PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang mempunyai spekturm
yang sangat luas dan komplek. Setiap 11 menit ada 1 orang penduduk dunia yang
meninggal karena kanker, setiap 3 menit ada satu pasien kanker baru. Kanker Serviks
disebut juga “silent cancer” karena perkembangan kanker ini sangat sulit dideteksi.
Perjalanan dari infeksi virus menjadi kanker membutuhkan waktu yang cukup lama,
sekitar 10-20 tahun. Kanker serviks adalah salah satu masalah kesehatan terkemuka
yang mencolok bagi perempuan di seluruh dunia dengan perkiraan 529.409 kasus
baru dan 89% di negara-negara berkembang.
Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan
prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8%
dan kanker payudara sebesar 0,5%. Menurut Price dan Wilson (2006) terdapat
beberapa faktor yang berkaitan dengan dengan kanker payudara yaitu usia, lokasi
geografis dan ras, status pernikahan, paritas, riwayat menstruasi, riwayat keluarga,
bentuk tubuh, penyakit payudara lain, terpajan radiasi, dan kanker primer kedua.
Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan atau
massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari punting payudara, timbulnya kelainan
kulit seperti kemerahan pada daerah sekitar payudara.
Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan
pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan.
Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang
cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh
karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala sebagai upaya
pencegahan dan deteksi dini kanker.Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan
payudara di Indonesia idealnya diimbangi dengan tingginya jumlah provider
(pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan) dan skrining di
Puskesmas.
Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-
orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan.
Skrining kanker payudara di Puskesmas Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan
dengan Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan
dengan tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2013), prevalensi kanker tertinggi pada perempuan, juga data A di Rumah
Sakit di Indonesia menunjukkan kasus kanker payudara tertinggi 12.014 orang
(28,7%), menyusul kanker serviks 4342 orang (10,4%). Di Kalimantan Timur,
khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS)
Samarinda, tahun 2014 tercatat 10 macam penyakit kanker pada 750 pasien rawat
inap, tertinggi kanker payudara sebanyak 216 orang, dan data bulan Agustus hingga
Desember 2014 saja, tercatat 55 orang pasien baru dengan kanker payudara yang di
rawat di ruang kemoterapi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia
memiliki angka penderita kanker servis dan payudara yang cukup tinggi dan
pelaksananaan skrinning kesehatan kepada para wanita secara rutin dan merata ke
setiap lapisan masyarakat. Sehingga dapat di rumuskan masalah kali ini yaitu
“Bagaimana pelaksanaan skrining kesehatan pada wanita untuk mendeteksi dini
munculnya kanker servis dan payudara agar bisa mencegah terhadinya kanker serviks
dan payudara?”.
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mendeteksi dini potensi terjadinya kanker serviks
dan payudara pada wanita dengan skrinning kesehatan untuk mencegah terjadinya
kanker dan menekan angka kasus di wilayah Kalimantan Timur.
2) Tujuan Khusus
a) Mengetahui keefektifan program skrinning kesehatan untuk mencegah
kanker servis dan payudara.
b) Mengetahui penyebab dan faktor-faktor penyebab terjadinya kanker
servis dan payudara.
c) Mengetahui pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang skrinning
kesehatan dan tentang SADARI,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Perempuan perokok dan perokok pasif. Perempuan perokok berisiko 2.5 kali lebih
besar, sedangkan perokok pasif risikonya 1.4 kali lebih besar.
Berikut tanda-tanda yang harus Anda perhatikan:
Penapisan
Ada beberapa metode yang dikenal untuk melakukan penapisan kanker leher rahim.
Tujuan penapisan untuk menemukan prakanker. lesi Beberapa metode itu antara lain:
a. Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA) Pemeriksaan dengan cara
mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah
dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan
menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto d. white epitelium.
b. Pemeriksaan Sitologi (Papanicolaou/ tes Pap) Merupakan suatu prosedur
pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan sitopatologi, yang dilakukan
dengan tujuan untuk menemukan perubahan morfologis dari sel-sel epitel
leher rahim yang ditemukan pada keadaan prakanker dan kanker.
Inspeksi Visual dengan Asam Cuka (IVA)
Pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka (IVA) berarti melihat
leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan
asam asetat atau cuka (3–5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan
batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher
rahim mungkin memiliki lesi prakanker. IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk
fasilitas dengan sumberdaya sederhana dibandingkan dengan jenis penapisan lain
karena:
a. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan;
b. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk penapisan
kanker leher rahim;
c. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua
jenjang sistem kesehatan;
d. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai
penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan);
e. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah didapat
dan tersedia
f. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan yang tidak
bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai lesi prakanker
Peralatan dan Bahan Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA peralatan yang
biasa tersedia di klinik atau poli KIA berikut:
1) Meja periksa gynekologi dan kursi
2) Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan leher rahim
3) Spekulum graves bivalved (“cocor bebek”)
4) Nampan atau wadah alat
5) Sarana pencegahan infeksi
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Estimasi
International Agencies for Research on Cancer (IARC) tahun 2005, kasus baru di
Indonesia sekitar 26 per 100.000 perempuan setiap tahun, sebagian besar ditemukan
sudah dalam stadium lanjut (>50%).
Sampai saat ini patofisiologi kanker payudara masih belum diketahui secara
pasti, sehingga upaya deteksi dini yang dilakukan hanya bertujuan untuk menemukan
penderita kanker pada stadium yang masih rendah (down staging) dan presentase
kemungkinan untuk dapat disembuhkan tinggi. Kegiatan deteksi dini kanker payudara
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di puskesmas yang disebut dengan
pemeriksaan payudara klinis (CBE=Clinical Breast Examination) yang diikuti dengan
pengajaran cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dengan cara
yang benar.
Faktor Risiko
Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan, tetapi
banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan
dengan peningkatan risiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara.
Faktor-faktor itu disebut faktor risiko. Perlu diingat, apabila seseorang perempuan
mempunyai faktor risiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita
kanker payudara, tetapi kemungkinannya faktor risiko tersebut akan meningkatkan
untuk terkena kanker payudara. Banyak mempunyai satu atau beberapa faktor risiko
2) perempuan tidak akan hidupnya.
Deteksi Dini
Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga diharapkan dapat
diterapi dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar
untuk sembuh.Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat
dideteksi pada stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang
cukup tinggi (80-90%).
Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi, karena sumber daya di
negaranagara itu cukup memadai untuk melakukan program tersebut, sedangkan di
negara berkembang seperti Indonesia, penapisan secara massal dengan USG dan
mamografi belum memungkin untuk dilakukan. Oleh karena itu pemeriksaan klinis
payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang dikuti dengan promosi dan edukasi
tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker payudara bila
ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan meningkatkan
kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih lama) sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan yaitu
menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
payudara.
A. Khalayak Sasaran
Sasaran pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat umum yang
berada di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
B. Metode Kegiatan
Pengabdian yang dilaksanakan dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pemeriksaan IVA dan Sadanis
Pendidikan Kesehatan dilakukan melalui metode ceramah dan demonstrasi yang
dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab. Adapun kegiatan terbagai dalam 3 (tiga)
bagian yaitu :
1. Penyuluhan mengenai Kanker Serviks dan Kanker Payudara
2. Penyuluhan mengenai Pemeriksaan IVA
3. Penyuluhan mengenai Sadanis
4. Testimoni Cancer Survivor
C. Waktu dan Tempat Kegiatan
a. Waktu
Pelaksanaan pengabdian masyarakat adalah pada hari yang telah ditentukan
(jadwal terlampir).
b. Tempat
Pengabdian masyarakat dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Samarinda.
D. Sarana dan Alat
Sarana dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah AVA,
Asam asetat, Kapas lidi, Hand Scoon,Albothyl,Baterai,Betadine,Kasa
Steril,Kapas (vulva hygiene), Klorin,Under Pad,Sabun Cuci Tangan,Plastik
Sampah,Bayclin,Lisol,Tissue,Spekulum,Senter,Selimut,Handuk,Sterilisator,
Tensimeter, Timbangan dan alat ukur tinggi badan, pita LiLA.
E. Keterkaitan
Kegiatan ini merupakan aplikasi ilmu di bidang kesehatan dalam melaksanakan
salah satu Tri Dharma Perguruan tinggi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
melakukan kerjasama dengan Dharma Wanita Poltekkes Kemenkes Kalimantan
Timur. Kegiatan ini mampu meningkatkan peran Poltekkes Kemenkes Kaltim
dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat.
F. Evaluasi
Kegiatan diharapkan diikuti oleh minimal 85% sasaran.
G. Jadwal Pelaksanaan
Adapun tanggal dan rincian kegiatan adalah sebagai berikut :
Hari, Tanggal Waktu Jadwal Acara
Kamis, 19 Agustus 08.00-09.30 WITA Menemui Kepala Perkenalan &
2021 Rumah Sakit Umum Penyampain
Daerah Abdul Program Advokasi
Wahab Sjahranie
(RSUD AWS)
Samarinda
Jumat, 20 Agustus 10.00-12.00 WITA Pembagian Penyampaian
2021 Undangan Melalui RSUD
AWS
Senin, 23 Agustus 08.00-14.00 WITA Pelaksanaan Pelaksanaan
2021 Kegiatan Penyuluhan &
Pemeriksaan IVA
Test
Selasa, 24 Agustus 08.00-14.00 WITA Pelaksanaan Pelaksanaan
2021 Kegiatan Penyuluhan &
Pemeriksaan IVA
Test beserta
SADANIS
aulia. (2016, Oktober). Kenali Gejala Kanker Serviks Sejak Dini. (p2ptm.kemkes,
Ed.) DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT.