Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RANGKUMAN BUKU

“ AKHLAK ETOS KERJA ISLAM “

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah


Akhlak

Disusun Oleh :
Kelompok :2
Nama / Npm : Arif Rahman H / 10070218013
: Muhammad Farhan Nurrohman /10070218014
: Rizky R / 10070218023
: Normic J P / 10070218028

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020 M / 1442 H
BAB 5
MEMPERSIAPKAN DIRI DARI HAL HAL POKOK

• Kewajiban Kifayah yang Perlu Diperhatikan


Kewajiban kifayah tertentu yang dimaksud adalah berbisnis dalam
bentuk berusaha untuk mencukupi dan mensejahterakan mutu kehidupan kita,
sebagai satu kesatuan umat.
Sebagaimana yang kita ketahui kewajiban kifayah adalah suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh umat islam, yang bila hal itu sudah
dilakukan oleh kelompok seorang muslim maka terbebaslah muslim lainnya
dari kewajiban tugas tersebut. Sebagai contoh : menuntut ilmu hukumnya wajib
ain ( wajib dilakukan ) bagi setiap umat islam, tetapi belajar ilmu ekonomi atau
ilmu lain adalah suatu kewajiban kifayah, artinya tidak semua muslim harus
belajar ilmu ekonomi atau ilmu lainnya bila sudah ada satu atau sekelompok
muslim lainnya yang melakukan.
Peringatan khalifah umar mengingatkan kita sebagai suatu umat, bahwa
kita dilarang meninggalkan kewajiban kifayah seperti berbagai ragam aktivitas
berbisnis. Karena aktivitas berbisnis beragam macam bentuknya: mulai dari
menyiapkan bahan baku (material), memproduksi, mengemas,
mendistribusikan dan memasarkan suatu produk atau jasa tertentu. Karena bila
hal ini diabaikan maka diperkirakan kita akan tergantung pada produk dan jasa
yang dihasilkan umat lain. Dampaknya tentu saja bisa sangat menyedihkan bagi
kita sebagai umat islam.
Khalifah umar, sebagai pemimpin pada saat itu sangat memperhatikan
kewajiban kifayah seperti ini. Beliau bertanggung jawab bila ada hal hal
strategis dan pokok tetapi kaum muslimin tidak menguasainya atau bahkan
mengabaikannya. Khalifah umar berkata “ Sesungguhnya kebodohan dalam
(mencari) penghidupan lebih aku khawatirkan dari pada kemiskinan.” Jadi
menurut beliau keterampilan mencari penghasilan adalah masalah strategis dan
pokok yang harus dikuasi kaum muslimin dan tidak boleh ditinggalkan.
Tatkala orang kebanyakan orang islam mulai meninggalkan pasar dan
duduk duduk santai menikmati hasil fa’i sambal berzikir dimesjid. Pandangan
besar kaum muslimin yang keliru ini, dengan konteks yang berbeda disindir
oleh Allah dalam Al-Quran Q.S At- Taubah ayat 122

“ Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke


medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak
pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat
menjaga dirinya.”
Ayat diatas bila dibahas secara kontekstual adalah : tidak sepatutnya
orang orang beriman itu duduk duduk santai saja menikmati hasil fa’I sambal
berzikir di masjid, sementara pasar tempat berjihad untuk menghidupkan
kehidupan malah ditinggalkan. jadi seharusnya pasar tempat berjihad untuk
mencari kehidupanlah yang dipenuhi oleh kaum muslimin agar tegak hukum
pasar yang benar. Karena kalua tidak pasar akan dikuasi orang lain yang tidak
jarang menghalalkan segala cara. Bilamana hal ini terjadi maka bencana dan
kerusakan akan menimpa kita semua.
Oleh karena itu perlu adanya pembagian tugas yang baik diantara
sesame kaum muslimin. Tujuannya untuk mengantisipasi agar semua masalah
pokok dan strategis yang ada dan akan muncul pada umat islam dapat
diselesaikan dengan baik. Sehingga mereka tidak tergantung dan didikte oleh
umat lain.
• Harus Mengerti Ilmunya
Namun untuk terjun dalam suatu bidang (bisnis tertentu) perlu ditunjang
ilmu memaidai tentang ilmu Syariahnya, sesungguhnya ketidak tahuan hukum
Syariah tentang suatu aktivitas, bisa berpotensi menjatuhkan kita ke dalam hal
hal haram yang dapat menghapus keberkahan aktivitas yang dilakukan serta
dapat mencampakkan kedalam murka Allah.
Berdasarkan pandangan tersebut, khalifah umar bin khaththab melarang
keras mereka yang berbisnis tetapi tidak mengetahui hukum syariahnya. Kata
beliau “ Tidak boleh berbisnis dipasar kami melaikan oleh mereka yang benar
benar memahi agama (aturan syariahnya).” Pandangan umar ini sejalan dengan
sabda Rasullahlah SAW berikut: “Bila suatu urusan diserahkan kepada mereka
yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.“ ( H.R Bukhari ).
Khalifah umar sangat tegas terhadap pelaku ekonomi yang tidak
mengetahui hukum syariahnya. Untuk itu beliau mengutus para petugasnya
untuk mengusir dari pasar orang yang tidak mengetahui hukum ekonomi
(Syariah).
• Pelajaran yang Dapat Diambil
Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari ayat, hadist dan riwayat diatas
ialah:
a) perlunya pembagian tugas diantara kita untuk menyelesaikan masalah
strategi dan pokok yang akan kita hadapi.
b) Pembagian tugas yang ada hendaknya dilakukan dengan penuh
tanggung jawab (amanah) sehingga akan melahirkan orang orang ahli
dibidangnya.
c) Keahlian orang orang dibidangnya diharapkan akan melahirkan produk
atau jasa dengan kualitas yang terbaik dengan prinsip keadilan,
menghindari yang dilarang, dan berrmanfaat, karena pemegang amanah
memahami benar ajaran Syariah, khususnya terhadap bidang yang
mereka emban. Bila ketiga hal ini terjadi, maka insyaallah kita umat
islam akan kuat.
BAB 6
KAYA ITU BUKAN BANYAK HARTA,
TETAPI KAYA ITU KAYA JIWA

❖ Kekayaan Hati

Kekayaan yang utama menurut ajaran islam bukanlah banyaknya harta (asset)
yang dimiliki perusahaan, akan tetapi kekayaan utama perusahaan menurut ajaran
islam itu adalah bila perusahaan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
memiliki kekayaan jiwa. SDM yang memiliki kekayaan jiwa dicirikan memiliki
akhlak yang mulia, yang tunduk kepada aturan Allah dan Rasul-nya.

SDM yang memiliki kekayaan jiwa dicirikan bila melakukan perbuatan salah
maka sadar akan kekeliruannya dan cepat cepat bertobat, mereka pun tidak
meneruskan perbuatan salahnya itu ( Q.S Ali Imran 3:135) sekalipun bisnisnya itu
sangat menguntungkan.

❖ Penilaian Disisi Allah Pada Hati dan Perbuatan

Sealim alimnya manusia dapat saja tergoda, tetapi hati yang jujur sebagian buah
ibadah yang ikhlas ternyata dapat terjadi pengendalian diri, hingga seseorang dapat
tercegah dari perbuatan tercela sekalipun peluang untuk melakukan itu sudah
terbuka lebar.

Kebaikan walau sesaat yang dilakukan dengan ikhlas ternyata dapat merubah
kejahatan ( fahsya) yang dilakukan bertahun tahun. Kisah yang hamper sama juga
pernah terjadi pada Nabi Yusuf As yang hamper melakukan perbuatan tercela
dengan siti Zulaekha, tetapi tercegah karena Nabi Yusuf AS tersadar. Allah
mengabadikan kisah Nabi Yusuf AS ini dengan firmanya :

‫ولـقد ه َّمت ِب ۚه وه َّم ِبها لو ال ان َّرا بُرهان ر ِبه كذ ِلك‬


‫صين‬ ‫ِلنصرف عنهُ ا‬
ِ ‫السوء والـفحشآء اِنَّه ِمن ِعبادِنا ال ُمخل‬ ِ
Artinya : Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf).
Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda
(dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan
kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.

Berdasarkan hadist dan ayat di atas maka kekayaan sebenarnya kekayaan hati
yang dibuktikan dalam bentuk amala mal soleh. Sayangnya, kebanyakan
manusia kurang memperhatikan masalah kebersihan niat dan amal baik
seseorang. Mereka lebih suka menilai seseorang dari penampakan fisiknya
(kekayaan hartanya). Akibatnya, perbuatan mereka menjadi tidak terkontrol
karena tujuanya lebih kepada harta fisik. Oleh karena itu, mereka oleh allah
dianggap sebagai binatang ternak, bahkan meraka termasuk golongan yang
kafir. Karena walau sudah diberitahukan mereka tetap membandel. Hal itu
terjadi karena didalam hati mereka ada suatu penyakit, sehingga hatinya
mengalami kebutaan. Oleh kaena itu allah berfirman :

‫الن ِس ل ُهم قُلُوب َّل يفق ُهون‬


ِ ‫ولقد ذرأنا ِلجهنَّم كثِي ًرا ِمن ال ِج ِن و‬
‫ا‬
‫ص ُرون بِها ول ُهم اذان َّل يسمعُون بِها اُول ِٕىك‬ ِ ‫بِها ول ُهم اعيُن َّل يُب‬
‫ا‬
‫كالنع ِام بل ُهم اضل اُول ِٕىك ُه ُم الغ ِفلُون‬
Artinya : Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-
ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lengah.

Oleh karena itu, kaya menurut ajaran islam bukanlah karena banyaknya
harta berupa kekayaan fisik dan ambisi lainya. Akan tetapi kaya itu lebih
diutamakan pada kaya jiwa, dalam pengertian hati yang bersih dan ikhlas dalam
mengamalkan ajaran agama. Kayanya hati atau jiwa akan dapat mencegah
terjadinya kemungkinan. Sehingga, tatkala godaan datang, baik berupa godaan
harta, tahta, dan wanita untuk melakukan sesuatu yang tercela, dirinya dapat
terkendali dengan baik, dengan demikian maka perbuatan korupsi,
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, perzinahan dan perbuatan
keji serta perbuatan mungkar lainya akan dapat di cegah.

❖ Penutup

Beberapa akhlak mulia yang menjadi ciri dan keunggulan bisnis islami
adalah :

Kesjujuran (shidiq), amanah, cerdas (fathanah) tabligh, serta


menghindarkan sejauh mungkin bisnis bisnis yang ada kaitanya dengan unsur
– unsur ( judi, perbuatan yang melanggar etika, spekulasi manipulasi,
penimbuhan, dan lain – lain.

Semoga kita termasuk hamba Allah yang berambisi lebih


memperhatikan akhirat dan memiliki kekayaan hati (jiwa) dari pada kekayaan
lainya. Aamiin
BAB 7
ISLAM MENGAJARKAN TEKUN BEKERJA, MEMBENCI PEMINTA
MINTA, MENYUKAI HIDUP HEMAT DAN BERSIKAP BIJAKSANA

Agama Islam membenci sikap meminta minta dan mengajarkan agar kita
tekun bekerja serta hidup hemat. Hadis dan riwayat berikut menggambarkan hal
tersebut.
Sesungguhnya sikap meminta minta itu tidak layak kecuali bagi tiga
orang, yaitu: 1. Mereka yang menderita miskin yang menyakitkan. 2. Mereka
yang mempunyai utang yang menakutkan. 3. Mereka yang mempunyai luka
yang mengerikan. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadis yang lain, beliau mengarahkan kita agar rajin bersabda, Nabi
SAW bersabda:
“Tidak ada makanan yang lebih baik dimakan seseorang daripada
makanan yuang merupakan hasil usahanya sendiri. Nabi Daud AS memakan
makanan dari hasil usahanya sendiri (HR. Bukhari, Nasa’I dan Ibnu Majah).

❖ Islam Membenci Peminta-Minta

Hadis diatas menggambarkan bahwa agama Islam adalah agama yang


membenci sikap meminta minta dan malas bekerja. Dalam hadis lain, beliau
bersabda yaitu:
“Bila seseorang masih tetap meminta minta sampai dia menemui Allah (mati),
maka pada wajahnya tidak aka nada daging.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Siapa yang miminta minta harta orang dengan maksud perbanyak
hartanya(bukan karena alasan yang diperkenankan) maka sebenarnya dia hanya
meminta bara api, bauj yang dimintanya sedikit atau banyak.” (HR Bukhari dan
Muslim).
❖ Dalam hadis yang lain Rasul SAW bersabda:

“barang siapa yang ditimpa kemiskinan lalu meminta minta kepada masyarakat,
maka kemiskinannya tidak akan dihilangkan namun barang siapa ditimpa
kemiskinan lalu meminta minta kepada Allah, maka cdepat atau lambat Allah
akan memberinya rezeki.” (HR. Tirmidzi).

Lalu, berapakah batas mnimal jumlah harta seseorang yang disebut tidak
miskin sehingga tidak boleh meminta minta itu? Dalam hadis Rasul SAW
bersabda:
“Barang siapa meminta minta padahal dia telah dapat mencukupinya kebutuhan
hidup, maka dia akan dikumpulkan pada hari kiamat dengan wajah tercabik
cabik.” “sahabat bertanya:” Ya Rasulullah, apakah kriterianya kaya itu,
sehingga kita haram untuk meminta minta?” beliau menjawab: bilai engkau
memiliki kekayaan 50 dirham atau setara dengan 5 dinar” (HR. Tirmidzi).
Sebagai catatan, satu dinar itu setara debgab 4,25 gram emas a=hadu 5
dubar uty setara dengan 21,15 gram emas. Sikap suka meminta minta dengan
erbagai macam bentuknya mulai dari mengemis, pungli, maling, mencopet atau
korupsi, lahir dari perasaan miskin (selalu merasa kurang dalam hal harta) dan
kufur, walaupun kebutuhan hidupnya telah tercukupi. Karena bahanya perasaan
itu Rasul sering berdoa yaitu”Sesungguhnya Allah mencintsai seorang hamba
yang bertakwa, hamba yang kaya dan orang yang tersembunyi(dari pandangan
atau tidak ingin dikenal)”. (HR. Muslim dan Hanbali).

❖ Hidup hemat (efisien): Cara Mencapai Kekayaan

Rezeki, umur, serta nasib baik dan buruk memang telah Allah tetapkan,
namun hal ini bukan berate mereka yang mempunyai rezeki sedikit tidak dapat
mnejadi kaya. Merka dapat menjadi kaya dengan rezeki yang seedikit bila
rezekit tersebut disyukuri dengan cara digunakan dengan sederhana dan hemat.
Hasil penghematan tersebut ditabungkan untuk bekal di hari susahnya dan
hajatnya. Rasul Bersabda : “ Allah memberikan rahmat kepada orang yang
berusaha mencari harta dengan jalan yang halal da membelanjakannya dengan
sederhana serta hemat, menabungkan kelebihannya untuk hari papa dan
hajatnya.: (HR Ibnu Najar).

❖ Ancaman Dunia dan Menjadi Orang Bijak

Berdasarkan uuraian diatas, ekonomi Islam ternyata membeci sikap suka


meminta minta, mengajarkan hidup hemat, tekun bekerja dan bersikap
bijaksana. Namun, ekonomi Islam tidak menuhankan harta bahkan menganggap
harta dunia itu sebagai suatu cobaan. Rasulullah bersabda “Sesungguhnya setiap
umat mempunyai fitnah(cobaanya)dan fitnah umatku adalah pada harta.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Allah SWT berfirman yaitu “Sesungguhnya hartamu dan anak anakmu
hanyalah cobaan (fitnah bagimu) di sisi Allah lah pahala yang paling besar (QS.
At Taghabun ayat 15).
Meski Rasullulahh khawatir umatnya berpeluang tejerumus pada cinta
dunia dan saling berebut berlomba mendapatkannya namun pada kenhataanya,
sebagian besar umat islam seperti kita tidak dtahan terhadap cobaan kemiskinan,
oleh karena itu, Rasul mengajarkan kita agar dapat bersikap bijak sana dalam
menerima dan mempelajari hikmah segala keadaan.

❖ Ancaman Dunia dan Menjadi Orang Bijak

Berdasarkan uuraian diatas, ekonomi Islam ternyata membeci sikap suka


meminta minta, mengajarkan hidup hemat, tekun bekerja dan bersikap
bijaksana. Namun, ekonomi Islam tidak menuhankan harta bahkan menganggap
harta dunia itu sebagai suatu cobaan. Rasulullah bersabda “Sesungguhnya setiap
umat mempunyai fitnah(cobaanya)dan fitnah umatku adalah pada harta.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Allah SWT berfirman yaitu “Sesungguhnya hartamu dan anak anakmu
hanyalah cobaan (fitnah bagimu) di sisi Allah lah pahala yang paling besar (QS.
At Taghabun ayat 15).
Meski Rasullulahh khawatir umatnya berpeluang tejerumus pada cinta
dunia dan saling berebut berlomba mendapatkannya namun pada kenhataanya,
sebagian besar umat islam seperti kita tidak dtahan terhadap cobaan kemiskinan,
oleh karena itu, Rasul mengajarkan kita agar dapat bersikap bijak sana dalam
menerima dan mempelajari hikmah segala keadaan.
BAB 8
ISLAM MENYURUH KITA BEKERJA

Agama Islam merupakan agama yang universal,di mana dalam


ajarannya menganjurkan umatnya untuk bekerja. Hal ini mempunyai arti
kita merealisasikan fungsi kehambaan kepada Allah dan menempuh jalan
menuju ridha-Nya, mengangkat harga diri, meningkatkan taraf hidup dan
memberi manfaat kepada sesama, bahkan kepada makhluk lain. Dengan
tertanamnya kesadaran ini, seorang muslim akan berusaha mengisi setiap
ruang dan waktunya hanya dengan aktivitas yang berguna. Bekerja adalah
segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya
tersebut dilakukan dengan kesungguhan guna mewujudkan prestasi yang
optimal. Kerja keras atau dengan kata lain yang dinamakan etos kerja
merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Sebab dengan etos kerja yang tinggi akan menghasilkan kinerja
yang tinggi pula. Etos kerja yang tinggi dapat diraih dengan jalan
menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama disamping motivasi
penghargaan dan hukuman serta perolehan material.

Pengkajian dan pengetahuan tentang al-Qur’an dan Hadits


memiliki nilai penting bagi setiap orang pekerja, juga bagi semua orang
beriman. Secara khusus, arti pentingnya bagi para sarjana yang tertarik
terhadap studi manusia dan masyarakat adalah mengingat kitab suci ini
secara efektif berperan tidak hanya dalam membentuk masa depan
masyarakat Islam, melainkan juga dalam membentuk masa depan umat
manusia secara keseluruhan.

Sebagai seorang muslim yang berpegang pada al-Qur’an dan


Hadits maka harus bisa mengambil hikmah yang ada pada kedua pedoman
umat Islam tersebut, agar dimudahkan dalam segala hal dan diridhoi Allah.
Sebagaimana firman Allah :
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.(Q.S. Adz-Dzaariyat [51]:56).3

Manusia diciptakan hanya untuk mengabdi kepada Allah, dan


mengabdi itu harus disertai dengan iman, ilmu dan amal. Iman, ilmu dan
amal merupakan tiga serangkai yang akan memuliakan martabat
manusia.4 Setidaknya orang yang beriman, berilmu maka akan
mengamalkan apa yang telah diperolehnya. Dengan ibadah seseorang
berhubungan dengan Allah secara vertikal, menyembah kepada-Nya
dengan penuh takut dan cinta sesuai dengan apa yang telah Rasulullah
contohkan.

Aspek inilah yang memberikan aspek muamalah agar berjalan


terarah pada jalan yang diridhoi Allah. Lapangan mu’amalah adalah aspek
dimana manusia berhubungan secara horizontal antara satu dengan yang
lainnya dalam lapangan ekonomi, sosial, kemasyarakatan, dan nilai-nilai
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup yang fanaini. Inilah yang
disebut dengan hablun minnallah dan hablun minannas. Manusia adalah
mahluk kerja yang ada persamaanya dengan hewan juga, bekerja dengan
cara sendiri. Tetapi tentu lain dengan caranya Hewan bekerja semata
berdasarkan naluriah, tidak ada etos, kode etik atau permintaan akal.
Untuk meringankan beban tenagak erja yang terbatas maupun meraih
prestasi yang sehebat mungkin. Bilamana manusia bekerja tanpa etos,
tanpa moral dan akhlak maka gaya kerja manusia meniru hewan, turun
tingkat kerendahan. Demikian juga bilamana manusia bekerja tanpa
menggunakan akal, maka hasil kerjanya tidak akan memperoleh kemajuan
apa-apa.

Etos kerja adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan manusia,


moral dan gaya estetik serta suasana batin mereka. Etos kerja merupakan
motor penggerak produktifitas dari berbagai seminar dan lokal karyanya
selalu ditampilkan, bahwa etos kerja bangsa Indonesia masih rendah. Hal
itu tentu kurang mendukung upaya pembangunan ekonomi dan sumber
daya manusia. Etos kerja adalah masalah yang komplek dan banyak
mengandung aspek, baik ekonomi sosial, maupun budaya. Oleh karena itu,
meningkatkan perlu ditangani secara terpadu dan komprehensif.

Etos kerja menggambarkan segi-segi etos kerja yang baik pada


manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai
sebagai etos kerja yang diimplementasikan dalam aktivitas kerja. Ajaran
Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, dan bahwa ajaran
Islam memuat spirit dan dorongan pada tumbuhnya budaya dan etos kerja
yang tinggi. Kalau pada tataran praktis, umat Islam seolah-olah beretos
kerja rendah, maka bukan sistem teologi yang harus dirombak, melainkan
harus diupayakan bagaimana cara dan metode untuk memberikan
pengertian dan pemahaman yang benar mengenai watak dan karakter
esensial dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Etos kerja dalam Islam
terkait erat dengan nilai-nilai (values) yang terkandung dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah tentang “kerja” yang dijadikan sumber inspirasi dan
motivasi oleh setiap Muslim untuk melakukan aktivitas kerja di berbagai
bidang kehidupan. Cara mereka memahami, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai al-Qur’an dan al-Sunnah tentang dorongan untuk
bekerja itulah yang membentuk etos kerja Islam.

Manusia diciptakan di dunia ini sebagai makhluk yang paling


sempurna bentuknya (fi ahsani taqwīm), yang ditugaskan untuk
menyembah Allah dan menjauhi larangannya. Manusia merupakan
makhluk jasmaniah dan rohaniah yang memiliki sejumlah kebutuhan
sandang, pangan, papan, udara dan sebagainya. Guna memenuhi
kebutuhan jasmaniah itu manusia bekerja, berusaha, walaupun tujuan itu
tidak semata-mata hanya untuk keperluan jasmaniah semata.10 Setiap
manusia pada dasarnya wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Sebagaimana firman Allah
Artinya: “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telahkamu kerjakan. (Q.S. At-Taubah [9]:105).11

Dianjurkan kepada umat Islam untuk memberi dan dilarang untuk


meminta-minta, karena tangan yang memberi itu lebih baik daripada
tangan yang menerima. Seorang muslim dituntut untuk senantiasa
meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna
danbermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai
derajat al-hayat al-thayyibah (hidup yang diliputi kebaikan).

Salah satu kitab karangan Imam Al-Ghazali adalah kitab Ihya


Ulumiddin. Nama lengkap Imam Al-Ghazali adalah Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi
AnNaysaburi Al- Faqih Ash-Shufi Asy-Syafi’i Al-Asy’ari. Ia mendapat
gelar al-Hujjah al-Islam Zaynuddin al-Thusi. Kitab Ihya’ Ulumiddin
merupakan salah satu karya monumental yang menjadi intisari dari seluruh
karya Al-Ghazali. Secara bahasa Ihya’ Ulumiddin berarti menghidupkan
kembali ilmu-ilmu agama. Kitab Ihya’ Ulumiddin disusun ketika umat
Islam teledor terhadap ilmu-ilmu Islam, yaitu setelah Al-Ghazali kembali
dari rasa keragu-raguan dengan tujuan utama untuk menghidupkan
kembali ilmu-ilmu agama

Anda mungkin juga menyukai