Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan Continuity of Care (COC) merupakan asuhan secara
berkesinambungan dari hamil sampai dengan Keluarga Berencana (KB)
sebagai upaya penurunan AKI & AKB. Kematian ibu dan bayi
merupakan ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan
pelayanan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga
persalinan yang mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan
kematian ibu dan bayi (Maryuani, 2011). Angka Kematian Ibu (AKI)
adalah jumlah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan atau cedera (WHO,2014). Angka Kematian
Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara
lahir dan 1 tahun dalam 100 kelahiran hidup.
Menurut World Health Organization (WHO) di dunia pada tahun
2016 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 527.000 jiwa. Sedangkan
Angka Kematian Bayi (AKB) didunia sebesar 10.000 jiwa (WHO, 2016).
Di Indonesia pada bulan Januari sampai September 2016 Angka
Kematian Ibu (AKI) sebesar 401 per 100.000 jiwa. Berdasarkan hasil
sementara Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2016 Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 26 per 1000 kelahiran
hidup. Angka KematianIbu (AKI) di Provinsi Kalimantan Timur
berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun mengalami
penurunan pada tahun 2015 sebesar 113 kasus kematian, turun pada
tahun 2016 menjadi 104 kasus, tahun 2017 menjadi 100 kasus kematian
ibu dan kembali turun pada tahun 2018 menjadi 95 kasus kematian ibu.

1
2

Data yang didapat dari Kesga Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai


Kartanegara pada tahun 2016 didapatkan data AKI sebanyak 32 kasus,
pada tahun 2017 didapatkan data AKI sebanyak 35 kasus, di tahun 2018
data AKI sebanyak 22 kasus Pada tahun 2019 data AKI sebanyak 24
dan sampai bulan Nopember 2020 kasus AKI 29 kasus. AKI yang terjadi
di Kabupaten Kutai Katanegara mengalami kenaikan pada tahun 2016
dan 2017, pada tahun 2018 dan 2019 AKI mengalami penurunan,namun
pada tahun 2020 sampai bulan Nopember AKI kembali mengalami
peningkatan. (Kesga, Dinas kesehatan Kabupaten kutai Kartanegara,
2020).

Bidan dianggap sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki


posisi penting dalam penurunan AKI. Memberikan pelayanan yang
berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan
melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan,
pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan
pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus –
kasus rujukan. (Sub bagian Hubungan Masyarakat Ditjen Bina Upaya
Kesehatan, 2010)
Oleh karena itu untuk membantu upaya percepatan penurunan AKI
salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau
Continuity of Care. Continuity of Care adalah pelayanan yang dicapai
ketika terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan
bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga professional
kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal
kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai 6
minggu pertama postpartum (Pratami, 2014).
Profil Kesehatan Puskesmas Sebulu I tahun 2016 menyatakan
Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) di
wilayah kerja Puskesmas Sebulu I pada tahun 2016 AKI sebanyak 1
kasus dan AKB sebanyak 12 kasus. Pada tahun 2017 AKI tidak ada
3

kasus, AKB sebanyak 9 kasus. Pada tahun 2018 AKI 1 kasus dan AKB 7
kasus. Pada tahun 2019 kasus AKI tidak ada dan kasus AKB 5 kasus
Praktek Mandiri Bidan (PMB) Sayang Bunda berada di Desa
Sebulu Ulu merupakan salah satu PMB jejaring yang berada di wilayah
Kerja Puskesmas Sebulu I, yang mampu menerapkan asuhan kebidanan
yang berkesinambungan (Continuity Of Care) yang berkualitas.
Dibuktikan salah satunya dengan tidak adanya AKI dan AKB dari 114
persalinan selama tahun 2019. (PMB Sayang Bunda).

Karakteristik kehamilan Ibu F berdasarkan wawancara yang


dilakukan bahwa ibu F adalah ibu hamil GIP0000 usia 21 tahun, saat ini
hamil anak pertama usia kehamilan sekarang 34 minggu 3 hari dan tidak
memiliki penyakit yang dapat memperberat atau diperberat oleh
kehamilannya. Berdasarkan data tersebut menurut Kartu Skor Poedji
Rochjati Ibu F adalah 6 yaitu ibu hamil trimester I. Skor 2 untuk awal ibu
hamil dan skor 4 untuk tinggi badan kurang dari 145 cm

Komplikasi persalinan dengan kasus mempunyai riwayat SC,


riwayat vacum ekstraksi, ibu dengan resiko tinggi (primi tua), kala II
lama akibat panggul sempit, KPD, hipertensi dan sungsang. Ada
beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih di
dominasi oleh perdarahan 42%, eklamsia 13%, abortus 11%, infeksi
10%, partus lama/persalinan macet 9%, penyebab lain 15%, dan faktor
tidak langsung kematian ibu karena kurangnya pengetahuan, sosial
ekonomi dan sosial budaya yang masih rendah, selain itu faktor
pendukung yaitu “4 Terlalu” terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak
anak, terlalu sering hamil (WHO, 2015). Faktor penyebab kematian bayi
tidak bisa hanya satu. Untuk faktor geografis sendiri menentukan
bagaimana cara mencapai akses ke pusat kesehatan, bagaimana kesehatan
lingkungan serta bagaimana tingkat ekonomi masyarakat.
Salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi tinggi atau
rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
4

(AKB) adalah perbedaan kualitas dalam memberikan pelayanan tersebut.


Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil
untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh
ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan
(K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa kehamilannya
adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan kehamilan
pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi ANC 1-
1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4 persen. Tenaga
yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan
tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan
(52,5%) (RISKESDAS,2013).
Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama
sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan
penurunan AKI dan AKB. Dibutuhkan tenaga bidan yang terampil
melakukan prosedural klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan
tepat dalam penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan
dalam asuhan normal dan fisiologis sangat menentukan demi
penyelamatan jiwa ibu dan bayi oleh karena wewenang dan tanggung
jawab profesionalnya sangat berbeda dengan tenaga kesehatan lain
(Kepmenkes RI, 2010).
Dampak yang terjadi pada masalah diatas adalah adanya
kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 bisa diartikan karena masih
banyak ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama pelayanan
antenatal tidak meneruskan hingga kunjungan 4, sehingga kehamilan
lepas dari pemantauan petugas kesehatan. Kondisi tersebut dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi yang dikandungnya. Adapun
penyebab dari ibu tidak rutin melakukan ANC yaitu kurangnya
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya memeriksakan kehamilan,
masalah ekonomi, kepercayaan yang salah atau masih percaya pada
mitos, dan kurangnya dukungan dari suami maupun keluarga. Yang dapat
5

terjadi apabila kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB tidak dilakukan


asuhan kebidanan dengan baik maka akan menimbulkan berbagai
komplikasi.
Komplikasi pada kehamilan antara lain hiperemesis grafidarum
(mual muntah), preeklamsia dan eklamsia, kelainan dalam lamanya
kehamilan, kehamilan ektopik, penyakit serta kelainan plasenta dan
selaput janin, perdarahan antepartum, kehamilan kembar. Komplikasi
pada persalinan antara lain, distosia karena kelainan tenaga (kelainan
his), distosia karena letak dan bentuk janin, distosia karena kelainan
panggul, distosia karena trakus genetalia, gangguan dalam kala III
persalinan, perlukaan atau peristiwa lain pada persalinan, syok dalam
kebidanan.
Masalah pada neonatal dan perinatal adalah asfiksia, trauma
kelahiran, infeksi tali pusat, prematuritas, kelainan bawaan dan sebab-
sebab lain. Jika tidak meninggal, keadaan ini akan meninggalkan masalah
bayi dengan cacat (Saifuddin, 2009). Masa nifas merupakan masa yang
cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut
pada komplikasi masa nifas seperti sepsis puerperalis. Pelayanan nifas
sesuai standar dengan sedikitnya 3 kunjungan yaitu 6 jam sampai hari ke-
3 pasca salin, pada minggu ke-2, dan pada minggu ke-6 termasuk
pemberian vitamin A dua kali serta persiapan dan atau pengunaan alat
kontrasepsi setelah persalinan. (Wiknjosastro, 2009).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan bayi
dalam lingkup kebidanan yaitu melakukan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (Continuity of Care). Hal ini merupakan rencana
strategis menteri kesehatan dari salah satu prioritas pembangunan
kesehatan tahun 2010-2014 adalah peningkatan kesehatan ibu, bayi,
balita dan Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010).
6

