Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI PENGANGKUTAN

SAMPAH KOTA MEULABOH


(Studi Kasus : Kecamatan Johan Pahlawan)

Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat


Yang Diperlukan untuk Memperoleh
Ijazah Sarjana Teknik

Disusun Oleh;

IBNU APAS

NIM : 06C10203056
Bidang Studi : Transportasi
Jurusan : Teknik Sipil

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR


ALUE PEUNYARENG - MEULABOH
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan oleh sampah ternyata masih menjadi masalah


tersendiri di Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan yang merupakan pusat kota
Kabupaten Aceh Barat. Hal ini tampak dari berbagai pihak yang ikut serta dalam
peningkatan mutu kesehatan masyarakat dan lingkungan pemukiman, yaitu
program peningkatan sistem pengolahan persampahan, berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 14 tahun 1987 yang mengatur tentang pengelolaan
persampahan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kotamadya.
Kecamatan Johan Pahlawan adalah salah satu dari 12 Kecamatan di Kota
Meulaboh-Aceh Barat yang berada di Provinsi Aceh dengan luas 2.927,95 km²,
yang terletak pada 04°06'-04°47' Lintang Utara dan 95°52'- 96°30' Bujur Timur
dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas Utara berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie, Selatan berbatasan dengan Samudra
Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya, Barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia, Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Nagan Raya.
Luas wilayah Kecamatan Johan Pahlawan adalah 44,91 km² dengan
jumlah penduduk 60,990 jiwa (BPS Kota Meulaboh, 2014). Secara administratif
Kabupaten Aceh Barat memiliki 321 kelurahan. Kecamatan Johan Pahlawan
memiliki kawasan pusat pasar dan pertokoan-tokoan yang di pasar ini lah
sebahagian besar masyarakat melakukan transaksi perdagangan, pada kecamatan
ini juga terdapat kawasan perhotelan pada Kelurahan Ujong Kalak. Dengan
adanya beberapa lokasi strategis tersebut, selayaknya kebersihan patut untuk
diberikan penanganan yang lebih khusus, hal inilah yang menjadi alasan dalam
pembahasan transportasi pengangkutan mobil sampah di Kota Meulaboh,
khususnya Kecamatan Johan Pahlawan.

1
2

Sampah yang mencemari kota selama ini, akibat dari masih kurangnya
kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan yang terbebas dari sampah.
Camat Johan Pahlwan, sudah melakukan sosialisasi dan menghimbau masyarakat
untuk tidak buang sampah sembarangan, terutama di lahan atau tanah kosong.
"Tumpukan sampah yang bisa mengundang penyakit bagi warga dilingkungan
tersebut," katanya.
Akibat dari pembuangan sampah di lahan kosong juga dapat membawa
bencana seperti banjir. Karena, sampah-sampah tersebut saat hujan turun akan
dibawa air dan masuk ke dalam parit atau drainase. Akibatnya, membuat drainase
tersumbat sehingga tidak dapat bekerja dengan baik dan mengakibatkan air akan
menggenangi ruas jalan. Selama ini jika kondisi hujan maka ruas jalan yang sering
digenangi air adalah ruas jalan protokol, seperti Jalan Nasional, Jalan Singgah
Mata I, Jalan Teuku Umar dan Jalan Manek Roo serta kawasan bundaran simpang
pelor Meulaboh. Memasuki musim hujan, masyarakat untuk dapat peduli terhadap
lingkungan terutama kawasan kota begitu juga halnya daerah lingkungan luar dari
Kota Meulaboh dengan membuang sampah pada tempatnya, apalagi pihak Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Aceh Barat, telah menyediakan tempat sampah.
Namun hal ini tidak disertai secara langsung dengan penyediaan sarana
dan prasarana yang sebanding oleh pemerintah, akibatnya pelayanan yang sudah
ada menjadi tidak maksimal dan menjadikan penurunan kualitas lingkungan,
khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah perkotaan. Dalam
menanggulangi permasalahan ini sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang
didukung oleh kepedulian masyarakat itu sendiri.
Transportasi sampah adalah sistem pengangkutan sampah yang
membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara
langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan mengoptimasi
sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi semakin mudah, cepat, dan
biaya yang relatif murah dengan tujuan utama untuk meminimalkan dampak dari
penumpukan sampah yang memberi dampak langsung bagi kesehatan masyarakat
dan keindahan kota menurut Deradjat dan Chaerul (2009).
3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan


utama yang berhubungan dengan volume sampah dengan jumlah kebutuhan
transportasi pengangkutan sampah di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan
saat ini adalah bagaimana sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan
kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang
dihasilkan di Kota Meulaboh.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui sistem
pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi
pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan.

1.4 Batasan Masalah

Sesuai dengan judul tugas akhir ini yaitu ”Analisis Sistem Transportasi
Pengangkutan Sampah Kota Meulaboh Studi Kasus Kecamatan Johan Pahlawan”
maka saya akan memberikan beberapa batasan. Batasan penelitian yang akan
digunakan agar penelitian ini lebih terarah antara lain :
1. Lokasi penelitian adalah Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh – Kabupaten
Aceh Barat.
2. Data yang digunakan adalah data transportasi pengangkutan mobil sampah
di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan mulai tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014.
3. Penelitian ini tidak meninjau masalah biaya kebersihan.
4

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :


1. Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang mobil pengangkutan
sampah di Kota Meulaboh.
2. Dapat diharapkan nantinya bagi Pemerintah Kota Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, khususnya Dinas Kebersihan, sebagai acuan
dalam menetapkan teknik operasional pengelolaan sampah yang baik, terutama
dalam tahap pengumpulan dan pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan
Akhir, agar pengelolaan sampah semakin optimal.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak


disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih
mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan
tetap merupakan bahan/material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur,
1995).
Berdasarkan SNI 19-2454 tahun 2002, sampah adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang
timbul di kota.
Menurut Kodoatie (2005), sampah adalah limbah atau buangan yang
bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiataan
perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal dari permukiman, pasar,
kawasan perkotaan dan perdagangan, kawasan perkantoran dan sarana umum,
kawasan industri, peternakan hewan, dan fasilitas lainnya.

2.2 Sumber-Sumber Sampah

Menurut Chandra (2007), sampah yang ada di permukaan bumi ini


dapat berasal dari :
1. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di

5
6

desa atau di kota. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan
kebun.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul
dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah
yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan
(garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang
sampah berbahaya.
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan
dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya
rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai
tempat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya
menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri
kayu, industri kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air
minum,dan kegiatan industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus
dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.
Menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, ada 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu :
7

1. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan


terjadinya sampah, guna-ulang dan daur-ulang.
2. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari :
a. Pemilahan : pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. Pengumpulan : pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah
ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu,
c. Pengangkutan : membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah
terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir,
d. Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah,
e. Pemrosesan akhir sampah : pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional
penanganan persampahan diantaranya :
a. Kapasitas peralatan dan pemeliharaan alat yang belum memadai/kurang baik,
b. Lemahnya tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas,
c. Terbatasnya metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah,
d. Siklus operasi persampahan tidak lengkap/terputus karena berbedanya
penanggung jawab,
e. Koordinasi sektoral antar birokrasi pemerintah seringkali lemah,
f. Manajemen operasional lebih dititik beratkan pada aspek pelaksanaan,
sedangkan aspek pengendaliannya lemah,
g. Perencanaan operasional seringkali hanya untuk jangka pendek.

2.3 Timbulan Sampah

Timbulan sampah menurut SNI 19-2454 tahun 2002 adalah banyaknya


sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per
kapita per hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan.
8

2.3.1 Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah


Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :
1. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat maka timbulan
sampah meningkat.
2. Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat
maka semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan.
3. Kemajuan teknologi, semakin maju teknologi akan menambah sampah dari
segi jumlah dan kualitas.

2.3.2 Metode perhitungan timbulan sampah


Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh
dengan survey pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu :
a. Mengukur langsung
Memperoleh satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non-rumah tangga) yang ditentu kan secara acak di sumber selama 8
hari berturut-turut (SNI 19-3983-1995).
b. Load-count analysis
Mengukur jumlah berat sampah yang masuk ke TPS, misalnya diangkut
dengan gerobak, selama 8 hari berturut-turut. Dengan melacak jumlah dan jenis
penghasil sampah yang dilayani oleh truk yang mengumpulkan sampah tersebut,
sehingga akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekivalensi penduduk.
c. Weight-volume analysis
Dengan tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang masuk
ke fasilitas penerima sampah (TPA) akan dapat diketahui dengan mudah dari
waktu ke waktu. Jumlah sampah sampah harian kemudian digabung dengan
perkiraan area yang layanan, dimana data penduduk dan sarana umum terlayani
dapat dicari, maka akan diperoleh satuan timbulan sampah per ekuivalensi
penduduk.
9

d. Material balance analysis


Merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa secara
cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam system, dan aliran
bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya.

2.3.3 Besaran timbulan sampah


Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Sampah dari pemukiman atau sampah rumah tangga,
b. Sampah dari non-pemukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti
pasar dan daerah komersial.
Kedua jenis sumber sampah diatas dikenal sebagai sampah domestik,
sedangkan sampah atau limbah yang bukan sejenis sampah rumah tangga sebagai
contoh limbah proses industri disebut sebagai sampah non-domestik.
Tabel 2.1 Timbulan sampah berdasarkan sumbernya
No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat(kg)
1. Rumah permanen /orang/hari 2,25 – 2,50 0,35 – 0,40
2. Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 – 2,25 0,30 – 0,35
3. Rumah non permanen /orang/hari 1,75 – 2,00 0,25 – 0,30
4. Kantor /pegawai/hari 0,50 – 0,75 0,03 – 0,1
5. Pertokoan /pegawai/hari 2,50 – 3,00 0,15 – 0,35
6. Sekolah /murid/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05
7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,1
8. Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05
9. Jalan lokal /m/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025
10. Pasar /m²/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3
Sumber : SNI 19-3983-1995
Jumlah timbulan sampah ini akan berhubungan dengan elemen
pengelolaan sampah, antara lain :
a. Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpul, dan jenis pengangkut,
b. Perencanaan rute pengangkutan,
c. Fasilitas dalam pendauran ulang,
d. Luas dan jenis TPA.
Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian
sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan rata-rata timbulan sampah
10

merupakan langkah awal yang dilakukan dalam pengelolaan sampah. Satuan


timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam satuan skala kuantitas per orang
atau perunit bangunan dan lain sebagainya. Pada kota di negara berkembang,
dalam memperhitungkan besaran timbulan sampah, baiknya perlu diperhitungkan
adanya faktor pendauran ulang sampah mulai dari sumber sampah hingga sampai
di TPA.
Berdasarkan SNI 19-3983-1995, bila pengamatan lapangan belum
tersedia, maka untuk menghitung besaran timbulan sampah, dapat digunakan
angka timbulan sampah sebagai berikut :
1. Satuan timbulan sampah kota sedang = 2,75 – 3,25 liter/orang/hari = 0,7 – 0,8
kg/orang/hari,
2. Satuan timbulan sampah kota kecil = 2,5 – 2,75 liter/orang/hari = 0,625 – 0,7
kg/orang/hari.
Secara umum sampah dari sebuah kota sebagian besar berasal dari
sampah rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan
sampah tersebut sudah dapat dipergunakan untuk meliputi sampah lainnya seperti
pasar, hotel, toko dan kantor. Namun semakin besar sebuah kota maka sampah
rumah tangga akan semakin kecil porsinya dan sampah non rumah tangga akan
lebih besar porsinya sehingga diperlukan penyesuaian lanjut.

2.4 Teknik Operasional Pengangkutan Sampah

Teknik operasional pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah


hingga ke lokasi pembuangan akhir, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung (door to door) dan secara tidak langsung (sistem komunal) sebagai
Tempat Pembuangan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Secara langsung (sistem door to door) :
Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan
bersamaan seperti terlihat pada Gambar 2.1. Sampah dari tiap-tiap sumber
11

akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat ke tempat


pembuangan akhir.

Sumber Sampah

Tempat
Sumber Sampah Pembuangan
Akhir
Sumber Sampah

Gambar 2.1 : Sistem Pengumpulan Sampah Secara Langsung

2. Secara tidak langsung (sistem komunal) :


Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir, sampah
dari masing-masing sumber dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul
seperti dalam gerobak atau becak pengumpul dan diangkut ke TPS. Dengan
adanya TPS ini maka proses pengumpulan sampah secara tidak langsung.
TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan guna
mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir untuk
lebih jelasnya terlihat pada Gambar 2.2.

Sumber Sampah

Tempat Tempat
Sumber Sampah Pembuangan Pembuangan
Sementara Akhir
Sumber Sampah

Gambar 2.2 : Sistem Pengumpulan Sampah Secara Tidak Langsung

Tempat pembuangan sementara ada 3 jenis, antara lain :


1. Transfer depo
Untuk suatu lokasi transfer depo, atau di Indonesia dikenal sebagai
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) seperti di atas diperlukan areal tanah
12

minimal seluas 200 m2. Bila lokasi ini berfungsi juga sebagai tempat pemrosesan
sampah skala kawasan, maka dibutuhkan tambahan luas lahan sesuai aktivitas
yang akan dijalankan. Namun dapat juga dipakai truk bak terbuka ukuran 6m3
yang diletakkan disuatu lokasi tertentu dan akan diisi oleh gerobak pengumpul
sampah.
2. Bak kontainer volume 6 – 10 m3
Diletakkan di pinggir jalan dan tidak mengganggu lalu lintas. Dibutuhkan
landasan permanen sekitar 25-50 m2 untuk meletakkan kontainer. Di banyak
tempat di kota-kota Indonesia, landasan ini tidak disediakan, dan kontainer
diletakkan begitu saja di lahan tersedia. Penempatan sarana ini juga bermasalah
karena sulit untuk memperoleh lahan, dan permasalahan masyarakat yang tempat
tinggalnya dekat dengan sarana ini bersedia menerima lokasi bak ini.
3. Bak komunal yang dibangun permanen dan terletak di pinggir jalan
Hal yang harus diperhatikan adalah waktu pengumpulan dan frekuensi
pengumpulan. Sebaiknya waktu pengumpulan sampah adalah saat dimana
aktivitas masyarakat tidak begitu padat, misalnya pagi hingga siang hari.
Frekuensi pengumpulan sampah menentukan banyaknya sampah yang dapat
dikumpulkan dan diangkut perhari. Semakin besar frekuensi pengumpulan
sampah, semakin banyak volume sampah yang dikumpulkan per kapita.
Hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam pengumpulan sampah
adalah keseimbangan pembebanan tugas, optimasi penggunaan alat, waktu dan
petugas, dan peminimalan jarak operasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola
pengumpulan sampah adalah :
a) Jumlah sampah yang terangkut, jumlah penduduk dan luas daerah operasional,
b) Kepadatan penduduk dan tingkat penyebaran rumah,
c) Panjang dan lebar jalan.
Rencana pengoperasional pengumpulan sampah harus memperhatikan
hal-hal berikut :
a) Ritasi antara 1 - 4 ritasi per hari,
13

b) Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun


sebaiknya setiap hari, tergantung dari, kualitas kerja, serta komposisi sampah,
c) Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi pelayanan semakin
sering. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan lebih
dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku,
d) Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap,
e) Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara
periodik,
f) Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah
terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang akan
diangkut.

2.5 Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi


pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan
akhir.
Tabel 2.2 Proses Pemilihan Alat Angkut Persampahan Berdasarkan Pola
Pengumpulan Sampah
Pola Pengumpulan Sampah Kondisi Jalan Alat Angkut
- Pick Up L-300
Individual langsung Jalan lebar dan memadai
- Dump truck
Individual tidak langsung Jalan sempit atau gang - Gerobak sampah dan becak
Komunal langsung Jalan sempit atau gang motor sampah ke TPS
- Dump truck dan Pick Up
Komunal tidak langsung Jalan sempit atau gang L-300 dari TPS ke TPA

2.6 Jenis Alat Angkut Sampah

Jenis jenis alat pengangkut sampah yang dipakai pada umumnya


untuk daerah-daerah di Indonesia adalah :
14

1. Gerobak sampah (ukuran volume 1m3)

Gambar 2.3 Gerobak Sampah

Gambar 2.3 diatas merupakan gerobak sampah yang berfungsi sebagai


alat pengumpul sampah dari sumber sampah untuk dikumpulkan di TPS dengan
metode pengumpulan tidak langsung.
Spesifikasi Alat :
Menggunakan gerobak berkapasitas 1 m3 (dimensi 2m x 1m x 0,5m),
terbuat dari rangka pipa besi tuang dan pelat alas, serta dinding berengsel
menggunakan material Cheker Plate. Dengan petugas satu orang untuk satu
gerobak.
Kelebihan :
Merupakan alat kumpul klasik yang mengandalkan tenaga dorongan
atau tarikan dari manusia (tidak memerlukan energi bbm).
Mudah masuk ke jalan-jalan sempit atau gang kecil.
Kekurangan :
Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan
lahan > 5 %).
15

2. Becak sampah

Gambar 2.4 Becak Motor Sampah

Gambar 2.4 diatas merupakan becak motor sampah yang berfungsi


sebagai alat pengumpul sampah dari sumber sampah untuk dikumpulkan di TPS.
Spesifikasi Alat :
Menggunakan kendaraan utama sepeda motor berkapasitas 1,5 m3
(dimensi 1,9 m x 1 m x 0,8 m) terbuat dari rangka pipa besi tuang dan pelat alas,
serta dinding berengsel menggunakan material Plate. Dengan petugas satu orang
untuk satu becak sampah.
Kelebihan :
1. Merupakan alat kumpul yang mengandalkan tenaga mesin sepeda motor lebih
efisien dibandingkan gerobak,
2. Lebih mudah bermanufer di jalan (gang) yang sempit.
Kekurangan :
a. Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan
lahan > 5 %),
b. Macam pilahan lebih sedikit dibandingkan dengan mobil sampah L-300 pick
up.
16

3. Pick up sampah

Gambar 2.5 Pick up Sampah

Gambar 2.5 diatas merupakan pick up sampah yang berfungsi sebagai


alat pengumpul/pengangkut sampah daur ulang dari kawasan pemukiman
kelas menengah atas yang dikumpulkan ke TPS.
Spesifikasi alat :
Menggunakan pick up 4 roda berkapasitas hinggga 4 m3 (dimensi 2,8 m
x 1,6 m x 0,8 m), dengan petugas satu orang supir dan satu orang pengangkut
sampah.
Kelebihan :
Kendaraan angkut sampah yang fleksibel untuk melewati jalan-jalan
yang tidak terlalu lebar.
Kekurangan :
Mempunyai kapasitas muatan yang terbatas dibandingkan alat angkut
lainnya.
17

4. Truk sampah 6m3

Gambar 2.6 Truk Sampah 6m3


Gambar 2.6 diatas merupakan truk sampah yang berfungsi sebagai alat
untuk mengangkut sampah terpadatkan dari sumber sampah menuju ke TPA.
Spesifikasi alat :
1. Dengan petugas satu orang supir dan dua orang petugas pengangkut sampah.
2. Kendaraan standar berchasis baja, mempunyai 6 roda.
3. Dilengkapi alat pengangkat Hidrolis untuk menaikkan/menurunkan/
mengangkat BAK dengan sudut angkat sekurang-kurangnya 450.
4. Menggunakan gear pump tekanan tinggi yang kerjanya diatur dengan mesin
truk. Semua peralatan dioperasikan dari kendaraan. Semua bagian logam
harus diproteksi terhadap bahaya korosi.
5. Dimensi total tidak lebih dari P x L x T = 6,5 x 2,5 x 3 m.
Kelebihan :
1. Sampah terangkut lebih banyak.
2. Lebih bersih dan higienis.
3. Estetika baik.
4. Praktis dalam pengoperasian.
5. Tidak diperlukan banyak tenaga kerja.
Kekurangan :
1. Harga relatif mahal.
2. Biaya investasi dan pemeliharaan lebih mahal.
3. Waktu pengumpulan lama bila untuk sistem door to door.
18

2.7 Metode Pengangkutan Sampah

1. Hauled container system (HCS)


Hauled container system adalah sistem pengumpulan sampah yang
wadah pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat
pembuangan akhir. HCS ini merupakan sistem wadah angkut untuk daerah
komersial.
Untuk menghitung waktu ritasi dari sumber ke TPS atau ke TPA
digunakan rumus sebagai berikut (Enri, 2010).
T HCS = (P HCS + S + a + bx )............................................................................ 2.1
Keterangan :
THCS = Waktu per ritasi (jam/rit).
PHCS = Waktu pengambilan (jam/rit).
S = Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat (jam/rit).
a = Empiris muatan yang konstan terus menerus (jam/rit)
b = Empiris muatan yang konstan (jam/km).
x = Jarak tempuh (km/rit).
Waktu pengambilan per ritasi (P HCS ) ditentukan dengan rumus berikut
(Enri, 2010).
P HCS = P c + U c + D bc ..................................................................................... 2.2
Keterangan :
PHCS = Waktu pengambilan sekali ritasi (jam/rit).
Pc = Waktu untuk pengisian (jam/rit).
Uc = Waktu untuk mengosongkan kontainer (jam/rit).
Dbc = Waktu untuk menempuh jarak dari kontainer ke kontainer
lain (jam/rit).
19

Tabel 2.3 Nilai Koefisien Konstanta (Kecepatan)


Speed Limit a b
Km/Jam Mil/Jam Jam/rit Jam/Km
5 0,01 0,0
88
5 6 11
4 0,02 0,0
72
5 2 14
3 0,03 0,0
56
5 4 19
2 0,05 0,0
40
5 0 25
1 0,06 0,0
25
5 8 37
Sumber : Peavy (1985)
Jumlah ritasi per kendaraan per hari untuk sistem HCS dapat dihitung
dengan (Enri, 2010) :
H (1  w )  ( t1  t 2 )
Nd  ...................................................................... 2.3
T HCS
Keterangan :
Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).
H = Waktu kerja (jam/hari).
w = Faktor off route
t1 = Waktu dari pool kendaraan ke kontainer ke-1 (jam).
t2 = Waktu dari kontainer terakhir ke pool (jam).
THCS = Waktu per ritasi (jam/rit).
Atau jumlah ritasi/hari dapat dibandingkan dengan perhitungan atas
jumlah sampah yang terkumpul/hari, dengan menggunakan rumus berikut (Enri,
2010) :
Vd
Nd  ....................................................................................................... 2.4
c. f
Keterangan :
Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).
Vd = Jumlah sampah terkumpul (volume/hari).
c = Ukuran rata-rata kontainer (volume/hari).
20

f = Faktor penggunaan kontainer.


2. Stationary container system (SCS)
Stationary container system adalah sistem pengumpulan sampah yang
wadah pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). SCS merupakan
sistem wadah tinggal ditujukan untuk melayani daerah pemukiman. Untuk
menghitung waktu ritasi dari TPS atau ke TPA digunakan rumus sebagai berikut
(Enri, 2010) :
T SCS = (P SCS + S + a + bx ) ............................................................................ 2.5
P SCS = (Ct . Uc) + ( (np – 1) . (Dbc) ).......................................................... 2.6
Keterangan :
Ct = Jumlah kontainer yang dikosongkan sekali ritasi (kontainer/rit).
Uc = Waktu pengosongan kontainer (jam/rit).
np = Jumlah lokasi kontainer yang diambil per rit (lokasi/rit).
Dbc = Waktu terbuang untuk bergerak dari satu lokasi ke lokasi
kontainer lain (jam/lokasi).
Jumlah kontainer yang dapat dikosongkan per ritasi pengumpulan
(Enri, 2010) :
V .r
Ct  ........................................................................................................ 2.7
c. f
Keterangan :
Ct = Jumlah kontainer yang dikosongkan sekali ritasi (kontainer/rit).
V = Volume mobil pengumpul (m3/rit).
r = Rasio kompaksi.
c = Volume kontainer (m3/kontainer).
f = Faktor penggunaan kontainer.
Waktu yang dipelukan per hari untuk sistem SCS dapat dihitung dengan
rumus berikut (Enri, 2010) :
(t1  t 2)  Nd (TSCS )
H SCS  ............................................................................ 2.8
(1  w)
21

Keterangan :
Hscs = Waktu yang dibutuhkan untuk sistem SCS
t1 = Waktu dari pool kendaraan ke kontainer ke-1 (jam).
t2 = Waktu dari kontainer terakhir ke pool (jam).
Nd = Jumlah ritasi dalah satu hari (rit/hari).
Tscs = Waktu per ritasi (jam/rit).
w = Faktor off route

2.8 Pola Pengangkutan Sampah

1. Pola pengangkutan sampah sistem HCS


Pola pengangkutan sampah dengan sistem HCS terbagi atas 3, yaitu :

a. Sistem pengosongan bak kontainer cara I

POOL

ISI Kosong ISI Kosong ISI Kosong


C (0) C (0) C (1) C (1) C (2) C (2)

TPA

Gambar 2.7 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara I


Pola pengosongan bak kontainer HCS cara I terlihat pada Gambar 2.7
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah
ke TPA.
2. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
22

3. Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA


4. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
5. Demikian seterusnya sampai rit akhir.

b. Sistem pengosongan bak kontainer cara II

POOL

ISI Kosong ISI Kosong ISI


C (0) C (1) C (1) C (2) C (2)

TPA

Gambar 2.8 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara II

Pola pengosongan bak kontainer HCS cara II terlihat pada Gambar 2.8
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
1. Kendaraan dari pool membawa bak kosong menuju kontainer isi
pertama.kemudian bak isi dilokasi pertama dibawa ke TPA.
2. Kontainer kosong diletakkan di lokasi kedua.
3. Kontainer isi kedua untuk diangkut ke TPA
4. Demikian seterusnya sampai ritasi akhir.
23

c. Sistem pengosongan bak kontainer cara III

POOL

Kosong ISI Kosong ISI Kosong ISI


C (0) C (0) C (1) C (1) C (2) C (2)

TPA

Gambar 2.9 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara III

Pola pengosongan bak kontainer HCS cara III terlihat pada Gambar 2.9
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
a. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA.
b. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua
untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk
diangkut ke TPA.
c. Demikian seterusnya sampai ritasi terakhir.
d. Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer
pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.
24

2. Pola pengangkutan sampah sistem SCS

Dump
Truck

POOL

Bak I Bak II Bak III Bak IV Bak-dst

TPA

Gambar 2.10 Pola Pengangkutan Sampah Sistem HCS


Pola pengangkutan sampah sistem SCS terlihat pada Gambar 2.10
dengan proses pengangkutan sebagai berikut :
1. Kendaraan dari pool menuju sumber sampah pertama, sampah dituangkan
kedalam bak truk,
2. Kendaraan menuju sumber sampah selanjutnya, sampai kondisi bak penuh,
3. Sampah kemudian dibawa ke TPA.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Suatu penelitian dikatakan yang sistematis, terorganisir dan dapat


berjalan secara efektif, efisien serta tepat sasaran, diperlukan suatu metode
penelitian yang didalamnya memuat proses perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian dan
termasuk tata cara penyelesaian sehingga tiap-tiap bagian dan memiliki
keterkaitan satu dengan yang lain secara berurutan dengan demikian diharapkan
akan mendapatkan nilai yang maksimal.

3.1 Teknik Pengumpulan Data

3.1.1 Data Primer


Data primer yang diinput untuk keperluan penelitian ini adalah :
1. Besaran jumlah volume sampah,
2. Waktu yang diperlukan dalam transportasi angkutan sampah (ritasi perhari),
3. Jumlah lokasi tempat pembuangan sampah sementara,
4. Jumlah dan jenis kendaraan pengangkut sampah dari TPS ke TPA,
5. Kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah, persepsi masyarakat tentang
sampah, dan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.

3.1.2 Data Sekunder


Data sekunder diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Kota
Meulaboh-Aceh Barat, Dinas Kebersihan Kota Meulaboh, dan Dinas Pekerjaan
umum, meliputi data-data :
1. Data demografi, layout lokasi, peta Kota Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan,
2. Data kependudukan Kecamatan Johan Pahlawan,

25
26

3. Data jumlah fasilitas operasional mobil angkutan sampah Kecamatan Johan


Pahlawan,
4. Peraturan daerah dalam pengelolaan sampah dan kebijakan pemerintah daerah
tentang pengelolaan sampah.

3.2 Metode Yang Digunakan

1. Metode karakteristik pola transportasi pengangkutan sampah, digunakan untuk


mengetahui sistem pengangkutan dan pola pengumpulan sampah,
2. Metode Hauled Container System (HCS), digunakan untuk menganalisa
transportasi pengangkutan sampah,
3. Metode Stationary Container System (SCS), digunakan untuk menganalisa
transportasi pengangkutan sampah,
4. Metode prediksi timbulan sampah, digunakan untuk memprediksikan volume
timbulan sampah penduduk.

3.3 Pengolahan Data

1. Ekstraksi data menurut kebutuhan yang diperlukan sesuai metode yang


digunakan,
2. Pengelompokan data menurut kebutuhan yang diperlukan sesuai metode yang
digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan disampaikan hasil berdasarkan data pengamatan


analisis kinerja transportasi pengangkutan mobil sampah di Kota Meulaboh
Kecamatan Johan Pahlawan selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil
penelitian dengan mengunakan rumus-rumus dan teori-teori yang telah
dikemukakan dalam bab sebelumnya.

4.1 Hasil

Hasil perhitungan yang didapat meliputi karakteristik pola transportasi


pengangkutan sampah, Hauled Container System (HCS), Stationary Container
System (SCS), dan prediksi timbulan sampah. Dimana informasi tentang sistem
pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan kebutuhan transportasi
pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang dihasilkan di Kota
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan.

4.1.1 Jumlah timbulan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan


Kecamatan Johan Pahlawan terdapat 21 desa/gampong dengan jumlah
penduduk 65,473 jiwa seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat jumlah total jiwa per rumah dengan rata-rata jumlah
jiwa/rumah untuk 21 desa/gampong sebesar 4 jiwa/rumah.
Berdasarkan SNI 19-3983-1995 dan didukung hasil wawancara kepada
pegawai/petugas Dinas Kebersihan Kota Meulaboh, maka untuk menghitung
besaran timbulan sampah, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai
berikut :
Satuan timbulan sampah desa/gampong sedang = 0,70 – 0,80 kg/jiwa/hari,
Satuan timbulan sampah desa/gampong kecil = 0,625 – 0,70 kg/jiwa/hari.

27
28

Dapat diasumsikan sebesar 0,8 kg/hari untuk timbulan sampah seorang


penduduk di Kecamatan Johan Pahlawan, karena Kecamatan Johan Pahlawan
berada pada pusat Kota Meulaboh atau bisa disebutkan juga sebagai kecamatan
kota yang merupakan kota sedang berpenduduk 65,473 jiwa berdasarkan SNI 19-
3964-1994. Maka timbulan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan adalah 65,473
jiwa dikali 0,8 kg/jiwa/hari yaitu 52378 kg/hari atau 52,378 ton/hari.

Tabel 4.1 Data Jumlah Desa/Kelurahan Kecamatan Johan Pahlawan


DT2 Kota,
Kode Kabupaten
Kecamatan,
No. POS Desa, Kelurahan Provinsi
Distrik Kota,
DT2
Kabupaten
1 23618 Blang Berandang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
2 23617 Drien Rampak Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
3 23611 Gampa Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
4 23611 Kampung Belakang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
5 23611 Kampung Darat Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
6 23611 Kampung Pasir Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
7 23614 Kuta Padang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
8 23618 Lapang Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
9 23611 Leuhan Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
10 23611 Padang Seurahet Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
11 23612 Panggong Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
12 23612 Pasar Aceh Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
13 23616 Rundeng Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
14 23611 Seuneubok Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
15 23611 Suak Nie Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
16 23611 Suak Raya Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
17 23611 Suak Ribee Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
18 23611 Suak Sigadeng Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
19 23611 Suwak Indrapuri Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
20 23615 Ujong Baroh Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
21 23613 Ujung Kalak Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat Aceh
Sumber : Sistem Informasi Geografis (SIG) Kemenhub Masing-masing Pemprov
(Provinsi), 2015
29

Tabel 4.2 Timbulan sampah Kota Meulaboh Dari Tahun 2009 – 2014
Jumlah Timbulan
Jumlah Angkutan Sampah
Penduduk Sampah
Tahun
Becak Pick Up
(Jiwa) (Ton/Hari) Gerobak Truck
Sampah L-300
2009 54.613 137 0 0 4 6

2010 56.050 140 0 0 4 6


2011 57.334 143 1 0 5 7
2012 59.103 148 1 2 6 8
2013 60.990 152 2 2 6 8
2014 65.473 164 2 3 6 9
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.2 menunjukkan perbandingan jumlah kendaraan angkutan


sampah terhadap jumlah timbulan sampah dan jumlah penduduk pada tahun 2009
sampai tahun 2014, tidak terdapat peningkatan yang nyata dari jumlah kendaraan
truk pengangkut walaupun perbedaan jumlah timbulan sampah pada setiap
tahunnya.

Tabel 4.3 Timbulan Sampah Berdasarkan Kawasan


Luas Bobot Timbulan
No Kawasan
(km2) (%) (ton/hari)
1 Pemukiman 590 64.44 33.752
2 Pertokoan 182 19.88 10.412
3 Sekolahan 125 13.65 7.151
4 Perhotelan/Penginapan 8 0.87 0.458
5 Pasar 10.6 1.16 0.606
Total 915.6 100 52.378
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
30

Gambar 4.1 Timbulan Sampah Berdasarkan Kawasan


Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 diperlihatkan bahwa sebahagian besar


Kecamatan Johan Pahlawan merupakan daerah pemukiman sebesar 64%, diikuti
daerah pertokoan sebesar 20%, sekolah 14%, pasar 1% dan perhotelan/penginapan
1%. Kawasan pemukiman di daerah Kecamatan Johan Pahlawan merupakan
daerah pemukiman yang cukup teratur.
Gambar 4.1 kawasan pertokoan dan permukiman mendominasi
Kecamatan Johan Pahlawan, pada umumnya kedua kawasan ini menghasilkan
jenis sampah kertas, kardus, plastik, sisa makanan, sampah rumah tangga, dan
lain-lain.

4.1.2 Pengelolaan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan


1. Gambaran umum pengelolaan sampah
Untuk pengumpulan sampah di Kota Meulaboh dilaksanakan sebagai
berikut :
a. Sampah dari sumber rumah penduduk ditempatkan di tong-tong sampah atau
tempat sampah yang telah disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
bahkan ada yang telah terbungkus dalam suatu wadah kantong plastik besar
31

setah itu diangkut oleh gerobak sampah oleh petugas kebersihan yang dikenal
sebagai petugas keliling lalu dikumpulkan di TPS (bak sampah komunal), lalu
diangkut ke TPA Desa Reudep. Pemerintah Kota Meulaboh menganjurkan
pembuangan sampah di pagi hari pada jam 07.00 WIB sampai dengan jam
10.00 WIB.
b. Pengumpulan sampah dengan meletakkan bak-bak sampah komunal atau tong-
tong sampah pada lokasi tertentu, namun harus juga memperhatikan kondisi
bak agar lahan disekitar bak tetap bersih dan tidak kotor dan perlu
diperhatikan agar bak sampah diupayakan memiliki penutup.
2. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah
Tempat pembuangan akhir sampah terletak di Desa Reudep Kecamatan
Meureubo tepatnya tidak jauh dari kecamatan kota yaitu Kecamatan Johan
Pahlawan. Jarak Kecamatan Johan Pahlawan ke lokasi tempat pembuangan akhir
kurang lebih 16 km.

4.1.3 Pola pengumpulan sampah di Kecamatan Johan Pahlawan


Pola pengumpulan sampah yang paling sesuai di Kecamatan Johan
Pahlawan dilakukan dengan dua cara pola pengumpulan sampah, yaitu pola
individual langsung dan pola komunal tidak langsung. Pola individual langsung
dengan truk sebagai alat angkut sampah menimbulkan gangguan pada lalu lintas
dalam kegiatan pengangkutan sampah, sedangkan pola komunal tidak langsung
menggunakan bak kontainer sebagai lokasi tempat pembuangan sementara.
1. Hasil pengamatan dilapangan (kondisi eksisting)
Sistem Hauled Container System yang digunakan di Kecamatan Johan
Pahlawan adalah sistem pengosongan bak kontainer cara II, seperti yang terlihat
pada Gambar 4.2 berikut.
32

POOL

ISI Kosong ISI Kosong ISI


C (0) C (1) C (1) C (2) C (2)

TPA

Gambar 4.2 Pola Pengosongan Bak Kontainer HCS Cara II


Sumber : Enri, 2010

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang ditampilkan pada Gambar


4.2, truck berangkat dari pool Dinas Kebersihan membawa bak kontainer kosong
diletakkan di TPS I dan bak yang berisi di TPS I sebelumnya diangkut ke TPA.
Selanjutnya bak kosong TPS I yang telah dikosongkan ke TPA diletakkan di
lokasi TPS II selanjutnya dan bak yang berisi di TPS II diangkut ke TPA.
Demikian seterusnya siklus rotasi truck dengan sistem HCS cara II. Bak tersebut
di isi oleh masyarakat dan petugas kebersihan becak motor atau gerobak sampah.
Pada umumnya petugas kebersihan becak atau gerobak sampah mengumpulkan
sampah pada pagi hari dimulai pada jam 07.00 WIB sampai dengan jam 10.00
WIB.
33

Tabel 4.4 Lokasi TPS Kecamatan Johan Pahlawan


Kapasitas Jumlah
Jarak Tempuh
Bak Jumlah Bak Pelayan
No Lokasi TPS TPA (Pulang-
Kontainer Kontainer (bh) Dalam
Pergi) (km)
(m3) Sehari
1 (Seunebok-
1 Jalan Imam Bonjol 2 2 16.3
Drien Rampak)
1 (Drien
2 Jalan Sentosa 3 2 14.7
Rampak)
4 (Ujong
3 H. Daud Dariah 5 Baroh-Ujong 2 17.6
Kalak)
2 (Kota
4 Singgah Mata I 4 2 15.92
Padang)
1 (Suak Indra
5 Jalan Thamrin 5 2 18.42
Puri)
Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan

Tabel 4.4 merupakan tempat peletakan bak kontainer dan jumlah bak
sebagai TPS serta menerangkan jumlah pelayanan pengangkutan ke TPA dalam
sehari, dan juga menerangkan jarak tempuh TPA untuk jarak pulang-pergi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.4 sampai Gambar 4.8 yang
menampilkan lokasi penempatan TPS di Kecamatan Johan Pahlawan.

Tabel 4.5 Waktu Pelayanan TPS Kecamatan Johan Pahlawan


Jumlah Bak Nomor Polisi Waktu Pelayanan
No Lokasi TPS
Kontainer Kend.Truck Pengangkutan
1 Jalan Imam Bonjol 1 BL 8024 EB Jam 07.00 s/d 07.30 WIB

2 Jalan Sentosa 1 BL 8062 EB Jam 07.30 s/d 08.10 WIB

3 H.Daud Dariah 4 BL 9201 EB Jam 08.10 s/d 08.45 WIB

4 Singgah Mata I 2 BL 9194 EB Jam 08.45 s/d 09.30 WIB

5 Jalan Thamrin 1 BL 8115 E Jam 09.30 s/d 10.25 WIB


Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
34

Tabel 4.5 menererangkan plat nomor polisi kendaraan truck pengangkut


bak kontainer dan jam pelayanan pengangkutan sampah pada masing-masing
lokasi penempatan bak kontainer.
Pola pengangkutan sampah sistem stationary container system (SCS)
dengan menggunakan truck sampah dengan ukuran 6m3 dengan daya angkut
sebesar 2,4 ton untuk bak terisi penuh.

Dump
Truck

POOL

Bak I Bak II Bak III Bak IV Bak-dst

TPA

Gambar 4.3 Pola Pengangkutan Sampah Sistem SCS


Sumber : Enri, 2010

Berdasarkan pengamatan di lapangan, truck berangkat dari pool Dinas


Kebersihan dengan bak kosong lalu menuju sumber sampah pada lokasi awal,
sumber sampah awal yang pertama diangkut adalah sumber sampah di jalan-jalan
protokol, selanjutnya ke sumber sampah yang lain. Setelah bak sampah penuh
lalu sampah dibawa ke TPA untuk dibuang. Jam pelayanan pengangkutan
sampah oleh truck dimulai sekitar pukul 07.00 WIB dengan mengutamakan
kawasan jalanan protokol selanjutnya ke kawasan permukiman. Demikian proses
sekali ritasi oleh truck, lalu truck kembali ke sumber sampah di lokasi lain
dengan maksimal 2 kali ritasi dalam sehari.
Berikut ini diterangkan rute pelayanan truck dengan sistem SCS
berdasarkan kelurahan/desa/gampong.
35

a. Desa Seuneubok
Desa Seuneubok dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 4 dusun,
kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, perkantoran
dan sekolahan. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Seuneubok dapat dilihat pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Seuneubok


Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.6 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong


Seuneubok
Kondisi
Jarak Waktu Kecepatan
Rute Pengambilan Sampah Bak
(km) (jam) (km/jam)
Truck
Kantor DK ke Jalan Bungong Jaroo Kosong 0 0.00 15
Jalan Bungong Jaroo ke Jalan Singgah Mata 2 isi 0.275 0.18 40
Jalan Singgah Mata 2 ke Beringin Jaya isi 1.373 1.37 60
Jalan Beringin Jaya Ke Jalan Imam Bonjol isi 0.65 0.22 20
Penuh Ke
Jalan Imam Bonjol ke Jalan Kayu Putih 14.7 4.90 20
TPA
Total 16.998 6.67 31
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.6 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dan 40 km/jam dengan rata-rata kecepatan
truk 31 km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
36

Kelurahan/Gampong Seuneubok dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 16,998


km dan 6,67 jam kerja.

b. Desa Drien Rampak


Desa Drien Rampak dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 6 dusun,
kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk,
perkantoran, pertokoan, pasar buah, rumah sakit, warkop, warung makan dan
sekolahan. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Drien Rampak dapat dilihat pada
Gambar 4.5.

Lokasi TPS

Gambar 4.5 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Drien Rampak


Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
Tabel 4.7 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Drien
Rampak
Kondisi
Jarak Waktu Kecepatan
Rute Pengambilan Sampah Bak
(km) (jam) (km/jam)
Truck
Kantor DK ke Simpang Kisaran Kosong 0.1 0.03 20
Simpang Kisaran ke Manek Roe isi 0.229 0.08 20
Manek Roe ke Swadaya isi 0.74 0.25 20
Swadaya ke jalan Nasional isi 0.271 0.09 20
Gajah Mada Ke Lr. Bayu isi 0.52 0.17 20
Lr. Bayu ke jalan Sisingamangaraja isi 0.217 0.07 20
Jalan Sisingamangaraja ke Jalan Sentosa isi 0.758 0.25 20
Penuh
Jalan Sentosa ke Jalan Nasional 14.3 16.68 70
ke TPA
Total 17.135 17.63 26.25
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
37

Tabel 4.7 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk bak
penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 26,25 km/jam,
maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong
Drien Rampak dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 17,135 km dan 17,63 jam
kerja.

c. Desa Ujong Baroh


Desa Ujong Baroh dengan jumlah lingkungan/dusun sebanyak 6 dusun,
kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, bank,
pegadaian, pertokoan, pasar ikan, pasar sayur, pasar buah, warkop, warung makan
dan pasar tradisional. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Ujong Baroh dapat
dilihat pada Gambar 4.6.

Lokasi TPS

Gambar 4.6 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Ujong Baroh


Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.8 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Ujong


Baroh
Kondisi
Jarak Waktu Kecepatan
Rute Pengambilan Sampah Bak
(km) (jam) (km/jam)
Truck
Simpang Pelor Ke Jalan Blang Puloe isi 0.215 0.07 20
Jalan Blang Puloe Daud Dariah isi 0.302 0.10 20
Daud Dariah Ke Jalan T. Chik Ali Akbar isi 0.492 0.16 20
Penuh ke
Jalan T. Chik Ali Akbar Jalan Cendra Wasih 14 4.67 20
TPA
Total 15.009 5.00 20
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
38

Tabel 4.8 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 20 km/jam,
maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk Kelurahan/Gampong
Ujong Baroh dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 15,009 km dan 5,00 jam
kerja.

d. Desa Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng


Desa-desa tersebut mempunyai dusun masing-masing antara lain Kuta
Padang sebanyak 6 dusun, Ujong Kalak sebanyak 5 dusun, dan Kampung
Belakang sebanyak 4 dusun, kawasan ini sebahagian besar adalah kawasan
pemukiman penduduk, pertokoan, praktek dokter, perkantoran, pusat hiburan dan
tempat rekreasi, warkop, warung makan, kantor bank, sekolah, terminal angkutan
penumpang dan bengkel. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Kuta Padang, Ujong
Kalak, dan Rundeng dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Lokasi TPS

Gambar 4.7 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Kuta Padang, Ujong
Kalak, dan Rundeng
Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan
39

Tabel 4.9 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Kuta


Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng
Kondisi
Jarak Waktu Kecepatan
Rute Pengambilan Sampah Bak
(km) (jam) (km/jam)
Truck
Jalan Maneuk Roe ke Ke Jalan Iskanr muda isi 0.872 0.29 20
Jalan Iskandar Muda Ke Simpang Pelor isi 0.897 0.30 20
Simpang Pelor Ke Bukit Kuali 1si 0.35 0.12 20
Bukit Kuali ke Jalan Geurutee isi 0.806 0.27 20
Jalan Geurutee ke Jalan Nasional isi 0.06 0.02 20
Penuh
Jalan Nasional Ke jalan Singgah Mata 15.6 18.20 70
Ke TPA
Total 18.585 19.20 28.33
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.9 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan truk
bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 28,33
km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
Kelurahan/Gampong Kuta Padang, Ujong Kalak, dan Rundeng dengan 2 kali
ritasi dalam sehari adalah 18,585 km dan 19,20 jam kerja.

e. Desa Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung


Belakang
Desa-desa tersebut mempunyai dusun masing-masing antara lain Suak
Indra Puri sebanyak 5 dusun, Kampung Pasir sebanyak 3 dusun, Panggong
sebanyak 3 dusun, dan Kampung Belakang sebanyak 5 dusun, kawasan ini
sebahagian besar adalah kawasan pemukiman penduduk, pertokoan,praktek
dokter, perkantoran, pusat hiburan dan tempat rekreasi, pasar ikan, warkop, warung
makan, dan salon. Peta jaringan jalan Desa/Gampong Suak Indra Puri, Kampung
Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang dapat dilihat pada Gambar 4.8.
40

Gambar 4.8 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Desa Suak Indra Puri,
Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang
Sumber : Hasil Pemantauan Dilapangan

Tabel 4.10 Rute Pelayanan Angkutan Sampah Kelurahan/Gampong Suak


Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung Belakang
Kondisi
Jarak Waktu Kecepatan
Rute Pengambilan Sampah Bak
(km) (jam) (km/jam)
Truck
Jalan Merdeka Ke Jalan Sutomo isi 0.32 0.11 20
Jalan Sutomo Ke Jalan Pocut Baren isi 0.229 0.08 20
Pocut Baren Ke Merdeka isi 0.135 0.05 20
Jalan Merdeka ke Tamren isi 0.257 0.09 20
Jalan Tamren Ke Jalan Pahlawan isi 0.195 0.07 20
Jalan Pahlawan Ke Jalan Ponegoro isi 0.158 0.05 20
Penuh Ke
Jalan Ponegoro ke Jalan Kampung Belakang 17.6 17.60 60
TPA
Total 18.894 18.03 25.71
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh

Tabel 4.10 dapat diasumsikan kecepatan truk apabila truk kosong dan
truk bak penuh, masing-masing 20 km/jam dengan rata-rata kecepatan truk 25,71
km/jam, maka diperoleh jarak tempuh total dan waktu total untuk
41

Kelurahan/Gampong Suak Indra Puri, Kampung Pasir, Panggong, dan Kampung


Belakang dengan 2 kali ritasi dalam sehari adalah 18,894 km dan 18.03 jam kerja.

4.2 Pembahasan

Jumlah kendaraan pengangkut sampah dan rata-rata produksi sampah per


hari pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2014 di Kecamatan Johan Pahlawan
dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Banyaknya Sampah dan Truck Sampah di Kecamatan Johan


Pahlawan
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Produksi Jumlah Produksi Jumlah Produksi Jumlah Produksi Jumlah Produksi Jumlah Produksi Jumlah
No Nama Desa/Gampong
Sampah Truck Sampah Truck Sampah Truck Sampah Truck Sampah Truck Sampah Truck
Per Hari (unit) Per Hari (unit) Per Hari (unit) Per Hari (unit) Per Hari (unit) Per Hari (unit)
(ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
1 Blang Berandang 1.895 1.945 1.995 2.045 2.095 2.145
2 Drien Rampak 14.9 14.95 15 15.05 15.1 15.15
3 Gampa 3.29 3.34 3.39 3.44 3.49 3.54
4 Kampung Belakang 5.0875 5.1375 5.1875 5.2375 5.2875 5.3375
5 Kampung Darat 0.975 1.025 1.075 1.125 1.175 1.225
6 Kampung Pasir 3.1625 3.2125 3.2625 3.3125 3.3625 3.4125
7 Kuta Padang 11.3425 11.3925 11.4425 11.4925 11.5425 11.5925
8 Lapang 7.205 7.255 7.305 7.355 7.405 7.455
9 Leuhan 1.98 2.03 2.08 2.13 2.18 2.23
10 Padang Seurahet 9.4425 9.4925 9.5425 9.5925 9.6425 9.6925
10 unit 10 unit 12 unit 13 unit 15 unit 15 unit
11 Panggong 4.785 4.835 4.885 4.935 4.985 5.035
truck truck truck truck truck truck
12 Pasar Aceh 0.1975 0.2475 0.2975 0.3475 0.3975 0.4475
13 Rundeng 9.8575 9.9075 9.9575 10.0075 10.0575 10.1075
14 Seuneubok 9.075 9.125 9.175 9.225 9.275 9.325
15 Suak Nie 0.3425 0.3925 0.4425 0.4925 0.5425 0.5925
16 Suak Raya 1.71 1.76 1.81 1.86 1.91 1.96
17 Suak Ribee 6.905 6.955 7.005 7.055 7.105 7.155
18 Suak Sigadeng 4.805 4.855 4.905 4.955 5.005 5.055
19 Suwak Indrapuri 8.515 8.565 8.615 8.665 8.715 8.765
20 Ujong Baroh 17.51 17.56 17.61 17.66 17.71 17.76
21 Ujung Kalak 15.82 15.87 15.92 15.97 16.02 16.07
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Meulaboh
Total timbulan sampah pada tahun 2014 adalah rata-rata produksi per
hari 144,053 ton/hari dan operasional jam kerja satu hari adalah 8,57 jam. Pola
42

