A DENGAN KASUS
SIROSIS HEPATIS
Disusun Oleh:
EKA SAFITRI
POLTEKKES JAMBI
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sirosis hepatis adalah suatu patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsiktektur hepar dan pembentukan nodul regenerative. Penyakit hati kronis ini
dicirikan dengan distorsi arsiktektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal
(Amin & Hardhi, 2016).
Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita
yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di seluruh
dunia sirosis hati lebih banyak laki-laki, jika dibandingkan dengan wanita rasionya
sekitar 1,6:1 (Setiati, 2014). Nyeri merupakan makanisme fisiologi yang bertujuan
untuk melindungi diri, nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi
kerusakan jaringan (Potter & Perry, 2005). Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman
yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan
dan mengevaluasi perasaan tersebut (Nurul Chayatin, 2007).
Berdasarkan hal tesebut, penulis membuat Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Sirosis Hepatis
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan dengan sirosis
hepatis
2.2 Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan
d. Penulis mampu melakukan implementasi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi
2.3 Manfaat
Manfaat Melalui penulisan ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat
kepada beberapa pihak yaitu sebagai berikut :
a. Bagi peneliti Menambah wawasan bagi peneliti dalaam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien sirosis hepatis.
b. Bagi praktek keperawatan Menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi
perawat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien sirosis
hepatis
c. Bagi pasien Pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang komprehensif selama
penulisan karya ilimiah ini berlangsung
BAB II
KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Sirosis hepatis adalah suatu patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsiktektur hepar dan pembentukan nodul regenerative. Penyakit hati kronis ini
dicirikan dengan distorsi arsiktektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal
(Amin & Hardhi, 2016).
2. Etiologi
Menurut FKUI (2001), penyebab sirisis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus Hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit wilson
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
Menurut Andra & Yessie (2013) ada empat tipe sirosis hepatis:
a. Sirosis laennec merupakan sirosis yang dihubungkan dengan penyalahgunaan
alkohol kronik.
b. Sirosisis postnekrotik terdapat pita jaringan parut sebagai akibat lanjut dari hepatitis
virus (B dan C) yang terjadi sebelumnya. Terjadi karena kelainan metabolik, infeksi,
dan post intoksidasi zat kimia.
c. Sirosis biliaris terbentuk jaringan parut disekitar saluran empedu/ duktus biliaris.
Terjadi akibat obstruksi biliaria post hepatik dan statis empedu sampai adanya
penumpukan empedu dalam massa hati sehingga terjadi kerusakan sel-sel hati.
d. Sirosis cardiac dikarenakan gagal jantung jangka lama yang berat.
3. Patofisiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2016) faktor penyebab kerusakan hati
menimbulkan respon inflamasi pada jaringan hepar, manifestasi lanjut sebagian
disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi
sirkulasi portal. Semua organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena
portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan
darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat
kongesti pasif yang kronis, tidak bekerja dengan baik. Cairan yang kaya protein dan
menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan
melalui perkusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegali
juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan
jaring-jaring bewarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui terhadap
wajah dan keseluruhan tubuh.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Andra & Yessie (2013) yaitu:
a. Asites
b. Splenomegali/ hepatomegali
c. Edema tungkai kaki
d. Caput medusa/ pelebaran vena dinding abdomen
e. Hemoroid internal
f. Eritema palmaris, spider nevi, amenore, atropi testis, ginekomastia
g. Tendensi perdarahan, terutama GI
h. Anemia
i. Kerusakan ginjal
j. Infeksi
k. Ensefalopati
l. Gejala awal/ hepatitis berulang
m. Varises esofagus
5. Penatalaksanaan
a. Umum yaitu, istirahat, diet rendah garam, bila asites diet rendah garam dan
memperbaiki status gizi, vit B Comp.
b. Edema/ asites diberikan diuretik (spirolaktan) agar penurunan BB 1kg/hari.
c. Perdarahan esophagus (Hemel) pasien akan dipuasakan selama perdarahan,
transfusi bila terjadi hipovolemik, Vit K, dan memasang NGT agar aspirasi cairan
lambung dan untuk mengetahui perdarahan sudah berhenti/ belum.
6. Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan(2001) adalah :
1. Hipertensi Portal
2. Coma/ Ensefalopaty Hepatikum
3. Hepatoma
4. Asites
5. Peritonitis Bakterial Spontan
6. Kegagalan Hati (Hepatoselular)
7. Sindrom Hepatorenal
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis hepatis menurut
Doenges (2000) antara lain:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada
kulit.
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.
8. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam
darah.
C. Intervensi dan Rasional
Menurut Doenges (2000) pada klien sirosis hepatis ditemukan diagnosa keperawatan
dengan intervensi dan rasional sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas menjadi
efektif.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan pengurangan gejala sesak nafas.
b. Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18 x/ menit) tanpa terdengarnya suara
pernapasan tambahan.
c. Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.
d. Tidak mengalami gejala sianosis.
Intervensi :
1) Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan.
Rasional : Pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada hubungan dengan akumulasi
cairan dalam abdomen.
2) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.
Rasional : Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.
3) Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.