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil yaitu mengikuti program


antenatal care (ANC) terpadu. Pelayanan antenatal yang berkualitas dan
sesuai standar terdiri dari : 1) Timbang berat badan, 2) Ukur Lingkar
Lengan Atas (LILA), 3) Ukur tekana darah, 4) Ukur tinggi fundus uteri,
5) Hitung denyut jantung janin (DJJ), 6) Tentukan presentasi janin, 7)
beri Imunisasi Tetanus Toksoid (TT), 8) Tablet tambah darah (FE) 1
tablet sehari minimal 90 tablet. Setiap tablet mengandung FeSO 4320 mg
(zat besi 60 mg) asam folat 500 mg), 9) periksa Laboratorium, 10)
Tatalaksana/ penanganan kasus.
Pada ibu bersalin yaitu dengan pertolongan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih dan profesional, fasilitas kesehatan yang
memenuhi standar dan penanganan persalinan sesuai standar asuhan
kebidanan (60 langkah APN) (Ambarwati, 2011).
Pada masa nifas yaitu pelayanan pada ibu nifas sesuai standar
sekurang-kurangnya 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan yaitu
kunjungan nifas pada 6-8 jam pasca salin, kunjungan nifas pada hari ke-6
pasca salin, kunjungan nifas pada hari ke 14 pasca salin dan kunjungan
nifas pada minggu ke 6 pasca salin, untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi (Sarwono, 2010).
Pelayanan kesehatan neonatus dengan melakukan kunjungan
neonatus lengkap yaitu kunjungan neonatus 1 kali pada usia 0-48 jam,
kunjungan neonatus pada hari ke 3-7 dan kunjungan neonatus pada hari
ke 8-28 hari. Pelayanan pertama yang diberikan pada kunjungan
neonatus adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI
Ekslusif dan perawatan tali pusat.
Pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan neonatus juga mencakup
pemberian komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir termasuk Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes RI,
2013). Keluarga Berencana postpartum adalah melakukan tindakan
Keluarga Berencana ketika wanita baru melahirkan gugur kandungan di
7

Rumah Sakit, atau memberi pengarahan agar memilih KB efektif


(melakukan sterilisasi wanita atau pria, menggunakan AKDR, menerima
KB hormonal dalam bentuk KB suntik dan susuk). Mereka akan
terlindungi dari hamil karena telah menggunakan KB efektif (Manuaba,
2010). Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas dan fasilitas
tenaga kesehatan. Selama trimester III, kehamilan dan melahirkan sampai
enam minggu pertama post partum. Penyediaan pelayanan yang aman,
fasilitasi pilihan dan kelahiran, dan untuk menyediakan perawatan
komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir selama periode postpartum
(Estiningtyas dkk, 2013). Asuhan kebidanan secara Continuity of Care
(COC) diberikan pada ibu dengan memberikan asuhan secara langsung
pada ibu hamil TM III (34-36 minggu), ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir
(BBL) dan pemilihan alat kontrasepsi.
Berdasarkan beberapa fakta dan permasalahan yang ditemukan
penulis, maka terdeskripsikan alasan yang melatar belakangi mahasiswa
merasa perlu untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
melalui studi kasus continuity of care dengan judul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ibu F di Praktik Mandiri Bidan Sayang Bunda
Tahun 2020”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu F di
PMB Sayang Bunda
2. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan persalinan pada Ibu F di
PMB Sayang Bunda
3. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ibu F
di PMB Sayang Bunda
4. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas Ibu F di
PMB Sayang Bunda
8

5. Bagaimana pelaksanaana suhan kebidanan pada neonatus Ibu F di


PMB Sayang Bunda
6. Bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi Ibu
F di PMB Sayang Bunda
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil
TM III usia 34-36 minggu, Ibu bersalin, Ibu nifas, BBL, dan pelaksanaan
Keluarga Berencana (KB) secara berkesinambungan atau Continuity of
Care (COC). Dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
dan dokumentasi dengan pendekatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu F dengan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada persalinan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
c. Memberikan asuhan kebidanan pada BBL menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan menurut Varney.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas menggunakan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut Varney.
e. Memberikan asuhan kebidanan pada neonatus dengan menggunakan
pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney.
f. Memberikan asuhan kebidanan pada pelayanan kontra sepsi
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil TM III usia
34-36 minggu, bersalin, nifas, BBL, dan pelayanan akseptor KB secara
Continuity of Care (COC).
9

2. Tempat
Asuhan kebidanan secara Continuity of Care (COC) dilaksanakan
di Praktik Mandiri Bidan Sayang Bunda Jejaring Wilayah Kerja
Puskesmas Sebulu I
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan/wawasan, pengalaman dan
berkontribusi dalam pelayanan kebidanan, serta bahan dalam
penerapan asuhan kebidanan secara komprehensif atau Continuity of
Care terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan
kontrasepsi dan dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan
studi kasus dan memberikan asuhan kebidanan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Dapat mempraktikkan teori yang didapat secara langsung
dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan secara
komprehensif (continuity of care) dalam rangka memenuhi tugas
praktik belajar lapangan komprehensif program Sarjana Terapan
Kebidanan Samarinda Poltekkes Kemenkes Kaltim.

b. Bagi klien

Praktis bagi klien yaitu mendapatkan asuhan kebidanan


secara komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.

c. Bagi lahan praktik


Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan
asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif.
d. Bagi profesi kebidanan
Sebagai salah satu masukan dalam meningkatkan pelayanan
KIA secara menyeluruh sesuai dengan program pemerintah
10

terutama dalam melakukan upaya promotif dan preventif bagi


profesi kebidanan sehingga dapat lebih memperhatikan dalam
memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai