Anda di halaman 1dari 35

PENGGUNAAN METODE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI MEMECAHKAN MASALAH


BERKAITAN DENGAN KONSEP OPERASI BILANGAN RIIL UNTUK
SISWA KELAS X TKR SMK TARUNA BANGSA 2 KOTA BOGOR
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam tujuan P endidikan N as ional dijelas kan bahw a: Tujuan


Pendidikan diarahkan kepada mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri
serta bertanggung jawab terhadap kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dalam hal ini pendidikan merupakan bagian yang sangat penting untuk
membangun mentalitas bangsa dalam menghadapi pembangunan nasional, karena
pendidikan sangat menentukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa untuk
menciptakan pembangunan yang lebih baik. Pendidikan adalah aktifitas yang
d is en ga ja d an us a ha s a da r ya ng di la ku ka n ol eh ma nu s i a de w a s a u nt uk
meningkatkan kepribadian manusia dengan jalan membina potensi-potensi pribadi baik
jasmani maupun rohaniah. Sehingga, pendidikan yang merupakan kegiatan yang
disengaja dalam rangka menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan
positif dalam membangun bangsa dimasa kini dan dimasa mendatang yang penuh
dengan persaingan dan lebih sulit lagi.
Dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dijelaskan: "Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
Untuk mencapai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, perlu didukung oleh sarana
1
dan prasarana pendidikan yang lebih lengkap dan memadai seperti tersedia alat
pembelajaran dan gurunya professional. Tersedianya sarana dan prasarana yang
menunjang dimaksudkan agar pendidikan dapat terselenggara dengan baik
sehingga tujuan pembelajaran dapat dengan cepat dicapai secara optimal. Dengan
diterapkannya kurikulum 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), diharapkan guru dapat memenuhi standar kompetensi
sebagaimana yang telah ditetapkan .
Hal ini dimaksudkan agar guru mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Namun
kendala yang terjadi tidak semua guru mempunyai kompetensi seperti yang
diharapkan, hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya kualitas guru dalam
penguasaan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, salah satunya adalah
rendahnya kualitas guru dalam penguasaan strategi pembelajaran.
Sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini diperlukan adanya kesadaranguru
untuk meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan kualitas individu guru baik
melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal, sehingga guru mampu
melaksanakan tupoksinya secara maksimal sebagai fasilitator, motivator dalam
proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah terdapat tiga komponen utama yang
saling berkaitan yaitu kurikulum, guru, dan pengajaran atau proses belajar (Nana
Sudjana, 2004:1). Kurikulum merupakan plan of learning (perencanaan dalam
pembelajaran), program belajar bagi siswa sekaligus intendedlearning outcomes (hasil
belajar yang diharapkan). Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran.
Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada
kepiawaian guru dalam menggunakan metode dan memberikan motivasi kepada
siswa pada saat pembelajaran. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan
kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subyek
belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat
membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai
pribadi (Sadirman A.M, 2011:3).
Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran dikelas
mempunyai fungs i yang penting dalam menyampaik an informas i
pembelajaran pada siswa. Dalam pembelajaran guru harus mampu memilih
strategi pembelajaran yang tepat, yaitu adanya kecocokan antara materi pelajaran d an
m et od e pe mb el a ja r an ya ng d it er ap ka n o le h g ur u, s eh in gg a p es an
pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat tercapai dengan baik. Namun
kenyataannya terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penggunaan
metode pembelajaran oleh guru ketika mengajar di kelas, seperti seorang guru mata
pelajaran tidak memvarias ikan metode pembelaj aran. S ituas i ini
menyebabkan suasana pembelajaran di kelas menjadi monoton dan
membosankan, siswa tidak berminat terhadap mata pelajaran tersebut bahkan dapat
mengakibatkan siswa tidak mengerti tentang apa yang telah diajarkan oleh gurunya.
Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan
pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan
teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru, murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan telah banyak
memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi dunia pendidikan itu sendiri.
Dalam perkembangan strategi pembelajaran para ahli telah berhasil menemukan dan
mengembangkan metod e- metode pembela jaran modern yang lebih
menekankan kepada peran peserta didik dalam pembelajaran, dalam prakteknya
siswa dibimbing oleh guru untuk berperan aktif dalam pembelajaran untuk
memperoleh pengetahuan yang maksimal.
Berkaitan dengan peningkatan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran Matematika, maka perlu dikembangkan metode pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dan langsung.Maka dari itu, dalam Penelitian Tindakan Kelas
ini akan mengembangkan metode Jigsaw pada materi Memecahkan Masalah Berkaitan
Dengan Konsep Operasi pada Bilangan Riil. Jigsaw merupakan teknik Pembelajaran
Kooperatif dimana siswa, bukan guru,yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam
melaksanakan pembelajaran. Dengan pengembangan metode ini, diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Metode jigsaw dilakukan dengan cara setiap siswa yang ada di “kelompok asal”
mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian
bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang
sama, dan setelah menguasai materi yang sama tersebut mereka akan kembali ke kelompok
asal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya. Metode ini memiliki
keunggulan karena memberikan tanggung-jawab yang besar kepada setiap individu siswa
sehingga semua harus terlibat secara aktif untuk memahami materi yang dibahas.

SMK Taruna Bangsa 2 Kota Bogor adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di
Kota Bogor dengan Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan., mempunyai 6 rombel
dengan masing – masing 2 rombel pada tiap tingkatannya.Kurikulum yang digunakan di
SMK Taruna Bangsa 2 masih menggunakan KTSP. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran
Matematika di kelas X TKR tergolong belum maksimal. Kenyataan ini diketahui berdasarkan
pengamatan sehari-hari selama peneliti mengajar mata pelajaran matematika, bahwa
kemampuan Matematika siswa di kelas X TKR masih kurang. Kelas X TKR yang terdiri dari
2 kelas kemampuannya dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas hasil ulangan harian yang
kegiatan belajar mengajarnya secara langsung pada tahun ajaran 2016/2017 sebagai berikut :

TABEL 1.
NILAI MATEMATIKA SISWA KELAS X TKR

SK : Memecahkan Masalah Berkaitan Konsep Operasi Bilangan Riil


NO     NILAI  
URU INDUK NAMA L/P K K K NILAI RATA - KET
T D D D RATA
1 2 3
1 1617000 ALDIN DESTIAWAN L 65 75 70 70 L
1
2 1617000 ALFIN MAULANA L 70 70 75 71.67 L
2
3 1617000 ANDI L 70 80 50 66.67 TL
3 MARDIANSYAH
4 1617000 ARI TRIANA L 75 70 60 68.33 TL
4
5 1617000 AULIA ALFANDI L 50 65 70 61.67 TL
5 AHMAD
6 1617000 DERI HIDAYAT L 60 70 75 68.33 TL
6
7 1617000 DIKI PUTRA L 70 80 80 76.67 L
7 PRATAMA
8 1617000 DOSAN L 75 80 75 76.67 L
8 DARMAWAN
9 1617000 FARHAN AL L 80 70 70 73.33 L
9 HUSANI
10 1617001 IRFAN NUR FAUZI L 80 75 80 78.33 L
0
11 1617001 M. ANDRIANSYAH L 85 80 70 78.33 L
1
12 1617001 M. FAHRUL RIZAL L 80 80 65 75.00 L
2
13 1617001 M. HAKIM L 70 80 70 73.33 L
3
14 1617001 MICHAEL HENDRIK L 70 70 80 73.33 L
4 ENDELSEN
15 1617001 MOCH FAHRI ADIS L 75 70 80 75.00 L
5
16 1617001 MUHAMAD SAPTA L 60 65 80 68.33 TL
6 ARI
17 1617001 MUHAMAD SAYID L 65 70 70 68.33 TL
7 ILHAM
18 1617001 MUHAMMAD L 50 70 70 63.33 TL
8 ANDRIANDYAH
19 1617001 MUHAMMAD L 60 60 65 61.67 TL
9 HAFIDT
20 1617002 MUHAMMAD ZIKRI L 45 70 70 61.67 TL
0 ZAELANI
21 1617002 NURDIANSYAH L 60 75 70 68.33 TL
1
22 1617002 PRIMA RAMADHAN L 80 75 60 71.67 L
2
23 1617002 RAHMATULAH L 75 80 70 75.00 L
3 ASSALAM
24 1617002 RAHMATULAH A L 85 80 75 80.00 L
4
25 1617002 RANDI OKTA L 70 75 85 76.67 L
5 PRAYOGA
26 1617002 RISKI MAULANA L 70 75 70 71.67 L
6
27 1617002 RUDIANSYAH L 65 70 70 68.33 TL
7
28 1617002 RUSMANTORO L 65 75 65 68.33 TL
8
29 1617002 SEPTIANDI DWI L 60 70 65 65.00 TL
9 PUTRA
30 1617003 TEGUH SANTOSO L 70 75 60 68.33 TL
0
31 1617003 YUDA PRATAMA L 70 80 70 73.33 L
1 PUTRA
32 1617003 MUHAMAD L 80 80 70 76.67 L
2 SOBRIANSYAH
33 1617003 MUHAMAD L 80 75 70 75.00 L
3 SAEPUL
34 1617003 FERDIANSYAH L 80 80 75 78.33 L
4
35 1617003 KRISNA L 75 70 70 71.67 L
5
36 1617003 PRAMANA L 75 75 75 75.00 L
6 SAPUTRA
37 1617003 M. RIDWAN L 80 70 80 76.67 L
7
38 1617003 DWIKI L 75 75 80 76.67 L
8 DARMAWAN
39 1617003 MUHAMAD IRFAN L 75 80 75 76.67 L
9 NUR
40 1617004 RISKI L 80 70 75 75.00 L
0 RUDIANSYAH
41 1617004 DARMAWAN L 80 80 80 80.00 L
1
42 1617004 MUHAMAD RIKI L 65 75 75 71.67 L
2 HENDRAWAN
43 1617004 RIGA ANGGARA L 70 75 75 73.33 L
3
44 1617004 MOHAMAD ILHAM L 70 80 80 76.67 L
4 FAUZI

Dari table diatas, diketahui masih banyak siswa yeng belum lulus pada SK
Memecahkan Masalah Berkaitan Konsep Operasi Bilangan Riil.
Berdasarkan uraian di atas, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : “Penggunaan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan

Siswa Pada Materi Memecahkan Masalah Berkaitan Dengan Konsep


Operasi Bilangan Riil untuk Siswa Kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2
Kota Bogor” (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa di Kelas X TKR SMK
Taruna Bangsa 2 Kota Bogor).

B. Rumusan Masalah

Masalah yang diidentifikasi pada bagian pendahuluan ini adalah menemukan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa secara langsung didalam
proses pembelajaran dan meningkatkan tanggung-jawab secara pribadi dari setiap siswa
untuk meningkatkan pemahamannya pada materi materi Memecahkan Masalah Berkaitan
Dengan Konsep Operasi pada Bilangan Riil, sehingga setiap siswa diharapkan dapat terlibat
secara langsung didalam memahami dan mengembangkan pengetahuannya tentang materi
Memecahkan Masalah Berkaitan Dengan Konsep Operasi pada Bilangan Riil. dan dapat
membaginya dengan anggota kelompoknya.

Maka rumusan masalah yang diajukan adalah :


1. Apakah penggunaan metode jigsaw efektif diterapkan dalam pembelajaran Matematika
pada materi Memecahkan Masalah Berkaitan Dengan Konsep Operasi pada Bilangan
Riil.terhadap siswa kelas X TKR SMK TARUNA BANGSA 2 KOTA BOGOR ?
2. Apakah penggunaan metode jigsaw dapat menumbuhkan motivasi siswa kelas X TKR

SMK TARUNA BANGSA 2 KOTA BOGOR dalam mengikuti KBM?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan

1. Untuk mengetahui penggunaan metode jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa

kelas X TKR SMK TARUNA BANGSA 2 KOTA BOGOR.

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas X SMK TARUNA BANGSA 2 KOTA

BOGOR dengan menggunakan metode jigsaw.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik untuk siswa, guru maupun untuk

sekolah. Manfaat untuk siswa di antaranya dapat meningkatkan motivasi, pemahaman, serta

kerja sama yang baik antar siswa,. Sedangkan manfaat untuk guru di antaranya yaitu dapat

menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan kelas dan pembelajaran

disamping dapat dijadikan alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan bagi sekolah,

hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang dapat terus dikembangkan menjadi

sebuah model dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Matematika menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw.

Didalam kegiatan Proses Belajar mengajar, guru Matematika dapat menggunakan model

pembelajaran yang dapat membuat siswa berperan aktif dan dapat merasa tertarik dengan

pelajaranMatematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru

yaitu model pembelajaran kooperatif type jigsaw.


Teknik mengajar menggunakan model Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai

metode cooperatif Learning (Lie, Anita, 2002:3).Menurut tim MKPBM (Suherman, Erman,

2001:218) terdapat beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar

lebih menjamin para siswa belajar secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :

Pertama para siswa tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.
Kedua, para siswa yang tergabung dalam kelompok harus menyadari bahwa
masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa hasil atau
tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota
kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang
tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan
masalah yang dihadapinya.

Dalam penerapan jigsaw ini, siswa dibagi dalam kelompok dengan 4 atau 5

anggota kelompok pelajar yang heterogen,mulai dari tingkat kemampuan, jenis

kelamin,suku / ras yang berbeda. Materi diberikan dalam bentuk teks. Setiap anggota

dalam kelompok asal ini bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu/soal,

tertentu kemudian tiap anggota bergabung dengan anggota kelompok asal yang lain yang

mempunyai nomor soal yang sama,yang disebut kelompok ahli. Sesudah berdiskusi

dengan kelompok ahli, anggota kelompok kembali ke kelompok asalnya dan

memaparkan hasil diskusi di kelompok ahli.

Pada pelaksanaan pembelajaran Cooperatif Learning harus didesain sedemikian

rupa untuk mencapai hasil yang optimal dan terciptanya kondisi dan situasi yang kondusif

dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar

siswa berlangsung secara aktif dan interaktif. Oleh karena itu perlu disusun langkah-

langkah pada pembelajaran kooperatif.Langkah – langkah tersebut adalah :

1. Siswa dibagi atas beebrapa kelompok (tiap kelompok beranggota 5 – 6 orang).


2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi –

bagi menjadi beberapa sub bab

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan

bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok – kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas

mengajar teman – temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa – siswa dikenai tagihan

berupa kuis individu.

7. Penghargaan kelompok, Guru memberikan penghargaan kepada salah satu

kelompok yang nilainya lebih tinggi dari kelompok yang lain.

Melalui langkah-langkah pembelajaran di atas, maka jelas siswa berperan aktif

dalam proses belajar mengajar, dengan demikian model pembelajaran kooperatif dapat

mengaktifkan siswa.

Karli, Hilda dan Margaretha S. Y. (2002:70) mengemukakan : ”Model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara dalam

struktur atas dua orang atau lebih”. Dengan kata lain, pembelajaran dengan sistem kerja

kelompok adalah kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, sehingga terjadi

interaksi dan saling mempengaruhi antara siswa satu dengan yang lainnya. Pada kegiatan

ini sekelompok siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas yang

diberikan gurunya.
Aktifitas dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut :

1. Guru memberikan pengenalan terhadap topik yang akan dibahas dengan maksud untuk

mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

2. Siswa dibagi kelompok yang terdiri dari empat anggota dengan kemampuan akademik

yang bervariasi dan jenis kelamin yang berbeda.

3. Setiap anggota kelompok diberi tugas mempelajari topik tertentu yang berbeda.

4. Dari setiap kelompok diambil satu siswa yang mempelajari topik yang sama untuk

saling bertukar pendapat dan informasi untuk dijadikan kelompok ahli

5. Siswa disuruh membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Dalam

kegiatan ini, siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok

ahli.

6. Setelah selesai siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan hasil

diskusinya kepada anggota kelompok masing-masing.

7. Kegiatan diakhiri dengan diskusi kelas.

8. Siswa kemudian diberi tes atau kuis secara individual oleh guru. Skor hasil tes atau kuis

tersebut disamping untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan

skor kelompoknya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw secara

garis besar terdiri dari beberapa langkah berikut tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw.

a. Tahap Pembagian Kelompok


Tahap ini merupakan pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam

kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa. Heterogenitas

dalam pembelajaran Cooperatif Learning merupakan kelompok yang terdiri dari

keanekaragaman kemampuan akademik (tinggi, sedang, rendah). Pengelompokkan ini

berdasarkan nilai awal siswa yang diambil dari nilai rata-rata mata pelajaran

matematika pada ulangan harian siswa kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2 Kota

Bogor tahun ajaran 2016/2017.

2. Memecahkan Masalah Berkaitan Kopsep Operasi Bilangan Riil

MEMECAHKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN KONSEP OPERASI BILANGAN


REAL
A.   Kompetensi Dasar : Menerapkan operasi pada bilangan riil
Indikator 1 :
1.      Dua atau lebih bilangan bulat dioperasikan (dijumlah, dikurang, dikali,   dibagi) sesuai
dengan prosedur
2.      Bilangan pecahan dikonversi ke bentuk persen, atau pecahan desimal, sesuai prosedur
3.      Konsep perbandingan (senilai dan berbalik nilai), skala, dan persen digunakan dalam pe-
nyelesaian masalah program keahlian

I. Macam-Macam Himpunan Bilangan


Matematika erat sekali kaitannya dengan bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan definisi tertentu sehingga bilangan-bilangan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi suatu himpunan bilangan tertentu pula. Misalnya 1, 2, 3, ... dan
seterusnya dapat dikelompokkan ke dalam himpunan bilangan asli. Himpunan bilangan asli
tersebut dapat ditulis dengan notasi A = {1, 2 , 3, 4, 5, ...}.

Himpunan bilangan-bilangan secara skematis dapat ditunjukkan pada bagan berikut. 


1.      Himpunan Bilangan Asli
Himpunan bilangan asli didefinisikan sebagai himpunan bilangan yang diawali dengan angka 1
dan bertambah satu-satu. Himpunan bilangan ini dilambangkan dengan huruf A dan anggota
himpunan dari bilangan asli dinyatakan sebagai berikut.  
A = {1, 2, 3, 4, ...}.
2.      Himpunan Bilangan Cacah
Gabungan antara himpunan bilangan asli dan himpunan bilangan 0 ini disebut sebagai himpunan
bilangan cacah. Himpunan bilangan ini dilambangkan dengan huruf C dan anggota himpunan
dari bilangan cacah dinyatakan sebagai berikut:
C = {0, 1, 2, 3, 4,...}.
3.  Himpunan Bilangan Bulat
Himpunan bilangan bulat adalah gabungan antara himpunan bilangan cacah dan himpunan
bilangan bulat negatif. Bilangan ini dilambangkan dengan huruf B dan anggota himpunan dari
bilangan bulat dinyatakan sebagai berikut:
B = {..., –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, ...}.
4.  Himpunan Bilangan Rasional
Himpunan bilangan rasional adalah himpunan bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk p/q ,
dengan p, q E B dan q ≠ 0. Bilangan p disebut pembilang dan q disebut penyebut. Himpunan
bilangan rasional dilambangkan dengan huruf Q. Himpunan dari bilangan rasional dinyatakan
sebagai berikut:
5. Himpunan Bilangan Irasional
Himpunan bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk p/qdengan p, q E  B dan q ≠ 0. Contoh bilangan irasional adalah bilangan desimal yang
tidak berulang (tidak berpola), misalnya: 2, π, e, log 2. Himpunan bilangan ini dilambangkan
dengan huruf I.

II.  Operasi Hitung pada Bilangan Riil


A. Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat
1. Penjumlahan dan Pengurangan
2. Perkalian dan Pembagian 

Operasi Hitung Pada Bilangan Pecahan


1.      Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Pecahan

2.  Perkalian dan Pembagian Bilangan Pecahan

III. Perbandingan

      Perbandingan dua buah nilai dari besaran yang sejenis dapat dinyatakan sebagai
perbandingan atau pecahan biasa . Misal 6 : 7 atau .7/6

Ada  dua jenis perbandingan , Yaitu

1.      Perbandingan senilai

      Perbandingan disebut perbandingan senilai jika dua perbandingan harganya sama
2.   Perbandingan berbalik nilai

      Perbandingan disebut perbandingan sberbalik nilai jika dua perbandingan hasilnya saling
berbalik.

      IV. Skala

      Skala adalah perbandingan senilai ukuran gambar dengan besar benda sebenarnya.

      skala = Jarak pada peta : jarak sebenarnya

      Jarak sebenarnya = Jarak pada peta x skala

      Jarak pada peta = jarak sebenarnya : skala

     V. Persen

      Persen adalah bentuk lain dari pecahan dengan penyebut seratus

B.   Kompetensi Dasar : Menerapkan operasi pada bilangan ber-pangkat


Indikator :
1.      Bilangan berpangkat dioperasikan sesuai dengan sifat-sifatnya.
2.      Bilangan berpangkat disederhanakan atau ditentukan nilainya dengan menggunakan sifat-
sifat bilangan berpangkat
3.      Konsep bilangan berpangkat diterapkan dalam penyelesaian masalah.
a. Pengertian Pangkat Bulat Positif
Jika a adalah bilangan riil dan n bilangan bulat positif maka an (dibaca "a pangkat n") adalah
hasil kali n buah faktor yang masing-masing faktornya adalah a. Jadi, pangkat bulat positif
secara umum dinyatakan dalam bentuk

C.        Kompetensi Dasar : Menerapkan operasi pada bilangan irasional


Indikator :
1.      Bilangan bentuk akar dioperasikan sesuai dengan sifat-sifatnya.
2.      Bilangan bentuk akar disederhanakan atau ditentukan nilainya dengan menggunakan sifat-
sifat bentuk akar
3.      Konsep bilangan irasional diterapkan dalam penyelesaian masalah.
D.   Kompetensi Dasar :Menerapkan konsep logaritma
Indikator
1.      Operasi logaritma diselesaikan sesuai dengan sifat-sifatnya.
2.      Soal-soal logaritma diselesaikan dengan menggunakan tabel dan tanpa tabel
3.      Permasalahan program keahlian diselesaikan dengan menggunakan logaritma

Pengertian logaritma
Logaritma merupakan invers (kebalikan) dari perpangkatan. Misalkan a adalah bilangan
positif (a > 0) dan g adalah bilangan positif yang tidak sama dengan 1 (g >0, g≠ 1), maka:
g
log a = x jika hanya jika gx = a
B. Anggapan Dasar

Menurut Arikunto, suharsimi, (2006:65) mengemukakan ”Anggapan dasar atau

postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”.

Sebelum penelitian dilaksanakan, anggapan dasar peneliti adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran materi Memecahkan Masalah berkaitan operasi bilangan riil diberikan

kepada siswa kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2 sesuai dengan kurikulum 2007.

2. Pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang dilaksanakan oleh guru dapat mengarahkan siswa untuk bekerjasama dalam

memecahkan masalah yang sesuai dengan kondisi siswa.

3. Guru (peneliti) mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw.

4. Siswa mampu mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.


5. Hasil belajar siswa pada materi pokok bilangan bulat dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menunjukkan kemampuan siswa pada materi

bilangan bulat dilihat dari hasil ulangan harian, tugas individu dan tugas kelompok.

C. Hipotesis Tindakan/Pertanyaan Penelitian

1. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada rumusan masalah, kajian teori dan anggapan dasar penulis

merumuskan hipotesis tindakan yaitu, ” Penggunaan Metode Jigsaw untuk Meningkatkan

Kemampuan Siswa Pada Materi Memecahkan Masalah Berkaitan Dengan Konsep

Operasi Bilangan Riil untuk Siswa Kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2”

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diuraikan beberapa pertanyaan

sebagai berikut :

a. Bagaimana aktivitas siswa kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2 Kota Bogor selama

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Bagaimana respon siswa kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2 Kota Bogor mengenai

pembelajaran materi pokok bilangan bulat terhadap penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan Nopember 2016 sejak persiapan pembuatan

silabus, RPP, perangkat KBM, kisi-kisi soal dan soal, sampai bulan Januari 2017

tahap analisis dan pengolahan data.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas X TKR SMK Taruna Bangsa 2 Kota Bogor

yang beralamat di Jalan Mekarjaya blk. Kebun Raya Residence Bogor

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMK Taruna Bangsa 2 Kota Bogor..

Subjek penelitian ini adalah kelas X TKR dengan jumlah siswa 44 orang dan

semuanya siswa laki – laki.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

menurut Arikunto, Suharsimi. at.al. (2006:3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Jadi PTK bisa

dikatakan suatu tindakan yang disengaja untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar

dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.


Sejalan dengan fokus penelitian tindakan kelas Wardani, I.G.A.K., et.al.

(2006:7,6) berpendapat “Fokus PTK adalah kegiatan pembelajaran”, diperkuat oleh

Arikunto, Suharsimi (2006:7) mengemukakan “Penelitian tindakan bukan menyangkut

materi atau topik pokok bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok

bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode atau cara untuk

memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen”.

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara

peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan

yang nyata di kelas. Dalam hal ini Arikunto, Suharsimi, at.al. (2006:63) mengemukakan

“Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting.

Melalui kerjasama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang

dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan yang tepat dan

dilaksanakan secara kolaboratif (kerjasama) untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil

belajar matematika siswa dengan penyajian pembelajaran melalui model pembelajaran

yang berbeda.

Desain penelitian digambarkan dalam spiral penelitian tindakan kelas berdasarkan

adaptasi dari Hopkins (Tim PGSM, 1999:7).

Gambar 3.1

Sumber : Spiral PTK adaptasi dari Hopkins

Tim Pelatihan Proyek PGSM


Plan

Reflective

Action/
Observation

Revised Plan

Reflective

Action/
Observation

Revised Plan

Reflective

Action/
Observation

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas

ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

1. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas pada setiap siklus adalah sebagai berikut :

a. Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan dipelajari.

Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.

b. Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang heterogen.


c. Bagian topik permasalahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa

yang kedua menerima bagian topik yang kedua demikian seterusnya dengan berupa

soal latihan.

d. Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok ahli.

e. Setelah selesai, siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing

untuk menjelaskan hasil kelompoknya mendiskusikannya sekelas.

2. Melaksanakan Observasi

Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengamatan

terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung. Ovservasi ini

meliputi kegiatan-kegiatan mengatasi dan memantau setiap aktivitas siswa untuk bahan

kajian refleksi. Sehingga dapat diambil suatu keputusan mengenai diteruskan tidaknya

penelitian tanpa perubahan, diteruskan dengan interaksi atau diganti dengan tindakan

lain.

3. Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan yang

ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk

memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengembangkan penelitiannya dengan tiga

siklus sebagai berikut :

1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan alokasi waktu 4 X 45 menit

dengan rincian 3 X 45 menit untuk pertemuan dan 1 X 45 menit untuk evaluasi


dengan indikator mengetahui sifat-sifat, definisi, menentukan letak bilangan bulat

pada garis bilangan, melakukan operasi tambah dan kurang bilangan bulat,

menemukan sifat-sifat operasi tambah dan kurang pada bilangan bulat,

menggunakan sifat-sifat operasi tambah dan kurang dengan mengaitkannya dalam

kejadian sehari-hari.

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian sebagai berikut :

a. Perencanaan tindakan siklus I

b. Pelaksanaan tindakan siklus I yaitu pembelajaran materi pokok bilangan bulat

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

c. Observasi siklus I.

d. Refleksi siklus I.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dengan alokasi waktu 4 X 45 menit

dengan rincian 3 X 45 menit untuk pertemuan dan 1 X 45 menit untuk evaluasi

dengan indikator melakukan operasi kali dan bagi bilangan bulat, menemukan sifat-

sifat operasi kali dan bagi pada bilangan bulat, menggunakan sifat-sifat operasi kali

dan bagi dengan mengaitkannya dalam kejadian sehari-hari.

Langkah-langkah perlaksanaan penelitian sebagai berikut :

e. Perencanaan tindakan siklus II

f. Pelaksanaan tindakan siklus II yaitu pembelajaran materi pokok bilangan bulat

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

g. Observasi siklus II.

h. Refleksi siklus II.


3) Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Pelaksanaan tindakan siklus III dilakukan dengan alokasi waktu 4 X 45 menit

dengan rincian 3 X 45 menit untuk pertemuan dan 1 X 45 menit untuk evaluasi

dengan indikator melakukan operasi campuran bilangan bulat, menemukan sifat-

sifat operasi campuran pada bilangan bulat, menggunakan sifat-sifat operasi

campuran dengan mengaitkannya dalam kejadian sehari-hari.

Langkah-langkah perlaksanaan penelitian sebagai berikut :

i. Perencanaan tindakan siklus III

j. Pelaksanaan tindakan siklus III yaitu pembelajaran materi pokok bilangan bulat

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

k. Observasi siklus III.

l. Refleksi siklus III.

4. Evaluasi Hasil Tindakan

Pada evaluasi hasil tindakan ini peneliti dapat melihat tingkat keberhasilan dan

ketercapaian tujuan tindakan, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

5. Analisis Hasil Tindakan

Analisis tindakan dimulai dari siklus I, II dan III. Selain terhadap pembelajaran

materi pokok bilangan bulat dengan menerapkan model koooperatif tipe Jigsaw dilihat

dari keseluruhan hasil belajar pada materi pokok bilangan bulat dengan kompetensi

dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat dan menggunakan sifat-sifat operasi

hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai

berikut :

1. Perangkat Kegiatan Belajar Mengajar

Perangkat ini meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal latihan

setiap siklus menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama

proses belajar mengajar apakah sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan dalam

RPP. Observasi ini dilakukan oleh peneliti untuk mengamati aktivitas siswa dan

mendapatkan sesuatu tentang aktivitas dan respons siswa terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

Tabel 3.1
Kisi-kisi lembar observasi

Masalah No. No.


Indikator Indikator
Penelitian Item Item
Aktivitas Aktivitas keberanian
memperhatikan 1 mengemukakan 8
pelajaran Guru pendapat
Pembelajaran Aktivitas menghargai Aktivitas bertanya
6 5
Model pendapat anggota lain
Kooperatif Aktivitas yang tidak
3
tipe Jigsaw relevan
Aktivitas diskusi
4, 7, 9
kelompok
Aktivitas membaca 2

3. Soal Ulangan Harian

Untuk mengetahui hasil dari pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka peneliti mengadakan ulangan harian yang
berbentuk uraian karena dalam pengerjaan soal matematika tidak hanya memperhatikan

hasil akhir dari pengerjaan tapi juga memperhatikan proses mendapatkan hasil akhir

penilaian untuk ulangan harian menggunakan skala 100,

4. Soal Tugas Individu

Tugas individu setiap akhir pertemuan guna mengetahui pengetahuan,

pemahaman, serta penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan, tugas

individu berupa pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

Tugas siswa diperiksa oleh guru dan diberi nilai dengan menggunakan skala 100 dan

diberikan lagi kepada siswa agar siswa dapat mengoreksi hasil tugasnya.

5. Soal Tugas Kelompok

Tugas kelompok dilaksanakan pada waktu pembelajaran berlangsung berupa soal

latihan. Soal latihan disesuaikan dengan materi yang dipelajari pada setiap siklus.

Penilaian tugas kelompok menggunakan skala 100.

6. Angket Siswa

Angket yang diberikan pada siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa

terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pokok

bilangan bulat. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup artinya alternatif

jawaban telah disediakan dan responden tinggal memilih salah satu alternatif jawaban

yang sesuai dengan pendapatnya. Angket terdiri dari 15 pertanyaan positif dan negatif

dan pilihan ada empat yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat

Tidak Setuju (STS). Dengan skor yang diberikan pada tiap-tiap kategori menurut

Suherman, Erman (2003: 190) :

Pernyataan Positif : SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, STS = 1


Pernyataan Negatif : SS = 1, S = 2, N = 3, TS = 4, STS = 5

Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket

Masalah Item Angket


Indikator Responden
Penelitian Positif Negatif
Minat  Siswa terhadap 1 14
pembelajaran
 Siswa terhadap 3, 10 11
diskusi kelompok
Sikap  Siswa terhadap 15 12, 13
Penerapan Model
pembelajaran
Kooperatif Tipe
 Siswa terhadap 6, 9 7
Jigsaw
diskusi kelompok
Apresiasi  Siswa terhadap 8 5
pembelajaran
 Siswa terhadap 4 2
diskusi kelompok

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Tugas Individu

Tugas individu dilakukan secara terus menerus untuk diselesaikan oleh setiap

masing-masing individu siswa dapat berupa pekerjaan rumah. Tugas individu

dilaksanakan untuk mengungkap kemampuan aplikasi sampai evaluasi, serta untuk

mengetahui hasil pembelajaran.

2. Tugas Kelompok

Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan bekerjasama dalam upaya

memecahkan masalah. Tugas kelompok dapat diberikan dalam bentuk soal latihan,

untuk menilai kemampuan kerja kelompok dalam memecahkan masalah.

3. Ulangan Harian
Ulangan harian dilakukan setiap akhir siklus untuk mengetahui penguasaan

pemahaman sampai evaluasi, atau untuk mengetahui penguasaan pemakaian alat atau

suatu prosedur tertentu.

4. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kegiatan belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang merupakan pengamatan

serta pencatatan secara sistematis secara langsung. Lembar observasi digunakan

peneliti pada setiap pertemuan selama kegiatan belajar dan diisi oleh observer untuk

mengetahui aktivitas siswa.

5. Angket Siswa

Angket siswa merupakan sekumpulan pernyataan yang harus dilengkapi oleh

responden dengan memiliki jawaban atau pertanyaan melalui jawaban yang sudah

disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi. Penyebaran angket

dilakukan diakhir penelitian. Responden dalam hal ini adalah siswa jadi ini dilakukan

untuk mendapat data respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

6. Analisis Ulangan Harian

Widaningsih, Dedeh (2005:40) mengemukakan bahwa menghitung pembobotan soal

bentuk uraian memakai rumus sebagai berikut :

a
×c
SBS = b

Keterangan :

SBS = Skor Butir Soal

a = skor mentah yang diperoleh

b = skor mentah maksimum soal


c = bobot soal

Untuk menghitung skor soal siswa menurut Widaningsih, Dedeh (2005:40) adalah :

STS = ∑ SBS

Keterangan :

STS = Skor total siswa materi pokok

SBS = Skor Butir Soal

7. Analisis Tugas Individu dan Tugas Kelompok

Penilaian tugas individu dan kelompok didasarkan pada skor yang ditentukan peneliti.

8. Analisis Observasi

Data hasil observasi aktivitas siswa pada setiap tindakan dihitung dengan rata-rata skor

pengamatan setiap asesmen aktivitas yang diberikan observer. Aktivitas yang muncul

tersebut dipersentasekan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ο 1 + Ο2 +Ο 3
Rata-rata Skor Pengamatan = 3

Keterangan :

O1 = penilaian yang diberikan ovserver pertama

O2 = penilaian yang diberikan ovserver kedua

O3 = penilaian yang diberikan ovserver ketiga

9. Analisis Angket Siswa

Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran materi pokok bilangan bulat

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dan pengolahan data.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan menurut Suherman, Erman (Purnamasari,

Yanti 2005:45) sebagai berikut :

Tabel 3.3
Contoh Pengolahan Angket

Skor tiap nomor pertanyaan


SUBJEK Xts Xts
1 2 3
S1
S2
S3
..
..
..
Xtb
Xtb

Selanjutnya melakukan perhitungan rata-rata setiap item pernyataan dengan

menggunakan rumus menurut Suherman dan Sukjaya, Yaya (Triana, Reni 2005:30)

sebagai berikut :

∑w
X= ∑f
Keterangan :

X = nilai rata-rata

w = bobot kategori jawaban

ƒ = banyak subjek

Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif maka dilihat melalui

penggolongan responden termasuk bersikap positif atau negatif menurut Suherman,

Erman (Triana, Reni 2005:31) menyatakan bahwa :

Penggolongan dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor alternatif


jawaban netral (N=3). Jika rata-rata skor subjek lebih besar daripada rata-rata
skor netral maka dikatakan memiliki arah positif. Sebaliknya jika rata-rata skor
subjek lebih kecil dari rata-rata skor netral maka dikatakan memiliki arah
negatif. Jika nilainya lebih dari 3 ia bersikap positif. Jika nilainya kurang dari 3
ia bersikap negatif.

Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa respon siswa dapat dikatakan baik atau positif

jika rata-rata skor lebih dari 3, jika rata-rata skor kurang dari 3 maka dapat dikatakan

kurang baik atau negatif.

10. Analisis Hasil Belajar

Hasil belajar setiap siklus merupakan penjumlahan skor siswa dari ulangan harian,

tugas individu, tugas kelompok, bobot untuk ulangan harian 2, bobot untuk tugas

individu 1 dan tugas kelompok bobotnya 1, maka hasil belajar dihitung menggunakan

rumus :

2 UH +TI +TK
HB = 4

HB = Hasil Belajar

UH = Ulangan Harian

TI = Tugas Individu

TK = Tugas Kelompok

Anda mungkin juga menyukai