ABSTRAK
Teripang merupakan biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia dan diketahui
mengandung metabolit sekunder yang salah satunya berfungsi sebagai antijamur. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan golongan metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak
H.leucospilota yang berasal dari perairan pulau Lemukutan dan mendapatkan fraksi ekstrak
H.leucospilota yang paling aktif sebagai antijamur serta mengetahui kemampuan antijamurnya
terhadap jamur C. albicans. Analisis golongan metabolit sekunder menggunakan analisis
fitokimia sedangkan menentukan kemampuan bioaktivitas antijamur menggunakan metode
difusi agar. Metabolit sekunder yang diduga memiliki kemampuan sebagai antijamur adalah
saponin. Fraksi yang memiliki aktivitas antijamur C. albicans paling baik yaitu fraksi etil asetat
dengan zona bening sebesar 25,06 mm pada konsentrasi 100 g/ml. Kadar hambat minimum
(KHM) fraksi etil asetat yakni pada konsentrasi 0,005 g/ml dan pada konsentrasi 100 g/ml dan
10 g/ml memiliki aktivitas fungisidal. Fraksi etil asetat dari ekstrak H. leucospilota yang berasal
dari perairan pulau Lemukutan dapat menjadi alternatif antijamur.
Kata Kunci: Analisis fitokimia, Candida albicans, Difusi agar, Holothuria leucospilota
7
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
stirer, mikropipet, neraca analitik, oven, sorong. Selanjutnya ditentukan juga sifat
penggaris, rotary evaporator, seperangkat fungistatik dan fungisidal dengan mengambil
alat gelas dan vortex. 1 ose pada zona bening kemudian
Jamur uji yang digunakan dalam digoreskan pada SDA dan diinkubasi selama
penelitian ini adalah kultur murni jamur C. 48 jam.
albicans yang diperoleh dari Laboratorium
Kesehatan Pontianak. Media yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk isolasi, pertumbuhan jamur,
Ekstraksi
dan pengujian aktivitas antijamur adalah
Teripang H. leucospilota diperoleh dari
SDA dan SDB. Metanol, etil asetat, n
pulau Lemukutan Kalimantan Barat
heksan, DMSO (Dimethyl Sulfoxide) dan
berwarna hitam dan memiliki tentakel, bintil
Ketokonazole. Pereaksi Liebermann-
pada seluruh bagian tubuhnya, berlendir dan
Burchard, Pereaksi Mayer dan Wagner,
memiliki getah putih, dengan rata-rata
FeCl3, Serbuk Mg, HCl 2N dan aquadest.
memiliki panjang 25-35 cm. Sampel teripang
yang didapatkan kemudian dibersihkan isi
b. Metode
perutnya untuk menghindari pembusukan
Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi
akibat mikroba yang terdapat pada bagian isi
dua tahap. Penelitian tahap I, mengekstrak
perut teripang. Kemudian dipotong kecil-kecil
metabolit sekunder H. leucospilota. Tahapan
dan dihaluskan untuk mempermudah proses
dari proses ekstraksi adalah merendam H.
ekstraksi sehingga didapatkan berat
leucospilota mencuci dan membersihkan isi
bersihnya sebanyak 10 kg.
perut H. leucospilota, memotong motong
Selanjutnya dilakukan maserasi dengan
daging H. leucospilota kemudian dikering
pelarut metanol untuk menarik metabolit
anginkan, dimaserasi dengan pelarut
yang terdapat pada ekstrak. Metanol
metanol selama 24 jam dan di pisahkan
memiliki sifat yang sangat baik dalam
antara filtrat dan residunya kemudian residu
melarutkan metabolit dari sampel, metanol
di rendam kembali dengan metanol dan di
dapat pemecahan dinding dan membran sel
lakukan berkali-kali hingga warna residu
akibat perbedaan tekanan didalam dan di
menjadi pucat. Filtrat kemudian dievaporasi
luar sel. Sehingga metabolit yang ada dalam
menggunakan rotary evaporator dengan
sitoplasma akan larut dalam pelarut metanol
suhu 40oC. Kemudian ekstrak kasar dipartisi
dan metabolit akan terekstraksi sempurna
dengan etil asetat dan n-heksan. Filtrat hasil
(Darwis, 2000). Maserasi dilakukan
partisi (fraksi metanol, fraksi etil asetat dan
berulang-ulang hingga warna dari sampel
fraksi n-heksan) di pekatkan dengan rotary
menjadi pucat. Warna sampel akan semakin
evaporator dengan suhu 40oC. Uji
pucat dikarenakan metabolit didalamnya
kandungan bioaktif mengacu pada metode
akan terlarut oleh pelarut yang digunakan.
skrining fitokimia yaitu menguji keberadaan
Filtrat yang telah didapatkan kemudian
senyawa alkaloid, flavonoid, saponin,
dipekatkan dengan rotari evaporator
steroid, dan triterpen pada setiap fraksi.
menggunakan suhu 30-40o C. Ekstrak kasar
Penelitian tahap II, pengujian aktivitas
H. leucospilota didapatkan sebanyak 565,86
antijamur dari ekstrak H. leucospilota.
g dengan persentase rendemennya sebesar
Dilakukan uji aktivitas antijamur setiap fraksi
5,66%.
menggunakan metode sumur difusi agar
yang sebelumnya masing-masing ekstrak Fraksinasi
dan fraksi dilarutkan dengan DMSO, uji Fraksinasi dilakukan dengan cara partisi
kontrol negatif menggunakan DMSO dan menggunakan pelarut n-heksan dan etil
kontrol positif menggunakan ketokonazole asetat. Sehingga didapatkan fraksi metanol,
2%. Inkubasi dilakukan selama 24-48 jam, etil asetat dan n-heksan. Selanjutnya kedua
zona hambat di sekitar sumur diukur fraksi tersebut dipekatkan dengan rotary
menggunakan jangka sorong. Fraksi yang evaporator sehingga didapatkan ekstrak
memiliki aktivitas antijamur kemudian pekat fraksi methanol, etil asetat dan n-
ditentukan kadar hambat minimumnya heksan. Adapun hasil fraksinasi yang
(KHM) dengan konsentrasi 100; 10; 1; 0,1; didapatkan pada Tabel 1:
0,01; 0,005; dan 0,001 g/ml, Inkubasi
dilakukan selama 24-48 jam, zona hambat di
sekitar sumur diukur menggunakan jangka
8
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
Keterangan:
A : Ekstrak Kasar
B : Fraksi Metanol
C : Fraksi Etil asetat
D : Fraksi n-heksan
E : Kontrol Positif
F : Kontrol Negatif
Gambar 1. Daya hambat antijamur ekstrak H. leucospilota terhadap jamur C. albicans
9
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
Dari pengujian tersebut didapatkan hasil Metabolit lain yang didapatkan dan
pengujian daya hambat antijamur sebagai memiliki kemampuan yang baik sebagai
berikut: antijamur berikutnya ialah saponin. Saponin
merupakan golongan metabolit yang dapat
Tabel 3. Aktivitas Hambat Antijamur ekstrak menghambat atau membunuh C. albicans
H. leucospilota terhadap jamur C. albicans dengan cara menurunkan tegangan
Larutan Uji
Diameter zona bening (mm) permukaan membran sterol dari dinding sel
Sumur I Sumur 2 Rata-Rata C. albicans, sehingga permeabilitasnya
EK (100 g/ml) 13,42 13,38 13,40 meningkat. Permeabilitas yang meningkat
FM (100 g/ml) 22,24 22,09 22,17 mengakibatkan cairan intraseluler yang lebih
FE (100 g/ml) 24,96 25,16 25,06 pekat tertarik keluar sel sehingga nutrisi, zat-
FN (100 g/ml) 0 0 0
zat metabolisme, enzim, protein dalam sel
KP (2%) 27,35 27,00 27,17
KN (10%) 0 0 0 keluar dan jamur mengalami kematian
Keterangan: EK : ekstrak kasar (Hardiningtyas, 2009).
FM : fraksi metanol Menurut Zhang et al. (2006) saponin
FE : fraksi etil asetat dihasilkan sebagai salah satu bentuk
FN : fraksi n-heksan mekanisme pertahanan diri secara kimiawi,
KP : kontrol positif
KN : kontrol negatif juga diyakini memiliki efek biologis, termasuk
diantaranya sebagai antijamur. Jawahar et
Hasil daya hambat ekstrak al. (2002) menambahkan, saponin dari laut
H.leucospilota terhadap C. albicans misalnya holothuria memiliki aktivitas
(Tabel 3) menunjukkan bahwa dari 4 hemolitik yang lebih besar bila dibandingkan
dengan saponin yang berasal dari darat
larutan uji yang diujikan terdapat 3 jenis
seperti tanaman.
larutan uji yang menunjukkan potensi Selain triterpenoid dan saponin,
antijamur yaitu ekstrak kasar, fraksi flavonoid juga memiliki kemampuan sebagai
metanol dan etil asetat, sedangkan fraksi antijamur. Menurut Pelczar dan Chan (1988)
n-heksan tidak memiliki kemampuan flavonoid merupakan senyawa fenolik.
