknologi , Vol 9 No.1, 2008.
Supardin, Nurhaema. Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan Status Hemoglobin
Pada
Anak Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Ilmu
Gizi Universitas Hasanuddin, 2013.
Supariasa, dkk. 2002. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
94
Zulaekah Siti, “Efek Suplementasi Besi, Vitamin C, Dan Pendidikan Gizi
Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang
Anemia Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo”. Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007.