Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN KASUS
SIROSIS HEPATIS

Disusun Oleh:

EKA SAFITRI

PROGRAM STUDI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES JAMBI

TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sirosis hepatis adalah suatu patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsiktektur hepar dan pembentukan nodul regenerative. Penyakit hati kronis ini
dicirikan dengan distorsi arsiktektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal
(Amin & Hardhi, 2016).
Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada penderita
yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Di seluruh
dunia sirosis hati lebih banyak laki-laki, jika dibandingkan dengan wanita rasionya
sekitar 1,6:1 (Setiati, 2014). Nyeri merupakan makanisme fisiologi yang bertujuan
untuk melindungi diri, nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi
kerusakan jaringan (Potter & Perry, 2005). Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman
yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan
dan mengevaluasi perasaan tersebut (Nurul Chayatin, 2007).
Berdasarkan hal tesebut, penulis membuat Makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Sirosis Hepatis
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi pemberian asuhan keperawatan dengan sirosis
hepatis
2.2 Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan
d. Penulis mampu melakukan implementasi
e. Penulis mampu melakukan evaluasi
2.3 Manfaat
Manfaat Melalui penulisan ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat
kepada beberapa pihak yaitu sebagai berikut :
a. Bagi peneliti Menambah wawasan bagi peneliti dalaam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien sirosis hepatis.
b. Bagi praktek keperawatan Menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi
perawat untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien sirosis
hepatis
c. Bagi pasien Pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang komprehensif selama
penulisan karya ilimiah ini berlangsung
BAB II
KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Sirosis hepatis adalah suatu patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari
arsiktektur hepar dan pembentukan nodul regenerative. Penyakit hati kronis ini
dicirikan dengan distorsi arsiktektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan
ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskular normal
(Amin & Hardhi, 2016).
2. Etiologi
Menurut FKUI (2001), penyebab sirisis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus Hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit wilson
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
Menurut Andra & Yessie (2013) ada empat tipe sirosis hepatis:
a. Sirosis laennec merupakan sirosis yang dihubungkan dengan penyalahgunaan
alkohol kronik.
b. Sirosisis postnekrotik terdapat pita jaringan parut sebagai akibat lanjut dari hepatitis
virus (B dan C) yang terjadi sebelumnya. Terjadi karena kelainan metabolik, infeksi,
dan post intoksidasi zat kimia.
c. Sirosis biliaris terbentuk jaringan parut disekitar saluran empedu/ duktus biliaris.
Terjadi akibat obstruksi biliaria post hepatik dan statis empedu sampai adanya
penumpukan empedu dalam massa hati sehingga terjadi kerusakan sel-sel hati.
d. Sirosis cardiac dikarenakan gagal jantung jangka lama yang berat.
3. Patofisiologi
Menurut Suratun dan Lusianah (2016) faktor penyebab kerusakan hati
menimbulkan respon inflamasi pada jaringan hepar, manifestasi lanjut sebagian
disebabkan oleh kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi
sirkulasi portal. Semua organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena
portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan
darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan
traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat
kongesti pasif yang kronis, tidak bekerja dengan baik. Cairan yang kaya protein dan
menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan
melalui perkusi akan adanya shifting dullness atau gelombang cairan. Splenomegali
juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan
jaring-jaring bewarna biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui terhadap
wajah dan keseluruhan tubuh.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Andra & Yessie (2013) yaitu:
a. Asites
b. Splenomegali/ hepatomegali
c. Edema tungkai kaki
d. Caput medusa/ pelebaran vena dinding abdomen
e. Hemoroid internal
f. Eritema palmaris, spider nevi, amenore, atropi testis, ginekomastia
g. Tendensi perdarahan, terutama GI
h. Anemia
i. Kerusakan ginjal
j. Infeksi
k. Ensefalopati
l. Gejala awal/ hepatitis berulang
m. Varises esofagus

5. Penatalaksanaan
a. Umum yaitu, istirahat, diet rendah garam, bila asites diet rendah garam dan
memperbaiki status gizi, vit B Comp.
b. Edema/ asites diberikan diuretik (spirolaktan) agar penurunan BB 1kg/hari.
c. Perdarahan esophagus (Hemel) pasien akan dipuasakan selama perdarahan,
transfusi bila terjadi hipovolemik, Vit K, dan memasang NGT agar aspirasi cairan
lambung dan untuk mengetahui perdarahan sudah berhenti/ belum.
6. Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan(2001) adalah :
1. Hipertensi Portal
2. Coma/ Ensefalopaty Hepatikum
3. Hepatoma
4. Asites
5. Peritonitis Bakterial Spontan
6. Kegagalan Hati (Hepatoselular)
7. Sindrom Hepatorenal

7. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien sirosis hepatis menurut Doenges (2000) sebagai berikut:
1. Demografi
a. Usia : diatas 30 tahun
b. Laki-laki beresiko lebih besar daripada perempuan
c. Pekerjaan : riwayat terpapar toksin
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat hepatitis kronis
b. Penyakit gangguan metabolisme : DM
c. Obstruksi kronis ductus coleducus
d. Gagal jantung kongestif berat dan kronis
e. Penyakit autoimun
f. Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP
3. Pola Fungsional
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ tonus.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis, perikarditis,
penyakit jantung rematik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati),
disritmia, bunyi jantung ekstra, DVJ; vena abdomen distensi.
c. Eliminasi
Gejala : Flatus.
Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites),
penurunan/ tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine
gelap, pekat.
d. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tak dapat mencerna,
mual/ muntah.
Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit kering, turgor
buruk, ikterik : angioma spider, napas berbau/ fetor hepatikus, perdarahan
gusi.
e. Neurosensori
Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian,
penurunan mental.
Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/ tak
jelas.
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas.
Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri.
g. Pernapasan
Gejala : Dispnea.
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan,
ekspansi paru terbatas (asites), hipoksia.
h. Keamanan
Gejala : Pruritus.
Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik), ikterik, ekimosis,
petekie.
i. Seksualitas
Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.
Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah
lengan, pubis)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak lemah
b. Peningkatan suhu, peningkatan tekanan darah (bila ada kelebihan cairan)
c. Sclera ikterik, konjungtiva anemis
d. Distensi vena jugularis dileher
e. Dada :
- Ginekomastia (pembesaran payudara pada laki-laki)
- Penurunan ekspansi paru
- Penggunaan otot-otot asesoris pernapasan
- Disritmia, gallop
- Suara abnormal paru (rales)
f. Abdomen :
- Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen
- Penurunan bunyi usus
- Ascites/ tegang pada perut kanan atas, hati teraba keras
- Nyeri tekan ulu hati
g. Urogenital :
1) Atropi testis
2) Hemoroid (pelebaran vena sekitar rektum)
h. Integumen :
Ikterus, palmar eritema, spider naevi, alopesia, ekimosis
i. Ekstremitas :
Edema, penurunan kekuatan otot
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Darah lengkap
Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan
SDM dan dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia
mungkin ada sebagai akibat hiperplenisme.
2) Kenaikan kadar SGOT, SGPT
3) Albumin serum menurun
4) Pemeriksaan kadar elektrolit : hipokalemia
5) Pemanjangan masa protombin
6) Glukosa serum : hipoglikemi
7) Fibrinogen menurun
8) BUN meningkat
b. Pemeriksaan diagnostik
Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Radiologi
Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi
portal.
2) Esofagoskopi
Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.
3) USG
4) Angiografi
Untuk mengukur tekanan vena porta.
5) Skan/ biopsi hati
Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati.
6) Partografi transhepatik perkutaneus
Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis hepatis menurut
Doenges (2000) antara lain:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada
kulit.
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.
8. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam
darah.
C. Intervensi dan Rasional
Menurut Doenges (2000) pada klien sirosis hepatis ditemukan diagnosa keperawatan
dengan intervensi dan rasional sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas menjadi
efektif.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan pengurangan gejala sesak nafas.
b. Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18 x/ menit) tanpa terdengarnya suara
pernapasan tambahan.
c. Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.
d. Tidak mengalami gejala sianosis.
Intervensi :
1) Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan.
Rasional : Pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada hubungan dengan akumulasi
cairan dalam abdomen.
2) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.
Rasional : Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.
3) Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.
Rasional : Membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
4) Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.
Rasional : Untuk mencegah hipoksia.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi tubuh
terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan peningkatan berat badan secara progresif.
b. Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
1) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.
2) Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Buruknya toleransi terhadap makanan banyak mungkin berhubungan dengan
peningkatan tekanan intraabdomen/ asites.
3) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.
Rasional : Klien cenderung mengalami luka dan perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada
mulut dimana menambah anoreksia.
4) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status
nutrisi karena ada gambaran edema/ asites.
5) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein dan
amonia.
Rasional : Glukosa menurun karena gangguan glukogenesis, penurunan simpanan glikogen,
atau masukan tidak adekuat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terjadi balance cairan.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran.
b. Berat badan stabil.
c. Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.
Intervensi :
1) Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif.
Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi.
2) Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi
tambahan.
Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi, gangguan
pertukaran gas, dan komplikasi.
3) Dorong untuk tirah baring bila ada asites.
Rasional : Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis. 24
4) Awasi TD dan CVP.
Rasional : Peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan.
5) Awasi albumin serum dan elektrolit.
Rasional : Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,
mengakibatkan edema.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam klien toleran terhadap aktivitas.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien.
b. Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.
c. Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.
Intervensi :
1) Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).
Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
2) Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)
Rasional : Memberikan nutrien tambahan.
3) Motivasi klien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.
Rasional : Menghemat tenaga klien sambil mendorong klien untuk melakukan latihan dalam
batas toleransi klien.
4) Motivasi dan bantu klien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri. 25
5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam integritas kulit terjaga.
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh.
b. Tidak memperlihatkan luka pada tubuh.
c. Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau
peningkatan suhu didaerah tonjolan tulang.
Intervensi :
1) Batasi natrium seperti yang diresepkan.
Rasional : Meminimalkan pembentukan edema.
2) Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematous mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan
terhadap tekanan serta trauma.
3) Balik dan ubah posisi klien dengan sering.
Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.
4) Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematous.
Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.
5) Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, dan tonjolan tulang lain.
Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan
benar.
6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.

b. Menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan.


Intervensi :
1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejala perdarahan gastrointestinal
Rasional : Traktus GI paling bisa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa yang
mudah rusak dan gangguan dalam homeostasis karena sirosis.
2) Observasi adanya ptekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber.
Rasional : Adanya gangguan faktor pembekuan.
3) Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada.
Rasional : Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan kehilangan
volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut.
4) Awasi Hb/ Ht dan faktor pembekuan.
Rasional : Indikator anemia, perdarahan aktif.
5) Catat perubahan mental/ tingkat kesadaran.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder
terhadap hipovolemia, hipoksemia.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang.
Intervensi :
1) Kaji tanda vital dengan sering.
Rasional : Tanda adanya syok septik.
2) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi, terutama cuci tangan efektif.
Rasional : Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.
3) Awasi/ batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional : Klien terpajan terhadap proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder.
4) Berikan obat sesuai indikasi : antibiotik.
Rasional : Pengobatan untuk mencegah/ membatasi infeksi sekunder.
8. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi perubahan
proses pikir.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan tingkat mental/ orientasi kenyataan.
b. Menunjukkan perilaku/ pola hidup untuk mencegah/ meminimalkan perubahan mental.
Intervensi :
1) Observasi perubahan perilaku dan mental.
Rasional : Karena merupakan fluktuasi alami dari koma hepatik.
2) Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan mental klien.
Rasional : Memberikan dasar untuk perbandingan dengan status saat ini. 28
3) Pertahankan tirah baring, bantu aktivitas perawatan diri.
Rasional : Mencegah kelelahan, meningkatkan penyembuhan, menurunkan kebutuhan
metabolik hati.
4) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : amonia, elektrolit, pH, BUN, glukosa dan darah
lengkap.
Rasional : Peningkatan kadar amonia, hipokalemia, alkalosis metabolik, hipoglikemia,
anemia, dan infeksi dapat mencetuskan terjadinya koma hepatik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. KASUS
Seorang laki-Laki berumur 52 tahun dating kerumah sakit dengan keluhan perut
membesar sejak 1 bulan yang Lalu. Perut perlahan-Lahan membesar dan sekitar
seminggu yang lalu terasa keras. Pasien mengeluhkan mual muntah sejak 4 Hari
Yang Lalu. Pasien pernah muntah 5 kali sehari, Sebanyak setengah gelas
belimbing dan berwarna putih. Keluhan nafas sesak dirasakan hilang timbul
selama aktifitas dan istirahat, Tanpa keluhan nyeri dada. Terdapat pembengkakan
pada kedua kaki. Pasien pernah dirawat Di RS 6 Bulan Yang Lalu dengan
Diagnosis Hepatitis B. Ayah Pasien meninggal dengan penyakit Yang Sama.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum pasien sedang, Suhu 36,8°C, TD
110/80mmhg, Nadi 72x/Menit, Nafas 24x/Menit, BB 78kg, TB 170cm.
Pemeriksaan konjungtiva tidak anemis, Skleraikterik (+/+). Pemeriksaan thoraks
didapatkan bunyi napas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-).Pemeriksaan
Abdomen Perutcembung, Tegang, Spider Nevi (+)Dan ukuran lingkar perut87
Cm, Fluid Wave (+), Shifting Dullness(+). Pada pemeriksaan ekstremitas
Superior Dan Inferior Didapatkan adanya eritema Palmaris dan Pitting Edema.
Pasienbelum BAB Sejak 1 Minggu Yang Lalu.Terakhir BAB Sedikit,
Sebanyak±1sdm, Warna kuning kecoklatan, Lendir (-), Darah(-).BAK Lancar
dengan frekuensi 3-4 Kali/Hari, Warna kecoklatan seperti teh pekat, Nyeri
(-).Hasil Lab Hb 9,7g/Dl, LED 132mm/Jam, Leukosit 11.600/Ul, SGOT 129U/L,
SGPT 54U/L, Albumin2,1g/Dl, Globulin 4,9g/Dl, Hbsag didapatkan hasil positif.

B. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Tanggal/ jam masuk RS : 16 Agustus 2021/ 11:20 WIB
Ruang : Interne
No. Register : 0001023251
Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis
Tanggal Pengkajian : 16 Agustus 2021

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A Suami/Isteri/Ortu :
Umur : 51 tahun Nama : Ny. G

Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan : Swasta


Agama : Islam Alamat : Jl Yusuf Alakaf,
Bungo, Jambi
Suku/ bangsa : Melayu/Indonesia
Bahasa : Indonesia Penanggung : Istri
Jawab
Pendidikan : SMA Nama : Ny. G
Pekerjaan : Swasta Alamat : Jl Yusuf Alakaf,
Bungo, Jambi
Status : Menikah
Alamat : Jl yusuf alakaf,
Bungo, Jambi
2
KELUHAN UTAMA
Perut pasien membesar,mual muntah dan nafas sesak, perut membesar

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


keluhan perut membesar sejak 1 bulan yang Lalu. Perut perlahan-Lahan membesar dan
sekitar seminggu yang lalu terasa keras. Pasien mengeluhkan mual muntah sejak 4 Hari
Yang Lalu. Pasien pernah muntah 5 kali sehari, Sebanyak setengah gelas belimbing dan
berwarna putih. Keluhan nafas sesak dirasakan hilang timbul selama aktifitas dan
istirahat, Tanpa keluhan nyeri dada. Terdapat pembengkakan pada kedua kaki. Pasien
pernah dirawat Di RS 6 Bulan Yang Lalu dengan Diagnosis Hepatitis B. Ayah Pasien
meninggal dengan penyakit Yang Sama.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum pasien sedang, Suhu 36,8°C, TD
110/80mmhg, Nadi 72x/Menit, Nafas 24x/Menit, BB 78kg, TB 170cm.
Pemeriksaan konjungtiva tidak anemis, Skleraikterik (+/+). Pemeriksaan thoraks
didapatkan bunyi napas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-).Pemeriksaan Abdomen
Perutcembung, Tegang, Spider Nevi (+)Dan ukuran lingkar perut87 Cm, Fluid Wave (+),
Shifting Dullness(+). Pada pemeriksaan ekstremitas Superior Dan Inferior Didapatkan
adanya eritema Palmaris dan Pitting Edema.
Pasienbelum BAB Sejak 1 Minggu Yang Lalu.Terakhir BAB Sedikit, Sebanyak±1sdm,
Warna kuning kecoklatan, Lendir (-), Darah(-).BAK Lancar dengan frekuensi 3-4
Kali/Hari, Warna kecoklatan seperti teh pekat, Nyeri (-).Hasil Lab Hb 9,7g/Dl, LED
132mm/Jam, Leukosit 11.600/Ul, SGOT 129U/L, SGPT 54U/L, Albumin2,1g/Dl,
Globulin 4,9g/Dl, Hbsag didapatkan hasil positif.

RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Hepatitis B

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Genogram : Auah pasien meninggal dengan sakit yang sama

KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT


Tidak ada
POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Istri pasien mengatakan jika anggota keluarga ada yang sakit, terlebih dahulu akan dibawa ke
puskesmas untuk pertolongan pertama. Tapi jika hanya sakit ringan seperti demam, biasanya hanya
minum paracetamol, atau jika flu dan batuk minum obat beli di warung. Apabila minum obat warung
juga tidak sembuh maka di bawalah ke puskesmas. Seperti pasien saat ini, karena keadaannya sudah
mengkhawatirkan maka langsung di bawa ke Rumah sakit. Pasien tidak pernah meminum alkohol.
pasien adalah seorang perokok aktif. Jika dirumah pasien biasanya minum kopi 2 kali sehari
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Asupan nutrisi perawat menanyakan langsung ke keluarga mengenai riwayat pola makan di rumah
dimana pasien makan 3x/hari (pagi,siang,malam), tidak ada alergi makanan, tidak ada pantangan
makan sebelumnya, keluarga mengatakan tidak adanya keluhan dan gangguan sebelum pasien
mengalami kecelakaan.
3. Pola eliminasi
Pasien belum BAB Sejak 1 Minggu Yang Lalu.Terakhir BAB Sedikit, Sebanyak±1sdm, Warna
kuning kecoklatan, Lendir (-), Darah(-).BAK Lancar dengan frekuensi 3-4 Kali/Hari, Warna
kecoklatan seperti teh pekat, Nyeri (-).Hasil Lab Hb 9,7g/Dl, LED 132mm/Jam, Leukosit 11.600/Ul,
SGOT 129U/L, SGPT 54U/L, Albumin2,1g/Dl, Globulin 4,9g/Dl, Hbsag didapatkan hasil positif.
4. Pola aktivitas
Pasien sesak istirahat dan beraktifitas
5. Pola istirahat tidur
Pola istirahat pasien saat ini kurang dibandingkan biasanya, karena pasien pun hanya terbaring di
tempat tidur. Pasien tidur malam 7-8 jam,
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
-
7. Pola konsep diri
Penulis tidak dapat menanyakan konsep diri pasien karena pasien berada diruang ICU dan pasien
8. Pola hubungan peran
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga, dan ayah dari seorang anak. Terlihat hubungannya
dengan istrinya baik, karena istrinya selalu menungguinya setiap hari, Hubungan pasien dengan
keluarga yang lain pun baik.
9. Pola fungsi seksual-seksualitas
Tidak dikaji
10. Pola mekanisme koping
Istri pasien mengatakan selama ini apabila ada masalah pasien biasanya bercerita kepadanya, baik itu
masalah pekerjaan, ataupun masalah yang lainnya. Pasien sering bertukar pikiran dengan istrimya,.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama islam, tetapi saat ini pasien tidak dapat sholat seperti biasanya, Sebelum sakit istri
mengatakan pasien selalu melakukan sholat 5 waktu
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum :
Kesadaran : GCS :
BB sebelum sakit : - TB : 170 cm
BB saat ini : 78 kg
BB ideal : 70 kg
Perkembangan BB : Sedang
Status gizi : sedang
Status Hidrasi : Sedang

Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,80C
N : 72 x/mnt RR : 24x/mnt

2. Kepala :
-
3. Leher
I: -
4. Thorak (dada)
Pemeriksaan konjungtiva tidak anemis, Skleraikterik (+/+). Pemeriksaan thoraks didapatkan bunyi
napas vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-).
5. Abdomen
Pemeriksaan Abdomen Perutcembung, Tegang, Spider Nevi (+)Dan ukuran lingkar perut87 Cm,
Fluid Wave (+), Shifting Dullness(+). Pada pemeriksaan ekstremitas Superior Dan Inferior
Didapatkan adanya eritema Palmaris dan Pitting Edema..
6. Tulang belakang
Tidak ada kelainan pada tulang belakang, tidak ada lesi dan jejas
7. Ekstremitas
Pasien tidak bisa beraktifitas karna terdapat pembengkakan kaki
8. Genitalia dan anus
Pasien menggunakkan dower catheter, tidak ada lesi di rektum.penis, uretra, skrotum, testis,
epididimis, kanalis inguinalis dalam batas normal (DBN), tidak ada massa. Prostat tidak membesar,
tidak ada sekret yang keluar dari penis
9. Pemeriksaan neurologis

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Hasil Lab Hb 9,7g/Dl, LED 132mm/Jam, Leukosit 11.600/Ul, SGOT 129U/L, SGPT
54U/L, Albumin2,1g/Dl, Globulin 4,9g/Dl, Hbsag didapatkan hasil positif.
2. Radiologi

3. Lain-lain

TERAPI
1. Oral
-
2. Parenteral
Pasien mendapatkan cairan intravena 1 line dengan NaCl 0,9% 2000cc/24jam,
3. Lain-lain

Jambi, 16 Agustus 2021


Mahasiswa

Eka Safitri
NIM. PO71202210094

C. DIAGNOSA
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas a.Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
berhubungan dengan Ventilasi Indikator : a.Posisikan pasien untuk
Peningkatan tekanan pada 1)Respiratory rate dalam memaksimalkan
diaframa. rentang normal ventilasi; posisi semi
2)Tidak ada retraksi fowler.b.Auskultasi
dinding dada 3)Tidak bunyi napas, catat jika
mengalami dispnea saat adanya bunyinapas
istirahat tambahan.c.Atur
4)Tidak ditemukan intakecairan untuk
orthopnea mengoptimalkan
5)Tidak ditemukan keseimbangan.d.monitor
atelektasis adanya kecemasan
b.Status Pernafasan : pasien terhadap
Kepatenan Jalan Nafas oksigenasi.
Indikator :
1)Respiratory rate dalam Terapi Oksigen
rentang normal a.Bersihkan mulut,
2)Pasien tidak cemas hidung, dan sisa sekresi
3)Menunjukkan jalan nafas b.Siapkan peralatan
yang paten oksigen dan siapkan
humadifier c.Monitor
aliran oksigen
d.Pastikan penggantian
masker atau kanul sesuai
kebutuhan e.Sediakan
oksigen ketika pasien
dibawa atau
dipindahkan f.Amati
tanda-tanda
hipoventilasi

Monitor TTV a.Monitor


vital sign.b.Identifikasi
perubahan status vital
sign
c.Monitor frekuensi
nafas dan irama
pernapasan.

Manajemen Cairan
a.Monitor indikasi dari
kelebihan volume cairan
(edema, asites).
b.Nilai luas dan lokasi
edema.
c.Monitor vital sign.
d.Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkin
faktor resiko dari
ketidakseimbangan
cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).

2. Kelebihan volume cairan a.Keseimbangan Elektrolit Manajemen


berhubungan dengan penurunan dan Asam Basa Indikator : Cairana.Pertahankan
tekanan osmotik koloid. 1)Serum albumin, catatan intake dan
kreatinin, hematokrit, output yang akurat
Blood Urea Nitrogen b.Pasang urin kateter
(BUN), dalam rentang jika diperlukan
normal. c.Monitor hasil Hb yang
2)pH urine, urine sodium, sesuai dengan retensi
urine creatinin,urine cairan (BUN, Hmt,
osmolarity, dalam rentang osmolaritas urin)
normal. 3)tidak terjadi Monitor vital sign
kelemahan otot. 4)tidak e.Monitor indikasi
terjadi distritmia retensi / kelebihan
cairan f.Kaji luas dan
b.Keseimbangan Cairan lokasi edema g.Monitor
Indikator : 1)Tidak terjadi masukan makanan /
asites 2)Ekstremitas tidak cairan dan hitung intake
edema 3)Tidak terjadi kalori h.Monitor status
distensi vena jugularis nutrisi i.Kolaborasi
pemberian diuretik
sesuai interuksi
j.Kolaborasikan dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk

Monitor
Cairana.Tentukan
riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan
eliminasi b.Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan c.Monitor berat
badan d.Monitor TD,
HR dan RRe.Monitor
perubahan irama jantung
f.Catat secara akurat
intake dan output
g.Monitor tanda dan
gejala edema h.Beri
cairan sesuai keperluan
i.Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
IMPLEMENTASI EVALUASI
Mengatur posisi pasien semi fowler dengan S : -Pasien mengatakan nafas sesak sudah
menggunakan bantal dan menaiikan kepala tidak ada lagi -Pasien mengatakan perutnya
tempat tidur 45 derajat b.Mengauskultasi membesar telah berkurang karena cairan
bunyi napas, catat jika adanya bunyi napas sudah disedot
tambahan. c.Memonitor vital sign (TD, O : -Tampak asites pada perut pasien
Nadi, RR, Suhu) d.Mengidentifikasi -Intake dan outputinbalance: +1324 c
perubahan status vital sign. e.Memonitor -TTVTD : 110/70 mmHg, N: 82x/ menit
frekuensi nafas f.Memonitor indikasi dari S : 37 celcius, P : 24x/ menit -Tidak ada
kelebihan volume cairan (asites). suara nafas tambahan -Tidak tampak
g.Memberikan terapi lasix 1x 1 amp jam penggunaan otot bantu pernapasan
10.00 WIB dan Sprinolacton 2x100 P.O A : -Masalah Status pernafasan : Ventilasi
teratasi ditandai dengan Respiratory Rate
dalam rentang normal. -Masalah Status
pernapasan: kepatenan jalan nafas teatasi
ditandai dengan menujukkan jalan nafas
yang paten
P:
-Intervensi selesai
Kelebihan volume cairan berhubungan S : -Pasien mengatakan perutnya masih
dengan penurunan tekanan osmotik koloid. membesar, tagang, dan masih terasa penuh
a.Mempertahankan catatan intake dan O : -Tampak asites -Intake : minum : 400
output yang akurat b.Memonitor vital sign cc + obat injeksi 13 cc + 210 cc = 623
(TD, Nadi, RR, Suhu) c.Mengkaji luas dan -Output : 600 cc dari kateter -Intake output
lokasi asites dengan mengukur lingkar perut yang di hitung mulai dari tanggal 23-26
d.Memonitor masukan makanan mei 2017 per shift dinas –Lingkar Perut
h.Berkolaborasi pemberian diuretik sesuai sebelum disedot 82 cm -Pasien sudah
interuksi (lasix 1x 1 amp jam 10.00 WIB disedot cairan pada tanggal 22 Juni 2017
dan Sprinolacton 2x100 P.O e.Bekolaborasi sebanyak 3 liter -Lingkar Perut setelah 79
dokter jika tanda cairan berlebih muncul cm -TTVTD: 100/ 80 mmHg N: 89x/
memburuk, yaitu karena pasien sudah menit, S : 37 celcius, P : 21x/ menit
terlalu sesak dokter menyarankan untuk A : -Masalah Keseimbangan cairan belum
menyedot cairan sebanyak 3 liter teratasi ditandai dengan intake dan output
f.Menentukan kemungkinan faktor resiko cairan belum seimbang dan adanya asites.
dari ketidakseimbangan cairan dengan cara P : -Intervensi Monitor Cairan dilanjutkan
memonitor intake cairan dengan cara sebagai berikut:
a.Monitor TD, Nadi, RR, Suhu
b.Catat secara akurat intake dan output
c.Kolaborasi dalam pemberian obat
diuretik (lasix dan Sprinolacton)
-Intervensi Managemen Cairan dilanjutkan
Monitor luas dan lokasi asites dengan
mengukur lingkar perutb.
Monitor masukan makanan dan cairan
BAB IV
KESIIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan TN A peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut
1. .Hasil pengkajian pada pasien sirosis hepatis didapatkan pasien tampak ikterus,
terdapat asites. Pasien tampak sesak, letih dan hanya berbaring ditempat tidur,
semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat ruangan. Hepar teraba
membesar. Tampak spider nevi pada abdomen dan eritema palmaris. Nafsu makan
menurun dan adanya Leukopenia
2. Dalam teori masalah keperawatan yang muncul pada sirosis hepatis adalah 2
diagnosa keperawatan
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa rencana keperawatan yaitu, terapi oksigen,
managemen cairan.
4. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang
ditemukan. Berikut beberapa rencana keperawatan yaitu airway managemen,
terapi oksigen, managemen cairan, managemen nutrisi, infection control, activits
tolerance.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.Bagi Perawat HCU dn Rawat Inap Diharapkan perawat lebih memperhatikan
kondisi pasien, dan memotivasi pasien untuk menghabiskan diit yang telah
dikolaborasikan dengan ahli gizi. diharapkan melakukan pemeriksaan elektroit pada
pasien.
2.Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan hasil karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis dalam praktik
keperawatan serta dapat mengaplikaikan ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam
memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien siosis hepatis.
3, Bagi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jambi
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga tercapainya lulusan perawat yang
profesional, dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiolo

Anda mungkin juga menyukai