Anda di halaman 1dari 7

Jual Beli Online Dalam persfektif Hukum

Islam

Dimasa saat ini, masa dimana kita bisa melihat masa serba digital
dimana-mana kegiatan sehari-hari kita baik itu pekerjaan, kegiatan
rumah tangga, kegiatan belajar dan lain sebagainya, telah dipermudah
dengan adanya teknologi dan internet.Teknologi dan internet menjadi
salah satu kebutuhan bagi masyarakat dalam mempermudah segala
urusan manusia.Tidak hanya mempermudah, teknologi dan internet
juga berperan penting dibidang pekerjaan dan usaha. Salah satu usaha
yang dapat dilakukan masyarakat dalam hal ini ialah Jual beli online,
seperti yang akan kita bahas dalam bacaan ini, bagaimanakah jual beli
online yang baik dan benar dalam perspektif hukum islam.
Jual beli sendiri masuk kedalam kegiatan muamalah didalam ajaran
agama islam. Hukum dasar muamalah adalah Al- Ibahah (boleh)
selama tidak ada dalil yang melarangnya. Oleh sebab itu, dasar
hukum jual beli online sama seperti jual beli dan akad As-Salam yaitu
diperbolehkan dalam agama islam. Dalam jual beli baik online
maupun offline ada yang halal dan ada juga yang haram. Disini akan
dijelaskan jual beli online dalam perspektif hukum islam.
Perkataan jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “Jual dan
Beli”.Sebenarnya kata “Jual” dan “Beli” mempunyai arti yang
berbeda.Kata “Jual” menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual,
sedangkan “Beli” adalah adanya perbuatan membeli.Jual beli menurut
bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedangkan
menurut syar‟i artinya menukar harta dengan harta menurut tata cara
tertentu.
Secara bahasa salam(‫ )سلم‬adalah al-i‟thau‟ (‫ )اإلعطاء‬dan at-taslif (‫)التسليف‬
dimana keduanya bermakna pemberian. Sedangkan secara istilah
syariah, akad salam didefinisikan oleh para fuqaha yaitu jual beli
barang yang disebutkan sifatnya dalam tanggungan dengan imbalan
pembayaran yang dilakukan saat itu juga.
Jual beli salam adalah suatu benda yang disebutkan sifatnya dalam
tanggungan atau memberi uang di depan secara tunai, barangnya
diserahkan kemudian hari atau waktu yang telah ditentukan. Menurut
ulama syafi‟iyyah akad salam boleh ditanggungkan hingga waktu
tertentu dan juga boleh diserahkan secara tunai. Secara lebih rinci
salam didefenisikan dengan bentuk jual beli dengan pembayaran
dimuka dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced
payment atau forward buying atau future sale) dengan harga,
spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
Jual beli salam diperbolehkan dengan adanya dalil dalam Al-Quran
dan Sunnah sebagai berikut:
1. Al-Quran Q.S Al-Baqarah: 282
‫ب كاتِب‬ َ ۡ
َ ‫ِين َءا َمنوا إِ َذا َتدَا َينتم ِب َد ۡين إِ َلى أَ َجل م َُّس ّٗمى َف ۡٱكتبوه َو ۡل َي ۡكتب ب َّۡي َنكمۡ كاتِب ِبٱل َعد ِل َول َيأ‬
َ ۡ ۡ َ َ ‫َيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬
‫س م ِۡنه َش ّۡٗيا‬ ۡ ‫ٱّلل َربَّهۥ َو َل َي ۡب َخ‬ ۡ ۡ ۡ ۡ َّ ‫ب َك َما َعلَّ َمه‬
َ َّ ‫ٱّلل َفل َي ۡكت ۡب َولي ۡمل ِِل ٱلَّذِي َعلَ ۡي ِه ٱل َح ُّق َول َي َّت ِق‬ َ ‫… أَن َي ۡكت‬.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu
menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi
tempo hingga ke suatu masa yang tertentu, maka hendaknya kamu
menulis itu.”

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akad salam atau
jual beli salam diperbolehkan, ayat ini memberikan petunjuk bahwa
ketika kaum muslimin melakukan transaksi muamalah secara tempo,
maka hendaknya dilakukan pencatatan sesuai kesepakatan kedua
belah pihak untuk menghindari terjadinya perselisihan di kemudian
hari.
1. Sunnah
Terdapat dalam beberapa hadis berikut:
Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu „alaihi wa Sallam datang ke
Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa
setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: “Barangsiapa
meminjamkan buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam
takaran, timbangan, dan masa tertentu.” Muttafaq Alaihi. Menurut
riwayat Bukhari: “Barangsiapa meminjamkan sesuatu.”
Hadis lainnya:
Abdurrahman Ibnu Abza dan Abdullah Ibnu Aufa Radliyallaahu „anhu
berkata: Kami menerima harta rampasan bersama Rasulullah
Shallallaahu „alaihi wa Sallam Dan datanglah beberapa petani dari
Syam, lalu kami beri pinjaman kepada mereka berupa gandum, sya‟ir,
dan anggur kering -dalam suatu riwayat- dan minyak untuk suatu
masa tertentu. Ada orang bertanya: Apakah mereka mempunyai
tanaman? Kedua perawi menjawab: Kami tidak menanyakan hal itu
kepada mereka. (HR. Bukhari).
Dari hadis diatas memperjelas keberadaan dan keabsahan dari jual
beli salam. Dimana dalam hadis tersebut dijelaskan dalam melakukan
kegiatan salam, kita harus mengetahui takaran, timbangan dan masa
atau waktu dalam melakukan kegiatan jual beli salam. Sama hal nya
yang dilakukan masyarakat pada masa sekarang dalam melakukan
kegiatan jual beli online.
2. Ijma‟
Mengutip dari perkataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa,
semua ahli ilmu (ulama) telah sepakat bahwa jual beli salam
diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk
memudahkan urusan manusia. Dari berbagai landasan di atas,
jelaslah bahwa akad salam diperbolehkan sebagai kegiatan
bermuamalah sesama manusia.
Para ulama‟ telah menyepakati akan disyari‟atkanya jual-beli salam.
Walau demikian, sebagaimana dapat dipahami dari hadits di atas,
jual-beli salam memiliki beberapa ketentuan (persyaratan) yang harus
diindahkan. Dan persyaratan-persyaratan tersebut bertujuan untuk
mewujudkan maksud dan hikmah disyari‟atkannya salam, serta
menjauhkan akad salam dari unsur riba dan ghoror (untung-
untungan).
Selanjutnya, dalam hal jual beli salam atau jual beli online ada
ketetapan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya,
dikarenakan dalam hal ini masih banyak masyarakat yang salah
dalam menjalankan kegiatan jual beli jenis ini. Ketentuan tersebut
ialah adanya syarat dan rukun dalam pelaksanaannya. Dibawah ini
akan dibahas Rukun dan Syarat Jual-Beli Salam yang terkemuka di
kalangan para ulama:
Rukun jual beli salam
Jumhur ulama berpandangan bahwa rukun salam ada tiga, yaitu:
1. Aqidani (dua orang yang melakukan transaksi) yaitu orang yang
memesan (muslam) dan yang menerima pesanan (muslam ilaih).
Keberadaan akid sangatlah penting, sebab tidak dapat dikatakan
akad apabila tidak ada akad, begitu pula tidak akan terjadi ijab dan
Kabul tanpa adanya aqid.
2. Obyek transaski, yaitu harga (tsaman) dan barang yang dipesan
(muslam fiih). Barang dijadikan sebagai objek jual beli disebut al-
muslam fih, barang yang dipesan harus jelas ciri-cirinya dan waktu
penyerahannya. Harga dalam jual beli salam harus jelas serta
diserahkan waktu akad.
3. Sighat, yaitu ijab dan qabul. Sesuai dengan kehendak syariat yang
berpengaruh pada objek perikatan. Yang dimaksud dengan kehendak
syariat adalah bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh dua
pihak tidak boleh, apabila tidak sejalan dengan kehendak syara‟.
Misalnya kesepakatan dalam transaksi riba, menipu orang lain, dan
lain-lain.
4. Syarat jual beli
salamUlama telah bersepakat bahwa salam diperbolehkan dengan
syarat sebagai berikut:
1. Jenis obyek jual beli salam harus jelas
2. Sifat obyek jual beli salam harus jelas
3. Kadar atau ukuran obyek jual beli salam harus jelas
4. Jangka waktu pemesanan objek jual beli salam harus jelas
5. Asumsi modal yang dikeluarkan harus diketahui masing-masing
pihak.

Ketentuan lainnya diatur dalam Undang-undang, Hukum Jual Beli


Online Menurut Hukum Negara (Undang-Undang )Dalam aturan
perniagaan online, dapat diterapkan KUH Perdata. secara analogis,
Dalam pasal 1313 KUH Perdata di jelaskan bahwa suatu persetujuan
adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Untuk sahnya suatu
kontrak, kita harus melihat syarat-syarat yang diatur di dalam pasal
1320 KUH perdata yang menentukan bahwa syarat sah suatu
perjanjian sebagai berikut;
1. Kesepakatan para pihak
2. Kecakapan untuk membuat perjanjian
3. Suatu hal tertentu; dan
4. Sesuatu sebab yang halal.
Indonesia sendiri merupakan Negara hukum, dimana segala kegiatan
yang dilakukan masyarakatnya diatur dalam undang-
udang.Tujuannya sendiri dalam hal ini ialah untuk kepentingan
masyarakat itu sendiri serta menciptakan tatanan masyarakat yang
lebih baik dan terhindar dari tindakan kriminalisis.Jual beli online juga
dikaitkan dengan UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi Teknologi
Elektronik (ITE).Menurut pasal 1 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2008
tentang ITE menjelaskan tentang transaksi elektronik adalah
perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer,
jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya (UU).
Semakin banyaknya pengguna internet diseluruh dunia, menjadikan
bisnis online sebagai alternative usaha yang disukai oleh semua
kalangan.Tidak hanya memerlukan modal banyak tetapi juga bisa
dilakukan dirumah saja.Hal ini yang mengakibatkan banyaknya
oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang menjadikan sarana ini
melakukan praktek penipuan.Oleh sebab itu, undang-undang yang
ada sangatlah berpengaruh dalam perkembangan pemakaian
internet.
Kelebihan dan Kekurangan Jual Beli Online (Bisnis Online)
Adapun keuntungan yang di peroleh dari kegiatan jual beli online
antara lain :
1. Pembeli tidak perlu mendatangi toko untuk mendapatkan barang,
cukupterkoneksi dengan Internet, pilih barangdan selanjutnya
melakukan pemesananbarang, dan barang akan di antarkerumah.
2. Menghemat waktu dan biaya transportasiberbelanja, karena
semua barang belanjaan bisa dipesan melalui perantara media
internet khususnya situs yang menjual belikan barang apa yang
ingin dibeli.
3. Pilihan yang ditawarkan sangat beragam, sehingga sebelum
melakukan pemesanankita dapat membandingkan semuaproduk
dan harga yang ditawarkan olehperusahaan.
4. Dengan perantara via internet pembeli dapat membeli barang di
Negara lain secara online.
5. Harga yang ditawarkan sangat komfetitif, karena tingkat
persaingan dari pelakuusaha melalui media internet
sehinggamereka bersaing untuk menarik perhatiandengan cara
menawarkan hargaserendah-rendahnya.
Dari paparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keuntungan
dalam bertransaksi online atau jual beli online sama-sama
menguntungkan kedua belah pihak, baik itu produsen ataupun
konsumen.Dengan demikian, jual beli online bisa menjadi salah satu
pilihan yang tepat bagi masyarakat yang ingin membuka usaha.

Adapun kerugian yang di peroleh dari kegiatan jual beli online antara:
1. Produk tidak dapat dicoba
Dalam transaksi online, produk yang ditawarkan bermacam-macam
bentuk, ukuran, warna, bahan dan lain sebagainya.Ketika kita
membeli produk tersebut kita tidak dapat mencoba produk yang
diinginkan, hanya saja terdapat ukuran dan keterangan produk.Jadi
kita hanya bisa memilih pruduk tanpa mencobanya.
1. Standar dari barang tidak sesuai.
Produk yang ditawarkan hanya bisa dilihat melalui alat berbentuk
digital atau sejenisnya. Dalam hal ini pembeli hanya bisa melihat
barang melalui foto atau gambar, jadi seringkali terjadi dalam
pembelian online barang yang dibeli tidak sesuai dengan barang yang
dipesan.
1. Biaya pengiriman yang mahal
Biasanya pembelian online yang kita lakukan berada ditempat yang
berjauhan, sehinggan kita harus mengeluarkan biaya tambahan
dalam pengiriman barang yang kita pesan.Karena dalam hal ini, tidak
semua produk yang kita inginkan berada dalam satu tempat atau
dekat dengan rumah kita. Tentunya kita akan melakukan pengiriman.
1. Resiko penipuan
Kemudahan dalam mengakses internet menjadikan kegiatan ini
mudah bagi penipu untuk menipu para komsumen. Dimana penipu
akan menjualkan banyak jenis barang di internet yang kemudian
konsumen akan membeli dan memesan, tanpa mengetahui apakah
itu penjualan resmi. Yang akibatnya konsumen sudah mengirimkan
uang pembelian barang tetapi barang yang dipesan tidaklah sampai
kepada konsumen.
Dari penjelasan diatas, penulis meyimpulkan kerugian dalam jual beli
online juga perlu dipertimbangkan lagi.Ada baiknya setiap konsumen
perlu memperhatikan serta berhati-hati dalam transaksi ini, agar
terhindar dari segala Sesutu yang terkait dengan kerugian. Kita perlu
jeli dan focus dalam memperhatikan perusahaan atau produsen yang
memasarkan produk, agar terhindar dari penipuan
Berbisnis melalui online merupakan suatu sarana yang
mempermudah masyarakat dalam kegiatan bermuamalah.Jual beli
online merupakan salah satu kegiatan muamalah yang diperbolehkan
selama tidak ada dalil yang melarangnya.Jual beli online ini sendiri
banyak diminati masyarakat, karna mempermudah dalam
pekerjaan.Dalam membuka usaha jenis ini, kita perlu melakukan
pembaharuan untuk menciptakan usaha-usaha yang menarik minat
banyak konsumen, sehingga usaha yang dikembangkan dapat
berkembang baik didalam maupun luar negeri. Tidak lupa pula dalam
berbisnis jenis ini kita perlu memperhatikan ketentuan yang berasal
dari syariat islam serta tidak melanggar Undang-undang.
Kemudian sebagai konsumen, kita perlu memperhatikan dengan baik
dalam memilih kegiatan muamalah jenis ini, dikarenakan banyaknya
penipuan yang terjadi.Kita perlu lebih jeli dan teliti dalam memilih jasa
dan produk yang ditawarkan. Agar terhindar dari segala sesuatu yang
merugikan diri kita.

Anda mungkin juga menyukai