PW Jurnal Ilmiah Konstruktivisme 5E

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan

Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan


Pemahaman Konsep Sains
Purniawan Widodo, S.Pd
SDS Permata Harapan-Kinderfield School
purniawanwidodo@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendekatan pembelajaran 5E
(Engage, Explore, Explain, Elaborate, dan Evaluate) dan pendekatan pembelajaran
konvensional (ceramah) terhadap kemampuan pemahaman konsep sains.
Rancangan penelitian ini merupakan desain eksperimen semu terhadap 60 peserta
didik Sekolah Permata Harapan-Kinderfield yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tulis dalam bentuk pra-tes
dan postest, analisis data menggunakan ANOVA dua jalur. Hasil analisis data
menggambarkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kelompok peserta didik
yang diajarkan menggunakan pendekatan Konstruktivisme 5E dan pendekatan
konvensional(ceramah) terhadap kemampuan pemahaman konsep sains. Hal ini
didasarkan pada nilai F hitung sebesar 155.080 dengan nilai signifikansi sebesar
0.000. Berdasarkan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai rerata
kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajarkan dengan pendekatan
Konstruktivisme 5E lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai rerata peserta didik
yang diajarkan dengan pendekatan konvensional(ceramah). Nilai rerata kemampuan
berpikir kritis peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Konstruktivisme 5E adalah sebesar 73.13, sedangkan nilai rerata
kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diberikan pembelajaran dengan
pendekatan konvensional(ceramah) adalah sebesar 61.89.
.
Kata kunci: 5E, konstruktivisme, pembelajaran, sains

Pendahuluan elaboration, dan evaluation (Nugroho,


Ada banyak model pembelajaran 2012).
yang dapat dipilih guru IPA/Sains Model learning cycle digunakan
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pada modul karena model ini sesuai
memilih model pembelajaran, salah jika dipenerapankan untuk pendekatan
satu pertimbangannya adalah agar scientific. Hubungan antara
peserta didik dapat ikut berperan aktif pendekatan scientific 5M dan model
dalam pembelajaran. Salah satu model learning cycle 5E menurut
pembelajaran melalui pendekatan Purnamasari (2014) adalah sebagai
konstruktivisme adalah learning cycle. berikut. Mengamati (observes) bisa
Learning cycle merupakan model dilakukan pada tahapan engangement.
pembelajaran yang terdiri dari tahapan Bertanya (questions) dapat dilakukan
kegiatan peserta didik dalam pada tahapan exploration.
membangun pengetahuan. Learning Mengumpulkan informasi
cycle 5E memiliki 5 langkah yaitu (experiments/explores) dilakukan pada
engagement, exploration, explanation, tahapan explanation. Mengasosiasi
(analyzes) dapat dilakukan pada
2

tahapan elaboration. menghubungkan pengetahuan ke


Mengkomunikasikan (communicates) gejala di kehidupan sehari-hari.
dapat dilakukan pada tahapan Di lain pihak ada pembelajaran
evaluation. sains yang sudah lama
Urutan learning cycle 5E yang dipenerapankan khususnya di
dijelaskan oleh Lorsbach (2001) dalam Indonesia, yaitu pembelajaran
Solihin (2010) yaitu sebagai berikut. konvensional(ceramah) yang secara
Engagement (mengajak), pada umum lebih simple dan efisien dalam
tahapan ini guru berupaya segi waktu dan usaha.
membangkitkan minat, mendorong Djamarah (1996), metode
kemampuan berpikir, dan membantu pembelajaran konvensional
peserta didik mengakses kemampuan merupakan metode pembelajaran
awal yang telah dimiliki. Exploration tradisional atau disebut juga dengan
(menggali), di tahapan ini peserta didik metode ceramah, karena sejak dulu
diberi kesempatan untuk bekerja metode ini telah dipergunakan sebagai
secara mandiri maupun secara alat komunikasi lisan antara guru
berkelompok tanpa pengajaran dengan anak didik dalam proses
langsung oleh guru untuk menguji belajar dan pembelajaran. Dalam
hipotesis melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran mata pelajaran sains
seperti praktikum dan telaah literatur. metode konvensional ditandai dengan
Explanation (menjelaskan), pada ceramah yang diiringi dengan
tahapan ini guru mendorong peserta penjelasan serta pembagian tugas dan
didik untuk menjelaskan konsep yang latihan.
sedang dipelajari dengan kalimat Pembelajaran pada metode
sendiri, selanjutnya guru membantu konvesional, peserta didik lebih banyak
mengklarifikasi atau melengkapi mendengarkan penjelasan guru di
penjelasan yang diajukan peserta depan kelas dan melaksanakan tugas
didik. Elaboration (aplikasi), kegiatan jika guru memberikan latihan soal-soal
belajar pada tahapan ini peserta didik kepada peserta didik. Metode yang
menerapkan konsep yang telah dimiliki pada umumnya digunakan dalam
pada situasi baru melalui kegiatan pembelajaran konvensional antara lain
seperti praktikum lanjutan dan problem metode ceramah, metode tanya jawab,
solving. Evaluation (evaluasi), pada metode diskusi, metode penugasan.
tahapan ini digunakan untuk Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengalaman belajar mengukur peningkatan pemahaman
yang telah diperoleh peserta didik dan peserta didik yang menggunakan
refleksi untuk melakukan siklus lebih pembelajaran konstruktivisme model
lanjut yaitu untuk proses pembelajaran learning cycle “5E” dibandingan
selanjutnya. Menurut Lorsbach (2001) dengan peserta didik yang melalui
dalam Solihin (2010), modul pembelajaran konvensional(ceramah)
menggunakan model learning cycle 5E pada materi “penyerbukan pada
memiliki keunggulan yaitu tanaman dikotil” pada siswa kelas VI
mengarahkan cara berpikir peserta Sekolah Permata Harapan-Kinderfield.
didik dari hal yang sederhana ke arah Melalui penelitian ini penulis
yang lebih kompleks yang selanjutnya dapat membantu guru sains dalam

Purniawan Widodo, S,Pd


Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
3

memilih pendekatan pembelajaran


yang baik dalam mengajar.

Metode Penelitian (ceramah) pada kelas kontrol selama 6


Desain penelitian ini kali pertemuan. Dalam rangka
menggunakan eksperimen semu memaksimalkan penggunaan kedua
faktorial 2x2, hal ini disebabkan peneliti pendekatan tersebut, saat proses
tidak memungkinkan untuk mengontrol penjelasan guru dibantu dengan
semua variabel yang diduga ikut aplikasi media sosial youtube yang
mempengaruhi perlakuan dan dampak menyediakan beragam tayangan
perlakuan terhadap kemampuan dalam bentuk video yang disesuaikan
berfikir kritis peserta didik. Rancangan dengan materi yang sedang dipelajari.
ini dilaksanakan dengan cara Langkah berikutnya adalah melakukan
melakukan pra-tes kemampuan pasca-tes kemampuan pemahaman
pemahaman konsep sains peserta konsep sains peserta didik kepada
didik pada kelas eksperimen dan kedua kelompok tersebut. Penelitian ini
kontrol. Hal ini dilakukan untuk dilaksanakan pada 30 peserta didik
mengetahui tingkat perbedaan kelas VI Newton dan 30 peserta didik
kemampuan kedua kelompok kelas VI Faraday dengan
penelitian. Setelah itu diberikan menggunakan teknik purposive
perlakuan atau treatments pendekatan sampling. Tes tulis dengan empat
pembelajaran Pendekatan Engage, indikator, yakni interpretasi, analisis,
Explore, Explain, Elaborate, dan evaluasi, dan inferensi adalah teknik
Evaluate (5E) pada kelas eksperimen pengumpulan data dari penelitian ini.
dan pendekatan Konvensional

1. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1 Deskripsi Indikator Kemampuan pemahaman Konsep Sains Peserta


didik
Indikator Penjelasan
Pemahaman
Kemampuan Sains
Interpretasi Kemampuan yang dikuasai oleh peserta didik untuk
memahami dan menjelaskan suatu materi ajar, baik yang disajikan
dalam bentuk teks, gambar, maupun audio-visual yang berhubungan
dengan materi penyerbukan pada bunga

Analisis Kemampuan mengindentifikasi hubungan, baik yang dinyatakan


secara eksplisit maupun tidak, diantara pernyataan, pertanyaan,
konsep, fakta, bukti, atau bentuk-bentuk representasi lain dalam
upaya mengenali dan memecahkan suatu masalah

Evaluasi Evaluasi Kemampuan menilai suatu masalah yang sedang dihadapi


secara komprehensif lengkap dengan pertimbangan situasi dan
kondisi yang menyertai terjadinya masalah tersebut.

Purniawan Widodo, S,Pd


Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
4

Inferensi Kemampuan mengidentifikasi suatu masalah dan memperoleh unsur-


unsur yang diperlukan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal
dengan mempertimbangkan informasi yang relevan.

Hasil tes kemampuan berpikir kemampuan berpikir kritis rendah


kritis peserta didik dengan nilai memiliki rentang nilai 0-50. Sedangkan
terendah 0 dan nilai tertinggi 100. untuk analisis datanya menggunakan
Kategori kemampuan berpikir kritis analisis deskriptif dan ANOVA dua
peserta didik tingkat tinggi yang jalur. Secara detail rancangan
memiliki rentang nilai 51-100, penelitian ini tersaji pada tabel 2 di
sedangkan peserta didik dengan bawah ini.
kategori

Tabel 2 Rancangan Penelitian Faktorial 2x2


Kemampuan Pemahaman Pendekatan Belajar (X)
Konsep Sains (Y) konstruktivisme 5E Konvensional (ceramah)
Tinggi (Y1) X1Y1 X2Y1
Rendah (Y2) X1Y2 X2Y2

Keterangan: memiliki kemampuan


X1 : Perlakuan pembelajaran dengan pemahaman konsep Sains
pendekatan konstruktivisme 5E rendah.
X2 : Perlakuan pembelajaran dengan X2Y2 : kelompok peserta didik yang
pendekatan Konvensional diajarkan dengan pendekatan
(ceramah) Konvensional (ceramah) dengan
Y1 : Kelompok peserta didik memiliki kemampuan
yangmemiliki kemampuan pemahaman konsep Sains
pemahaman konsep Sains rendah.
tinggi
Y2 : Kelompok peserta didik yang Hasil dan pembahasan kemampuan
memiliki kemampuan pemahaman konsep Sains awal
pemahaman konsep Sains peserta didik
rendah Sebelum peserta didik diberikan
X1Y1 : kelompok peserta didik yang pembelajaran dengan menggunakan
diajarkan dengan pendekatan pendekatan konvensional(ceramah)
Konstruktivisme 5E dengan dan kontruktivisme 5E, kedua
memiliki kemampuan kelompok peserta didik tersebut
pemahaman konsep Sains tinggi. diberikan pra-tes terlebih dahulu. Hal
X2Y1 : kelompok peserta didik yang ini untuk mengetahui tingkat
diajarkan dengan pendekatan kemampuan awal pemahaman konsep
konvensional (ceramah) dengan Sains peserta didik kedua kelas
memiliki kemampuan tersebut. Hal ini untuk memastikan
pemahaman konsep Sains tinggi. bahwa kedua kelompok tersebut tidak
X1Y2 : kelompok peserta didik yang memiliki perbedaan yang signifikan
diajarkan dengan pendekatan berkaitan dengan kemampuan
konstruktivisme 5E dengan pemahaman konsep Sains mereka

Purniawan Widodo, S,Pd


Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
5

sebelum diberikan perlakuan 0,464 > 0,05. Berdasarkan tidak


pembelajaran, baik dengan adanya
menggunakan pendekatan perbedaan kemampuan pemahaman
kontruktivisme 5E maupun dengan konsep Sains pada kedua kelompok
pendekatan konvensional(ceramah). peserta didik tersebut, sehingga layak
Berdasarkan hasil analisis statistic untuk diberikan perlakuan dengan
diketahui bahwa kemampuan awal pendekatan Konstruktivisme 5E untuk
pemahaman konsep Sains peserta kelas eksperimen dan pendekatan
didik antara kelas eksperimen dan konvensional(ceramah) untuk kelas
kelas kontrol tidak ada perbedaan kontrol. Secara detail tidak adanya
yang signifikan. Hal ini didasarkan perbedaan kemampuan yang
pada hasil perhitungan nilai pra-tes signifikan antara kedua kelompok
dengan menggunakan uji t (t-test) peserta didik tersebut bisa dilihat pada
diperoleh hasil bahwa t hitung = 0,737 hasil analisis pada tabel 3 di bawah ini.
< t tabel = 1.955 pada taraf signifikan

Tabel 3 Hasil Analisis Data Nilai Pra-tes Kemampuan Pemahaman Konsep


Sains peserta didik

Berdasarkan hasil kajian terhadap peserta didik tersebut diberikan pasca-


nilai pra-tes tersebut yang dapat tes.
disimpulkan bahwa kemampuan awal
pada kedua kelompok tersebut tidak Analisis Kemampuan
memiliki perbedaan yang signifikan, Pemahamaman konsep Sains
kemudian masing-masing kelompok setelah Pembelajaran
tersebut diajarkan dengan Kedua data yang berasal dari
menggunakan pendekatan nilai pasca-tes kemampuan
Konstruktivisme 5E untuk peserta didik pemahamahan konsep Sains baik
pada kelas eksperimen, dan kelompok peserta didik yang diberikan
pendekatan konvensional(ceramah) pembelajaran dengan pendekatan
untuk kelas kontrol. Setelah diberikan Konstruktivisme 5E maupun
perlakuan, maka kedua kelompok pendekatan konvensional(ceramah)
Purniawan Widodo, S,Pd
Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
6

berdistribusi normal, hal ini dapat diketahui dan sekaligus dilihat


berdasarkan uji Lilliefors Signifiance pada skor rerata yang diperoleh antara
Correction dari Kolmogorof-Smirnov kedua kelompok tersebut. Peningkatan
pada kedua kelompok data tersebut nilai rerata peserta didik tersebut juga
memiliki nilai signifikansi (sig.) lebih terjadi baik peserta didik yang memiliki
dari 0,05. Pada kelas eksperimen nilai kemampuan pemahaman konsep
signifikansinya sebesar 0,200 dan Sains tinggi maupun peserta didik
pada kelas kontrol nilai signifiasi (sig.) yang memiliki kemampuan
adalah 0,166. Selain itu, data pada pemahaman konsep Sains rendah.
kedua kelompok tersebut juga Nilai rerata kemampuan
homogen yang dibuktikan dengan nilai pemahamahan konsep Sains yang
signifikansi sebesar 0,545. diberikan pembelajaran dengan
Hasil analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan
menggunakan ANOVA dua jalur pada Konstruktivisme 5E adalah sebesar
hasil nilai pasca-tes yang dilakukan 73.13 dengan standar deviasi 9.339.
pada kedua kelompok setelah Sedangkan nilai rerata kemampuan
memperoleh perlakuan pembelajaran pemahamahan konsep Sains yang
baik dengan pendekatan diberikan pembelajaran dengan
Konstruktivisme 5E untuk kelas pendekatan konvensional(ceramah)
eksperimen maupun pendekatan memperoleh nilai reratanya sebesar
konvensional(ceramah) untuk kelas 61.89 dengan standar deviasi 10.908.
kontrol menunjukkan hasil peningkatan Untuk lebih jelasnya perbedaan nilai
yang berbeda. Kecenderungan rerata antara kedua kelompok peserta
perbedaan peningkatan kemampuan didik tersebut bisa dilihat pada tabel 4
pemahaman konsep Sains tersebut di bawah ini.

Tabel 4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Data Nilai Pasca-tes Kedua Kelompok
Instructional_Approach Mean Std. Deviation N
5E Approach 73,11 9,339 28
Conventional Approach 61.89 10,908 30
Total 67,31 11,566 58

Kemampuan pemahaman konsep Konstruktivisme 5E nilai terendah


Sains peserta didik antara kelas kemampuan pemahaman konsep
eksperimen dan kelas kontrol memiliki Sainsnya adalah 57 dan nilai
perbedaan yang signifikan. Pada kelas tertingginya adalah 90. Adapun untuk
eksperimen yang diajarkan dengan kelas kontrol, nilai terendahnya adalah
menggunakan pendekatan 44 dan nilai tertingginya adalah 85.

Tabel 5 Perbandingan Persentase Kemampuan Pemahaman Konsep Sains


Peserta didik Antara Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
Kemampuan pemahaman konsep Sains Kemampuan Pemahaman Konsep Sains
Kelompok Peserta didik yang diajarkan Kelompok Peserta didik yang diajarkan
dengan Pendekatan Konstruktivisme 5E dengan Pendekatan Konvensional
(ceramah)
Purniawan Widodo, S,Pd
Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
7

Pra-tes Pasca-tes Pra-tes Pasca-tes


Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah
79% 21% 100% 0% 77% 23% 90% 10%

Pengaruh Pendekatan dengan pendekatan konstruktivisme


Pembelajaran Terhadap 5E dengan kelompok peserta didik
Kemampuan Pemahaman Konsep yang diajarkan dengan pendekatan
Sains konvensional (ceramah). Hal itu
Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan dengan nilai F hitung
dengan ANOVA dua jalur sebesar 155.080 dengan nilai
menunjukkan bahwa terdapat signifikansi sebesar 0.000. Untuk lebih
pengaruh yang signifikan kemampuan jelasnya bisa dilihat pada tabel 6 di
pemahaman konsep Sains antara bawah ini
kelompok peserta didik yang diajarkan

Tabel 6 Hasil Analisis Data Pengaruh Pendekatan Belajar Kemampuan


Pemahaman Konsep Sains Peserta didik dengan Anova Dua Jalur.

Berdasarkan hasil analisis statistic di Sains pada kedua kelompok peserta


atas diketahui bahwa ada pengaruh didik tersebut jika dibandingkan
yang signifikan kemampuan dengan kemampuan awal mereka.
pemahaman konsep Sains peserta Namun hasil analisis deskriptif
didik antara kelompok peserta didik sebagaimana tabel 4 di atas
yang diajarkan dengan pendekatan menunjukkan bahwa peserta didik
Konstruktivisme 5E dan kelompok yang diajarkan dengan pendekatan
peserta didik yang diajarkan dengan Konstruktivisme 5E lebih tinggi nilai
pendekatan konvensional (ceramah). rerata kemampuan pemahaman
Pada dasarnya ada peningkatan nilai konsep Sainsnya jika dibandingkan
kemampuan pemahaman konsep nilai rerata peserta didik yang diajarkan
Purniawan Widodo, S,Pd
Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
8

dengan pendekatan konvensional evaluate, peserta didik diajak untuk


(ceramah). mengingat kembali kegiatan yang telah
Secara teknis pembelajaran kedua dilakukan selama pembelajaran
pendekatan tersebut telah berlangsung.
menunjukkan efektifiasnya dalam Sedangkan pada kelas control
upaya meningkatkan kemampuan yang diajarkan dengan pendekatan
pemahaman konsep Sains peserta Konvensional (ceramah) juga
didik pada mata kuliah fisika dasar. mengalami peningkatan kemampuan
Namun dalam penerapannya aktivitas pemahaman konsep Sains peserta
pembelajaran dengan menggunakan didik jika dibandingkan dengan
pendekatan Konstruktivisme 5E dirasa kemampuan awal mereka. Namun
lebih optimal sesuai dengan indikator pendekatan ini lebih menekankan
pencapaian kemampuan pemahaman pada pembelajaran aplikatif
konsep Sains peserta didik. Menurut berdasarkan perkembangan sains,
kajian Gazali, dkk (2015) bahwa lingkungan, teknologi dan social yang
pendekatan pembelajaran 5E dapat dimungkin membutuhkan waktu yang
mengembangkan keterampilan proses lebih lama untuk bisa memahami
sains dan kemampuan berpikir kritis secara komprehensif. Menurut Binadja
melalui lima tahapan pembelajaran. (2002), pendekatan konvensional
Hal ini disebabkan tahapan (ceramah) memiliki tujuan membantu
pembelajaran dalam pendekatan peserta didik agar dapat penjelaskan
Konstruktivisme 5E bisa lebih efektif tentang proses sains yang
dan sistematis dipenerapankan dalam melatarbelakangi gejala alam,
proses pembelajaran. Menurut Bybee perkembangan sains dan teknologi,
(2006) bahwa pada tahapan engage, serta bagaimana perkembangan sains
dosen membantu peserta didik untuk serta teknologi mempengaruhi
menggali pengetahuan awal mereka lingkungan dan masyarakat. Aktivitas
dan mengungkap miskonsepsi pembelajaran yang tergolong singkat
terhadap topik yang akan dipelajari. menjadi salah satu penyebab
Pada tahapan explore kemungkinan hasil pembelajaran
(mengeksplorasi), peserta didik diberi kurang bisa lebih optimal.
kesempatan untuk bereksplorasi Senada dengan pendapat tersebut,
secara fisik dan mental terhadap menurut Mulyasa (2004) bahwa
masalah yang dibahas sehingga pembelajaran bisa dikatakan berhasil
peserta didik memperoleh suatu dan berkualitas apabila sebagian
konsep baru, proses belajar dan besar peserta didik terlibat secara aktif,
keterampilan. Pada tahapan explain, baik fisik, mental maupun sosial dalam
peserta didik menjelaskan konsep baru pembelajaran. Selain itu, Sudjana
yang diperoleh pada tahapan (2012) mengemukakan bahwa salah
eksplorasi. Pada tahapan elaborate, satu ciri pengajaran yang berhasil
peserta didik dilibatkan pada suatu diantaranya dilihat dari kadar kegiatan
diskusi kelompok yang membahas belajar peserta didik. Makin tinggi
suatu situasi atau permasalahan baru kadar belajar peserta didik, makin
sehingga peserta didik dapat tinggi peluang berhasilnya pengajaran.
menerapkan konsep yang telah Penggunaan aplikasi media social
ditemukan sebelumnya. Pada tahapan youtube sangat membantu dalam
Purniawan Widodo, S,Pd
Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
9

penerapan kedua pendekatan tersebut atau perorangan. Pemanfaatan media


untuk meningkatkan kemampuan yang sesuai juga dapat meningkatkan
pemahaman konsep Sains peserta tingkat partisipasi peserta didik pada
didik. Media aplikasi youtube yang materi yang dipelajari. Hal ini
menyediakan beragam tayangan lebih sebagaimana pendapat Ghofur (2018)
bisa membuat materi yang bahwa pemanfaatan media yang tepat
disampaikan terlihat konkrit, karena dapat meningkatkan antusiasme
bisa langsung dilihat dan diamati yang peserta didik dalam aktivitas
kemudian bisa dikritisi oleh peserta pembelajarannya.
didik. Hal ini sangat membantu dosen
dalam mengaplikasikan kedua SIMPULAN
pendekatan tersebut. Pemanfaatan Kedua kelompok peserta didik
media social youtube yang berbentuk sebelum diberikan perlakuan
video relative banyak kontennya pembelajaran dengan menggunakan
mampu menarik respon peserta didik pendekatan konvensional (ceramah)
untuk berperan aktif dalam forum dan Konstruktivisme 5E diberikan pra-
pembelajaran. Mahapeserta didik tes terlebih dahulu, dan hasil analisis
cenderung mampu dengan mudah menunjukkan bahwa tidak adanya
menelaah materi melalui beragam perbedaan yang signifikan atau
video yang tersedia di media sosial dengan kata lain kemampuan berfiir
youtube yang diberikan oleh dosen kritis pada kedua kelompok peserta
dengan menggunakan pendekatan didik tersebut relatif sama, sehingga
konvensional (ceramah) dan layak untuk diberikan perlakuan
konstruktivisme 5E. Hal ini juga dengan pendekatan Konstruktivisme
relevan dengan hasil kajian Kustandi 5E untuk kelas eksperimen dan
dan Bambang (2013) yang pendekatan konvensional (ceramah)
menyatakan beragam keuntungan untuk kelas kontrol. Kedua pendekatan
menggunakan media dalam bentuk tersebut dibantu juga dengan
video untuk aktivitas pembelajaran, pemanfaatan media sosial youtube.
diantaranya: 1) Video dapat Setelah kedua kelompok peserta
melengkapi pengalaman pengalaman didik tersebut enam kali diberikan
dasar peserta didik ketika mereka pembelajaran, kemampuan
berdiskusi, membaca, dan praktik. 2) pemahaman konsep Sains peserta
Video dapat menunjukan objek secara didik antara kelas eksperimen dan
normal yang tidak dapat dilihat dan kelas kontrol memiliki perbedaan yang
diamati lewat penjelasan maupun signifikan. Pada kelas eksperimen
gambar. 3) Mendorong dan yang diajarkan dengan menggunakan
meningkatkan motivasi peserta didik pendekatan Konstruktivisme 5E nilai
serta menanamkan sikap dan segi rerata kemampuan pemahaman
afektif lainnya. 4) Video mengandung konsep Sainsnya adalah 73.13,
nilai-nilai positif yang dapat sedangkan untuk kelas kontrol yang
mengundang pemikiran dan diajarkan dengan pendekatan
pembahasan dalam kelompok. 5) konvensional (ceramah), nilai
Video dapat menyajikan peristiwa reratanya adalah 61.89. Berdasarkan
kepada kelompok besar atau kelompok hasil analisis dengan ANOVA dua jalur
kecil dan kelompok yang heterogen pada data nilai pasca-tes kemampuan
Purniawan Widodo, S,Pd
Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
10

