Peneliti Terdahulu 1
Peneliti Terdahulu 1
Tugas Akhir
Disusun Oleh;
IBNU APAS
NIM : 06C10203056
Bidang Studi : Transportasi
Jurusan : Teknik Sipil
1
2
Sampah yang mencemari kota selama ini, akibat dari masih kurangnya
kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan yang terbebas dari sampah.
Camat Johan Pahlwan, sudah melakukan sosialisasi dan menghimbau masyarakat
untuk tidak buang sampah sembarangan, terutama di lahan atau tanah kosong.
"Tumpukan sampah yang bisa mengundang penyakit bagi warga dilingkungan
tersebut," katanya.
Akibat dari pembuangan sampah di lahan kosong juga dapat membawa
bencana seperti banjir. Karena, sampah-sampah tersebut saat hujan turun akan
dibawa air dan masuk ke dalam parit atau drainase. Akibatnya, membuat drainase
tersumbat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik dan mengakibatkan air akan
menggenangi ruas jalan. Selama ini jika kondisi hujan maka ruas jalan yang sering
digenangi air adalah ruas jalan protokol, seperti Jalan Nasional, Jalan Singgah
Mata I, Jalan Teuku Umar dan Jalan Manek Roo serta kawasan bundaran simpang
pelor Meulaboh. Memasuki musim hujan, masyarakat untuk dapat peduli terhadap
lingkungan terutama kawasan kota begitu juga halnya daerah lingkungan luar dari
Kota Meulaboh dengan membuang sampah pada tempatnya, apalagi pihak Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Aceh Barat, telah menyediakan tempat sampah.
Namun hal ini tidak disertai secara langsung dengan penyediaan sarana
dan prasarana yang sebanding oleh pemerintah, akibatnya pelayanan yang sudah
ada menjadi tidak maksimal dan menjadikan penurunan kualitas lingkungan,
khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah perkotaan. Dalam
menanggulangi permasalahan ini sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang
didukung oleh kepedulian masyarakat itu sendiri.
Transportasi sampah adalah sistem pengangkutan sampah yang
membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara
langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan mengoptimasi
sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi semakin mudah, cepat, dan
biaya yang relatif murah dengan tujuan utama untuk meminimalkan dampak dari
penumpukan sampah yang memberi dampak langsung bagi kesehatan masyarakat
dan keindahan kota menurut Deradjat dan Chaerul (2009).
3
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui sistem
pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi
pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan.
Sesuai dengan judul tugas akhir ini yaitu ”Analisis Sistem Transportasi
Pengangkutan Sampah Kota Meulaboh Studi Kasus Kecamatan Johan Pahlawan”
maka saya akan memberikan beberapa batasan. Batasan penelitian yang akan
digunakan agar penelitian ini lebih terarah antara lain :
1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh – Kabupaten
Aceh Barat.
2. Data yang digunakan adalah data transportasi pengangkutan mobil sampah
di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan mulai tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014.
3. Penelitian ini tidak meninjau masalah biaya kebersihan.
4
5
6
desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan
kebun.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul
dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah
yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan
(garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang
sampah berbahaya.
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan
dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya
rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai
tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya
menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri
kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air
minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus
dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.
Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, ada 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu :
7
Sumber Sampah
Tempat
Sumber Sampah Pembuangan
Akhir
Sumber Sampah
Sumber Sampah
Tempat Tempat
Sumber Sampah Pembuangan Pembuangan
Sementara Akhir
Sumber Sampah
minimal seluas 200 m2. Bila lokasi ini berfungsi juga sebagai tempat pemrosesan
sampah skala kawasan, maka dibutuhkan tambahan luas lahan sesuai aktivitas
yang akan dijalankan. Namun dapat juga dipakai truk bak terbuka ukuran 6m3
yang diletakkan disuatu lokasi tertentu dan akan diisi oleh gerobak pengumpul
sampah.
2. Bak kontainer volume 6 – 10 m3
Diletakkan di pinggir jalan dan tidak mengganggu lalu lintas. Dibutuhkan
landasan permanen sekitar 25-50 m2 untuk meletakkan kontainer. Di banyak
tempat di kota-kota Indonesia, landasan ini tidak disediakan, dan kontainer
diletakkan begitu saja di lahan tersedia. Penempatan sarana ini juga bermasalah
karena sulit untuk memperoleh lahan, dan permasalahan masyarakat yang tempat
tinggalnya dekat dengan sarana ini bersedia menerima lokasi bak ini.
3. Bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan
Hal yang harus diperhatikan adalah waktu pengumpulan dan frekuensi
pengumpulan. Sebaiknya waktu pengumpulan sampah adalah saat dimana
aktivitas masyarakat tidak begitu padat, misalnya pagi hingga siang hari.
Frekuensi pengumpulan sampah menentukan banyaknya sampah yang dapat
dikumpulkan dan diangkut perhari. Semakin besar frekuensi pengumpulan
sampah, semakin banyak volume sampah yang dikumpulkan per kapita.
Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengumpulan sampah
adalah keseimbangan pembebanan tugas, optimasi penggunaan alat, waktu dan
petugas, dan peminimalan jarak operasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
pengumpulan sampah adalah :
a) Jumlah sampah yang terangkut, jumlah penduduk dan luas daerah operasional,
b) Kepadatan penduduk dan tingkat penyebaran rumah,
c) Panjang dan lebar jalan.
Rencana pengoperasional pengumpulan sampah harus memperhatikan
hal-hal berikut :
a) Ritasi antara 1 - 4 ritasi per hari,
13
2. Becak sampah
3. Pick up sampah
Keterangan :
Hscs = Waktu yang dibutuhkan untuk sistem SCS
t1 = Waktu dari pool kendaraan ke kontainer ke-1 (jam).
t2 = Waktu dari kontainer terakhir ke pool (jam).
Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).
Tscs = Waktu per ritasi (jam/rit).
w = Faktor off route
POOL
TPA
POOL
TPA
Pola pengosongan bak kontainer HCS cara II terlihat pada Gambar 2.8
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
1. Kendaraan dari pool membawa bak kosong menuju kontainer isi
pertama.kemudian bak isi dilokasi pertama dibawa ke TPA.
2. Kontainer kosong diletakkan di lokasi kedua.
3. Kontainer isi kedua untuk diangkut ke TPA
4. Demikian seterusnya sampai ritasi akhir.
23
POOL
TPA
Pola pengosongan bak kontainer HCS cara III terlihat pada Gambar 2.9
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
a. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA.
b. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua
untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk
diangkut ke TPA.
c. Demikian seterusnya sampai ritasi terakhir.
d. Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer
pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.
24
Dump
Truck
POOL
TPA
25
26
4.1 Hasil
27
28
Tabel 4.2 Timbulan sampah Kota Meulaboh Dari Tahun 2009 – 2014
Jumlah Timbulan
Jumlah Angkutan Sampah
Penduduk Sampah
Tahun
Becak Pick Up
(Jiwa) (Ton/Hari) Gerobak Truck
Sampah L-300
2009 54.613 137 0 0 4 6
setah itu diangkut oleh gerobak sampah oleh petugas kebersihan yang dikenal
sebagai petugas keliling lalu dikumpulkan di TPS (bak sampah komunal), lalu
diangkut ke TPA Desa Reudep. Pemerintah Kota Meulaboh menganjurkan
pembuangan sampah di pagi hari pada jam 07.00 WIB sampai dengan jam
10.00 WIB.
b. Pengumpulan sampah dengan meletakkan bak-bak sampah komunal atau tong-
tong sampah pada lokasi tertentu, namun harus juga memperhatikan kondisi
bak agar lahan disekitar bak tetap bersih dan tidak kotor dan perlu
diperhatikan agar bak sampah diupayakan memiliki penutup.
2. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampah terletak di Desa Reudep Kecamatan
Meureubo tepatnya tidak jauh dari kecamatan kota yaitu Kecamatan Johan
Pahlawan. Jarak Kecamatan Johan Pahlawan ke lokasi tempat pembuangan akhir
kurang lebih 16 km.
POOL
TPA
Tabel 4.4 merupakan tempat peletakan bak kontainer dan jumlah bak
sebagai TPS serta menerangkan jumlah pelayanan pengangkutan ke TPA dalam
sehari, dan juga menerangkan jarak tempuh TPA untuk jarak pulang-pergi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 sampai Gambar 4.8 yang
menampilkan lokasi penempatan TPS di Kecamatan Johan Pahlawan.
Dump
Truck
POOL
TPA
a. Desa Seuneubok
Desa Seuneubok dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 4 dusun,
kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, perkantoran
dan sekolahan. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Seuneubok dapat dilihat pada
Gambar 4.4.
Tabel 4.6 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dan 40 km/jam dengan rata-rata kecepatan
truk 31 km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
36
Lokasi TPS
Tabel 4.7 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk bak
penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 26,25 km/jam,
maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong
Drien Rampak dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 17,135 km dan 17,63 jam
kerja.
Lokasi TPS
Tabel 4.8 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 20 km/jam,
maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong
Ujong Baroh dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 15,009 km dan 5,00 jam
kerja.
Lokasi TPS
Gambar 4.7 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Kuta Padang, Ujong
Kalak, dan Rundeng
Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
39
Tabel 4.9 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 28,33
km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
Kelurahan/Gampong Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng dengan 2 kali
ritasi dalam sehari adalah 18,585 km dan 19,20 jam kerja.
Gambar 4.8 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Suak Indra Puri,
Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang
Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
Tabel 4.10 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan
truk bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 25,71
km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
41
4.2 Pembahasan
5.1 Kesimpulan
43
44
5.2 Saran
Anonim, 1995, Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan
Kota Sedang di Indonesia (SNI 19-3983-1995), Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Derajat, S., dan Chaerul, M., 2009, Evaluasi Sistem Pengangkutan Sampah di
Wilayah Bandung Utara, FTSL ITB, Bandung.
45