Anda di halaman 1dari 18

BAB I

STRUKTUR ATOM

Sasaran pembelajaran dari bab ini adalah mahasiswa mampu:


1. Mengetahui sejarah perkembangan teori atom
2. Mengetahui sifat-sifat partikel dasar penyusun atom
3. Menentukan harga bilangan kuantum elektron
4. Menuliskan konfigurasi elektron dari suatu atom atau ion

1.1. Perkembangan Teori Atom

Pada abad kelima B.C, ahli filsafat Yunani, Democritus mengekspresikan


gagasannya bahwa semua materi tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil
dan tidak dapat dibagi-bagi yang disebut atomos (yang berarti tidak dapat dibagi-bagi
lagi). Meskipun gagasan Democritus pada saat itu tidak dapat diterima oleh ahli
filsafat lainnya seperti Pluto dan Aristoteles, konsepnya tetap bertahan selama
beberapa abad. Pada tahun 1808, ilmuan Inggris John Dalton memformulasikan
definisi yang tetap tentang partikel-partikel yang tidak dapat dibagi-bagi dan disebut
atom.
Teori atom Dalton ditandai oleh beberapa ahli kimia sebagai awal dari
pendekatan ilmiah tentang teori atom. Hipotesis tentang zat yang digunakan sebagai
dasar teori Dalton dinyatakan sebagai berikut:
1) Tiap unsur kimia tersusun oleh partikel–partikel kecil yang tidak bisa
dihancurkan atau dibagi, yang disebut atom. Semua atom-atom suatu unsur
mempunyai ukuran, massa dan sifat kimia yang sama. Atom-atom suatu unsur
berbeda dengan atom unsur lainnya.
2) Senyawa tersusun atas atom-atom dari dua atau lebih unsur-unsur. Dalam
senyawa, rasio jumlah atom kedua unsur merupakan bilangan yang mudah dan
bulat
3) Reaksi kimia melibatkan pemisahan, kombinasi atau pengaturan kembali atom-
atom. Zat tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan dalam reaksi kimia.
Konsep atom Dalton jauh lebih terperinci daripada konsep Democritus.
Hipotesis pertama menyatakan bahwa atom dari suatu unsur berbeda dengan atom
dari unsur yang lain. Dalton tidak menjelaskan struktur atau komposisi dari atom, ia
tidak mempunyai ide seperti apa atom itu sebenarnya tetapi ia menyadari bahwa sifat-

I-1
sifat yang berbeda yang ditunjukkan oleh unsur-unsur seperti hidrogen dan oksigen
dapat dijelaskan dengan menganggap bahwa atom-atom hidrogen tidak sama dengan
atom oksigen.
Hipotesis kedua dari Dalton menunjukkan bahwa atom-atom dari unsur yang
tepat dengan jumlah atom-atom yang benar diperlukan untuk membentuk senyawa
tertentu. Ide ini merupakan pengembangan dari hukum yang ditemukan oleh Joseph
Proust (1799), hukum perbandingan tetap. Hipotesis kedua ini mendukung hukum
kelipatan berganda sedangkan hipotesis ketiga mendukung hukum kekekalan massa
yang diperkenalkan oleh Antoine Lavoiser pada tahun 1774.

1.2. Partikel Dasar Penyusun Atom

1.2.1 Elektron

Faraday (1834), menemukan bahwa materi dan listrik adalah ekivalen.


Penemuan elektron dimulai dengan pembuatan sinar katoda oleh J. Plucker (1855)
dan dipelajari lebih lanjut oleh W. Crookers, (1875) dan J.J. Thomson, (1879).
Penelitian ini membuktikan bahwa sinar yang kehijau-hijauan, yang dipancarkan
dari katoda adalah sinar katoda. Sebagai sumber elektron J.J Thomson menggunakan :
a) Sinar katoda yang berasal dari katoda Al, Pt dan Fe
b) Emisi fotoelektrik dari Zn
c) Emisi termionik dari filamen karbon
Setelah penelitian dilakukan lebih mendalam, sifat-sifat sinar tersebut disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sinar itu berasal dari katoda dan bergerak menurut garis lurus
2. Sinar katoda bermuatan negatif. Hal ini dibuktikan dari fakta bahwa sinar ini
tertarik oleh pelat bermuatan positif dan dibelokkan oleh medan magnet.
3. Sinar katoda memiliki momentum oleh karena itu mempunyai massa, hingga dapat
menggerakan baling-baling yang terdapat di dalam tabung.
4. Sifat-sifat diatas tidak bergantung pada bahan yang digunakan untuk membuat
katoda, sisa gas yang terdapat dalam tabung, maupun kawat penghubung katoda
dan bahan alat penghasil arus.
Semua sifat diatas, terutama sifat keempat menunjukan bahwa parikel sinar katoda
adalah partikel dasar yang ditemukan dalam setiap materi. Pada tahun 1891, Stoney
mengusulkan nama elektron untuk satuan listrik dan saat ini partikel sinar katoda ini
I-2
disebut elektron. Meskipun kecepatan v, berubah-ubah yang bergantung pada sumber
elektron selalu ditemukan bahwa :
e/m = 1,76 x 108 C/g
dimana: e = muatan elektron dan m = massa elektron

Dengan percobaan tetes minyak, Robert A. Millikan (1906) berhasil


menentukan muatan elektron (e) = 1,602 x 10-19 Coulumb
Massa Elektron
Dari percobaan J.J. Thomson (penentuan muatan/massa elektron) dan
percobaan Millikan (penentuan muatan elektron dengan percobaan tetes minyak)
dapat dihitung massa elektron sebagai berikut :

e 1.6 x10 19 C


m  8
 9.11x10 28 g
e / m 1.76 x10 C/g

1.2.2. Proton
Percobaan dengan gas hidrogen menunjukkan bahwa e/m untuk sinar
terusan hidrogen lebih besar dari e/m untuk elektron, maka dipostulasikam bahwa H+
adalah partikel dasar dari atom yang besar muatannya sama dengan muatan elektron
tetapi dengan tanda yang berlawanan. Massa H+ ditemukan 1837 kali lebih besar dari
massa elektron. Partikel ini disebut proton.
Jika muatan elektron sama besar dengan muatan ion hidrogen, perbandingan
massa elektron dengan massa ion hidrogen dapat dihitung sebagai berikut :
e/m elektron = = 1,76 x 108 C/g
e/m ion hidrogen = 96520/1,008 C/g

massa elektron e / m ion hidrogen 96520 / 1,008 C/g 1


  8

massa ion hidrogen e / m elektron 1,76x10 C/g 1837

1.2.3 Netron
Pada tahun 1920 Ruththerford meramalkan bahwa kemungkinan besar dalam
inti terdapat partikel dasar yang tidak bermuatan. Akan tetapi karena netralnya
maka partikel ini sukar dideteksi. Baru pada tahun 1932, J. Chadwick dapat
menemukan netron. Dari reaksi inti, partikel alfa dengan massa atom relatif 4
ditangkap oleh boron (massa atom relatif 11) menghasilkan nitrogen (massa atom

I-3
relatif 14) dan netron (massa atom relatif 1), reaksi ini dapat ditunjukkan dengan
persamaan :
4
2 He115B147 N  01n
Keterangan:
4
2 He artinya Helium memiliki 2 proton, 2 elektron dan netron = 4-2 = 2.

Dengan penemuan-penemuan di atas: elektron, proton dan netron


merupakan partikel dasar pembangun atom. Secara umum, untuk membedakan satu
atom dengan atom yang lainnya, simbol atom dituliskan sebagai:
A
Z X dimana X = nama atom, Z = jumlah proton = jumlah elektron (untuk atom
netral), A = nomor massa = jumlah netron + jumlah proton.

1.3. Radiasi Elektromagnetik dan Spektrum Atom

1.3.1 Energi Radiasi

Cahaya adalah radiasi gelombang elektromagnetik. Satuan terkecil radiasi


elektromagnetik disebut foton. Cahaya memiliki kecepatan, frekuensi dan panjang
gelombang.
Max Planck (1900) menghitung energi radiasi dengan rumus :

 c c
E  hv;  v  atau...E  h  (1.1)
  
E = energi (Joule)
v = frekuensi (Hz,1/s)
λ = panjang gelombang (m),
h = tetapan Planck (6,62 x 10-34 J.s)
c = kecepatan cahaya (2,9979 x 108 m/s)

Contoh soal :
Suatu lampu merkuri memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 436 nm.
Berapakah frekuensi dan energi dari satu foton ?
Jawab :
λ = 436 nm = 4,36 x 10-7 m
c 2,9979 x10 8 m / s
v   6,88 x1014 s 1  6,88 x1014 Hz
 7
4,36 x10 m
E = (6,88 x 1014 s-1) x (6,626.10-34 J.s)
= 4,56 x 10-19

I-4
1.4. Spektrum Atom Hidrogen

Apabila sebuah logam dipanaskan sampai membara, maka logam tersebut


akan menyinarkan cahaya yang disebut radiasi elektromagnetik. Jika seberkas cahaya
dilewatkan melalui sebuah kaca berbentuk prisma, maka cahaya putih itu dibiaskan
menjadi spektrum kontinyu dan cahaya ini merupakan gabungan dari semua warna.
Kalau suatu gas dirangsang (seperti yang terjadi pada lampu neon) dan sinar cahaya
yang dipancarkan gas dilewatkan pada sebuah prisma, maka spektrum yang nampak
terdiri dari garis-garis sinar tertentu dengan energi tertentu (spektrum bergaris).
Cahaya dengan energi tertentu disebabkan oleh perpindahan elektron-elektron dari
suatu tingkat energi lebih tinggi ke tingkat energi lebih rendah. Selisih energi inilah
yang dipancarkan sebagai radiasi elektromagnetik. Apabila tingkat energi lebih tinggi
disebut n2 dan n1 disebut sebagai tingkat energi lebih rendah, maka BALMER (1885)
dapat menghitung frekuensi gelombang cahaya yang dipancarkan selama terjadinya
perpindahan elektron dari n2 ke n1 dengan rumus :
 1 1 
v = 3,288 x 1015 s-1  2  2  (1.2)
 n1 n2 

Deret spektrum hidrogen dapat dibagi atas :


 Deret Lyman, apabila terjadi perpindahan elektrom dari tingkatan n2
= 2,3,4…………………………………, ke n1 = 1
 Deret Balmer ; n2 = 3,4,5 . . . . . . . . . …, ke n1=2
 Deret Paschen : n2 = 4,5,6 . . . . . . . . . .., ke n1=3
 Deret Brcckett : n2 =5,6,7, . . . . . . . . . ., ke n1=4
 Deret Pfund : n2 = 6,7,8,9 . . . . . . . . . …, ke n1=5

Contoh soal :
Hitung frekuensi cahaya dan energi yang dipancarkan apabila elektron dalam atom
hidrogen berpindah sesuai dengan garis pertama dari deret Lyman.

Jawab :
Garis pertama deret Lyman disebabkan oleh perpindahan elektron dari n2 = 2 ke n1 =1
 1 1 
v = 3,288 x 1015 s-1  2  2 
 n1 n2 
1 1 
v = 3,288 x 1015 s-1  2  2 
1 2 
v = 3,288 x 1015 s-1 (0,75) = 2,45 x 1015 s-1
E = hv
E = (6,626 x 10-34 J.s) x (2,45 x 1015 s-1 )
= 1,62 x 10-18 J

I-5
1.5. Model Atom

1.5.1. Model Atom Thomson

Thomson membayangkan bentuk atom dari sudut kelistrikan pada tahun


1904. Menurut Thomson, atom menyerupai agar-agar yang tersusun atas muatan-
muatan positif dan negatif. Muatan positif tersebar merata dalam bulatan yang
merupakan atom dan elektron (muatan negatif) terdapat didalamnya. Atom Thomson
dapat diumpamakan sebagai roti yang merupakan muatan positif dan kismis adalah
muatan negatifnya. Bagian positif dari atom Thomson mempunyai diameter 10-10 m
(1A). Percobaan penghamburan sinar alfa oleh Rutherford menunjukan bahwa model
atom ini tidak dapat dipertahankan lagi.

1.5.2. Model Atom Rutherford

Penelitian yang dilakukan oleh Rutherford, Geiger dan Marsden pada


permulaan abad ke-20 memberikan banyak informasi tentang susunan atom yang
diketahui terdiri atas partikel–partikel negatif (elektron) dan bagian yang positif.
Hasil penelitian tentang penghamburan sinar alfa yang dijatuhkan pada lempeng
logam emas yang sangat tipis (0,0004 nm) mengungkapkan bahwa :
(a) sebagian besar dari partikel – partikel alfa (inti atom helium) tembus lempeng
dengan hanya sebagian kecil yang mengalami penyimpangan dari arahnya yang
semula
(b) hanya 1 dari 20 ribu partikel alfa yang dipantulkan dengan sudut 90˚ atau lebih.
Menurut Rutherford, hasil eksperimen ini hanya dapat diterangkan apabila
seluruh muatan positif atom dianggap terpusat pada inti yang sangat kecil. Dari
pengertian penghamburan sinar alfa dan dari penelitian lainnya, Rutherford menarik
kesimpulan bahwa atom terdiri atas suatu inti yang kecil (jari-jari 10-13 cm) praktis
seluruh muatan atom terpusat dengan muatan listrik +Ze dan elektron-elektron
sebanyak Z yang bergerak mengelilingi inti. Z sesuai dengan nomor atom ini. Dengan
demikian model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut :

I-6
Gambar 1. Model atom Rutherford

Sulit untuk dijelaskan bagaimana mungkin inti yang bermuatan positif itu
(Gambar 1a) dapat berdampingan dengan elekton pada jarak-jarak tertentu. Sesuai
hukum elektrostatika, dua partikel yang muatannya berlawanan akan tarik-menarik
pada keadaan diam. Untuk menghindari kesulitan ini, Rutherford menganggap bahwa
elektron bergerak disekitar inti pada jarak-jarak tertentu, sehingga gaya sentripetal
akan mengimbangi gaya tarik kelistrikan. Anggapan ini menimbulkan kesulitan baru
sebab menurut teori mekanika klasik, partikel yang bergerak dan mengalami
percepatan akan memancarkan spektrum yang berkesinambungan. Adanya
pemancaran sinar ini akan mengakibatkan energi elektron akan berkurang sehingga
elektron makin lama makin dekat dengan inti dan akhirnya melebur dengan inti atom,
gerak lintasan diasumsikan seperti spiral (Gambar 1b). Pada kenyataanya bahwa atom
senantiasa dalam keadaan stabil, elektron tidak lebur dengan inti atom. Dua hal yang
digambarkan di atas merupakan kelemahan teori atom Rutherford.

1.5.3. Model Atom Bohr

Model atom ini bertitik tolak dari model atom Rutherford dan teori kuantum
Planck yang didasarkan atas anggapan sebagai berikut:
1. Elektron bergerak mengelilingi inti atom dalam lintasan atau orbit yang berbentuk
lingkaran, gaya sentrifugal, mv2/r sama besar dengan gaya tarik inti dengan
elektron , e2/r2.
2. Lintasan yang diperlukan adalah lintasan dimana momentum sudut elektron
merupakan kelipatan dari h/2π (h adalah tetapan Planck) lintasan ini disebut
“Lintasan Kuantum”
3. Karena momentum sudut elektron (massa = m) yang bergerak dengan kecepatan
v (dalam lintasan dengan jari-jari r), adalah mvr maka,

I-7
(1.3)
nh
mvr  (n = I,2,3. ………….)
2

4. Bila elektron bergerak dalam satu lintasan kuantum, maka elektron tidak akan
memancarkan energi lagi.
E = -1/2 mv2
(1.4)

Elektron dalam lintasan ini berada dalam keadaan stasioner atau dalam tingkat
energi tertentu.
5. Bila elektron pindah dari tingkatan energi E 1, ke tingkat E2 maka akan terjadi
radiasi energi.

E1 – E2 = hv
(1.5)

Bila E2 lebih besar E1, maka elektron akan mengabsorbsi energi radiasi. Dari
persamaan (1.3) dapat diturunkan kecepatan elektron,

 h  1 
v  n   (1.6)
 2  mr 

Jika hukum-hukum klasik dipadukan, jari-jari dari lintasan yang diperbolehkan


dapat diturunkan. Untuk atom hidrogen (nomor atom Z=1)

n2h2
r (n= 1,2,3,4 ……………..) (1.7)
4me 4

Dari haga h, m, dan e yang telah diketahui, dan jika n = 1, akan diperoleh :
r = 0,529 x 10-8 cm
= 0,529 A0

Jika jari-jari Bohr untuk n = 1, dinyatakan dengan a0 maka,


r = a0 n2 (1.8)

dimana : a0 = 0,529 A0
n = tingkat energi

Energi En dari atom hidrogen, dengan elektron berada dalam lintasan yang
dicirikan oleh harga n, ditentukan melalui persamaan berikut,

I-8
2me 4
En   2 2 (n = 1,2,3,4………….) (1.9)
n h
atau dapat ditulis
A
En   (1.10)
n2

2me4
dimana , A
h2
Dengan memasukan harga m, e dan h, diperoleh

A = 2,1799 x 10-11 erg


= 5,2 x 10-18 erg
= 13,6 eV
= 2,18 x 10-18 J

1.6. Teori Kuantum

Teori kuantum lahir dari penelitian tentang radiasi yang dipancarkan oleh
benda hitam pada temperatur tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa apabila radiasi
ini dialurkan terhadap frekuensi, intensitas dari radiasi tersebut pada temperatur tinggi
mencapai suatu harga maksimum kemudian turun lagi. Pada temperatur yang relatif
lebih rendah, nilai maksimum itu letaknya di daerah infra merah. Bila temperatur
dinaikkan, nilai maksimum itu akan bergeser kearah yang lebih tinggi.
Untuk menerangkan variasi dari intensitas radiasi terhadap frekuensi, yang
tidak sesuai dengan teori gelombang dari cahaya, pada tahun 1900 Max Planck,
mengemukakan suatu teori yang dikenal sebagai teori kuantum. Teori ini menyangkut
energi dan dengan teori ini hubungan empiris yang sangat sesuai dengan data hasil
eksperimen dapat diturunkan. Menurut Planck energi radiasi tidak dipancarkan atau
diserap secara kontinyu tetapi dalam paket-paket energi yang disebut kuantum. Hal ini
terutama diaplikasikan pada gejala dalam skala atom atau sub atom. Energi dari
sistem semacam ini disebut “terkuantisasi”. Jadi energi itu tidak berubah secara
kontinyu, melainkan hanya dapat bertambah atau berkurang, dengan 1, 2, 3, ………n
kuanta.

I-9
Besarnya energi satu kuantum, E, bergantung pada frekuensi , dan diberikan
oleh persamaan berikut:
E=h

Dimana : E (energi) dinyatakan dalam Joule


h adalah tetapan Planck yang harganya 6,626 x 10-34 J.s

Planck mengemukakan bahwa “benda hitam” terdiri atas sejumlah benda yang
bergetar atau osilator yang memancarkan energi dalam bentuk paket-paket energi atau
kuanta. Misalnya, energi 1 kuantum sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 125
nm ( 1nm = 10-9 m) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan v = c/λ, ( c =
kecepatan cahaya dan λ = panjang gelombang dalam m) maka,

2,9979 x10 8.m.s 1


Frekuensi sinar ultraviolet, v 9
 2,4 x1015.s 1
125 x10 .m

6,626 x10 34.J .s 1 x 2,9979 x10 8.m.s 1


Energi kuantum E = hv =
125 x10 9.m
= 1,59 x 10-18 J

Jadi, energi dari 4 kuanta adalah 4(1,59 x 10-18 J) = 6,36 x 10-18 J

1.7. Model Atom Mekanika Gelombang

Teori mekanika gelombang dirumuskan oleh Werner Heisenberg dan Erwin


Schrodinger hampir bersamaan waktunya, meskipun ditempat yang berbeda.
Sumbangan pemikiran yang penting dalam teori ini diberikan oleh Paul Dirac, Max
Born dan Wolfgang Pauli. Mekanika kuantum dapat menjelaskan materi baik dalam
skala makro maupun mikro. Di bidang makro mekanika klasik dapat digunakan
namun hanya mekanika kuantum yang dapat menjelaskan peristiwa mikroskopik yaitu
yang menyangkut elektron, atom dan molekul.

1.7.1 Prinsip Ketidakpastian Heisenberg

Sebagai akibat dari dualisme sifat partikel gelombang, Werner Heisenberg


(1925) mengemukakan prinsip ketidakpastian yang menyatakan bahwa tidak mungkin
untuk dapat mengetahui pada waktu yang bersamaan baik momentum maupun
kedudukan suatu partikel seperti elektron dengan tepat. Bila pengukuran momentum

I-10
atau kecepatan dapat dilakukan dengan tepat, maka kedudukannya tidak dapat
diketahui dengan tepat dan sebaliknya. Heisenberg menunjukkan bahwa batas
terendah ketidakpastian sama dengan tetapan Planck dibagi dengan 4л yaitu
dinyatakan dengan,

p x x   h
(1.11)
4

Dimana : ∆px = ketidakpastian momentum (pada arah x)


∆x = ketidakpastian kedudukan (pada arah x)
H = tetapan Planck

1.8. Bilangan Kuantum

Sebelum Schrodinger mengemukakan persamaan gelombang, elektron


dalam atom dikaitkan dengan empat bilangan kuantum yang berhubungan dengan
kuantisasi momentum sudut yaitu: (i) dalam orbit, (ii) sepanjang arah radial dalam
inti, (iii) dalam medan magnet, dan (iv) berputar pada sumbu. Keempat bilangan
kuantum tersebut adalah sebagai berikut :

1.8.1. Bilangan Kuantum Utama

Bilangan kuantum utama n, yang menentukan tingkat energi dan yang


mempunyai harga positif dan bulat, tidak termasuk nol (1, 2, 3, 4, . . . . ., n),
menentukan ukuran dari orbital.
Istilah” kulit” biasanya digunakan untuk menyatakan sekelompok tingkat energi
yang memiliki n dengan harga yang sama. Namun tidak berarti bahwa semua atom
dalam satu kulit terdapat ditempat yang sama dan memiliki energi yang sama.

1.8.2. Bilangan Kuantum Orbital (Azimut)

Bilangan kuantum orbital (azimut) dengan lambang, I menentukan besarnya


momentum sudut elektron yang terkuantisasi. Bilangan inilah yang disebut
bilangan kuantum orbital, oleh karena bilangan ini menentukan bentuk ruang dari
orbital. Bilangan kuantum l mempunyai harga 0, 1, 2, . . . . ., n-1 (untuk setiap harga
n). jumlah harga-harga l sesuai dengan harga n; untuk n = 1, ada satu harga dari l
(l=0); untuk n = 2; ada dua harga dari l (l=0, l=1) dan seterusnya. Setiap harga l

I-11
dinyatakan dengan huruf yaitu l =0 adalah orbit s, l = 1adalah orbit p, l = 2 adalah
orbit d dan l = 3 adalah orbit f.
Huruf-huruf s, p, d dan f berasal dari istilah sharp (s), principal (p), diffuse (d),
dan fundamental (f) untuk notasi spektroskopi deret-deret spektrum unsur alkali.
Adanya harga bilangan kuantum orbital yang bebeda memungkinkan untuk membagi
setiap kulit menjadi sub kulit atau orbital.
Sub kulit atau orbital dinyatakan dengan harga numerik n dan huruf yang
menyatakan harga l. Misalnya 2p menyatakan sub kulit dengan n = 2 dan l = 1; 3d
menyatakan sub kulit dengan n = 3 dan l = 2.
Kulit K (n = 1) mengandung hanya orbital 1s
Kulit L (n = 2) mengandung orbital 2s dan 2p
Kulit M (n = 3) mengandung orbital 3s, 3p dan 3d
Kulit N (n – 2) mengandung orbital 4s, 4p, 4d dan 4f

1.8.3. Bilangan Kuantum Magnetik

Bilangan kuantum ini dengan lambang m menentukan orientasi orbital dalam


ruang. Untuk tiap harga pada sejumlah (2 + n) harga dari m adalah antara –1 dan
+1. Untuk l = 0, ada satu harga ml ( ml = 0);
Untuk l = 1 ada tiga harga ml ( ml = -1, ml = 0, ml =);
Bilangan kuantum magnetik disebut juga bilangan kuantum orientasi orbital.
Sesuai dengan harga l = 0, 1, 2, dan 3, maka kemungkinan harga ml sebgai berikut :
Jika l = 0 (elektron s) ml = 0
Jika l = 1 (elektron p) ml = -1, 0, +1
Jika l = 2 (elektron d) ml = -2, -1, 0, +1, +2
Jika l = 3 (elektron f) ml = -3, -2, -1, 0,+1, +2, +3

1.8.4. Bilangan Kuantum Spin

Dengan spektroskopi yang daya pisahnya tinggi, tampak setiap garis spektrum
terdiri atas sepasang garis yang sangat berdekatan. Untuk hal ini Uhlenback dan
Goudsmit (1925) menjelaskan bahwa elektron memiliki momen magnetik sehingga
elektron berputar pada sumbunya dan menghasilkan momentum sudut spin. Spin
elektron terkuantisasi oleh bilangan kuantum spin ms, dengan harga +1/2 dan -1/2.

I-12
1.9. Bentuk Orbital Atom
Tiap orbital yang dicirikan oleh tiga bilangan kuantum n, dan m mempunyai
ukuran, bentuk dan orientasi tertentu dalam ruangan . Kumpulan orbital-orbital
dengan bilangan kuantum yang sama disebut kulit.
No Kulit Jumlah orbital
1 K 1
2 L 4
3 M 9
4 N 16

Jumlah orbital dalam kulit sesuai dengan rumus n2.


Cara yang sering digunakan untuk menunjukan orbital-orbital atom adalah
dengan menggambarkan kebolehjadian radial ψ24лr terhadap jarak inti, r. Ini
merupakan suatu permukaan yang membatasi ruangan dimana kebolehjadian untuk
menemukan elektron adalah paling besar.
Bentuk orbital s berupa bola simetris, orbital p memiliki tiga macam orientai
sesuai dengan harga ml (-1, 0, +1), orbital d memiliki lima macam orientasi sesuai
dengan harga ml (-2, -1, 0, +1, +2),sedangkan orbital f memiliki tujuh macam
orientasi. Bentuk orientasi s, p, d dan f terlihat pada Gambar 2. Jumlah elektron sesuai
dengan bilangan kuantum dapat dilihat pada Tabel 1. Secara garis besar terbagi atas:
a. Orbital s hanya satu macam yaitu : s
b. Orbital p terdiri dari tiga macam yaitu orbital-orbital : px py pz
c. Orbital d terdiri atas lima macam yaitu orbital-orbital :

dxy dyz dxz d x2  y2 d x2

d. Orbital f terdiri dari tujuh macam yaitu orbital-orbital :

fx3 f3 y f3 z fxyzf f ( x2  y 2 ) x f ( z2  y2 ) z f ( z 2  x2 ) y

1.10. Konfigurasi Elektron Dalam Atom


1.10.1. Prinsip Aufbau
Atom suatu unsur memiliki konfigurasi elektron yang khas. Aufbau (bahasa
Jerman) artinya membangun (building-up). Menurut aturan ini elektron dalam setiap
atom sedapat mungkin memiliki energi terendah (Berada dalam orbital atom dengan
energi terendah). Oleh karena itu pengisian elektron dimulai dari orbital dengan
tingkat energi terendah. Selain daripada itu perlu diperhatikan aturan sebagai berikut:

I-13
Aturan (n+1)

Aturan (n+1) berikut dipakai dalam pengisian elektron sesuai tingkat


energinya :

Orbital s

Orbital p

Gambar 2a. Bentuk orbital s dan p

Orbital d

Gambar 2b. Bentuk orbital d

I-14
Untuk bilangan kuantum (n+1) yang harganya sama, orbital yang mempunyai
energi terbesar adalah orbital dengan bilangan kuantum utama terbesar misalnya
energi 4s > energi 3p karena untuk n+l yang sama, 4s mempunyai n = 4 sedangkan 3p
mempunyai n = 3.
Berdasarkan prinsip diatas maka dapat dibuat diagram sederhana sebagai
pedoman untuk pengisian elektron dalam atom (Gambar 3).

Gambar 3. Diagram pengisian elektron kedalam orbital sesuai tingkat energinya

I-15
Tabel 1. Jumlah elektron sesuai dengan bilangan kuantum

n orbital l ml ms elektron orbital elektron kulit


0 +1/2
1 s 0 2 2
0 -1/2
0 +1/2
s 0 2
0 -1/2
-1 +1/2
-1 -1/2
2 8
0 +1/2
p 1 6
0 -1/2
+1 +1/2
+1 -1/2
0 +1/2
s 0 2
0 -1/2
-1 +1/2
-1 -1/2
0 +1/2
p 1 6
0 -1/2
+1 +1/2
+1 -1/2
-2 +1/2
3 18
-2 -1/2
-1 +1/2
-1 -1/2
0 +1/2
d 2 10
0 -1/2
+1 +1/2
+1 -1/2
+2 +1/2
+2 -1/2

1.10.2. Azas Larangan Pauli

Menurut azas larangan Pauli, yang dikenal dengan prinsip ekslusi Pauli
(1925), dalam suatu sistem, baik atom maupun molekul, tidak terdapat elektron
yang mempunyai empat bilangan kuantum yang sama. Hal ini berarti bahwa tiap
orbital hanya dapat ditempati oleh maksimal dua elektron.

1.10.3. Aturan Hund

Aturan ini disusun berdasarkan data spektroskopi. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :
(i) Pada pengisian elektron ke dalam orbital-orbital yang tingkat energinya sama,
(misalnya ketiga orbital atau kelima orbital d) sebanyak mungkin elektron
berada dalam keadaan tidak berpasangan.

I-16
(ii) Jika dua elektron terdapat dalam dua orbital yang berbeda maka energi
terendah dicapai jika spinnya sejajar.

Tabel 2. Konfigurasi tingkat dasar dari karbon ke fluor yaitu :

Z Unsur Konfigurasi elektron

6 C 1s2 2s2 2pX1 2py1

7 N 1s2 2s2 2pX1 2py1 2pz1

8 O 1s2 2s2 2pX2 2py1 2pz1

9 F 1s2 2s2 2pX2 2py2 2pz1

Penerapan kedua aturan di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut :

N 1s2 2s2 2s3

O 1s2 2s2 2s4

1.10.4. Orbital Penuh dan Setengah Penuh.

Konfigurasi elektron dari suatu unsur harus menggambarkan sifat unsur


tersebut. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa orbital yang terisi penuh dan orbital
terisi setengah merupakan struktur yang relatif lebih stabil.

24Cr : [Ar] 3d5 4s1 dan bukan : [Ar] 3d4 4s2


29Cu : [Ar] 3d10 4s1 dan bukan : [Ar] 3d9 4s2

I-17
SOAL TUTORIAL
Soal Struktur Atom
1. Tuliskan nama, simbol, siapa yg menemukan, menggunakan alat apa, dan
jelaskan sifat-sifat partikel yang teramati dikutub anoda ( kutub positif)
dan kutub katoda (-)

2. Hitung panjang gelombang elektron, energi pada kulit pertama dan ke


tiga, dan energi yang dihasilkan jika elektron tersebut teremisi mengikuti
deret Balmer?

3. Apa yang dimaksud dengan orbital, tuliskan semua sub orbital dari
orbital s, p, dan d dan gambarkan

4. Tuliskan konfigurasi elektron atom yang memiliki jumlah eletron 6,


11,13, 25, 26, 29, 30. tentukan periode, golongan dan variasi bilangan
kuantumnya

5. (a) Tuliskan sifat-sifat sinar katoda. Hitunglah berapa jumlah partikel


dasar penyusun atom yg terdapat di dalam spesis berikut: O, O2- dan O+
( b) tuliskan bilangan kuantum untuk elektron terakhir dari spesis
tersebut. © obital apa saja yang terdapat dalam spesis tersebut? tuliskan
konfigurasi secara lengkap.
6. Lampu merkuri memancarkan cahaya dengan panjang gelombang 4,36 x
10-7, jika kecepatan cahaya 2,99 x 10 8 m/dtk, tetapan planck 6,62 x 10 -
34 J dtk maka hitunglah energi dari satu foton
7. Ion X+2 mempunyai nomor atom 20 dan massa atom 40, maka tentukan
jumlah : a. proton b. electron, c. neutron, d. elektrovalensi pada ion
tersebut.
8. Unsur X mempunyai data bilangan kuantum n=4 l=1, m=0 dan s= -1/2
maka tentukanlah nomar atom dari unsur X tersebut.
9. Tuliskan 5 aturan pengisian elektron dalam orbital serta jelaskan dengan
singkat

I-18

Anda mungkin juga menyukai