Rasional : Membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
4) Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mencegah hipoksia.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi tubuh
terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan secara progresif.
b. Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
1) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.
2) Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Buruknya toleransi terhadap makanan banyak mungkin berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdomen/ asites.
3) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
Rasional : Klien cenderung mengalami luka dan perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada
mulut dimana menambah anoreksia.
4) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status
nutrisi karena ada gambaran edema/ asites.
5) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein dan
amonia.
Rasional : Glukosa menurun karena gangguan glukogenesis, penurunan simpanan glikogen,
atau masukan tidak adekuat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terjadi balance cairan.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran.
b. Berat badan stabil.
c. Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.
Intervensi :
1) Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif.
Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi.
2) Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
tambahan.
Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi, gangguan
pertukaran gas, dan komplikasi.
3) Dorong untuk tirah baring bila ada asites.
Rasional : Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis. 24
4) Awasi TD dan CVP.
Rasional : Peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan.
5) Awasi albumin serum dan elektrolit.
Rasional : Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,
mengakibatkan edema.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam klien toleran terhadap aktivitas.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien.
b. Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.
c. Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.
Intervensi :
1) Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
2) Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
Rasional : Memberikan nutrien tambahan.
3) Motivasi klien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
Rasional : Menghemat tenaga klien sambil mendorong klien untuk melakukan latihan dalam
batas toleransi klien.
4) Motivasi dan bantu klien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri. 25
5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam integritas kulit terjaga.
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh.
b. Tidak memperlihatkan luka pada tubuh.
c. Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau
peningkatan suhu didaerah tonjolan tulang.
Intervensi :
1) Batasi natrium seperti yang diresepkan.
Rasional : Meminimalkan pembentukan edema.
2) Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematous mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan
terhadap tekanan serta trauma.
3) Balik dan ubah posisi klien dengan sering.
Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
4) Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematous.
Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.
5) Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, dan tonjolan tulang lain.
Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan
benar.
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.
B. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A Suami/Isteri/Ortu :
Umur : 51 tahun Nama : Ny. G
Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,80C
N : 72 x/mnt RR : 24x/mnt
2. Kepala :
-
3. Leher
I: -
4. Thorak (dada)
Pemeriksaan konjungtiva tidak anemis, Skleraikterik (+/+). Pemeriksaan thoraks didapatkan bunyi
napas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-).
5. Abdomen
Pemeriksaan Abdomen Perutcembung, Tegang, Spider Nevi (+)Dan ukuran lingkar perut87 Cm,
Fluid Wave (+), Shifting Dullness(+). Pada pemeriksaan ekstremitas Superior Dan Inferior
Didapatkan adanya eritema Palmaris dan Pitting Edema..
6. Tulang belakang
Tidak ada kelainan pada tulang belakang, tidak ada lesi dan jejas
7. Ekstremitas
Pasien tidak bisa beraktifitas karna terdapat pembengkakan kaki
8. Genitalia dan anus
Pasien menggunakkan dower catheter, tidak ada lesi di rektum.penis, uretra, skrotum, testis,
epididimis, kanalis inguinalis dalam batas normal (DBN), tidak ada massa. Prostat tidak membesar,
tidak ada sekret yang keluar dari penis
9. Pemeriksaan neurologis
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Hasil Lab Hb 9,7g/Dl, LED 132mm/Jam, Leukosit 11.600/Ul, SGOT 129U/L, SGPT
54U/L, Albumin2,1g/Dl, Globulin 4,9g/Dl, Hbsag didapatkan hasil positif.
2. Radiologi
3. Lain-lain
TERAPI
1. Oral
-
2. Parenteral
Pasien mendapatkan cairan intravena 1 line dengan NaCl 0,9% 2000cc/24jam,
3. Lain-lain
Eka Safitri
NIM. PO71202210094
C. DIAGNOSA
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas a.Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan Ventilasi Indikator : a.Posisikan pasien untuk
Peningkatan tekanan pada 1)Respiratory rate dalam memaksimalkan
diaframa. rentang normal ventilasi; posisi semi
2)Tidak ada retraksi fowler.b.Auskultasi
dinding dada 3)Tidak bunyi napas, catat jika
mengalami dispnea saat adanya bunyinapas
istirahat tambahan.c.Atur
4)Tidak ditemukan intakecairan untuk
orthopnea mengoptimalkan
5)Tidak ditemukan keseimbangan.d.monitor
atelektasis adanya kecemasan
b.Status Pernafasan : pasien terhadap
Kepatenan Jalan Nafas oksigenasi.
Indikator :
1)Respiratory rate dalam Terapi Oksigen
rentang normal a.Bersihkan mulut,
2)Pasien tidak cemas hidung, dan sisa sekresi
3)Menunjukkan jalan nafas b.Siapkan peralatan
yang paten oksigen dan siapkan
humadifier c.Monitor
aliran oksigen
d.Pastikan penggantian
masker atau kanul sesuai
kebutuhan e.Sediakan
oksigen ketika pasien
dibawa atau
dipindahkan f.Amati
tanda-tanda
hipoventilasi
Manajemen Cairan
a.Monitor indikasi dari
kelebihan volume cairan
(edema, asites).
b.Nilai luas dan lokasi
edema.
c.Monitor vital sign.
d.Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkin
faktor resiko dari
ketidakseimbangan
cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).
Monitor
Cairana.Tentukan
riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminasi b.Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan c.Monitor berat
badan d.Monitor TD,
HR dan RRe.Monitor
perubahan irama jantung
f.Catat secara akurat
intake dan output
g.Monitor tanda dan
gejala edema h.Beri
cairan sesuai keperluan
i.Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
IMPLEMENTASI EVALUASI
Mengatur posisi pasien semi fowler dengan S : -Pasien mengatakan nafas sesak sudah
menggunakan bantal dan menaiikan kepala tidak ada lagi -Pasien mengatakan perutnya
tempat tidur 45 derajat b.Mengauskultasi membesar telah berkurang karena cairan
bunyi napas, catat jika adanya bunyi napas sudah disedot
tambahan. c.Memonitor vital sign (TD, O : -Tampak asites pada perut pasien
Nadi, RR, Suhu) d.Mengidentifikasi -Intake dan outputinbalance: +1324 c
perubahan status vital sign. e.Memonitor -TTVTD : 110/70 mmHg, N: 82x/ menit
frekuensi nafas f.Memonitor indikasi dari S : 37 celcius, P : 24x/ menit -Tidak ada
kelebihan volume cairan (asites). suara nafas tambahan -Tidak tampak
g.Memberikan terapi lasix 1x 1 amp jam penggunaan otot bantu pernapasan
10.00 WIB dan Sprinolacton 2x100 P.O A : -Masalah Status pernafasan : Ventilasi
teratasi ditandai dengan Respiratory Rate
dalam rentang normal. -Masalah Status
pernapasan: kepatenan jalan nafas teatasi
ditandai dengan menujukkan jalan nafas
yang paten
P:
-Intervensi selesai
Kelebihan volume cairan berhubungan S : -Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan tekanan osmotik koloid. membesar, tagang, dan masih terasa penuh
a.Mempertahankan catatan intake dan O : -Tampak asites -Intake : minum : 400
output yang akurat b.Memonitor vital sign cc + obat injeksi 13 cc + 210 cc = 623
(TD, Nadi, RR, Suhu) c.Mengkaji luas dan -Output : 600 cc dari kateter -Intake output
lokasi asites dengan mengukur lingkar perut yang di hitung mulai dari tanggal 23-26
d.Memonitor masukan makanan mei 2017 per shift dinas –Lingkar Perut
h.Berkolaborasi pemberian diuretik sesuai sebelum disedot 82 cm -Pasien sudah
interuksi (lasix 1x 1 amp jam 10.00 WIB disedot cairan pada tanggal 22 Juni 2017
dan Sprinolacton 2x100 P.O e.Bekolaborasi sebanyak 3 liter -Lingkar Perut setelah 79
dokter jika tanda cairan berlebih muncul cm -TTVTD: 100/ 80 mmHg N: 89x/
memburuk, yaitu karena pasien sudah menit, S : 37 celcius, P : 21x/ menit
terlalu sesak dokter menyarankan untuk A : -Masalah Keseimbangan cairan belum
menyedot cairan sebanyak 3 liter teratasi ditandai dengan intake dan output
f.Menentukan kemungkinan faktor resiko cairan belum seimbang dan adanya asites.
dari ketidakseimbangan cairan dengan cara P : -Intervensi Monitor Cairan dilanjutkan
memonitor intake cairan dengan cara sebagai berikut:
a.Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
b.Catat secara akurat intake dan output
c.Kolaborasi dalam pemberian obat
diuretik (lasix dan Sprinolacton)
-Intervensi Managemen Cairan dilanjutkan
Monitor luas dan lokasi asites dengan
mengukur lingkar perutb.
Monitor masukan makanan dan cairan
BAB IV
KESIIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan TN A peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut
1. .Hasil pengkajian pada pasien sirosis hepatis didapatkan pasien tampak ikterus,
terdapat asites. Pasien tampak sesak, letih dan hanya berbaring ditempat tidur,
semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat ruangan. Hepar teraba
membesar. Tampak spider nevi pada abdomen dan eritema palmaris. Nafsu makan
menurun dan adanya Leukopenia
2. Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada sirosis hepatis adalah 2
diagnosa keperawatan
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa rencana keperawatan yaitu, terapi oksigen,
managemen cairan.
4. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa rencana keperawatan yaitu airway managemen,
terapi oksigen, managemen cairan, managemen nutrisi, infection control, activits
tolerance.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.Bagi Perawat HCU dn Rawat Inap Diharapkan perawat lebih memperhatikan
kondisi pasien, dan memotivasi pasien untuk menghabiskan diit yang telah
dikolaborasikan dengan ahli gizi. diharapkan melakukan pemeriksaan elektroit pada
pasien.
2.Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan hasil karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis dalam praktik
keperawatan serta dapat mengaplikaikan ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien siosis hepatis.
3, Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jambi
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga tercapainya lulusan perawat yang
profesional, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiolo