Anda di halaman 1dari 12

BAB III

ISOTERM ADSORBSI

3.1. Tujuan Percobaan


Menentukan pengaruh lama pengocokan terhadap jumlah adsorbat yang diserap
pada proses adsorbsi asam klorida (HCl) dengan karbon aktif.
3.2. Tinjauan Pustaka
Adsorpsi merupakan suatu fenomena permukaan dengan terjadinya akumulasi
suatu spesies pada batas permukaan padatan-fluida. Adsorpsi dapat terjadi karena gaya
tarik menarik secara elektrostatis maupun gaya tarik menarik yang diperbesar dengan
ikatan koordinasi hidrogen atau ikatan Van der Waals.
Tabel 3.1. Perbedaan adsorbsi fisik dan kimia
No Adsorbsi Fisik (physorption) Absorbsi Kimia (chemisorption)
1. Terjadi jika adsorbat dan Terjadi jika molekul adsorbat
permukaan adsorben berikatan terikat dengan suatu reaksi kimia
hanya dengan ikatan Van der dengan permukaan adsorben
Waals
2. Molekul adsorbat terikat lemah Karena adanya ikatan kimia yang
dan panas adsorpsinya rendah terputus dan terbentuk selama
proses, maka panas adsorpsinya
hampir sama dengan panas reaksi
kimia
(Sembodo, 2005).
Adsorbat adalah zat (molekul, atom, atau ion) yang diserap sedangkan adsorben
adalah zat yang menyerap (Rahmawati, 2013). Beberapa adsorben yang dapat
digunakan dalam penanganan limbah adalah serbuk gergaji, hasil samping pertanian,
limbah industri makanan, bakteri, miroalga, kitosan, dan rumput laut (Kusuma, 2014).
Isoterm adsorpsi (adsorption isotherm) ialah hubungan keseimbangan antara
konsentarasi dalam fase fluida dan konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu
tertentu. Untuk gas, konsentrasi itu biasanya dinyatakan dalam persen mol atau tekanan
bagian. Untuk zat cair, konsentrasi itu biasanya dinyatakan dalam satuan massa, seperti
bagian per sejuta (parts per million, ppm). Konsentrasi adsorbat pada zat padat
dinyatakan sebagai massa yang teradsorpsi per satuan massa adsorben semula (McCabe,
1999).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi yaitu :
1. Proses pengadukan
Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion juga
dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil maka adsorbant
sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film diffusion yang
merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan penyerapan. Dan jika
pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion sampai titik pore diffusion yang
merupakan faktor pembatas dalam sistem batch dilakukan pengadukan yang tinggi.
2. Karakteristik Adsorbant
Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu energi permukaan dan gaya
tarik permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran partikel dan luas permukaan
merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan digunakan sebagai adsorben.
3. Kelarutan Adsorbant
Proses adsorpsi terjadi pada molekulmolekul yang ada dalam larutan harus dapat
berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan adsorben. Sifat unsur
yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik terhadap cairannya yang lebih kuat bila
dibandingkan dengan unsur yang sukar larut. Dengan demikian unsur yang terlarut akan
lebih sulit terserap pada adsorben bila dibandingkan dengan unsur yang tidak larut
(Asip, 2008).
Secara garis besar beberapa syarat adsorben adalah
a. Memiliki luas permukaan yang tinggi yang juga ditunjukan oleh volume pori yang
tinggi
b. Memiliki jejaring pori yang memungkinkan transport moleku adsorbat
c. Dapat melepaskan molekul teradsorpsi melalui proses sesorpsi
d. Dapat diregenerasi dengan mudah (Fatimah, 2014).
Macam- macam adsorben antara lain:
1. Karbon aktif
Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk mendapatkan
daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori
pori dan luas permukaan (Prabarini).
Karbon aktif merupakan karbon amorf dari pelat-pelat datar disusun oleh atom-
atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar dengan satu atom
C pada setiap sudutnya yang luas permukaan berkisar antara 300 m2/g hingga 3500 m2/g
dan ini berhubungan dengan struktur pori internal sehingga mempunyai sifat sebagai
adsorben (Jamilatun, 2014).

Gambar 3.1. Gambar butiran karbon aktif


2. Silika gel
Silika gel merupakan salah satu adsorben yang paling sering digunakan dalam
proses adsorpsi. Hal ini dikarenakan silika gel mudah diproduksi dan memiliki struktur
pori dan sifat kimia pada permukaan yang dapat dengan mudah dimodifikasi (Fithri,
2013).

