Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KEKAKUAN STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

DENGAN LUBANG HOLLOW CORE PADA TENGAH BALOK


Rizky Fajar Pratama, Sugeng P. Budio, Ming Narto Wijaya
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur – Indonesia
Email: rizky.fajarpratama@icloud.com

ABSTRAK

Kebutuhan manusia untuk bangunan dan infrastruktur tiap tahun mengalami


peningkatan. Hal ini secara langsung membuat kebutuhan akan bahan baku bangunan juga
meningkat. Efisiensi, peningkatan dan inovasi bahan baku menjadi hal yang perlu
diperhatikan. Perkembangan konstruksi beberapa dekade belakangan ini sudah sangat
pesat, dalam perkembangannya ini menjadikan beton sebagai bahan bangunan yang sangat
diminati. Hampir sebagian besar bangunan dibuat mengguanakan beton di berbagai bagian
strukturnya. Beton didapat dari campuran pasir, kerikil dan semen. Jika penggunaaan
bahan pembuat beton ini tidak terkontrol dengan baik, ditakutkan akan terjadi kerusakan
alam yang ditimbulkan oleh kegiatan eksplorasi yang berlebihan.
Penelitian ini menguji kekakuan struktur balok beton bertulang dengan lubang
(hollow core) di tengah balok. Pengujian ini terfokuskan pada struktur balok. Penelitian
menggunakan benda uji balok berpenampang persegi dengan tiga buah lubang persegi
dengan arah memanjang balok terletak di tengah badan balok. Untuk memudahkan dalam
proses pembuatan benda uji, maka lubang diisi dengan styrofoam diletakkan dibawah garis
batas pemisah bagian tarik dan tekan penampang (garis netral). Dengan asumsi,
penggunaan beton di bagian tarik struktur balok kurang efisien karena beton sangat lemah
terhadap tarik dan hanya untuk menyalurkan gaya yang diterima oleh struktur balok
tersebut akibat beban.
Penelitian ini menunjukkan hasil berat volume balok beton dengan lubang dimensi
5 x 10 x 60 cm, balok beton dengan lubang dimensi 7 x 10 x 60 cm, dan balok beton
dengan lubang dimensi 9 x 10 x 60 cm berturut-turut mengalami penurunan sebesar
13,92%; 15,04%; dan 18,34% dibandingkan dengan berat volume balok beton tanpa
lubang. Kekakuan balok beton mengalami penurunan dikarenakan lendutan yang terjadi
pada balok beton dengan lubang lebih besar dibandingkan dengan balok beton tanpa
lubang. Nilai kekakuan balok beton berlubang 5 x 10 x 60 cm, 7 x 10 x 60 cm, dan 9 x 10
x 60 cm berturut turut sebesar 580,66 kg/mm; 568,62 kg/mm; dan 566,79 kg/mm.
Penurunan ini tidak signifikan dibandingkan dengan penurunan berat volume yang terjadi.

Kata kunci: balok, berat volume, beton, hollow core, kekakuan.

1
ABSTRACT

Human’s needed for infrastructure and building is increasing each year. These
things, directly make a high demand to building’s materials too. Eficiency, improvement
and materials’s inovation are the things need to be recked. Construction development in
these decades has been developing quickly, in this construction development era concrete
has been as the most favourite materials among all. Most of the building made by concrete
on some parts of its structure. Concrete made of sand, gravel and cement. If the using of
concrete’s materials is uncontrolled nicely, probably the nature’s damage that happened
because of exploration activity will happen.
In this research, stiffness of concrete beam with hollow core in central sectional
will be tested. This test focuses on beam structure. In this research, three square holes in
longitudinal direction was set in the middle of the concrete beam structure will be used. To
simplify proccess of the prototype, then the hollow was filled with styrofoam that was set
below the neutral line of cross-section. With assumtion, the use of concrete in tensile area
only distributes the force that received by concrete beam because of the load.
The result of this experience show that density of concrete beam with 5 x 10 x 60
cm hollow core, of concrete beam with 7 x 10 x 60 cm hollow core, of concrete beam with
9 x 10 x 60 cm hollow core, in sequence has decreased by 13,92%; 15,04%; and 18,34%
compared to concrete beam without hollow core. Stiffness of concrete beam has decreased
because the deflection that was occurred to the concrete beam with hollow core are bigger
than concrete beam without hollow core. The value of concrete beam’s stiffness with 5 x
10 x 60 cm hollow core, of concrete beam with 7 x 10 x 60 cm hollow core, of concrete
beam with 9 x 10 x 60 cm hollow core, in sequence are 580,66 kg/mm; 568,62 kg/mm; dan
566,79 kg/mm. This decreasing is not significant compared to decreasing of its density that
occurred.

Keywords: beam, density, concrete, hollowcore, stiffness.

2
PENDAHULUAN
Latar Belakang Oleh karena itu, perlu adanya
Kebutuhan manusia meningkat penelitian untuk mengetahui pengaruh
seriring dengan perkembangan zaman, penambahan lubang pada badan beton
pembangunan terjadi di segala bidang terhadap kinerja beton itu sendiri.Hal ini
ikut meningkat untuk memenuhi berbagai diperkuat dengan keaadan di masyarakat
kebutuhan manusia. Terutama umum yang menjadikan beton sebagai
pembangunan infrastruktur dengan segala bahan bangunan yang paling diminati.
macam penggunaannya.
Bahan yang banyak digunakan Rumusan Masalah
dalam pembangunan tersebut adalah Berdasarkan latar belakang yang
beton. Beton banyak digunakan untuk telah teruraikan di atas, maka dapat
segala macam struktur bangunan, seperti dirumuskan masalah dalam penelitian ini,
balok, kolom, pelat, dan pondasi. Namun, sebagai berikut:
dalam perjalanannya, pembuatan beton 1) Bagaimana perbandingan berat
yang berasal dari campuran kerikil, volume yang terjadi pada balok
semen dan pasir mengakibatkan dampat dengan lubang (hollow core)
pada lingkungan. Bahan dasar pembuatan terhadap balok normal tanpa lubang?
beton yang diambil dan diproses dari 2) Bagaimana perbandingan kekakuan
alam semakin lama permintaannya yang terjadi antara balok dengan
semakin banyak seiring peningkatan lubang (hollow core) terhadap balok
kebutuhan manusia akan pembangunan. normal yang tidak dilubangi?
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan
terjadinya perusakan lingkungan akibat Tujuan Penelitian
kegiatan eksplorasi yang berlebihan dan Adapun tujuan dari penelitian ini
cenderung tidak terkendali dengan baik. adalah sebagai berikut:
Ekplorasi akan pasir dan kerikil yang 1) Mengetahui perbandingan berat
diambil dari alam untuk pemenuhan volume yang terjadi pada balok
permintaan akan bahan bangunan dengan lubang hollow core terhadap
menimbulkan banyak masalah abrasi balok normal.
pada daerah pesisir dan longsor yang 2) Mengetahui perbedaan kekakuan
terjadi di daerah tambang batu akibat yang terjadi antara balok dengan
batuan yang dikeruk secara tidak lubang terhadap balok yang tidak
terkontrol. dilubangi.
Berawal dari permasalahan
Batasan Masalah
tersebut, perlu adanya inovasi beton
Agar tujuan dari penelitian ini
ramah lingkungan namun memiliki
tercapai secara tepat, maka dilakukan
kinerja yang sama dengan beton pada
pembatasan masalah sebagai berikut:
umumnya. Pengurangan volume beton
1) Balok ditumpu oleh 2 tumpuan, yaitu
untuk menghasilkan kinerja beton yang
sendi dan rol.
sama diharapkan bisa mengurangi
2) Pengujian dilakukan di laboratorium
penggunaan bahan campuran beton
untuk mengetahui kekakuan pada
namun dengan kinerja yang sama dengan
balok beton
beton pada umumnya dan dimungkinkan
3) Menggunakan mutu beton 20 MPa
untuk mengurangi berat struktur beton itu
4) Penempatan lubang berada di tiga
sendiri.Dengan berat struktur bangunan
titik balok pada badan balok, yaitu
yang lebih kecil sangat memungkinkan
pada 40 cm dari tiap tumpuan ke
untuk memperkecil penggunaan beton
arah tengah bentang balok, dan di
pada struktur penyangga bagian bawah
tengah bentang balok.
bangunan itu sendiri.

3
5) Styrofoam diisikan ke dalam lubang perubahan satuan bentuk bahan
dalam balok beton yang diasumsikan tersebut.Sehingga didapat rumus:
tidak mempengaruhikinerja beton !
K=!
dan sebagai pengganti lubang pada (1)
balok dimana :
6) Terdapat tiga lubang yang terletak K : Kekakuan
memanjang badan balok dan berada P : Beban
di bagian tarik beton. δ : Lendutan
Menurut SNI 03-2847-2013, momen
inersia untuk perencanaan balok beton
TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan inersia efektif (Ie), dimana
Tinjauan Umum
nilainya diantara Ig dan Icr.
Beton diperoleh dari campuran pasir,
kerikil, semen, dan air. Penambahan
METODE
semen dan air pada pembuatan beton
Metode yang digunakan dalam
guna untuk merekatkan agregat dan pasir
penelitian ini adalah metode
melalui proses reaksi kimia.Untuk
eksperimental yang dilakukan di
mencapai nilai kekuatan dan durabilitas
Laboratorium Struktur dan Bahan
beton yang sesuai dengan perencanaan
Konstruksi Jurusan Sipil Fakultas Teknik
dipengaruhi oleh banyak faktor yang
Universitas Brawijaya. Penelitian ini
membentuk suatu fungsi.
menggunakan benda uji berupa balok
Dalam aplikasinya, penggunaan beton
beton bertulang dengan perletakan tiga
pada elemen struktur bangunan
lubang terpisah memanjang badan balok
diwujudkan dalam banyak komponen,
dan balok normal sebagai pembanding
antara lain, balok, kolom, plat, dan
atau kontrol. Dengan lubang hollow core
pondasi.
yang berdimensi 5 x 10 x 60 cm; 7 x 10 x
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
60 cm; dan 9 x 10 x 60 cm. Benda uji
pengaruh penempatan lubang (hollow
diletakkan diatas dua buah tumpuan sendi
core) pada badan balok beton terhadap
dan rol dengan jarak antar tumpuan 2,2
kekakuan balok.
m, tumpuan berada pada jarak 0,1 m dari
Hollow Core
masing-masing ujung balok beton. Pada
Pengertian hollow core adalah
jarak 0,6 m dari masing-masing letak
rongga yang terdapat di dalam badan
tumpuan ke arah tengah bentang balok
struktur beton.Rongga ini tidak nampak
diletakkan beban terpusat simetris terbagi
dari luar balok, dalam arti dari
dua.
penampang luar balok terlihat pejal.
Pengujian ini menggunakan tiga
Perhitungan analisis kekuatan nominal
buah alat pengukur lendutan (LVDT)
balok beton berlubang (hollow core)
untuk mengukur lendutan yang terjadi
ekivalen dengan perhitungan analisis
pada balok yang di pasang dibawah balok
flens pada balok, sehingga dapat
sejajar dengan letak beban terpusat
diasumsikan sebagai balok penampang
simetris, dan satu lagi berapa tepat di
persegi (Gregor, 1987).
tengah bentang balok Pengujian benda uji
Kekakuan
balok ini akan dilakukan seperti pada
Kekakuan (stiffness) merupakan
Gambar 2.
adalah ukuran tegangan yang dibutuhkan
untuk mengubah satuan bentuk
suatubahan. Besaran kekakuan suatu
bahan adalah modulus elastisitasnya,
yang didapat dengan membagi tegangan
satuan yang diterima bahan dengan

4
kuat tekan beton. Pengujian ini dilakukan
pada 7 hari dan 28 hari. Uji kuat tekan
beton didapatkan hasil pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pengujian kuat tekan beton
Berat f'c
Umur Berat Volume
Volume Terkoreksi
Benda Rata- Rata-
Gambar 2 Skema pembebanan benda uji Rata- Umur 28
Uji Rata Rata
Rata Hari
Pengujian pembebanan dilakukan
(hari) (kg) (cm³) (kg/m³) (N/mm²)
untuk mendapatkan data beban dan
7 23.067
lendutan retakan pertama pada balok 11.166 5303.57 2105.356
yang digunakan untuk mencari nilai 28 22.522
kekakuan balok beton menggunakan
Persamaan 1. Angka Pantul Beton
Dalam penelitian ini, dilakukan pula
Mulai
pengujian angka pantul beton dengan
menggunakan alat uji Hammer Test untuk
Perumusan Masalah
mendapatkan nilai kuat tekan beton yang
Perencanaan Benda Uji lebih realistik. Berikut merupakan hasil
Persiapan Bahan
pengujian menggunakan hammer test.
Tabel 5 Hasil pengujian angka pantul
Pengujian Bahan:
• Agregat halus
beton (hammer test)
• Agregat kasar

• Baja tulangan

Design Benda Uji

Pembuatan Pembuatan
Benda uji Balok Benda uji Balok
tanpa lubang, 2 dengan lubang, 6
benda uji benda uji
Berdasarkan Tabel 4 dan 5,
didapatkan kuat tekan beton rata – rata
Pengujian Benda Uji
beton sebesar 22,522 N/mm2 dan 21,58
Analisis Data N/mm2. Maka kuat tekan beton yang
dan
Pembahasan digunakan sebagai acuan dalam proses
analisis selanjutnya adalah 21,58 N/mm2
Kesimpulan
karena dianggap lebih realistik kepada
Selesai nilai acuan perencanaan benda uji.
Gambar 3 Diagram alir penelitian
Pengukuran Balok Beton Bertulang
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum benda uji balok beton
Kuat Tekan Beton melalui proses pengujian pembebanan,
Pengujian kuat tekan diawali dengan dialakukan pengukuran terhadap dimensi
pembuatan benda uji untuk pengujian dan berat benda uji terlebih dahulu.
kuat tekan betonberbentuk silinder Pengukuran dilakukan untuk
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm mendapatkan berat volume eksperimen
Beton silinder dibuat dengan mengambil dari balok beton bertulang.Data hasil
dua buah sampel dari tiap pengecoran. pengukuran diperlihatkan pada Tabel 6.
Setelah itu, beton silinder dilakukan
perawatan pasca pengecoran (curing)
dengan cara direndam dalam air selama 7
hari. Setelah itu, dilakukan pengujian

5
Tabel 6 Hasil pengukuran dimensi dan Tabel 7 Analisis berat volume balok
berat benda uji balok beton bertulang normal
Rata-
Benda Berat Panjang Lebar Tinggi
Rata
Uji
(kg) (kg) (m) (m) (m)
N/1 226 2.4 0.2 0.2
219
N/2 212 2.4 0.2 0.2 Tabel 8 Analisis berat volume balok
L5/1 197 2.4 0.205 0.21 hollow core dimensi 5 x 10 x 60 cm
195.5
L5/2 194 2.4 0.2 0.2
L7/1 194 2.4 0.2 0.205
193
L7/2 192 2.4 0.21 0.2
L9/1 185 2.4 0.21 0.2 Tabel 9 Analisis berat volume balok
L9/2 186
185.5
2.4 0.205 0.2
hollow core dimensi 7 x 10 x 60 cm

Keterangan:
N/1 : Benda uji penelitian balok
normal ke-1 Tabel 10 Analisis berat volume balok
N/2 : Benda uji penelitian balok hollow core dimensi 9 x 10 x 60 cm
normal ke-2
L5/1 : Benda uji penelitianbalok hollow
core dimensi 5 x 10 x 60 cm ke-1
L5/2 : Benda uji penelitianbalok hollow
core dimensi 5 x 10 x 60 cm ke-2 Kekakuan Teoritis
L7/1 : Benda uji penelitianbalok hollow Kekakuan dapat dihitung dengan
core dimensi 7 x 10 x 60 cm ke-1 memasukkan nilai modulus elastisitas
L7/2 : Benda uji penelitianbalok hollow dan momen inersia penampang ke dalam
core dimensi 7 x 10 x 60 cm ke-2 rumus Persamaan 1 dengan kondisi
L9/1 : Benda uji penelitianbalok hollow tumpuan sendi-rol dan beban terpusat di
core dimensi 9 x 10 x 60 cm ke-1 ! !
!!
panjang bentang dan ! panjang
L9/2 : Benda uji penelitianbalok hollow
bentang. Persamaan lendutan yang
core dimensi 9 x 10 x 60 cm ke-2 digunakan, didapat menggunakan metode
conjugate beam. Rumus perhitungan nilai
Berat Volume Balok Beton Bertulang kekakuan teroritis balok titik 1 dan 3
Setelah didapatkan data dimensi dan adalah:
berat balok beton, selanjutnya dilakukan 𝑃
analisis berat volume balok beton. 𝑘! & ! =

Analisis berta volume balok beton 𝑃
dikelompokan menjadi empat sesuai 𝑘! & ! = !" !"!
varian lubang pada benda uji yaitu balok !"#$ !!!
beton normal, balok beton dengan lubang 5324 𝐸𝐼!
hollow core 5 cm x 10 cm x 60 cm, balok 𝑘! & ! =
63 𝐿!
beton dengan lubang hollow core 7 cm x (2)
10 cm x 60 cm, dan balok beton dengan Rumus perhitungan nilai kekakuan
lubang hollow core 9 cm x 10 cm x 60 teroritis balok titik 2 adalah:
cm. Perhitungan berat volume balok 𝑃
𝑘! =
beton diperlihatkan pada Tabel 7, Tabel ∆
8, Tabel 9 dan Tabel 10 berikut: 𝑃
𝑘! = !"# !"!
!"!#$ !!!

6
21296 𝐸𝐼! Ig : momen inersia pernampang
𝑘! =
327 𝐿! gross
(3) Ma : momen maksimum pada
Keterangan: komponen struktur balok saat
k1&3 : kekakuan pada titik 1 dan 3 pada lendutan dihitung
bentang balok Mcr : momen pada saat timbul crack
k2 : kekakuan pada tengah bentang yang pertama kali
balok
P : beban yang bekerja Setelah didapatkan nilai Edan
L : panjang bentang balok Iemasing-masing balok selanjutkan
E : modulus elastisitas beton dihitung nilai kekakuan masing-masing
Ie : momen inersia penampang balok beton menggunakan Persamaan 2
efektif dan Persamaan 3. Berikut merupakan
hasil perhitungan kekakuan teoritis balok
Sedangkan menurut SNI 03-2847, beton.
untuk benda uji berkisar diantara 1500- Tabel 11 Hasil perhitungan kekakuan
3
2500 kg/m maka menghitung modulus teoritis balok beton
elastisitas beton (E), karena berat volume
(wc) menggunakan Persamaan 4.
𝐸 = 𝑊! !,! ×0,043 𝑓′𝑐
(4)

dengan:
E = Modulus elastisitas beton (MPa)
3 Kekakuan Eksperimen
wc= Berat volume beton (kg/m ) Setelah didapatkan data beban dan
f’c = Kuat tekan beton (MPa) lendutan dari hasil pengujian maka dapat
dilakukan perhitungan kekakuan balok
Untuk perhitungan lendutan pada beton.Perhitungan kekakuan balok beton
saat kondisi lentur disyaratkan menggunakan beban dan lendutaan saat
menggunakan Inersia penampang efektif balok mengalami retakan pertama kali.
(Ie) sesuai dengan SNI-03-2847-2013. Kekakuan merupakan perbandingan
Digunakannya Ie dalam perhitungan antara beban dengan lendutan pada saat
lendutan dimaksudkan agar bisa balok beton dalam keadaan elastis penuh
mendapatkan lendutan yang lebih atau dapat diidentifikasikan sebagai
realistik. Dikatakan lebih realistic karena kemiringan garis grafik hubungan beban
lendutan yang nantinya didapat setelah dan lendutaan pada tahap
analisis merupakan lendutan yang terjadi praretak.Perhitungan kekakuan
pada keadaan elastis. Rumus perhitungan eksperimen balok menggunakan rumus
Ieadalah sebagai berikut: Persamaan 1. Tabel 12 berikut
! !
menampilkan hasil perhitungan kekakuan
𝑀!" 𝑀!" eksperimen balok beton.
𝐼! = × 𝐼! + 1 − × 𝐼!"
𝑀! 𝑀! Tabel 12 Hasil perhitungan kekakuan
(5) eksperimen balok beton
keterangan:
Ie : momen inersia penampang
efektif
Icr : momen inersia penampang crack
transformasi

7
Pembahasan 9 x 10 x 60. Persentase selisih nilai
Hasil perhitungan dari kekakuan kekakuan rata-rata balok dengan lubang
teoritis dan kekakuan eksperimen (hollow core)dengan balok normal tanpa
selanjutnya dilakukan pengambilan rata- lubang relatif sangat kecil, 0,072%,
rata untuk mendapatkan nilai 2,144% dan 2,460%. Terjadinya
perbandingan. pengurangan berat volume tersebut
Tabel 13 Hasil kekakuan teoritis rata-rata terjadi karena adanya pengurangan
dan kekakuan ekperimen rata-rata volume beton akibat lubang yang ada di
dalam balok tersebut.Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada Gambar 4
berikut.

Pada Tabel 14 berikut menunjukkan


persentase perbandingan kekakuan
teoritis rata-rata dengan kekakuan
eksperimen rata-rata balok beton.
Gambar 4 Kekakuan eksperimen rata-rata balok
Kekakuan rata-rata ini didapat dengan
beton
melakukan perhitungan rata-rata terhadap Nilai kekakuan balok beton dari
kekakuan setiap titik tinjau pada masing- hasil perhitungan teoritis memiliki nilai
masing benda uji yang kemudian dicari yang lebih kecil daripada hasil pengujian
persentase perbandingannya terhadap eksperimen. Berdasarkan hasil
balok normal sebagai kontrol
perhitungan teoritis nilai kekakuan balok
menggunakan rumus persamaan: normal sebesar 191,29 kg/mm, nilai
𝑘!"#$%& − 𝑘!!""!# !"#$
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 % = ×100%
𝑘!"#$%& kekakuan teoritis balok hollow core 5 x
(6) 10x60 sebesar 170,23 kg/mm, nilai
Tabel 14 Persentase perbandingan kekakuan teoritis balok beton hollow core
kekakuan rata-rata 7 x 10x60 sebesar 163,46 kg/mm dan,
besaran nilai kekakuan teoritis balok
beton hollow core 9 x
10x60adalah151,90 kg/mm. Secara
teoritis, dapat dilihat bahwa nilai
kekakuan balok normal merupakan yang
terbesar dibandingkan nilai kekakuan
Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat teoritis balok hollow core. Untuk nilai
diketahui rata-rata kekakuan eksperimen kekakuan dari yang terbesar selanjutnya
balok beton normal adalah sebesar didapat oleh balok hollow core 5 x
581,08 kg/mm, sedangkan rata-rata 10x60, balok hollow core 7 x 10x60 dan
kekakuan eksperimen balok hollow core yang terkecil balok hollow core 9 x
5 x 10 x 60 adalah sebesar 580,66 10x60. Hasil perhitungan teoritis ini
kg/mm, rata-rata kekakuan eksperimen menunjukkan volume lubang (hollow
balok hollow core 7 x 10 x 60 sebesar core) pada badan balok mempengaruhi
568,62 kg/mm, dan rata-rata kekakuan besaran nilai kekakuan balok. Semakin
eksperimen balok hollow core 9 x 10 x besar volume lubang, semakin kecil
60 adalah sebesar 566,79 kg/mm. kekakuan balok dibandingkan dengan
Sehingga pada Tabel 13 dapat diketahui balok normal tanpa lubang.
bahwa balok beton normal memiliki
kekakuan palingbesar dibanding balok
hollow core 5 x 10 x 60, balok hollow
core 7 x 10 x 60 dan balok hollow core

8
balok beton normal tanpa lubang. Pada
perhitungan lendutan secara teoritis
balok beton dengan lubang (hollow
core) dimensi 5 x 10 x 60 cm
menghasilkan nilai lendutan yang
lebih tinggi dibandingkan balok beton
Gambar 5 Kekakuan eksperimen rata-rata
normal tanpa lubang. hal yang berbeda
balok beton ditunjukkanbeton dengan lubang
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh (hollow core) dengan dimensi 7 x 10 x
hasil pengujian, dimana kekakuan balok 60 cm, dan balok beton dengan lubang
normal, lebih kecil dibandingkan balok (hollow core) berdimensi 9 x 10 x 60
balok hollow core 5 x 10x60, dan nilai cm menghasilkan lendutan yang lebih
kekakuan balok balok hollow core 9 x kecil dibandingkan dengan beton
10x60 lebih besar dripada nilai kekakuan normal tanpa lubang.
balok hollow core 7 x 10x60. Hal ini b) Balok beton normal tanpa lubang
disebabkan hasil pembuatan benda uji rata-rata dapat menahan beban yang
balok tidak mencapai kondisi ideal sesuai lebih besar dibandingkan dengan rata-
perencanaan. Pada tahap perencanaan rata balok beton dengan lubang
struktur balok ini dianggap balok bersifat (hollow core).
monolit, sedangkan pada pelaksanaan c) Beban yang diperlukan untuk
pembuatan banda uji balok, struktur menghasilkan retakan pertama pada
balok ini tidak dapat dipastikan bersifat badan balok paling besar terjadi pada
monolit, dan pada saat pelaksanaan balok normal tanpa lubang,
eksperimen mutu beton tidak sesuai dibandingkan dengan beton dengan
dengan mutu yang direncanakan, serta lubang (hollow core). Hal yang sama
terjadinya perpindahan letak styrofoam terjadi pada lendutan saat retakan
sebagai bahan pengisi rongga pada badan pertama terjadi.
beton. Selain itu pada saat perawatan d) Akibat lendutan pada saat retakan
beton benda uji mendapat tekanan dari pertama balok beton dengan lubang
gaya luar sehingga beton sudah (hollow core) lebih besar daripada
mendapatkan gaya terlebih dahulu lendutan retakan pertama balok beton
sebelum dilakukan pengujian, gaya luar normal tanpa lubang menyebabkan
yang diterima balok disaat umur beton adanya pengaruh terhadap
belum cukup matang berpengaruh pada kekakuannya. Kekakuan balok beton
struktur beton yang selanjutnya dengan lubang (hollow core) lebih
mempengaruhi kinerja beton itu sendiri. kecil dibandingkan kekakuan balok
beton normal tanpa, namun
PENUTUP perbedaaannya tidak signifikan..
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan Saran
yang telah dilakukan maka dapat diambil Dalam pelaksanaan penelitian ini
kesimpulan sebagai berikut. peneliti menyadari masih banyak
1. Balok beton dengan lubang (hollow kekurangan dan kekeliruan. Untuk
core) memiliki berat volume yang mendapatkan hasil yang lebih baik pada
lebih kecil dibandingkan dengan balok penelitian selanjutnya, peneliti
beton normal tanpa lubang. memberikan beberapa saran sebagai
2. a) Dari pengujian di laboratorium berikut:
balok beton dengan lubang (hollow 1. Melakukan penelitian pengamatan
core) menghasilkan lendutan yang mengenai pengaruh waktu
lebih besar dibandingkan dengan

9
pembebanan terhadap kekakuan Materials (ASTM). C/00/2005.
balok dengan lubang (hollow core). Standard Pengujian Benda Uji.
2. Apabila penggunaan styrofoam USA.
sebagai bahan pengisi rongga hollow American Society for Testing and
core masih dirasa memungkinkan, Materials (ASTM). C/20/2005.
perlu diperhatikan untuk Standard Pengujian Penyerapan
penempatannya. Pengikatan pada air Benda Uji. USA.
badan styrofoam ketika pemasangan Amri, Sjafei. 2005. Teknologi Beton A-Z.
sangat dianjurkan untuk menjaga Yayasan John Hi-Tech
styrofoam yang digunakan tidak IdetamaJakarta.
berpindah posisi. Badan Standarisasi Nasional. 1996.
3. Perencanaan dan pelaksanaan Metode Pengujian Kuat Lentur
campuran beton (mix design) perlu Beton dengan Balok Uji
diperhatikan lebih teliti agar Sederhana yang Dibebani
campuran yang diperoleh sesuai Terpusat Langsung (SNI 03-
dengan keperluan dan lebih efisien. 4154-1996). Jakarta.
4. Perencanaan dimensi benda uji agar Badan Standarisasi Nasional. 2002.
lebih diperhatikan kembali demi Spesifikasi Agregat Ringan Untuk
efisiensi waktu dan usaha saat Beton Ringan Struktural (SNI 03-
penelitian dilaksanakan 2461-2002). Jakarta
5. Perlakuan terhadap bahan material Badan Standarisasi Nasional. 1996.
pembuatan benda uji lebih Metode Pengujian Kuat Lentur
dimaksimalkan untuk mengurangi Beton dengan Balok Uji
potensi faktor pengganggu campuran Sederhana yang Dibebani
beton, misalnya hujan. Terpusat Langsung (SNI 03-
6. Pengawasan saat kegiatan pembesian 4154-1996). Jakarta.
dan pembuatan bekesting perlu Badan Standarisasi Nasional. (2013).
diperhatikan secara seksama agar Tata Cara Perhitungan Struktur
mutu benda uji terkontrol dengan Beton Untuk Bangunan Gedung.
baik Jakarta.
7. Proses pengecoran, terutama Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara
pemadatan perlu diperhatikan dengan Perhitungan Struktur Beton Untuk
jeli untuk menghindari beton yang Bangunan Gedung. 2013.
kurang sempurna (terdapat rongga- Nawy, Edward G. Beton Bertulang:
rongga yang tidak terjangkau Suatu Pendekatan Dasar.
campuran beton segar) Dialihbahasakan oleh Bambang
8. Pelaksanaan kegiatan perawatan Suryoatmono. Vol. 4. 4 vol.
(curing) pasca-pengecoran agar lebih Bandung, Jawa Barat: PT. Refika
dimaksimalkan, untuk mencegah Aditama, 2010.
timbul retak pada badan beton Nugraha, Paul, dan Antoni. Teknologi
sebelum memulai pengujian. Beton: Dari Material, Pembuatan,
ke Beton Kinerja Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Disunting oleh Fl. Sigit
Amanto, dan Daryanto. 1999. Ilmu Suyantoro. Yogyakarta,
Bahan. Jakarta: Bumi Aksara. Yogyakarta: CV. Andi Offset,
American Society for Testing and 2007.
Materials (ASTM). C/270/2004 Dipohusodo, Istimawan. Struktur Beton
dan C-780. Standard Pengujian Bertulang. Vol. 2. Jakarta, DKI
Kuat Tekan Benda Uji. USA. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
American Society for Testing and Utama, 1996.

10
Nurlina, Siti. Struktur Beton. Malang,
Jawa Timur: Bargie Media, 2008.
Indrawahyuni, Ir. Herlin, Prof. Dr. Ir. Sri
Murni Dewi, dan Prastumi, Ir.
MT. Mekanika Bahan Untuk
Teknik Sipil. Malang, Jawa Timur:
Bargie Media, 2010.
Rahadyanto. 2013. Studi Eksperimental
Balok Berongga dengan
Pemanfaatan Limbah Botol Pet.
Jurnal Penelitian Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Jakarta
Susanto, Yamin. 2013. Prediksi Nilai
Kekakuan Lentur pada Balok
Beton Bertulang.Jurnal
Konstruksia Volume 4 Nomer 2
Universitas Tarumanagara:
Jakarta
Ujianto, Muhammad. 2006. Lendutan
Dan Kekakuan Balok Beton
Bertulang Dengan Lubang Segi
Empat Di Badan, Jurnal Eco
Rekayasa, Teknik Sipil UMS:
Semarang.
Wang, Salmon, Chu-Kia., Charles G.
1993. Disain Beton Bertulang,
Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Wang, Salmon, Chu-Kia., Charles G..
1993. Disain Beton Bertulang,
Jilid 2. Jakarta: Erlangga

11

Anda mungkin juga menyukai