Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM EKOLOGI SERANGGA


TEKNIK SAMPLING SERANGGA TAJUK

DISUSUN OLEH

LOVIGA BR BANGUN

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
I. TEKNIK SAMPLING SERANGGA TAJUK

1.1 Pendahuluan
Serangga merupakan hewan yang dominan mendiami permukaan
bumi, jumlah spesies serangga kurang lenih 80% dari jumlah hewan yang
ada di permukaan bumi ini. Dari 751.000 spesies golongan serangga,
sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga dalam bidang
pertanian banyak dikenal sebagai serangga hama dan sebagian bersifat
sebagai serangga predator, parasitoid, atau musuh alami. Kebanyakan dari
spesies serangga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sebanyak 1.413.000
spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies
baru ditemukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga
berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat
yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemampuan memakan
jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari
musuhnya (Meilin & Nasamsir, 2016).
Serangga tajuk merupakan serangga yang aktif pada bagian pucuk
tanaman. berbagai kegiatan serangga berada pada tajuk tanaman sesuai
dengan peranan dari serangga tersebut. Salah satunya peran serangga
berada di tajuk tanaman adalah membantu tanaman dalam melakukan
penyerbukan (Sari et al., 2013). Selain itu serangga yang menjadi hama
mencari makanan dengan merusak tanaman di sekitar tajuk tanaman untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Dan untuk serangga predator
yang berperan sebagai musuh alami petani adalah memangsa serangga lain
untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya dan mempertahankan
populasinya (Hendrival et al., 2011).
Teknik sampling serangga tajuk merupakan cara untuk mengetahui
atau mengamati serangga apa saja yang ada pada tajuk tanaman. Teknik
Jaring serangga atau Sweepnet merupakan cara pengamatan langsung dan
cara mengumpulkan serangga di tajuk tanaman dengan cara mengayunkan
jaring pada tajuk tanaman dengan 1 ayunan ganda. Teknik jaring serangga
(sweepnet) sebaiknya dilakukan pada pagi hari, karena pada pagi hari
serangga belum aktif terbang. Serangga yang biasa di dapat dalam teknik
jaring serangga (sweepnet) adalah pada fase imago (Herlinda et al., 2016).
Teknik Shaking Method merupakan cara mengamati serangga tajuk secara
langsung pada tajuk tanaman dengan cara meletakkan kain atau karton di
bawah tanaman dan mulai menggoyangkan tajuk tanaman di atas kain atau
karton dengan perlahan agar tanaman tidak rusak. Pada saat
menggoyangkan tanaman kita harus berhati untuk menjaga tanaman agar
tidak rusak dan memeperhatikan tanaman yang sedang berbunga agar
bunga dari tanaman tersebut tidak berguguran. Pada teknik shaking
method ini lebih menekankan pada pengamatan serangga tajuk tanaman
pada stadia serangga yang di dapat (Salman et al., 2020).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati
serangga yang aktif pada tajuk tanaman dengan teknik jaring serangga dan
mengamati serangga yang aktif di bagian tajuk tanaman tetapi lebih
menekankan stadia serangga yang di dapat dengan teknik shaking method.

1.3 Cara Kerja


a) Adapun cara kerja jaring serangga (sweep net) adalah :
1. Siapkan jaring serangga
2. Siapkan kantong plastik berisi alkohol 70% sebanyak ¼ plasitik
3. Beri label (serangga tajuk padi)
4. Mulailah dengan menjaring sebanyak 1x ayunan ganda
5. Spesies yang didapat dimasukkan ke plastik tadi dan beri
keterangan label berdasarkan tempat mengambil dan tanggal,
kemudian setelah selesai bawalah ke laboratorium
6. Serangga yang telah didapat dipindahkan kedalam botol vial
yang telah berisi alkohol sembari dipisahkan dari kotoran
dengan kuas
b) Adapun cara kerja shaking method adalah :
1. Siapkan kertas karton
2. Letakkan kertas karton tersebut di sela-sela tanaman
3. Gerakkan kedua bagian tanaman kearah kertas, sampai didapat
larva atau nimfa
4. Masukkan serangga yang didapat pada plastik berisi alkohol
5. Beri keterangan pada kertas label untuk setiap plastik yang
sudah berisi serangga
6. Identifikasi serangga yang didapat di laboratorium

1.4 Hasil
Tabel 1. Ordo dan Famili arthropoda yang didapat dengan jaring serangga
pada tanaman padi (ekor/3x ayunan ganda)
No Ordo Famili Peran di Jumlah
ekosistem
1 Odonata Coenagrionidae Predator 1
2 Lepidoptera Crambidae Polinator 1
3 Hemiptera Pentatomidae Hama 1
4 Orthoptera Acrididae Hama 1
5 Coleoptera Coccinellidae Predator 1

Gambar. 1 Capung Jarum-Predator


Gambar. 2 Ngengat-Penyerbuk

Gambar. 3 Kepik Hijau-Hama

Gambar. 4 Belalang-Hama
Gambar. 5 Kumbang Koksi

Tabel 2. Ordo dan family arthropoda yang didapat dengan shaking method
Pada Tanaman Tembakau
No Ordo Famili Peran di Jumlah
ekosistem
1 Lepidoptera Noctuidae Hama 1
2 Hemimptera Pentatomidae Predator 1

Gambar. 1 Ulat Grayak-Hama


Gambar. 2 Kepik dau

1.5 Pembahasan
Serangga tajuk merupakan serangga yang aktif pada permukaan pucuk
tanaman. teknik pengambilan serangga tajuk dapat dilakukan dengan teknik jaring
serangga (sweep net) dan Teknik shaking metdoh. Teknik jaring serangga
merupaan teknik yang sangat mudah dilakukan dan serangga yang biasanya di
dapat dengan teknik ini adalah fase imago. teknik jaring serangga biasanya
dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari serangga belum aktif bergerak
(Heviyanti & Syahril, 2018). Pada teknik jaring yang dilakukan di lahan padi
terdapat beberapa ordo yaitu lepidoptera, odonatan, hemimptera, ortoptera, dan
coleopteran.
Ordo lepidoptera yang didapat berperan sebagai penyerbuk atau pollinator.
Keberadaan serangga ini sangat berperan bagi padi dalam penyerbkan dan
menjadi hama jika dalam fase atau stadia larva (Aditama & Kurniawan, 2013).
Ordo kedua adalah ordo odonatan yang berasal dari family Coenagrionidae yang
berperan sebagai predator dan menjadi bioindikator air bersih. Odonatan
dikatakan sebagai predator dikarenakan kebiasaan capung yang memangsa
serangga lain untuk memenuhi kebutuhan pangan dan memepertahankan hidup.
Keberadaan capung di area persawahan sangat membantu petani sebagai musuh
alami. Dengan adanya musuh alami pada tanaman padi akan mengurangi serangan
serangga hama (Rizal & Hadi, 2015). Ordo ketiga adalah hemiptera, yaitu kepik
hijau dengan nama latin Nezara viridula yang berperan sebagai hama pada
tanaman padi. kepik hijau memiliki tipe alat mulut haustelata atau menusuk
menghisap. Kepik hijau biasanya menyerang tanaman padi saat masik muda
dengan cara menusuk dan menghisap cairan dari bulir padi. gejala tanaman padi
yag diserang hama kepik hijau ditandai dengan warna bulir padi menjadi hitam
atau gelap dan bulir padi menjadi hampa atau kosong dan lama kelamaan bulir
akan menjadi busuk (Maghfiratul et al., 2017). Ordo keempat adalah coleoptera,
yaitu kumbang koksi yang berperan sebagai predator. Keberadaan kumbang ini
menjadi musuh alami dan sangat menguntungkan bagi petani. Salah satu serangga
hama menjadi mangsa kumbang koksi ini adalah kutu daun (Azima et al., 2017).
Ordo terakhir adalah orthoptera, yaitu belalang dengan nama latin Melanoplus
bivittatus serangga ini berperan sebagai hama. Belalang memakan daun daun dan
menyebabkan kerusakan pada daun.
Teknik shaking adalah teknik mengamati serangga pada stadia serangga,
teknik ini dilakukan dengan cara menggoyangkan tajuk tanaman dan meletakkan
kertas karton di sela-sela tanaman untuk menampung serangga apa saja yang ada
pada tajuk tanaman tersebut. Teknik ini dilakukan dengan cara perlahan agar
tanaman tidak rusak dan tidak mengganggu pertumbuhan tanaman (McCravy,
2018). Serangga yang didapat pada teknik ini adalah larva Spodoptera litura dan
kepik daun. Spodoptera litura adalah ordo odonatan yang pada berperan sebagai
hama pada fase larva dan sebagai polinator pada fase imago. Spodoptera litura
menyerang tanaman tembakau dimulai dari bagian daun hingga batang. Akan
tetapi Spodoptera litura lebih sering dan menyukai bagian daun (Masyitah et al.,
2017). Serangga kedua dari ordo hemipteran yang berperan sebagai predator dan
biasa disebut kepik daun. Kepik ini memangsa serangga hama yang ada pad
tanaman tembakau untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Salah satu serangga
hama yang di mangsa adalah kutu daun (Siregar, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, R. C., & Kurniawan, N. 2013. Struktur Komunitas Serangga Nokturnal


Areal Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan Lawang,
Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika, 1(4), 186–190.
Azima, S. E., Syahribulan, Sjam, S., & Santosa, S. 2017. Analisis Keragaman
Jenis Serangga Predator Pada Tanaman Padi Di Areal Persawahan Kelurahan
Tamalanrea Kota Makassar. Bioma : Jurnal Biologi Makassar, 2(2), 12–18.
https://doi.org/10.20956/bioma.v2i2.2042
Hendrival, Hidayat, P., & Nurmansyah, A. 2011. Keanekaragaman dan
Kelimpahan Musuh Alami Bemisia tabaci ( Gennadius ) ( Hemiptera :
Aleyrodidae ) pada Pertanaman Cabai Merah di Kecamatan Pakem ,
Kabupaten Sleman , Daerah Istimewa Yogyakarta. Perhimpunan Entomologi
Indonesia, 8(2), 96–109.
Herlinda, S., Sunariah, F., Irsan, C., & Windusari, Y. 2016. Kelimpahan Dan
Kekayaan Artropoda Predator Pada Tanaman Padi Yang Diaplikasi
Bioinsektisida Bacillus Thuringiensis. Jurnal Hama Dan Penyakit
Tumbuhan Tropika, 16(1), 42. https://doi.org/10.23960/j.hptt.11642-50
Heviyanti, M., & Syahril, M. 2018. IDENTIFIKASI SERANGGA HAMA
TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI DESA PAYA RAHAT,
KECAMATAN BANDA MULIA, KABUPATEN ACEH TAMIANG.
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Dan Perikanan, 1, 156–162.
Maghfiratul, S., Suharto, & Wagiyana. 2017. EFEKTIVITAS AGENSIA
PENGENDALI HAYATI DAN INSEKTISIDA SINTETIK TERHADAP
HAMA TANAMAN PADI (Oryza sativa L) DI KECAMATAN MAYANG
KABUPATEN JEMBER. Gontor AGROTECH Science, 3(2), 23–37.
https://doi.org/10.21111/agrotech.
Masyitah, I., Sitepu, S. ., & Safni, I. 2017. Potensi Jamur Entomopatogen untuk
Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. pada Tanaman Tembakau
In Vivo. Jurnal Sains Dan Seni ITS, 6(1), 51–66.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf
%0Ahttp://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.10
16/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006
%0Ahttps://doi.org/10.1
McCravy, K. W. 2018. A review of sampling and monitoring methods for
beneficial arthropods in agroecosystems. Insects, 9(4).
https://doi.org/10.3390/insects9040170
Meilin, A., & Nasamsir. 2016. SERANGGA dan PERANANNYA DALAM
BIDANG PERTANIAN dan KEHIDUPAN. Jurnal Media Pertanian, 1(1),
18–28. https://doi.org/10.33087/jagro.v1i1.12
Rizal, S., & Hadi, M. 2015. Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal
Persawahan Di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak. Bioma : Berkala Ilmiah Biologi, 17(1), 16.
https://doi.org/10.14710/bioma.17.1.16-20
Salman, I. N. A., Ferrante, M., Möller, D. M., Gavish-Regev, E., & Lubin, Y.
2020. Trunk Refugia: A Simple, Inexpensive Method for Sampling Tree
Trunk Arthropods. Journal of Insect Science (Online), 20(2), 1–6.
https://doi.org/10.1093/jisesa/ieaa012
Sari, P., Syahribulan, Sjam, S., & Santosa, S. 2013. ANALISIS KERAGAMAN
JENIS SERANGGA HERBIVORA DI AREAL PERSAWAHAN
KELURAHAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR. Persepsi
Masyarakat Terhadap Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak
Non Profesional, 53(9), 1689–1699.
Siregar, A. Z. 2016. Literasi Inventarisasi Hama Dan Penyakit Tembakau Deli Di
Perkebunan Sumatera Utara. Jurnal Pertanian Tropik, 3(3), 206–213.
https://doi.org/10.32734/jpt.v3i3.2978

Anda mungkin juga menyukai