Gambar 3.2. Gambar butiran silika gel


3. Zeolit
Zeolit merupakan sekelompok mineral yang terdiri dari oksida rangkap Al2O3,
SiO2, Fe2O3, CaO, dan MgO. Mineral ini banyak terdapat di dalam batuan sedimen,
terutama kristal dari kelompok aluminium dan silikat.
Zeolit dapat memisahkan molekul gas atau zat lain dari suatu campuran tertentu
karena mempunyai ruang hampa yang cukup besar dengan garis tengah yang
bermacam- macam berkisar antara 2Ǻ hingga 8Ǻ, tergantung dari jenis zeolit (Said,
2008).

Gambar 3.3. Gambar butiran zeolit


Proses adsorpsi digambarkan dengan persamaan isoterm adsorpsi. Isoterm
adsorpsi menggambarkan proses disribusi adsorbat di antara fase cair dan fase padat.
Dalam isoterm adsorpsi proses tersebut digambarkan dengan sebuah persamaan atau
rumus. Isoterm adsorpsi yang umum digunakan adalah isoterm Freundlich dan isoterm
Langmuir.
Isoterm Freundlich didasarkan pada terbentuknya lapisan tunggal molekul
(monolayer) dari molekul adsorbat di permukaan adsorben. Selain itu, persamaan
isoterm Freundlich menjelaskan bahwa permukaan adsorben bersifat heterogen yang
memiliki makna bahwa setiap gugus aktif di permukaan adsorben memiliki kemampuan
mengadsorpsi yang berbeda-beda (Kusuma, 2014).
Persamaan isotherm Freundlich sering digunakan dalam penetapan praktis karena
umumnya memberikan korelasi yang memuaskan. Persamaannya adalah:
x
= kC1/n .........................................................................(3.1)
m
dengan:
x : banyaknya zat terlarut yang teradsorpsi (mg)
m : massa dari adsorben (mg)
C : konsentrasi dari adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan
k,n : konstanta adsorben.
Isotherm adsorpsi Langmuir untuk sistem komponen tunggal dinyatakan:
q KCe
q e= ...................................................................(3.2)
KCe + 1
dengan:
qe : jumlah adsorbat terserap / berat adsorben pada kesetimbangan (mek/g)
qo : kapasitas penyerap maksimum pada permukaan / berat padatan (mek/g)
K : konstanta kesetimbangan (L/mek)
Ce : konsentrasi pada kesetimbangan (mek/L) (Langenati, 2012).
Pemurnian minyak goreng bekas menggunakan adsorben arang aktif dari sabut
kelapa. Arang aktif dari sabut kelapa dapat menurunkan bilangan Peroksida (PV) dan
warna gelap minyak goreng bekas dari minyak kelapa sawit (Hartini, 2011).
3.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- Rumus kimia : H2O
- Berat molekul : 18,02 g/mol
- pH :7
- Bentuk fisik : cair
- Titi lebur : 0 oC (32 oF)
- Titik didih : 100 oC (212 oF)
- Densitas : 1 g/cm3
B. Asam klorida
- Rumus kimia : HCl
- Berat molekul : 36,46
- pH :<1
- Bentuk fisik : cair
- Titik lebur : -43 °C (-45,4 °F)
- Titik didih : 84°C (183,2 °F)
- Densitas : 1,19 g/cm3
C. Asam oksalat
- Rumus kimia : H2C2O4.2H2O
- Berat molekul : 90,04 g/mol
- pH : kira- kira 1
- Bentuk fisik : cair
- Titik lebur : 189,5 °C (373,1 °F)
- Titik didih : 149 °C – 160 °C
- Densitas : 1,65 g/cm3
D. Indikator Phenolptalein
- Rumus kimia : C20H14O4
- Berat molekul : 318,33 gram/mol
- pH :7
- Bentuk fisik : cair
- Titik lebur : -114,1°C (-173,4°F)
- Titik didih : 78,5°C (173,3°F)
- Densitas : 1,299 g/ cm3
E. Karbon aktif
- Rumus kimia :C
- Berat molekul : 12,01 g/mol
- pH :
- Bentuk fisik : padat
- Titik lebur : 6810 °C (6332 °F)
- Titik didih : 3500 °C (12290 °F)
- Densitas : 1,8 – 2,1 g/cm3
F. Natrium hidroksida
- Rumus kimia : NaOH
- Berat molekul : 40 g/mol
- pH : 13,5
- Bentuk fisik : padat
- Titik lebur : 323 °C (613,4 °F)
- Titik didih : 1388 °C (2530,4 °F)
- Densitas :
3.4. Alat dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
- batang pengaduk - Aquadest (H2O)
- Beakerglass - asam klorida (HCl)
- botol aquadest - asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
- buret - indikator phenolphtalin (C20H14O4)
- corong kaca - karbon aktif
- Erlenmeyer - natrium hidroksida (NaOH)
- gelas arloji
- karet penghisap
- kertas saring
- labu ukur
- neraca
- pipet tetes
- pipet volume
- statif dan klem
- Stopwatch
- Waterbath shaker
3.5. Prosedur Percobaan
A. Aktivasi karbon
- Mengayak karbon aktif sampai berat karbon aktif ± 15 gram
- Letakkan didalam cawan kecil, lalu masukkan ke dalam oven pada suhu 250°C
- Diamkan selama 3 jam.
B. Preparasi larutan
- Buat larutab asam klorida 0,2 N sebanyak 500 mL
- Buat larutan natrium hidroksida 0,1 N sebanyak 50 mL
- Buat larutan asan oksalat 0,1 N sebanyak 50 mL.
C. Standardisasi larutan natrium hidroksida dengan larutan standar asam oksalat
- Pipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan tambahakan
indikator fenolftalein 3 tetes
- Standardisasi dengan larutan natrium hidroksida sampai warna larutan berubah
dari tidak berwarna menjadi merah muda, dan ulangi percobaan sampai 3 kali.
D. Pengerjaan contoh
- Timbang 1 gram karbon aktif, masukkan ke dalam Erlenmeyer, lakukan
sebanyak 6 kali
- Tambahkan 50 mL larutan HCl 0,2 N padaasing-masing Erlenmeyer, kemudian
tutup Erlenmeyer tersebut dan kocok selama 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit
- Sering tiap larutan dengan menggunakan kertas saring
- Pipet 10 mL dari tiap larutan lalu titrasi dengan larutan standard NaOH 0,1 N
dengan menggunakan indikator fenolftalein.
3.6. Data Pengamatan
A. Standardisasi NaOH dengan asam oksalat
No. Volume Asam Oksalat (mL) Volume NaOH (mL)
1. 10 mL 11,0 mL
2. 10 mL 11,3 mL
3. 10 mL 11,4 mL
B. Volume titrasi NaOH
Volum Normalitas HCl (N)
Bobot Arang Wakt Volume
No. e NaoH Setelah
Aktif (gram) u (menit) HCl (mL) Awal
(mL) Titrasi
1. 1 5 50 10,5 0,2000 0,01869
2. 1 10 50 11,8 0,2000 0,021004
3. 1 15 50 14,0 0,2000 0,02492
4. 1 20 50 14,2 0,2000 0,025276
5. 1 25 50 14,9 0,2000 0,026522
6. 1 30 50 15,4 0,2000 0,027412
3.7. Grafik

Gambar 3.1. Grafik hubungan antara t dengan x


Gambar 3.2. Grafik hubungan antara t dengan C

x
log
Gambar 3.3. Grafik hubungan antara m dengan log C
3.8. Pembahasan
- Preparasi larutan, memipet asam klorida 32% 0,2 N dan melarutakan dengan
aquadest dalam labu ukur sampai tanda batas, menimbang natrium hidroksida
0,1 N sebanyak 2 gram dan melarutkan dengan aquadest dalam labu ukur
sampai tanda batas. Menimbang asam oksalat sebanyak 0,315 gram dan
melarutan dengan aquadest dalam labu ukur sampai tanda batas
- Standardisasi larutan natrium hidroksida dan larutan standard asam oksalat,
dimana memipet larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan titik akhir
titrasi ditandai dengan berubahnya larutan dari tidak berwarna menjadi merah
muda pada Erlenmeyer yang diberi indikator phenolplatein 3 tetes
- Menimbang 1 gram karbon aktif sebanyak 6 kali, setelah itu masukkan ke
dalam Erlenmyer, tambahkan asam klorida 0,2 N ke dalam masing-masing
Erlenmeyer, kemudian tutup Erlenmeyer tersebut dan kocok dengan waterbath
shacker dengan variabel waktu. Setelah itu saring dengan kertas saring dan di
dapat asam klorida jernih. Kemudian memipet larutan asam klorida yang telah
di saring ke dalam Erlenmeyer dan selanjutnya titrasi dengan lauran standard
natrium hidroksida 0,1 N dan titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya
larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda pada Erlenmeyer yang diberi
indikator phenolplatein 12 tetes
- Lama pengocokkan dengan waktu yang bervariasi yakni, 5, 10, 15, 20, dan 30
menit, hubungan waktu dengan kapasitas adsorbat adalah semakin lama waktu
pengadukan maka kontak antara partikel akan semakin lama, sehingga
kapasitas adsorbat juga akan semakin meningkat
- Semakin lama waktu pengadukan makan semakin besar volumenya
- Adsorbat adalah zat (molekul, atom, atau ion) yang diserap, yang bertindak
sebagai adsorbat adalah larutan asam klorida, sedangkan adsorben adalah zat
yang menyerap, yang bertindak sebagai adsorben adalah karbon aktif, dimana
karbon aktif menyerap asam klorida.
3.9. Kesimpulan
Dalam proses isoterm adsorbsi waktu yang di gunakan untuk menetukan
lamanya pengocokan terhadap adsorbant yang diserap pada proses adsorbsi asam
klorida dengan karbon aktif bervariasi yakni: 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit,
dengan memakai asam klorida sebagai adsorbat dan karbon aktif sebagai adsorben
dimana semakin lama waktu pengocokan maka semakin banyak asam klorida
yang diserap pada proses adsorbsi karena konsentrasi asam klorida semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Asip, Faisol. dkk. 2008. Uji Efektifitas Cangkang Telur dalam Mengadsorbsi Ion Fe
dengan Proses Batch. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya. (Diakses pada 26 Mei 2016).
Fatimah, Is. 2014. Adsorpsi dan Katalis Menggunakan Material Berbasis Clay.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fithri, Lailatul., dan Amaria. 2013. Penentuan Kapasitas Adsorpsi Ion Sianida (CN-)
Pada Hibrida Amino Silika Terimpregnasi Besi (III). Jurusan Kimia FMIPA-
Universitas Negeri Surabaya. (Diakses pada 24 Mei 2016).
Hartini, Y. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari Sabut
Kelapa. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta (Diakses pada 28 Mei 2016).
Jamilatun, Siti. dkk. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan
Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Program Studi Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. (Diakses pada 30 Mei
2016).
Kusuma, I Dewa Gede Dwi Prabhasastra. dkk. 2014. Isoterm Adsorpsi Cu2+ oleh
Biomassa Rumput Laut Eucheuma Spinosum. Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. (Diakses pada 23 Mei
2016).
Langenati, Ratih. 2012. Pengaruh Jenis Adsorben Dan Konsentrasi Uranium Terhadap
Pemungutan Uranium Dari Larutan Uranil Nitrat. Pusat Teknologi Bahan Bakar
Nuklir, Batan, Serpong. (Diakses pada 27 Mei 2016).
McCabe, W. L., Smith, J. C., Harriott, P. 1999. Operasi Teknik Kimia Edisi Keempat
Jilid 2. Jakarta. Erlangga.
Prabarini, Nunik.,dan Okayadnya, DG. Penyisihan Logam Besi (Fe) pada Air Sumur
dengan Karbon Aktif dari Tempurung Kemiri. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jatim.(Diakses pada 25 Mei 2016).
Rahmawati, Esty., dan Yuanita, Leny. 2013. Adsorpsi Pb2+ oleh Arang Aktif Sabut
Siwalan (Borassus flabellifer). Jurusan Kimia FMIPA, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya. (Diakses pada 23 Mei
2016).
Said, Muhammad. dkk. 2008. Aktifasi Zeolit Alam Sebagai Adsorbent pada Adsorpsi
Larutan Iodium. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
(Diakses pada 26 Mei 2016).
Sembodo, Bregas S T. 2005. Isoterm Kesetimbangan Adsorpsi Timbal Pada Abu Sekam
Padi. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS. (Diakses pada 23 Mei 2016).

Anda mungkin juga menyukai