pemahaman konsep Sains peserta Handbook Approach on Learning


didik menunjukkan bahwa ada. Achievement, Integrated Science
pengaruh yang signifikan kemampuan Process Skill and Critical
pemahaman konsep Sains kelompok Thinking of High School (Grade
peserta didik, baik yang diajarkan 9) Students. Pakistan Journal of
dengan pendekatan 5E (Engage, Social Sciences, 6(5):287–291.
Explore, Explain, Elaborate, dan Barlia, L. 2011. Konstruktivisme dalam
Evaluate) maupun kelompok peserta Pembelajaran Sains di SD:
didik yang diajarkan dengan Tinjauan Epistimologi, Ontologi,
pendekatan konvensional (ceramah). dan Keraguan dalam Praksisnya.
Hal itu ditunjukkan dengan nilai F Bandung: Cakrawala Pendidikan.
hitung sebesar 155.080 dengan nilai Binadja, A. 2002. Hakekat dan tujuan
signifikansi sebesar 0.000. Perbedaan pendidikan konvensional
tersebut disebabkan pembelajaran (ceramah) dalam kontek
dengan menggunakan pendekatan 5E kehidupan dan pendidikan yang
dirasa lebih optimal sesuai dengan ada. Makalah Seminar dan
indikator ketercapaian kemampuan Lokakarya Nasional.
pemahaman konsep Sains, yakni Budprom W., Suksringam P.,
interpretasi, analisis, evaluasi dan Singsriwo A. 2010. Effects of
inferensi. Pada hasil penelitian ini juga Learning Environmental
diketahui bahwa waktu pembelajaran Education Using the 5E-Learning
yang tergolong singkat menjadi salah cycle with Multiple Intelligences
satu penyebab pendekatan and Teacher ’s Handbook
konvensional (ceramah) belum bisa Approaches on Learning
berdampak pada peningkatan Achievement, Basic Science
kemampuan pemahaman konsep Process Skills and Critical
Sains secara optimal. Selain itu, Thinking of Grade Students.
penggunaan aplikasi media sosial Pakistan Journal of Social
dalam bentuk youtube dirasa sangat Sciences,7(3):200–204.
membantu dosen dalam menerapkan Bybee, W.R., Taylor, J.A., Gardner, A.,
kedua pendekatan tersebut. Media Scotter, P.V.,Carlson, J.P.,
youtube yang berupa ragam video Westbrook, A., and Landes, N.
dirasa mampu menjadikan 2006. The BSCS 5E Instructional
pembahasan materi lebih konkrit Model: Origins and Effectiviness.
sehingga peserta didik biasa lebih Colorado Springs, CO: BSCS,
mudah menangkap materi yang 5:88–98.
sedang dipelajari sesuai dengan Gazali, A. Hidayat, A. & Yuliati, L.
tahapan pembelajaran yang dilakukan. 2015. Efektivitas Modul Siklus
Belajar 5E Terhadap Ketrampilan
DAFTAR PUSTAKA Proses Sains dan Kemampuan
Appamaraka, S., Suksringarm, P. & Berpikir Kritis Peserta didik.
Singseewo,A. 2009. Effects of Jurnal Pendidikan Sains, 3(1):
Learning Environment Education 10-16.
Using the 5Es-Learning cycle Ghofur, A. 2018. The Use of Media for
Approach with The Metacognitive Science Teaching in Islamic
Moves and The Teacher’s
Purniawan Widodo, S,Pd
Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains
11

Schools. Jurnal Pendidikan


Edutama, 5 (1): 1-8.

Purniawan Widodo, S,Pd


Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivisme “5E” untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman Konsep Sains

Anda mungkin juga menyukai