Anda di halaman 1dari 6

Teruslah 

Berkarya

Jangan berhenti. Bukan karena berhenti akan menghambat laju kemajuan


anda. Namun sesungguhnya alam mengajarkan bahwa anda tak akan pernah
bisa berhenti. Meski anda berdiam diri di situ, bumi tetap mengajak anda
mengelilingi matahari. Maka, bergeraklah, bekerjalah, berkaryalah. Bekerja
bukan sekedar untuk meraih sesuatu. Bekerja memberi kebahagiaan diri. Itulah
yang diharapkan oleh alam dari anda.

Air yang tak bergerak lebih cepat busuk. Kunci yang tak pernah dibuka lebih
mudah serat. Mesin yang tak dinyalakan lebih gampang berkarat. Hanya
perkakas yang tak digunakanlah yang disimpan dalam laci berdebu. Alam telah
mengajarkan ini; Jangan berhenti berkarya, atau anda segera menjadi tua dan
tak berguna.

Cobalah Untuk Merenung

Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan


di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di malam hari sesaat
sebelum beranjak tidur. Merenunglah dalam keheningan. Jangan gunakan
pikiran untuk mencari berbagai jawaban. Dalam perenungan anda tidak mencari
jawaban. Cukup berteman dengan ketenangan maka anda akan mendapatkan
kejernihan pikiran. Jawaban berasal dari pikiran anda yang bening. Selama
berhari-hari anda disibukkan oleh berbagai hal. Sadarilah bahwa pikiran anda
memerlukan istirahat. Tidak cukup hanya dengan tidur. Anda perlu tidur dalam
keadaan terbangun. Merenunglah dan dapatkan ketentraman batin.
Pikiran yang digunakan itu bagaikan air sabun yang diaduk dalam sebuah gelas
kaca. Semakin banyak sabun yang tercampur semakin keruh air. Semakin cepat
anda mengaduk semakin kencang pusaran.Merenung adalah menghentikan
adukan. Dan membiarkan air berputar perlahan. Perhatikan partikel sabun turun
satu persatu, menyentuh dasar gelas. Benar-benar perlahan. Tanpa suara.
Bahkan anda mampu mendengar luruhnya partikel sabun. Kini anda
mendapatkan air jernih tersisa di permukaan. Bukankah air yang jernih mampu
meneruskan cahaya. Demikian halnya dengan pikiran anda yang bening.

Berhentilah Mengeluh

Pantaskah anda mengeluh? Padahal anda telah dikaruniai sepasang lengan yang
kuat untuk mengubah dunia. Layakkah anda berkeluh kesah? Padahal anda telah
dianugerahi kecerdasan yang memungkinkan anda untuk membenahi segala
sesuatunya.

Apakah anda bermaksud untuk menyia-nyiakan semuanya itu? lantas


menyingkirkan beban dan tanggung jawab anda? Janganlah kekuatan yang ada
pada diri anda, terjungkal karena anda berkeluh kesah. Ayo tegarkan hati anda.
Tegakkan bahu. Jangan biarkan semangat hilang hanya karena anda tidak tahu
jawaban dari masalah anda tersebut.

Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kamu. Ambillah sebuah


nafas dalam-dalam. Tenangkan semua alam raya yang ada dalam benak anda.
Lalu temukan lagi secercah cahaya dibalik awan mendung. Dan mulailah ambil
langkah baru.

Sesungguhnya, ada orang yang lebih berhak mengeluh dibanding anda.


Sayangnya suara mereka parau tak terdengar, karena mereka tak sempat lagi
untuk mengeluh. Beban kehidupan yang berat lebih suka mereka jalani daripada
mereka sesali. Jika demikian masihkan anda lebih suka mengeluh daripada
menjalani tantangan hidup ini?

Kasih Sayang Seorang Ibu

Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu.


Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.

Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya.


Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli
kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke
kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau
tidak malu di depan teman-temanmu.

Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan
orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk
karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin
seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus
perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah
barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya
tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti
itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.


Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana


merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang
jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang
tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk
sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan


perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang
menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat
semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam
HATI mu bagaikan palu godam.
JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH
SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA
INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG
DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

Tak Ada Jalan Pintas

Keberhasilan tak diperoleh begitu saja. Ia adalah buah dari pohon kerja keras
yang berjuang untuk tumbuh. Jangan terlalu berharap pada kemujuran. Apakah
kalian tahu apa itu kemujuran? Apakah kalian dapat mendatangkan kemujuran
sesuai keinginan kalian? Padahal kita tahu, kita tak selalu mampu menjelaskan
dari mana datangnya.

Sadarilah bahwa segala sesuatu berjalan secara alami dan semestinya. Layaknya
proses mendaki tangga, kalian melangkahkan kaki kalian melalui anak tangga
satu per satu. Tak perlu repot-repot membuang waktu kalian untuk mencari
jalan pintas, karena memang tak ada jalan pintas. Sesungguhnya kemudahan
jalan pintas itu takkan pernah memberikan kepuasan sejati. Untuk apa kalian
berhasil jika kalian tak merasa puas?

Hargailah setiap langkah kecil yang membawa anda maju. Janganlah


melangkah dengan ketergesaan, karena ketergesaan adalah beban yang
memberati langkah saja.

Amatilah jalan lurus kalian. Tak peduli bergelombang maupun berbatu, selama
kalian yakin berada di jalan yang tepat, maka melangkahlah terus. Ketahuilah,
jalan yang tepat itu adalah jalan yang menuntun kalian menjadi diri kalian
sendiri.
Pertunjukkan Akhir

Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan
dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak
ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.

Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih
berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih
ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk
umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang
diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi
atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan
menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan,
yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit
tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai
melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama
makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu
memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat.
Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi
panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu,
dan akhirnya ia terkulai mati.

Renungan : “Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa


tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita
sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu
telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”

Anda mungkin juga menyukai