pengumpulan sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan yaitu pola individual


tidak langsung. Pola tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah dari
sumber sampah lalu diangkut oleh gerobak/becak motor sampah kemudian
dikumpulkan pada titik komunal bak sampah (TPS) lalu diangkut menuju ke TPA.
Jadwal pengumpulan sampah berdasarkan pedoman Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah dalam Enri (2010) adalah pada saat tidak
mengganggu aktivitas masyarakat terpadat, yaitu jam 07.00 WIB sampai dengan
jam 10.00 WIB.
Kebutuhan alat pengangkut sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan adalah :
- Kebutuhan gerobak/becak motor sampah kapasitas 1m3
Berdasarkan SNI 3242 tahun 2008 untuk 1 unit gerobak/becak motor sampah
kapasitas 1m3 memiliki kapasitas pelayanan untuk 1250 jiwa. Kecamatan Johan
Pahlawan memiliki jumlah penduduk 65,473 jiwa maka dibutuhkan 62 unit
gerobak/becak motor sampah dalam pengumpulan sampah.
- Kebutuhan truck kapasitas 6m³ daya angkut 2,4 ton
Truck ditempatkan dilokasi titik komunal sebagai tempat pembuangan sampah
dengan 2 kali ritasi dalam satu hari disebarkan untuk 21 kelurahan/desa, dengan
masing-masing satu unit untuk satu kelurahan. Jadwal pengambilan bak/kontainer
sampah besar pada TPS sebaiknya diterapkan pada pukul 10.30 WIB. Kebutuhan
truck pengangkut sampah dengan penghasilan sampah per hari dengan total
144,053 ton, maka diperlukan penambahan truck dari dasar 15 unit truck menjadi
24 unit truck kekurangan truck pengangkut sampah di tahun 2014 berjumlah 9
unit dengan sekali jalan. Apabila dalam sehari 2 ritasi maka tidak perlu
penambahan truck.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah diuraikan


pada Bab IV mengenai analisis kinerja transportasi pengangkutan mobil sampah
di Kota Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengolahan data dan pembahasan mengenai


beberapa faktor tentang sistem pengangkutan, pola pengumpulan sampah dan
kebutuhan transportasi pengangkutan sampah sesuai dengan volume sampah yang
dihasilkan di Kota Meulaboh saat ini adalah :
1. Jumlah total timbulan sampah pada tahun 2014 dengan rata-rata produksi per
hari 144,053 ton/hari dan operasional jam kerja satu hari adalah 8,57 jam.
2. Pola pengumpulan sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan menggunakan
pola individual tidak langsung yang caranya mengumpulkan sampah dari
sumber sampah lalu diangkut oleh gerobak/becak motor sampah kemudian
dikumpulkan pada titik komunal bak sampah (TPS) lalu diangkut menuju ke
TPA.
3. Berdasarkan SNI 19-3983-1995 untuk 1 unit gerobak/becak motor sampah
kapasitas 1m3 memiliki kapasitas pelayanan untuk 1250 jiwa. Kecamatan
Johan Pahlawan memiliki jumlah penduduk 65,473 jiwa maka dibutuhkan 62
unit gerobak/becak motor sampah dalam pengumpulan sampah. Sedangkan
kebutuhan truck kapasitas 6m³ atau dengan daya angkut 2,4 ton penghasilan
sampah per hari dengan total 144,053 ton, maka diperlukan penambahan truck
dari dasar 15 unit truck menjadi 24 unit truck kekurangan truck pengangkut
sampah di tahun 2014 berjumlah 9 unit. Apabila dalam sehari 2 ritasi
pengumpulan sampah maka tidak perlu penambahan truck.

43
44

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan kesimpulan yang ada,


dan beberapa saran yang diusulkan untuk melengkapi penulisan Tugas Akhir ini
adalah :
1. Tingkatkan pengawasan kepada petugas pengangkut sampah, yang bertujuan
agar dapat memaksimalkan jam kerja dilapangan sesuai dengan jadwal yang
ditentukan dan dapat memaksimalkan pengangkutan sampah dengan
mengambil seluruh sampah dari sumber sampah.
2. Tetapkan jam pelayanan yang baik dalam pengambilan/pengangkutan sampah,
agar tidak mengganggu lalu lintas terutama pada saat jam puncak kepadatan
arus lalu lintas.
3. Berikan lokasi khusus dan dikelola secara baik dalam penempatan bak sampah
komunal, dalam mendukung pelayanan pengelolaan sampah di Kecamatan
Johan Pahlawan.
4. Penetapan rute-rute efektif yang harus dilalui oleh kendaraan pengangkut
sampah pada Kecamatan Johan Pahlawan.
5. Penangangan khusus untuk peningkatan jumlah dan perawatan dari kendaraan
pengumpul ataupun pengangkut sampah agak kinerja pelayanan pengangkutan
sampah tidak terganggu.
6. Dibutuhkan bak-bak sampah untuk menampung sampah dari sumber sampah
agar tidak menyebabkan penyakit dan sampah tidak tersebar baik di jalan
atau lingkungan yang ada disekitarnya sehingga mengurangi nilai estetika dan
kebersihan Kecamatan Johan Pahlawan.
7. Partisipasi aktif dari masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan dan kecamatan-
kecamatan lainnya dalam penanganan masalah sampah agar menjadi tanggung
jawab bersama.
8. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut agar masalah persampahan di Kecamatan
Johan Pahlawan lebih tepat dalam penanganannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 2008, Pengelolaan Sampah, Undang-Undang Republik Indonesia No.


18, Jakarta.

Anonim, 2002, Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan


(SNI 19-2454-2002), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Anonim, 1995, Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan
Kota Sedang di Indonesia (SNI 19-3983-1995), Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.

Anonim, 1991, Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan


Komposisi Sampah Perkotaan (SNI M 36-1991-03), Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.

Anonim, 1987, Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Pekerjaan


Umum Kepada Daerah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No.14, Jakarta.

Chandra, Budiman., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC, Jakarta.

Dainur, 1995, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Widya


Medika, Jakarta.

Damanhuri, Enri, 2010, Permasalahan dan Alternatif Teknologi Pengelolaan


Sampah Kota di Indonesia, Seminar Tekologi Untuk Negeri Volume I,
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

Derajat, S., dan Chaerul, M., 2009, Evaluasi Sistem Pengangkutan Sampah di
Wilayah Bandung Utara, FTSL ITB, Bandung.

Kodoatie, R.J., 2005, Pengantar Manajemen Infrastruktur, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Mukono, 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University


Press, Surabaya.

Peavy, H.S., Rowe, D.R., Tchobanoglous, G., 1985, Environmental Engineering,


McGraw – Hill, United State of America.

45

Anda mungkin juga menyukai