untuk menghambat jamur C. albicans. Senyawa fenol bersifat dapat merusak
Apabila dibandingkan hasil tersebut membran sel sehingga terjadi perubahan
dengan hasil analisis fitokimia terlihat permeabilitas sel yang dapat mengakibatkan
bahwa ketiga larutan uji tersebut memiliki terhambatnya pertumbuhan atau matinya
kesamaan metabolit yang terkandung sel. Cowan, (1999) menambahkan bahwa
didalamnya, yaitu triterpenoid, saponin senyawa fenol yang terdapat pada flavonoid
juga dapat mendenaturasi protein sel dan
dan flavonoid. Metabolit tersebut diduga
mengerutkan dinding sel sehingga dapat
memiliki aktivitas sebagai antijamur. melisiskan dinding sel jamur. Selain itu,
Menurut beberapa hasil penelitian senyawa fenol melalui gugus hidroksi yang
menunjukkan senyawa turunan terpenoid akan berikatan dengan gugus sulfihidril dari
memiliki aktivitas sebagai antimikroba protein jamur sehingga mampu mengubah
yaitu monoterpenoid linalool, diterpenoid, konformasi protein membran sel target yang
saponin dan triterpenoid glikosida mengakibatkan pertumbuhan sel jamur
(Gunawan, 2007). Bordbar et al. (2011) terganggu bahkan dapat mengalami
juga menyebutkan bahwa teripang kematian.
banyak mengandung glikosida terutama Hasil dari Tabel 3 menunjukkan terdapat
saponin yang terbukti memiliki aktivitas 3 jenis larutan uji yang memiliki aktivitas
sebagai antijamur yaitu ekstrak kasar, fraksi
antijamur dan antitumor. Menurut Ajizah
metanol dan etil asetat. Kemampuan
(2004), triterpenoid dapat menghambat antijamur tersebut berhubungan dengan
pertumbuhan dan membunuh mikroba metabolit yang terkandung didalamnya. Hasil
dengan mengganggu proses analisis fitokimia (Tabel 2) menunjukkan
terbentuknya membran atau dinding sel, ketiga larutan uji tersebut (ekstrak kasar,
sehingga membran atau dinding sel fraksi metanol dan etil asetat) memiliki
terbentuk tidak sempurna bahkan dapat kesamaan metabolit yang terkandung
tidak terbentuk. didalamnya yaitu triterpenoid, saponin dan
flavonoid. Sedangkan fraksi n-heksan juga
10
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
Keterangan: A : Konsentrasi 100 g/ml D : Konsentrasi 0,1 g/ml G : Konsentrasi 0,005 g/ml
B : Konsentrasi 10 g/ml E : Konsentrasi 0,01 g/ml H : Konsentrasi 0,001 g/ml
C : Konsentrasi 1 g/ml F : Kontrol Positif
Gambar 2. Kadar Hambat Minimum Fraksi Etil Asetat Ekstrak H.leucospilota terhadap jamur C.
albicans
11
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
Hasil yang didapatkan dari Tabel 5 Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan
menunjukkan fraksi etil asetat pada kemampuan hambat (fungistatik) dan
konsentrasi 100; 10 1; 0,1; 0,01 dan 0,005 kemampuan bunuh (fungisidal) pada tabel 6
g/ml memiliki kemampuan menghambat berikut ini:
C.albicans, sedangkan pada konsentrasi
0,001 g/ml tidak terbentuk zona bening yang Tabel 6. Hasil Uji Fungistatik dan Fungisidal
artinya pada konsentrasi tersebut tidak Fraksi Etil Asetat Ekstrak H. leucospilota
memiliki kemampuan sebagai antijamur. terhadap jamur C. albicans
Sehingga KHM dari fraksi etil asetat terdapat Konsentrasi Pertumbuhan Penentuan
pada konsentrasi 0,005 g/ml. Pengujian One (g/ml) C. albicans sifat antijamur
Way ANOVA dilakukan menggunakan 100 Tidak tumbuh Fungisidal
tingkat keyakinan 95% dan α sebesar 5%. 10 Tidak tumbuh Fungisidal
Hasil pengujian One Way ANOVA 1 Tumbuh Fungistatik
menunjukkan perbedaan yang signifikan dari 0,1 Tumbuh Fungistatik
diameter zona bening yang terbentuk pada 0,01 Tumbuh Fungistatik
tiap konsentrasi. Hasil tersebut menunjukkan 0,005 Tumbuh Fungistatik
kemampuan daya hambat antijamur
tergantung besarnya konsentrasi, semakin Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui
besar konsentrasi dari larutan uji, maka bahwa fraksi etil asetat pada konsentrasi
semakin besar pula kemampuan untuk 100 g/ml dan 10 g/ml memiliki sifat fungisidal
menghambat C. albicans. yang artinya memiliki kemampuan untuk
membunuh C. albicans, sedangkan
konsentrasi yang lebih kecil dibandingkan
12
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
13
JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 7-14 ISSN 2303-1077
14