INSPIRASI
INSPIRASI
Berkarya
Air yang tak bergerak lebih cepat busuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih
mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih gampang berkarat. Hanya
perkakas yang tak digunakanlah yang disimpan dalam laci berdebu. Alam telah
mengajarkan ini; Jangan berhenti berkarya, atau anda segera menjadi tua dan
tak berguna.
Cobalah Untuk Merenung
Berhentilah Mengeluh
Pantaskah anda mengeluh? Padahal anda telah dikaruniai sepasang lengan yang
kuat untuk mengubah dunia. Layakkah anda berkeluh kesah? Padahal anda telah
dianugerahi kecerdasan yang memungkinkan anda untuk membenahi segala
sesuatunya.
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke
kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau
tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan
orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk
karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin
seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus
perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah
barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya
tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti
itu?”
Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang
tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk
sekali, nggak ada waktu.”
Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat
semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam
HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH
SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA
INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG
DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.
Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras
yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah
kalian tahu apa itu kemujuran? Apakah kalian dapat mendatangkan kemujuran
sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan
dari mana datangnya.
Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya
proses mendaki tangga, kalian melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga
satu per satu. Tak perlu repot-repot membuang waktu kalian untuk mencari
jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan
jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kalian
berhasil jika kalian tak merasa puas?
Amatilah jalan lurus kalian. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama
kalian yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Ketahuilah,
jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kalian menjadi diri kalian
sendiri.
Pertunjukkan Akhir
Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan
dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak
ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.
Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih
berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih
ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk
umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang
diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi
atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan
menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan,
yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit
tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai
melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama
makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu
memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat.
Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi
panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu,
dan akhirnya ia terkulai mati.