Anda di halaman 1dari 16

ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.

1, April 2016

PROFIL PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA


BERDASARKAN KURIKULUM 2013
I Wayan Subagia1, I G. L. Wiratma2
1, 2 Jurusan
Pendidikan Kimia,
Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia
e-mail: aigabus@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil penilaian hasil belajar siswa
berdasarkan implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini
adalah 15 orang guru yang terdiri atas guru SD, SMP, dan SMA, masing-masing lima
orang. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini dikumpulkan dengan angket, dokumen,
dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif interpretatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa deskripsi profil penilaian hasil belajar siswa dilihat dari
sembilan aspek penilaian, yaitu: ranah penilaian, pelaku penilaian, jenis alat penilaian,
bentuk tes, bentuk nontest, bentuk laporan hasil belajar, skala penilaian, waktu penilaian,
dan teknik pengumpulan hasil belajar. Dalam melakukan penilaian hasil belajar, guru
mengalami beberapa masalah berkaitan dengan jumlah unsur penilaian, kompleksitas
penilaian, pembuatan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, dan pelaporan hasil
penilaian. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan agar penilaian hasil belajar siswa
disederhanakan dan tetap memenuhi prinsip-prinsip penilaian, seperti komprehensif,
objektif, transparan, dan akuntabel.
Kata Kunci: penilaian, hasil belajar, dan kurikulum 2013.

Abstract
This research aimed at describing the profile of students’ learning achievement based on
the implementation of 2013 Curriculum. This research was a qualitative descriptive
research using phenomenological approach. The total subjects of this research were 15
teachers including five elementary school, junior high school, and senior high school,
respectively. Questionnaire, document, and interview techniques were used to collect all
data. Descriptive interpretive technique was used to analyse all data. The research results
revealed that the description of the profiles of students’ learning achievement are viewed
from nine evaluation aspects, namely: domain of learning - achievement, evaluator,
assessment tools, the form of test, the form of non-test, the form of report, the scale used,
the period of assessment, and the techniques of assessment. In evaluating students’
learning achievement, teacher faces problems related to the number of evaluation
elements, the complexity of evaluation, instrument formulation, assessment frequency,
and reporting assessment results. Based on this finding, it is suggested that the
evaluation of students’ learning achievement should be simplified and still fulfilling the
principle of assessment, such as comprehensive, objective, transparent, and
accountable.
Keywords: assessment, learning echievement, and 2013 curriculum.

Jurnal Pendidikan Indonesia |39


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

PENDAHULUAN Students Assessment (PISA) sejak tahun


Mulai tahun 2013 Pemerintah, 1999, menunjukkan bahwa capaian
melalui Kementerian Pendidikan dan anak-anak Indonesia masih ada dalam
Kebudayaan, melakukan inovasi dalam urutan bawah atau belum
bidang pendidikan berupa penerapan menggembirakan. Diduga bahwa salah
kurikulum baru yang dikenal dengan satu penyebabnya adalah materi uji yang
Kurikulum 2013. Penerapan tersebut diberikan tidak masuk dalam kurikulum
tidak luput dari berbagi kontroversi pro pendidikan di Indonesia (Permendikbud
dan kontra di kalangan praktisi No. 67/2013).
pendidikan karena berbagai alasan. Saat ini, pemerintah sudah mulai
Salah satunya adalah masalah mengimplementasikan Kurikulum 2013
pengintegrasian mata pelajaran IPA SD secara terbatas melalui beberapa
ke dalam mata pelajaran bahasa yang sekolah percobaan (pilot project) mulai
dipandang dapat mengurangi dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai
kompetensi siswa dalam bidang IPA. dengan tingkat sekolah menengah atas
Berkaitan dengan isu tersebut, Wamen, (SMA/SMK). Salah satu masalah serius
Prof. Musliar Kasim, menyatakan bahwa dalam implementasi Kurikulum 2013
anak SD cukup belajar ilmu dasar, adalah masalah penilaian hasil belajar
sehingga tidak perlu membawa banyak siswa. Sesuai dengan tuntutan
buku. Dengan penyederhanaan jumlah Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar
mata pelajaran, diharapkan anak didik siswa diharapkan dilakukan secara
tingkat SD lebih banyak mendapat komprehensif dengan melibatkan ketiga
pendidikan karakter yang baik, logika ranah utama penilaian, yaitu ranah sikap,
berpikir dan pendidikan olahraga. pengetahuan, dan keterampilan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Penilaian hasil belajar siswa diharapkan
Mohammad Nuh, menyatakan bahwa mengalami perubahan penekanan
walaupun mata pelajaran IPA tidak sejalan dengan peningkatan jenjang
menjadi mata pelajaran tersendiri pada pendidikan. Pada jenjang pendidikan
Kurikulum 2013 bukan berarti pelajaran dasar (SD dan SMP), penilaian hasil
IPA dihapus, tetapi metode belajar lebih banyak ditekankan pada
pembelajarannya diubah menjadi dimensi sikap, diikuti dengan dimensi
metode tematik integratif. keterampilan, dan pengetahuan.
Kehadiran Kurikulum 2013 Sementara, pada jenjang pendidikan
dimaksudkan sebagai salah salah satu lanjut (SMA/SMK) penekanan penilaian
pemecah masalah bangsa yang hasil belajar siswa lebih banyak pada
dirasakan semakin kompleks, yaitu untuk dimensi pengetahuan, diikuti dengan
mengatasi pembangunan sumber daya dimensi keterampilan dan dimensi sikap
manusia dan daya saing bangsa (human (Permendikbud No. 66/2013). Di
developmen and nation samping dalam ranah penilaian, cara
competitiveness). Berdasarkan data pelaporan hasil belajar siswa dalam
hasil penelitian yang dilakukan oleh raport juga mengalami perubahan yang
Trends in International Mathematics and signifikan. Hasil belajar siswa tidak
Science Assessment Study (TIMSS) hanya dikomunikasikan dalam bentuk
maupun Program for International angka-angka prestasi belajar, tetapi

Jurnal Pendidikan Indonesia |40


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

dalam bentuk deskripsi kemampuan Penilaian Pendiikan, dan Permendikbud


(kompetensi) peserta didik yang No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka
diberikan dalam bentuk deskripsi Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
kemampuan dengan kata-kata. Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Berdasarkan hasil pengamatan Dalam Undang-Undang No.
terbatas di sekolah-sekolah yang 20/2003, kurikulum didefinisikan sebagai
menjadi pilot project implementasi seperangkat rencana dan pengaturan
Kurikulum 2013, ditemukan bahwa para mengenai tujuan, isi, dan bahan
pemangku kepentingan (sekolah/guru) pelajaran serta cara yang digunakan
mengalami masalah dalam merumuskan sebagai pedoman penyelenggaraan
hasil belajar siswa dalam bentuk kata- kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kata. Penyebab masalah tersebut tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan
dikontribusi oleh berbagai hal, antara definisi tersebut, Kurikulum 2013
lain: kebiasaan lama guru yang dipandang sebagai pedoman
mengalkulasi hasil belajar siswa dalam penyelenggaraan kegiatan
bentuk angka-angka berdasarkan hasil pembelajaran, khususnya cara penilaian
ulangan harian, ulangan tengah hasil belajar yang ditelusuri dalam
semester, dan ulangan akhir semester, penelitian ini.
serta kekurangan pengetahuan dan Kurikulum 2013 dikembangkan
pengalaman guru dalam membuat dengan penyempurnaan sembilan pola
deskripsi kompetensi siswa. Berpijak pikir, yaitu: 1) pola pembelajaran dari
pada temuan tersebut, dipandang perlu berpusat pada guru menjadi berpusat
untuk menelusuri lebih jauh tentang profil pada siswa, 2) pola pembelajaran satu
penilaian hasil belajar siswa berdasarkan arah menjadi pola pembelajaran
Kurikulum 2013 yang dilakukan guru di interaktif, 3) pola pembelajaran terisolasi
sekolah-sekolah percobaan dan menjadi pola pembelajaran jejaring, 4)
permasalahan-parmasalahan yang pola pembelajaran pasif menjadi pola
dihadapi guru dalam merumuskan dan pembelajaran aktif, 5) pola pembelajaran
melaporkan hasil belajar siswa melalui sendiri menjadi pola pembelajaran
sebuah penelitian ilmiah. Diharapkan, kelompok, 6) pola pembelajaran dengan
temuan hasil penelitian ini dapat menggunakan alat tunggal menjadi pola
dijadikan acuan untuk memecahkan pembelajaran berbasis alat multimedia,
masalah-masalah yang dihadapi 7) pola pembelajaran berbasis masal
guru/sekolah dalam memformulasikan menjadi pola pembelajaran berbasis
penilaian hasil belajar siswa. kebutuhan pelanggan, 8) pola
Untuk menelusuri hal tersebut, pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal
digunakan peraturan pemerintah yang menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan
terkait dengan implementasi Kurikulum jamak, dan 9) pola pembelajaran pasif
2013 sebagai acuan penelitian. Dalam menjadi pembelajaran kritis
hal ini, peraturan pemerintah yang (Permendikbud, No 67/2013).
digunakan adalah Undang-Undang No. Berbeda dengan kurikulum
20 Tahun 2003 tentang Sistem sebelumnya (KTSP), Kurikulum 2013
Pendidikan Nasional, Permendikbud No. mempunyai karakteristik, tujuan, dan
66 Tahun 2013 tentang Standar struktur yang berbeda. Karakteristik

Jurnal Pendidikan Indonesia |41


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

Kurikulum 2013 ada tujuh, yaitu: 1) Standar Kompetensi Lulusan


mengembangkan keseimbangan antara (SKL) dinyatakan dalam dimensi sikap,
sikap sosial dan spiritual, rasa ingin tahu pengetahuan, keterampilan yang secara
kreativitas, kerja sama dengan umum memiliki orientasi sama dan
kemampuan intelektual dan berbeda dalam implementasi sesaui
psikomotorik; 2) memandang sekolah dengan jenjang pendidikan. Misalnya,
sebagai bagian dari masyarakat yang untuk jenjang pendidikan sekolah dasar
memberikan pengalaman belajar secara (SD), kualifikasi kemampuan yang
terencana dengan memanfaatkan distandarkan adalah sebagai berikut. 1)
sekolah sebagai tempat belajar dan Dimensi sikap dengan kualifikasi
masyarakat sebagai sumber belajar; 3) kemampuan memiliki perilaku yang
mengembangkan sikap, pengetahuan mencerminkan sikap orang beriman,
dan keterampilan, serta menerapkannya berakhlak mulia, berilmu, percaya diri,
dalam berbagai situasi di sekolah dan di dan bertanggung jawab dalam
masyarakat; 4) memberi waktu yang berinteraksi secara efektif dengan
leluasa untuk mengembangkan sikap, lingkungan sosial dan alam di lingkungan
pengetahuan, dan keterampilan; 5) rumah, sekolah, dan tempat bermain. 2)
merumuskan kompetensi sasaran Dimensi pengetahuan dengan kualifikasi
pembelajaran dalam bentuk kompetensi kemampuan memiliki pengetahuan
inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam faktual dan konseptual berdasarkan rasa
kompetensi dasar mata pelajaran; 6) ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
menjadikan kompetensi inti kelas teknologi, seni, dan budaya dalam
sebagai unsur pengorganisasi wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kompetensi dasar yang menekankan kenegaraan, dan peradaban terkait
proses pembelajaran pada pencapaian fenomena dan kejadian di lingkungan
komeptensi inti; dan 7) mengembangkan rumah, sekolah, dan tempat bermain. 3)
kompetensi dasar dengan prinsip Dimensi keterampilan dengan kualifikasi
akumulatif, saling memperkuat dan kemampuan memiliki kemampuan pikir
memperkaya antarmatapelajaran dan dan tindak yang produktif dan kreatif
jenjang pendidikan (Permendikbud, No. dalam ranah abstrak dan konkret sesuai
67/2013) dengan yang ditugaskan kepadanya.
Struktur Kurikulum 2013 terdiri atas Dimensi-dimensi tersebut, selanjutnya
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dikembangkan dalam berbagai jenjang
Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi kompensi inti (KI).
Dasar (KD). Selain SKL, KI, dan KD, Kompetensi inti (KI) terdiri atas
dalam Kurikulum 2013, Pemerintah juga empat jenis, yaitu: 1) Kompetensi Inti 1
menyiapkan silabus mata pelajaran, (KI-1) tentang sikap spiritual, 2)
buku pegangan siswa, dan buku Kompetensi Inti 2 (KI-2) tentang sikap
pegangan guru sebagai acuan sosial, 3) Kompetensi Inti 3 (KI-3) tentang
pelaksanaan pembelajaran. Namun pengetahuan, dan 4) Kompetensi Inti 4
demikian, Rencana Pelaksanaan (KI-4) tentang keterampilan. Contoh
Pembelajaran (RPP) tetap dipersiapkan kompetensi inti untuk tingkat sekolah
oleh guru. dasar (SD/MI) kelas I adalah sebagai
berikut: KI-1. Menerima dan menjalankan

Jurnal Pendidikan Indonesia |42


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

ajaran agama yang dianutnya. KI-2. Istilah penilaian dalam bahasa


Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung Indonesia dapat bersinonim dengan
jawab, santun, peduli, dan percaya diri evaluasi (evaluation) dan kini juga
dalam berinteraksi dengan keluarga, popular istilah asesmen (assessment).
teman, dan guru. KI-3. Memahami Ada banyak definisi penilaian, walaupun
pengetahuan faktual dengan cara berbeda rumusan, pada umumnya
mengamati (mendengar, melihat, menunjuk pada pengertian yang hampir
membaca) dan menanyakan sama. Lynch (1996) mengemukakan
berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahwa penilaian adalah usaha yang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan sistematis untuk mengumpulkan
kegiatannya, dan benda-benda yang informasi untuk membuat pertimbangan
dijumpainya di rumah dan di sekolah. KI- dan keputusan. Douglas (2004) yang
4. Menyajikan pengetahuan faktual sengaja memilih istilah Tes
dalam bahasa yang jelas dan logis, mengartikannya sebagai cara
dalam karya yang estetis, dalam gerakan pengukuran keterampilan, pengetahuan,
yang mencerminkan anak sehat, dan atau penampilan seseorang dalam
dalam tindakan yang mencerminkan konteks yang sengaja ditentukan.
perilaku anak beriman dan berakhlak Definisi lain, penilaian diartikan sebagai
mulia. proses pengumpulan dan pengolahan
Kurikulum 2013 merupakan informasi untuk mengukur pencapaian
gagasan inovatif untuk merencanakan hasil belajar peserta didik (PP No.19 Th
dan melaksanakan pembelajaran serta 2005).
menilai hasil belajar secara Penilaian hasil belajar adalah
komprehensif dengan melibatkan tiga kegiatan penyetandaran hasil belajar
ranah penilaian pembelajaran, yaitu siswa yang dilakukan melalui dua
penilaian sikap, pengetahuan, dan kegiatan pokok, yaitu kegiatan esesmen
keterampilan. Pendekatan ilmiah dan evaluasi. Esesmen dimaknai
merupakan pendekatan pembelajaran sebagai kegiatan pengumpulan hasil
yang menuntut pengelolaan belajar, sedangkan evaluasi dimaknai
pembelajaran dilakukan melalui proses sebagai kegiatan penyetandaran atau
ilmiah. Proses ilmiah yang dilakukan pengolahan hasil belajar. Hasil belajar
sesuai dengan tahapan metode ilmiah adalah kemampuan siswa dalam
mampu memberi wahana memenuhi suatu tahapan pencapaian
pengembangan keterampilan ilmiah dan pengalaman belajar dalam satu
sikap ilmiah yang keduanya merupakan kompetensi dasar (Kunandar, 2007).
elemen dasar pencapaian tujuan Hasil belajar dalam silabus berfungsi
pendidikan nasional, yaitu untuk sebagai petunjuk tentang perubahan
mengembangkan potensi peserta didik perilaku yang akan dicapai oleh siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan sehubungan dengan kegiatan belajar
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha yang dilakukan, sesuai dengan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kompetensi dasar dan materi standar
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi yang dikaji.
warga negara yang demokratis serta Hasil belajar siswa yang
bertanggung jawab (Subagia, 2013). diperoleh dari kegiatan pembelajaran di

Jurnal Pendidikan Indonesia |43


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

sekolah selalu sejalan dengan tujuan Jihad (2008) mengemukakan bahwa


yang tercantum pada indikator yang “hasil belajar merupakan pencapaian
sudah direncanakan oleh guru. Dalam bentuk perubahan perilaku yang
menyusun atau menetapkan indikator, cenderung menetap dari ranah kognitif,
guru mengacu pada taksonomi tujuan afektif, dan psikomotoris dari proses
pendidikan yang disusun oleh Bloom, belajar yang dilakukan dalam waktu
yaitu berupa pengetahuan (ranah tertentu”.
kognitif), sikap (ranah afektif), dan Menurut Munadi (2008) faktor-
keterampilan (ranah psikomotor) yang faktor yang memengaruhi proses dan
ketiganya dapat dirinci lagi menjadi hasil belajar ada dua yaitu faktor internal
bermacam-macam kemampuan yang dan faktor eksternal.Secara lebih luas,
perlu dikembangkan dalam setiap proses penilaian hasil belajar dimaknai sebagai
pembelajaran (Arikunto, 1999). penilaian hasil pendidikan atau penilaian
Menurut Suprijono (2009), hasil pendidikan. Berdasarkan Permendikbud
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai- No. 66 tahun 2013 tentang Standar
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, Penilaian Pendidikan, dinyatakan bahwa
apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya hasil penilaian pendidikan perlu
Supratiknya (2012) mengemukakan distandarisasi. Standar penilian
bahwa hasil belajar yang menjadi objek pendidikan didefinisikan sebagai kriteria
penilaian kelas berupa kemampuan- mngenai mekanisme, prosedur, dan
kemampuan baru yang diperoleh siswa instrumen penilaian hasil belajar peserta
setelah mereka mengikuti proses belajar didik. Bentuk-bentuk penilaian hasil
mengajar tentang mata pelajaran belajar siswa yang direkomendasikan
tertentu. Dalam sistem pendidikan mencakup: penilaian autentik, penilaian
nasional rumusan tujuan pendidikan diri, penilaian berbasis portofolio,
mengacu pada klasifikasi hasil belajar ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
dari Bloom yang secara garis besar yaitu semester, ulangan ahkir semester, ujian
aspek kognitif, aspek afektif dan aspek tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
psikomotor. kompetensi, ujian nasional, dan ujian
Menurut Hamalik (dalam sekolah/madrasah. Selain standar dan
Ekawarna, 2011) mengemukakan bahwa bentuk penilaian pendidikan,
“hasil belajar adalah perubahan tingkah pelaksanaan penilaian pendidikan juga
laku pada diri siswa, yang dapat diamati dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip:
dan diukur dalam bentuk perubahan objektif, terpadu, ekonomis, transparan,
pengetahuan, sikap dan keterampilan. akuntabel, dan edukatif.
Hasil belajar itu biasanya dinyatakan Penilaian hasil belajar siswa
dalam bentuk angka, huruf atau kata- dilakukan dengan berbagai teknik sesuai
kata baik, sedang, kurang dan dengan kompetensi yang hendak dinilai.
sebagainya”.“Hasil belajar nyata dari apa Penilaian kompetensi sikap dilakukan
yang dapat dilakukannya yang tidak melalui observasi, penilaian diri,
dapat dilakukannya sebelumnya. penilaian “teman sejawat” (peer
Maka terjadi perubahan kelakuan yang assessment) oleh peserta didik dan
dapat kita amati dan dapat dibuktikannya jurnal. Penilaian kompetensi
dalam perbuatan” (Nasution, 2000). pengetahuan dilakukan melalui tes tulis,

Jurnal Pendidikan Indonesia |44


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

tes lisan, dan penugasan. Penilaian dimana, siapa, dan kapan yang bersifat
kompetensi keterampilan dilakukan faktual.
melalui penilaian kinerja berupa kenerja Laporan penilaian hasil belajar
praktik, projek, dan penilaian portofolio. siswa kepada orang tua, di samping
Pendekatan penilaian hasil belajar dinyatakan dengan angka dan huruf,
menekankan pada pengukuran tingkat juga dinyatakan dalam kata-kata yang
berpikir siswa dari yang rendah sampai menggambarkan kemampuan peserta
dengan yang tinggi; menggunakan didik sesuai dengan kompetensi yang
pertanyaan mendalam, bukan sekadar dimiliki. Pengolahan hasil-hasil penialain
hafalan; mengukur proses kerja siswa, hasil belajar menjadi laporan hasil belajar
bukan hanya hasil kerja siswa; dan kepada orang tua (raport siswa),
menggunakan portofolio pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,
siswa. Tingkat berpikir siswa dan predikat serta deskripsi untuk
dikembangkan mulai dari tingkat berpikir capaian kompetensi. Angka yang
mengingat, memahami, menerapkan, digunakan adalah dalam skala empat,
menganalisis, menilai, dan berkreasi. huruf A – D dan predikat kurang, cukup,
Pertanyaan dalam pembelajaran baik, dan sangat baik. Hubungan antara
ditekankan pada jenis pertanyaan interval angka dan huruf serta predikat
bagaimana dan mengapa yang bersifat dapat dilihat pada tabel 1.
rasional, bukan pada pertanyaan apa,

Tabel 1. Pedoman Konversi Nilai


Interval Nilai Nilai Preddikat
3,67 – 4,00 A Sangat
3,34 – 3,66 A- Baik
3,01 – 3,33 B+ Baik
2,67 – 3,00 B
2,34 – 2,66 B-
2,01 – 2,33 C+ Cukup
1,67 – 2,00 C
1,34 – 1,66 C-
1,01 – 1,33 D+ Kurang
1.00 D

Dalam deskripsi pencapaian kompetensi guru dalam merumuskan penilaian hasil


diuraikan kompetensi yang sudah belajar siswa.
dicapai dan yang perlu ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, METODE
masalah yang hendak dipecahkan dalam Penelitian ini merupakan penelitian
penelitian ini adalah tentang profil deskriptif kualitatif (Sugiyono, 2006).
penilaian hasil belajar siswa berdasarkan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Kurikulum 2013 yang dilakukan oleh guru mendeskripsikan profil penilaian hasil
dan masalah-masalah yang dihadapi belajar siswa berdasarkan Kurikulum
2013 yang dilaksanakan oleh guru-guru

Jurnal Pendidikan Indonesia |45


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

di sekolah percobaan. Penelitian ini data. Secara keseluruhan, analisis data


dilaksanakan di Kota Singaraja, dilakukan sebagai berikut: 1) Analisis
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali pada data yang diperoleh dari hasil
tahun pelajaran 2014 – 2015. Guru-guru penyebaran angket dilakukan dengan
yang dilibatkan dalam penelitian ini mentabulasi tanggapan yang diberikan
berjumlah 15 orang yang terdiri atas guru oleh responden, mendeskripsikan, dan
SDN 3 Banjar Jawa, SMPN 1 Singaraja, menginterpretasi data yang diperoleh. 2)
dan SMAN 1 Singaraja masing-masing Analisis data hasil dokumen dilakukan
lima orang. dengan membandingkan isi dokumen
Data yang diperlukan dalam dengan jawaban yang diberikan dalam
peneilitian ini dikumpulkan melalui angket. 3) Analisis data yang diperoleh
angket, dokumentasi, dan wawancara. dari wawancara dilakukan dengan
Angket digunakan untuk mengeksplorasi mendeskripsikan informasi yang
proses penilain hasil belajar siswa yang diberikan oleh para informan. Kredibitas
dilakukan guru dengan 16 pertanyaan informasi yang diperoleh ditingkatkan
pokok, yaitu: 1) ranah/domein penilaian, dengan metode triangulasi sumber
2) pelaku penilaian, 3) jenis penilaian, 4) informasi.
bentuk tes, 5) bentuk nontes, 6) bentuk
pelaporan hasil belajar, 7) skala HASIL DAN PEMBAHASAN
penilaian, 8) waktu penilaian, 9) teknik Termuan hasil penelitian ini
pengumpulan hasil belajar, 10) dikelompokkan menjadi dua, yaitu profil
perubahan skor menjadi nilai, 11) penilaian hasil belajar siswa berdasarkan
penetapan nilai dalam bentuk angka, 12) Kurikulum 2013 yang dilakukan oleh para
pengategorian hasil pengamatan, 13) guru dan permasalahan-permasalahan
pengategorian hasil wawancara, 14) yang ditemukan guru dalam pelaksanaan
pengategorian hasil produk, 15) penilaian hasil belajar siswa.
penggunaan nilai hasil remidi, dan 16)
penetapan nilai raport. Dokumentasi Profil Penilaian Hasil Belajar Siswa
yang dilakukan adalah dokumentasi Profil penilaian hasil belajar siswa
laporan hasil belajar siswa (raport) yang digambarkan melalui sembilan aspek,
dibagikan kepada siswa. Wawancara yaitu: 1) ranah/domein penilaian, 2)
dilakukan untuk menggali permasalahan- pelaku penilaian, 3) jenis alat penilaian,
permasalahan yang dihadapi guru dalam 4) bentuk tes, 5) bentuk nontes, 6) bentuk
proses penilaian hasil belajar siswa. pelaporan hasil belajar, 7) skala
Seluruh data yang diperoleh penilaian, 8) waktu penilaian, 9) teknik
dianalisis secara deskriptif interpretatif pengumpulan hasil belajar.
dengan teknik triangulasi sumber 1) Ranah/domain penilaian
informasi dan triangulasi metode melalui Ranah atau domain penilaian
tahapan pendeskripsian data mentah, yang digunakan dalam penilaian hasil
pengecekan kridibilas data, penyajian belajar siswa meliputi ranah sikap,
data secara bersama-sama, dan pengetahuan, dan keterampilan. Ranah
interpretasi data (Sugiyono, 2006). sikap yang dinilai adalah sikap spiritual
Analisis data dilakukan secara bertahap dan sikap sosial. Instrumen yang
sesuai dengan tahapan pengumpulan digunakan untuk penilaian sikap

Jurnal Pendidikan Indonesia |46


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

dikembangkan oleh tiap-tiap guru. 3) Bentuk pelaporan hasil belajar


Indikator yang digunakan sebagai acuan Hasil belajar siswa dilaporkan pada
penilaian berbeda-beda antara satu guru setiap akhir semester dalam bentuk
degan guru yang lainnya. Penilaian laporan hasil belajar siswa (raport).
ranah pengetahuan disesuaikan dengan Dalam raport, hasil belajar siswa
tuntutan KD mata pelajaran. Penilaian dilaporkan dalam bentuk angka, huruf,
ranah keterampilan dilakukan secara predikat, dan deskripsi. Pelaporan nilai
bervariasi. 1) Pelaku penilaian. sikap dilakukan dengan menggunakan
Pelaksanaan peniaian hasil belajar siswa modus dan kecenderungan perubahan
dilakukan oleh teman sejawat dan guru. sikap yang terjadi selama proses
Penilaian oleh teman sejawat dilakukan pembelajaran. Pelaporan nilai
untuk penilaian sikap, baik sikap spiritual pengentahuan dan keterampilan
maupun sosial. Penilaian oleh guru dilakukan dengan menggunakan rata-
dilakukan untuk penilaian sikap, rata pencapaian kompetensi. Nilai
pengetahuan, dan keterampilan. 2) Jenis tersebut dibuatkan rentangan dan dari
alat penilaian. Jenis penilaian yang rentangan tersebut diberikan niai dalam
digunakan adalah penilaian dengan tes bentuk huruf dan predikat. Deskripsi
dan nontes. Penilaian dengan tes penilaian hasil belajar digunakan untuk
dilakukan untuk penilaian ranah menginformasikan pencapaian
pengetahuan, sedangkan penilaian kompetensi siswa dalam setiap mata
dengan nontes dilakukan untuk penilaian pelajaran sesuai dengan KD-nya.
ranah sikap dan keterampilan. 3) Bentuk 4) Skala penilaian
tes. Bentuk tes yang digunakan dalam Skala penilaian yang digunakan adalah
penilaian hasil belajar adalah tes pilihan skala 100 dan skala empat. Skala 100
ganda, isian singkat, dan uraian (esai). digunakan untuk skor mentah setiap
Tes pilihan ganda digunakan untuk aspek penilaian, kecuali penilaian sikap.
ulangan tengah semester (UTS) dan Skala empat digunakan untuk pelaporan
ulangan akshir semester (UAS). Tes hasil belajar kepada orang tua/wali
isian singkat dan uraian digunakan untuk murid. Konvensi nilai dari skala 100 ke
pemberian kuis atau ulangan harian. skala empat serta pemberian nilai dalam
2) Bentuk nontes bentuk huruf dan predikat dilakukan
Bentuk nontes yang digunakan dalam dengan rumus yang sudah ditentukan
penilaian hasil belajar siswa adalah oleh sekolah.
pengamatan dan penilaian produk. 5) Waktu penilaian
Pengamatan digunakan untuk penilaian Waktu penilaian hasil belajar siswa
sikap dalam pebelajaran dan presentasi dilakukan sesuai dengan aspek penilaian
tugas-tugas. Penilaian produk digunakan yang dinilai dan pelakunya. Penilaian
untuk menilai produk pembelajaran yang sikap oleh guru dilakukan setiap proses
ditugaskan guru. Penilaian melalui pembelajaran dengan memperhatikan
pengamatan dan penilaian produk tindakan-tindakan ekstrim yang
dilakukan dengan rubrik pengamatan dilakukan oleh siswa selama
atau rubrik penilaian produk yang dibuat pembelajaran berlangsung. Penilaian
oleh guru. sikap oleh teman sejawat dilakukan
sekali dalam satu semester. Penilaian

Jurnal Pendidikan Indonesia |47


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

pengetahuan dilakukan setiap 2) Kompleksitas aspek penilaian


penyelesaian KD untuk ulangan Kompleksitas penilaian hasil belajar
harian/kuis, setiap tengah semester, dan muncul dari struktur kurikulum yang
setiap akhir semester. Penilaian terdiri atas KI dan KD. Dalam hal ini, KD
keterampilan dan penilaian produk mata pelajaran terdiri atas KD KI-1, KD
dilakukan sesuai dengan kegiatan KI-2, KD KI-3, dan KD KI-4. Tiap-tiap
pembelajaran yang relevan. Penilaian rumusan KD mata pelajaran dikaitkan
produk dilakukan sekali dalam satu dengan ranah hasil belajar yang menjadi
semester. sasaran pembelajaran. Oleh karena itu,
6) Teknik pengumpulan hasil belajar tiap-tiap KD mata pelajaran terdiri atas
Teknik pengumpulan hasil belajar penilaian sikap, pengetahuan, dan
dilakukan melalui pengamatan keterampilan. Dengan demikian, penilain
partisipasi dalam pembelajaran, melalui hasil belajar siswa menjadi kompleks.
pelaksanaan tes tertulis, melalui Selain kompleksitas yang disebabkan
penilaian produk dan portofolio. oleh struktur kurikulum, kompleksitas
juga muncul dari pelaku penilaian yang
Masalah-masalah dalam Penilaian dilibatkan dalam penilaian hasil belajar.
Hasil Belajar Dalam hal ini, pelaku penilaian yang
Masalah-masalah yang dihadapi guru dikehendaki untuk dilibatkan adalah
dalam penilaian hasil belajar siswa guru, diri sendiri, dan teman sejawat.
adalah 1) jumlah penialian, 2) 3) Pembuatan instrumen penilaian
kompleksitas penilaian, 3) pembuatan Walaupun sudah mendapat pelatihan
instrumen penilaian, 4) pelaksanaan pembuatan instrumen penilaian hasil
penilaian, dan 5) pelaporan hasil belajar. belajar, guru ternyata masih mengalami
1) Jumlah unsur penilaian kesulitan dalam membuat instrumen
Jumlah komponen hasil belajar yang penilaian, khususnya untuk penilaian
harus dinilai dalam pembelajaran sikap dan keterampilan. Pada penilaian
merupakan salah satu masalah yang sikap, terutama sikap spiritual (KD KI-1)
dihadapi guru. Pada saat pembelajaran yang dihubungkan dengan materi
sebelumnya, guru hanya terfokus untuk pelajaran terkadang tidak jelas, baik
menilai kemampuan siswa menguasai yang hendak dicapai, cara mencapai
materi pelajaran yang di dalamnya maupun cara penilaian pencapaiannya
terintegrasi penilaian sikap dan termasuk rubriknya.
keterampilan. Dengah tuntutan penilaian 4) Pelaksanaan penilaian
sikap dan keterampilan secara terpisah, Sehubungan dengan jumlah komponen
guru merasa jumlah aspek hasil belajar penilaian yang banyak (KD KI-1 sampai
yang harus dinilai bertambah dan hal dengan KD KI-4), pada praktiknya
tersebut berpengaruh terhadap waktu penilain belum bisa dilakukan seperti
yang dimiliki untuk mempersiapkan yang diharapkan oleh kurikulum.
pelajaran. Selain itu, untuk di tingkat SD Misalnya, penilian sikap oleh teman
penilaian hasil belajar dilakukan sejawat, baru dilakukan oleh teman
berdasarkan jumlah tema dan subtema sebangku dan hanya dilaksanakan sekali
yang ada. dalam satu semester. Penilaian sikap
oleh guru dilakukan secara umum, hanya

Jurnal Pendidikan Indonesia |48


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

dengan menilai komponen-komponen yang digunakan, pelaku penilaian, dan


yang muncul secara ekstrim. waktu pelaksanaan penilaian.
5) Pelaporan hasil belajar Sesuai dengan tuntutan kurikulum,
Walaupun sudah dibuatkan pengembangan kompetensi sikap, baik
perumusannya, pelaporan hasil belajar sikap spritual maupun sikap sosial,
juga masih menjadi masalah. dikaitkan langsung dengan
Masalahnya adalah dalam pembuatan pengembangan kompetensi
deskripsi pencapaian kompetensi. pengetahuan (KD KI-3). Oleh karena itu,
Deskripsi pencapaian kompetensi yang instrumen peniaian sikap dikembangkan
dibuat dalam laporan hasil belajar, sesuai dengan materi pokok yang
cenderung, mirip satu sama lain, diajarkan. Contoh pada mata pelajaran
sehingga tidak dapat dilihat dengan jelas IPA di kelas IV SD dengan tema “Cita-
perbedaan kemampuan yang dimiliki Citaku” dan subtema “Hebatnya Cita-
oleh siswa yang satu dengan yang citaku” ditemukan pernyataan KI, KD,
lainnya. Selain itu, pelaporan hasil dan indikator penilaian sikap spiritual dan
belajar untuk tingkat SD hanya berisi sosial sebagai berikut.
deskripsi pencapaian kompetensi siswa KI-1: Menerima, menjalankan, dan
sesuai mapel, sementara, pembelajaran menghargai ajaran agama yang
dilakukan secara terintegrasi. dianutnya.KD KI-1: Bertambah
Profil pelaksanaan penilaian hasil keimanannya dengan menyadari
belajar dan masalah-masalah yang hubungan keteraturan dan kompleksitas
dihapi guru dalam penilaian hasil belajar alam dan jagat raya terhadap kebesaran
siswa adalah dua hal yang tidak dapat Tuhan yang menciptakannya, serta
dipisahkan. Oleh karena itu, pebahasan mewujudkan dalam pengamalan ajaran
temuan hasil penelitian ini diuraikan agama yang dianutya.Indikator
sesuai dengan unsur-unsur penilaian instrumen penilaian sikap spiritual (KD
yang dipaparkan dalam profil penilaian KI-1) meliputi, ketaatan dalam beribaah,
hasil belajar siswa yang meliputi: berdoa sebelum dan sesudah kegiatan,
ranah/domain penilaian, pelaku toleransi dalam beribadah, dan perilaku
penilaian, jenis alat penilaian, bentuk tes, syukur.
bentuk nontes, bentuk pelaporan hasil KI-2: Menunjukkan perilaku jujur,
belajar, skala penilaian, waktu penilaian, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan teknik pengumpulan hasil belajar. dan percaya diri dalam berinteraksi
Berdasarkan temuan hasil dengan keluarga, teman, guru, dan
penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa tetangganya. KD KI-2: Menunjukkan
ranah penilaian yang digunakan oleh perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu,
guru dalam penilaian hasil belajar siswa objektif, jujur, teliti, cermat, tekun, hati-
sudah sesuai dengan tuntutan Kurikulum hati, tanggung jawab, terbuka, dan peduli
2013 dengan melibatkan ranah sikap, lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
pengetahuan, dan keterampilan sebagai wujud implementasi sikap dalam
(Permendikbud No. 67/2013). Namun melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi.
demikian, terdapat sejumlah Indikator instrumen penilaian sikap sosial
permasalahan terkait dengan (KD KI-2) meliputi: disiplin, jujur,
pengembangan instrumen penilaian

Jurnal Pendidikan Indonesia |49


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

tanggung jawab, dan teliti. (Wimba, dilakukan setiap akhir pelajaran, maka
2015). akan diperlukan penggandaan instrumen
Berdasarkan penyataan KI dan KD yang banyak dan berkonsekuensi
di atas, terlihat bahwa inikator instrumen dengan biaya penggandaan dan waktu
yang digunakan untuk penilaian sikap yang diperlukan untuk penabulasian
spiritual tidak dikaitkan dengan data. Pelaksanaan penilaian oleh teman
pernyataan KD untuk materi pelajaran sejawat hanya dilakukan oleh teman
IPA (KD KI-1), tetapi dibuat secara umum sebangku dengan alasan bahwa mereka
sesuai dengan pernyataan KI. Inikator yang duduk sebangkulah yang saling
instrumen penilaian sikap sosial mengetahui dengan baik perkembangan
mencerminkan sebagian isi KD KI-2 yang sikap temannya.
juga bersifat umum. Dengan cara Dengan mempertimbangkan
tersebut instrumen penilaian sikap kompleksitas penilaian sikap, baik sikap
spirtual dan sosial menjadi sama untuk spirtual maupun sosial yang dialami guru
seluruh mata pelajaran. Hal tersebut di lapangan, penilaian sikap hendaknya
akan memudahkan penilaian sikap, dapat dirumuskan kembali dengan
namun belum mencerminkan merenungkan tujuan dan sasaran
pengembangan penilaian sikap spiritual pembelajaran pengembangan sikap.
dan sosial yang terkait dengan materi Perubahan sikap merupakan pengaruh
pelajaran. iringan dari keseluruahn pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawanca Oleh karena itu, penilaian sikap cukup
dengan guru-guru, dapat dinyatakan dilakukan secara umum saja. Untuk
bahwa pelaku penilaian yang dilibatkan menyederhanakan penilaian sikap
dalam penilaian sikap spiritual dan sosial direkomendasikan agar penilaian sikap
adalah guru dan teman sejewat secara spiritual dilakukan oleh guru dan siswa
terbatas. Guru melakukan penilaian sendiri, sedangkan penilaian sikap sosial
sikap spiritual dan sosial dengan dilakukan oleh guru, teman sejawat, dan
memerhatikan sikap-sikap ekstrim siswa. orang tua/wali. Penilaian sikap (spritual
Selama proses penilaian, nilai sikap dan sosial) oleh guru difokuskan pada
spiritual dan sosial yang diperoleh siswa perkembangan sikap yang bersifat
ada dalam kategori baik sampai dengan ekstrim sehingga segera dapat
sangat baik. Cara penilaian yang ditindaklanjuti dalam proses
dilakukan oleh guru, kiranya, sudah tepat pembelajaran. Penilain sikap spritual
karena hanya perubahan-perubahan oleh siswa sendiri dapat dilihat sebagai
sikap yang eksrtimlah yang harus pelaksanaan penilaian diri (self-
diperhatikan, terutama yang dinilai masih assessment) yang mengarah pada
kurang dan perlu untuk ditingkatkan. pembangunan karekter pribadi siswa.
Penilaian oleh teman sejawat yang baru Penilain sikap sosial oleh teman sejawat
dilakukan adalah penilaian oleh teman dapat dilihat sebagai bentuk penilaian
sebangku dan dilaksanakan sekali dalam sikap sosial yang harus dikembangkan
satu semester. Permasalahan tersebut, sebagai makhluk sosial. Penilaian oleh
ternyata, berkaitan dengan masalah orang tua/wali dapat dilihat sebagai
penggandaan instrumen dan kredibilitas kontribusi orang tua/wali alam
data yang diperoleh. Apabila penilaian ini perkembangan pendidikan anak-

Jurnal Pendidikan Indonesia |50


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

anaknya. Dengan cara tersebut, hanya dituliskan berdasarkan KI. Untuk


penilaian hasil belajar siswa apat aspek sikap, deskripsi pencapaian hasil
dilakukan secara komprehensif dengan belajar siswa digambarkan menjadi satu
melibatkan atasan, diri sendiri, teman kesatuan untuk KD KI-1 dan KD KI-2
sejawat, dan keluarga (Subagia & tanpa disertai dengan deskripsi hasil
Wiratma, 2012). belajar tiap-tiap mata pelajaran (mapel).
Waktu pelaksanaa penilaian oleh Untuk aspek pengetahuan dan
guru dapat dilakukan setiap keterampilan, deskripsi pencapaian hasil
pembelajaran, sedangkan oleh diri belajar siswa digambarkan untuk KD KI-
sendiri, teman sejawat, dan orang 3 dan KD KI-4 dan disertai dengan
tua/wali dapat dilakukan secara periodik, deskripsi pencapaian hasil belajar tiap-
misalnya satu kali atau dua kali dalam tiap mapel. Dalam deskripsi pencapaian
satu semester bersamaan dengan hasil belajar dituliskan capaian positif
pelaksanaan ulangan tengah semester siswa dan hal-hal yang perlu
dan ulangan akhir semester. Penilaian ditingkatkan. Berikut ini adalah cuplikan
sikap spirutal dan sosial sebaiknya beberapa deskripsi laporan hasil belajar
bersipat umum, dalam arti tidak dikaitkan siswa SD kelas IV.
dengan materi pelajaran. Dengan KI-1: Sangat terbiasa alam
demikian, guru tidak akan susah melaksanakan Tri Sandya dan beribadah
mengembangkan instrumen penilaian tepat waktu, khusus dalam berdoa dan
dan melaksanakan penilaian. berperilaku bersyukur.KI-2: Sangat baik
Jenis penilaian yang dilakukan oleh dalam perilaku santun, jujur, disiplin,
guru sudah sesuai dengan tuntutan tanggung jawab, percaya diri, dan cinta
kurikulum, yaitu dengan melibatkan tanah air.KI-3: Sangat baik dalam hal
penilaian melalui tes dan nontes. Bentuk menggali informasi dari teks wawancara
tes yang digunakan selama ini adalah tes tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan
uraian untuk kuis dan ulangan harian, serta kegiatan ekonomi dan koperasi.
dan tes pilihan ganda untuk ulangan Masih perlu ditingkatkan dalam hal
tengah semester dan akhir menggali informasi dari teks laporan
semester.Bentuk nontes yang digunakan hasil pengamatan tentang gaya, gerak,
terbatas pada pengamatan, penilaian energi panas, bunyi, dan cahaya (mapel
teman sejawat, dan penilaian produk. Bahasa Indonesia).KI-4: Sangat baik
Apabila dimungkinkan, maka dalam hal menyajikan teks cerita
penggunaan tes pilihan ganda perlu petualangan tentang lingkungan dan
dikurangi karena kurang mencerminkan sumber daya alam secara mandiri dalam
kompetensi. Bentuk nontes yang juga teks bahasa indonesia juga alam hal
perlu dipertimbangkan adalah mengolah dan menyajikan teks ulasan
wawancara. Hal tersebut dapat buku tentang nilai peninggalan sejarah
digunakan untuk mengetahui dan perkembangan Hindu – Budha di
kemampuan real siswa. Indonesia secara mandiri dalam bahasa
Bentuk pelaporan hasil belajar Indonesia (mapel Bahasa
(raport) ada variasi yang mencolok Indonesia).(Dipetik dari Laporan Hasil
antara tingkat SD, SMP, dan SMA. Di Belajar Peserta Didik Kelas IV SD Negeri
tingkat SD, laporan hasil belajar anak 1 Banjar Jawa, 2015)

Jurnal Pendidikan Indonesia |51


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

Untuk tingkat SMP dan SMA, Spiritual, sangat baik dalam mengikuti
laporan hasil belajar siswa dituliskan pelajaran khususnya dalam hal
hampir sama dalam bentuk angka, huruf, kejujuran, kedisiplinan, dan sikap
dan deskripsi pencapaian kompetensi. Di tanggung jawab.
tingkat SMP, hasil Belajar aspek Mata pelajaran IPS: Pengetahuan,
pengetahuan (KI-3) dan keterampilan penguasaan kompetensi baik khususnya
(KI-4) dieskripsikan dalam bentuk angka dalam tema peran dan fungsi interaksi
(skala 4) dan dalam beruk hurup (A – D), sosial masih perlu ditingkatkan
tanpa predikat. Hasil belajar KI-1 dan KI- pemahaman materi kemerdekaan
2 dituliskan dalam bentuk huruf dalam sebagai modal dasar pembangunan;
satu mapel yang menyatakan kategori Keterampilan, kemampuan mengerjakan
kompetensi sebagai berikut: Sangat Baik semua tugas yang ditargetkan sangat
(SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang baik namun keterampilan pengamatan
(K) dan dalam bentuk deskripsi dan strategi pemecahan masalah perlu
antarmapel. Selain itu, pencapaian hasil ditingkatkan; Sikap Sosial dan Spiritual,
belajar untuk kompetensi pengetahuan, sikap dalam mengikuti pelajaran sudah
keterampian, dan sikap spiritual dan baik, khususnya dalam hal kejujuran,
sosial diberikan alam bentuk deskripsi kedisiplinan, tanggung jawab, percaya
catatan. Berikut ini adalah contoh bentuk diri ditingkatkan. (Dipetik dari Laporan
catatan yang diberikan guru dalam Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII
laporan hasil belajar siswa SMP kelas SMP Negeri 1 Singaraja, 2015)
VIII. Untuk tingkat SMA, pencapaian
Mata pelajaran Matematika: kompetensi pengetahuan (KI-3) dan
Pengetahuan, penguasaan semua KD keterampilan (KI-4) dinyatakan masing-
sudah sangat baik, tetapi masih perlu masing dalam bentuk angka (skala 4)
ditingkatkan pada penerapan persamaan dan huruf (A – D) yang menyatakan
kuadrat an geometri; Keterampilan, suah predikat. Pencapaian kompetensi sikap
sangat baik dalam hal membuat model spiritual dan sosial (KI-1 an KI-2)
matematika dengan konsep aljabar dan dituliskan dengan cara yang sama
melukis unsur-unsur bangun datar; Sikap dengan yang dilakukan untuk tingkat
Sosial dan Spiritual, sikap disiplin, SMP. Sama halnya dengan tingkat SMP,
kejujuran, dan tanggung jawab selama di tingkat SMA deskripsi pencapaian
kegiatan pembelajaran sudah baik masih kompetensi aspek pengetahuan,
perlu ditingkatkan. keterampilan, dan sikap spiritual dan
Mata pelajaran IPA: Pengetahuan, sosial juga dituliskan dalam bentuk
penguasaan kompetensi baik, catatan. Berikut ini adalah contoh bentuk
khususnya dalam menjelaskan struktur catatan yang diberikan guru dalam
dan fungsi sistem ekskresi pada manusia laporan hasil belajar siswa SMA.
dan masih perlu peningkatan dalam hal Mata pelajaran matematika IPA:
memahami tekanan zat cair dan Pengetahuan: menguasai komeptensi
penerapannya sehari-hari; Keterampilan, dengan baik; Keterampilan, menguasai
sudah sangat baik dalam mengerjakan kompetensi dengan baik; Sikap Spiritual
tugas, khususnya portofolio, proyek, dan dan Sosial: menunjukkan sikap disiplin,
dalam praktikum; Sikap Sosial dan sopan, dan jujur.

Jurnal Pendidikan Indonesia |52


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

Mata pelajaran biologi: Pengetahuan, Misalnya, apabila anak mendapat nilai 8


semua kompetensi tuntas; Keterampilan, atau 80, maka dapat dipahami bahwa
menguasai seluruh kompetensi dengan kemampuan anak untuk mata pelajaran
kualitas melebihi yang diharapkan; tersebut baru mencapai 80%. Jadi, kalau
Spiritual dan Sosial, semua kompetensi belum puas dengan capaian tersebut
sikap sangat baik. mereka akan mendorong anak-anaknya
Mata pelajaran fisika: Pengetahuan, untuk belajar lebih giat untuk pelajaran
baik, seluruh kompetensi sudah tersebut. Deskripsi laporan hasil belajar
dipahami; Keterampilan,sudah terampil yang ditulikan saat ini, tidak dapat secara
dalam kegiatan praktik. Kembangkan langsung mendorong orang tua/wali
sikap ilmiah; Sikap Spiritual dan Sosial, untuk ikut berpartisipasi dalam
sudah konsisten menunjukkan sikap menyukseskan pendidikan anak-
beriman, bertaqwa, jujur, dan kontrol diri. anaknya karena kemampuan relatif
Mata pelajaran kimia: anak-anaknya tidak terlihat.
Pengetahuan, sudah memahami
kompetensi dasar kelarutan, koloid, dan SIMPULAN DAN SARAN
tingkatkan pemahaman materi Profil penilaian hasil belajar siswa
perhitungan pH asam basa; berdasarkan Kurikulum 2013
Keterampilan, sudah terampil menunjukkan bahwa terdapat
mengomunikasikan materi dan keberagaman penilaian hasil belajar dan
menggunakan alat-alat laboratorium pelaporan hasil belajar siswa antar
pada praktikum penentuan pH larutan jenjang penidikkan dan antar mapel
asam basa dan kadar zat dengan metoe (mata pelajaran). Secara umum, dapat
titrasi; Sikap Spiritual dan Sosial, sudah digambarkan bahwa profil penilaian hasil
konsisten menunjukkan sikap beriman, belajar siswa telah menggabarkan
bertaqwa, jujur, dan konsistensi diri. tuntutan kurikulum, antara lain: pelibatan
Berdasarkan uraian di atas, dapat ranah pembelajaran yang meliputi aspek
dinyatakan bahwa laporan hasil belajar sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
siswa bervariasi sangat mencolok, penggunaan jenis penilaian berupa tes
terutama untuk tingkat SD. Dengan dan nontes, penggunaan teknik penilaian
membaca laporan tersebut, sulit melalui pengamatan, tes, dan penilaian
diketahui kemampuan relatif siswa produk dan portofolio. Penggunaan tes
terhadap siswa lainnya karena tidak ada uraian untuk kuis dan ulangan harian,
angka pembanding dengan skala dan penggunaan tes pilihan ganda untuk
tertentu. Untuk tingkat SMP dan SMA, ulangan tengah semester dan akhir
angka yang dituliskan tidak serta merta semester. Namun demikian, ada
dapat dipahami oleh orang tua/wali murid sejumlah komponen pendukung peniaian
karena laporan hasil belajar dibuat alam yang belum tergambarkan secara
skala empat dengan interval 0,32 – 0,33. memadai. Komponen-komponen
Pada masa lalu, angka yang digunakan pendukung tersebut, antara lain:
untuk melaporkan hasil belajar siswa pembuatan instrumen penilaian sikap,
adalah angka dalam skala 11 atau 100. baik untuk sikap spritual maupun sosial;
Angka-angka tersebut mudah untuk pembuatan instrumen penilain tugas-
dipahami oleh para orang tua/wali murid. tugas dan pelaksanaan peniaian tugas

Jurnal Pendidikan Indonesia |53


ISSN: 2303-288X Vol. 5, No.1, April 2016

belum optimal; pelaksanaan penilaian Douglas, B. H. (2004). Language


diri sendiri dan penilaian teman sejawat Assessment Principle and
belum berjalan optimal. Classroom Practices. NY: Pearson
Laporan hasil belajar siswa (raport) Education.
dideskripsikan alam bentuk angka, huruf, Ekawarna, D. R. (2011). Penelitian
predikat, dan deskripsi kompetensi untuk Tindakan Kelas. Jambi: Gaung
tiap-tiap mata pelajaran, kecuali di Persada.
tingkat SD yang laporan hasil belajar Jihad, A. (2008). Evaluasi pembelajaran.
siswanya hanya dituliskan dalam bentuk Multi Pressindo.
deskripsi saja untuk tiap-tiap aspek Kunandar. (2007). Guru Profesional.
kompetensi (sikap, pengetahuan, dan Jakarta: PT Raja Grafinda.
keterampilan). Oleh karena itu, para Lynch, B. K. (1996). Language program
orang tua/wali mengalami kesulitan evaluation: Theory and practice.
dalam memahami isi laporan hasil Cambridge University Press.
belajar siswa tersebut. Akibatnya, Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran
mereka tidak dapat berpartisipasi aktif sebuah pendekatan baru. Jakarta:
dalam meningkatkan mutu pendidikan Gaung Persada Pers.
anak-anaknya. Nasution, S. (2000). Berbagai
Berdasarkan temuan tersebut, pendekatan dalam proses belajar
disarankan kepada seluruh pemangku dan mengajar. PT. Bina Aksara.
kepentingan pendidikan, baik yang ada Subagia, I. W. (2013). Implementasi
di tingkat kabupaten, provinsi, maupun Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum
nasional agar melakukan harmonisasi 2013 untuk Mewujudnyatakan
penilaian hasil belajar dan pelaporan Tujuan Pendidikan Nasional. In
hasil belajar siswa. Penilaian hasil Prosiding Seminar Nasional MIPA.
belajar siswa hendaknya mudah Subagia, I. W., & Wiratma, I. G. L. (2012).
dirancang dan dilaksanaan serta tetap Penilaian Kompetemsi Kepala
mengetengahkan prinsip-prinsip Sekolah dan Guru dalam Bekerja di
penilaian, seperti komprehensif, objektif, Sekolah. Jurnal Pendidikan Dan
transparan, dan akuntabel. Salah satu Pengajaran, 45(3).
unsur penilaian yang belum dilibatkan Sugiyono, D. (2006). Statistika untuk
dalam penilaian hasil belajar siswa, penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
terutama untuk penilaian sikap adalah Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil
penilaian oleh orang tua/wali karena belajar dengan teknik nontes.
perkembangan sikap siswa dapat dilihat Yogyakarta: Universitas Sanata
dari kebiasaannya di rumah atau di Dharma.
lingkungan keluarga. Suprijono, A. (2009). Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Pelajar.
evaluasi pendidikan. Bumi Aksara.

Jurnal Pendidikan Indonesia |54

Anda mungkin juga menyukai