Anda di halaman 1dari 27

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang

terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang


yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah selatan
kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir
seluruhnya di kelilingi pegunungan, pegunungan yang
mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah
timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi
Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.

Dalam etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠


(Hanyu Pinyin: pó luó fú tú) dalam bahasa Mandarin.

ASAL USUL SEJARAH SINGKAT CANDI


BOROBUDUR

WAKTU DIDIRIKAN
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang
Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur itu di
dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti
namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan
singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli
Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga )
menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari
prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9
dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa
Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar
dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada
umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa
tengah pada khususnya
periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9
di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra
kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi
yang di lereng – lereng gunung kebanyakan berdiri khas
bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran –
dataran adalah khas bangunan Budha tapi ada juga
sebagian khas Hindu

Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi


Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang
terkenal dalam sejarah karena karena usaha untuk
menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha
Mahayana.

Tahap Pembangunan Borobudur


* Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti
(diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya
dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang
sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah.
Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
* Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua
undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung
diberikan stupa induk besar.
* Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar
dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-
stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu
stupa besar di tengahnya.
* Tahap keempat
Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan
tangga dan lengkung atas pintu.

PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi
antara dataran rendah di sekelilingnya.

Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni


terbesar yang merupakan hasil karya sangat
mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di
katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan

Memang demikian keadaannya Candi Borobudur


terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama
bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu
megahnya di hadapkan pada proses kehancuran.
Kira – kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan
sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan
dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun
bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu di bawah
pemerintahan yang sangat terkenal yaitu
SAMARATUNGGA,
sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan
Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan
jawa bergeser ke timur

Demikian karena terbengkalai tak terurus maka lama –


lama di sana – sini tumbuh macam – macam tumbuhan
liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi
bangunannya.
Pada kira – kira abad ke – 10 Candi Borobudur
terbengkalai dan terlupakan.

Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas


Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan
masa silam.
Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika
Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M –
1816 M.

Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa


yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden
kedua yang bernama Hartman,
karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur
sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut,
puing –puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan
tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi
di singkirkan semua sehingga candi lebih baik di
bandingkan sebelumnya.

PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha
perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi
Borobudur
mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta
pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya.
Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan
pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan
Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari
kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari
bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp

walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding


terutama tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara
dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat
mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun
bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut
untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan
dari kerusakan yang lebih besar.

Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang


telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan
masa silam,
namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di
lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak
secara tidak langsung telah menutupi dan melindungi dari
cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan
Candi Borobudur,
Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding –
dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan
bangunan itu,
Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak
salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tuan Van
erf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada
kerusakan yang lebih parah

PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR


Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus
1973
prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur
terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur
karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang
diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan
SIM
bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya
mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika
Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )

Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan


memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan
Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta
memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah,
pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di
tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur,
sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti
penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan
bangunan di tangani oleh kontraktor
( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND
DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).

Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah


bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang
berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur
serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar
pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di
bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah
batu prasati seberat + 20 Ton.

Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di


halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan
dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi
menghadap ke timur
penulisan dalam prasasti tersebut di tanda tangani
langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari
Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi
Borobudur.

Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi


borobudur
* 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal
Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan
benda purbakala di desa Borobudur.
Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki
lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak
belukar.
* 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
* 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan
sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi
Borobudur.
* 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga
tahun 1911.
* 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada
tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
* 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan
UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia
untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
* 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat
keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan
setelah terjadi peristiwa G-30-S.
* 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju
untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
* 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan
pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
* 1972 - International Consultative Committee dibentuk
dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno
sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta
dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta
dolar Amerika Serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
* 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan
dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai
pada tahun 1984
* 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang
merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang
kemudian segera diperbaiki kembali.
Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang
dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
* 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia
UNESCO.
BAtu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan
bantuan UNESCO

ASAL USUL NAMA BOROBUDUR


Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan
berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
"gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak
teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.

Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para


Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi
borobudur.
Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua
kata "bara" dan "beduhur".
Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada
pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan
beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam
bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang
berada di tanah tinggi.

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk


mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa
Borobudur adalah tempat pemujaan.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan,
Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja
Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga,
yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.

Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa


putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu
setengah abad.
Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai
penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī
Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara
Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.
Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang berarti
tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan
leluhur,
kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra
Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit
himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa",
adalah nama asli Borobudur.

BANGUNAN CANDI BOROBUDUR


URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit
sebanyak 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang
berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya
( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang
tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.

Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M


Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M

Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak


12.750 M3 sebagai selasar undaknya.

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden


berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur
sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan
sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.

Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur


menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan
sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk
mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu


dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu
rendah".
Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu
yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi.
Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat
120 panel cerita Kammawibhangga.
Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga
orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para


ahli dinamakan Rupadhatu.
Lantainya berbentuk persegi.
Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan
diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara
alam bawah dan alam atas.
Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha
terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau
selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak


berelief.
Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak
berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia
sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan
rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang
ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan.
Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud


dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung
Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished
Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung
Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak
pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak
selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada
zaman dahulu.
menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses
pembuatannya memang tidak boleh dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini
menemukan banyak patung seperti ini.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan


30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu
berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada
Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia
Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah
dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti


candi-candi lain.
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan
jalan sempit.
Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat
demi tingkat.
Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan
melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke
arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-
tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk
punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli
dari masa prasejarah Indonesia.

Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk


struktur Mandala.

Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali,


melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego
yang bisa menempel tanpa lem.

PATUNG
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung
Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432
Buah
Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah

Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha


pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha

Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya


namun sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan
yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu sama
lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra
dan merupakan ciri khas untuk setiap patung
sikap tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6
macam hanya saja karena macam oleh karena macam
mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur
Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah
V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya
menggambarkan maksud yang sama maka jumlah mudra
yang pokok ada 5
kelima mudra itu adalah Bhumispara – Mudra Wara –
Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma
Cakra – Mudra.

PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat
patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak
kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang
jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya
patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang
juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga
bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.

STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan
terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan
mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi
Borobudur,
garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi
di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas
Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah
Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di
dalamnya terdapat patung Budha.
Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya
72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat
Arupadhatu
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang
lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah
ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah
– olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur
keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada
langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada
langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa kecil
jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.

RELIEF
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut
mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal
dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain
relief-relief cerita jātaka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan


berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya,
mulainya di sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan
pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga
naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak
candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun
sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara
singkat bermakna sebagai berikut :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi,
relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung
tersebut menggambarkan hukum karma.
Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri
(serial),
tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita
yang mempunyai korelasi sebab akibat.
Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap
perbuatan tercela manusia disertai dengan hukuman yang
akan diperolehnya,
tetapi juga perbuatan baik manusia dan pahala.
Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati
(samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama
Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk
menuju kesempurnaan

LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam
deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat yang
lengkap )
yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga
Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman
Rusa dekat kota Banaras.
Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan,
setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang
dimulai dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di
sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk
menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang
Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di
arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja
Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri
Kapilawastu.
Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir
dengan wejangan pertama, yang secara simbolis
dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran
Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum",
sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.

JATAKA DAN AWADANA


Jataka adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum
dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang
membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain
manapun juga.
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik
merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju
ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama


dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang
Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun
dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia
kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita
Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana,
diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam
deretan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang
Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita
Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam
abad ke-4 Masehi.

GANDAWYUHA
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-
2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal
lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi
tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada
kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha,
dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab
lainnya yaitu Bhadracari.

ARCA BUDDHA
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang
terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca
buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta
menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.

Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu,


diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan.
Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya.
Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung,
baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris
keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat
Rupadhatu.
Pada bagian Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca
Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang
(berlubang).
Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa,
pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat
16 stupa, semuanya total 72 stupa.

Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300
telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang
(sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering
dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan oleh museum
luar negeri).

Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa,


akan tetapi terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu
pada mudra atau posisi sikap tangan.
Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan,
Barat, dan Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah
utama kompas menurut ajaran Mahayana.

Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara,


Timur, Selatan, dan Barat,
dimana masing-masing arca buddha yang menghadap
arah tersebut menampilkan mudra yang khas.
Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha
di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas
menampilkan mudra: Tengah atau Pusat.
Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani
Buddha;
masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri
Sedikit Foto - Foto dari Candi Borobudur

Anda mungkin juga menyukai