Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu jenis pembangkit yang banyak digunakan adalah pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) yang bekerja dengan siklus rankine. Salah satu cara
meningkatkan efisiensi dari sebuah PLTU adalah dengan menambahkan Low
Pressure Heater (LPH) kedalam sistem, yang bermaksud meningkatkan
temperatur air yang akan dipanaskan boiler, sehingga uap keluaran dari boiler
bisa memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan tanpa LPH.
Low Pressure Heater (LPH) adalah pemanas awal air umpan yang
memiliki tiga tahap yaitu LPH 7, LPH 6 dan LPH 5 yang pada setiap bagian LPH
memiliki suhu tertentu untuk memanaskan air umpan. Suhu air umpan pada LPH
7 adalah awal masuk air umpan, LPH 6 adalah pemanasan lanjut dari LPH 7 yang
dimana suhu semakin meningkat dan LPH 5 adalah pemanasan tingkat tertinggi di
Low Pressure Heater (LPH).
Proses extraction yang kurang tepat dapat mengakibatkan meningkatnya
suhu pada Low Pressure Heater (LPH), hal ini akan berdampak pada Feed Water.
Ketika bukaan valve saat terjadinya proses ekstraksi terlalu besar atau tidak sesuai
dengan Low Pressure Heater (LPH) maka efektivitas Low Pressure Heater (LPH)
tidak sesuai yang diharapkan dalam proses pemanasan awal maka akan terjadi
over-heat pada Feed Water sehingga diperlukan perhitungan lebih lanjut untuk
mengetahui seberapa besar bukaan valve pada Low Pressure Turbin agar tidak
terjadi peningkatan suhu pada Low Pressure Heater (LPH).
Oleh karena itu, mengingat bukaan valve Low Pressure Turbin ke Low
Pressure Heater (LPH) terlalu besar sehingga mengurangi efektivitas Low
Pressure Heater (LPH), maka penulis tertarik untuk menyusun proposal karya
akhir berdasarkan praktek kerja lapangan yang sudah penulis lakukan, maka dari
itu penulis mengangkat sebuah judul ;

1
2

“MENENTUKAN BESARNYA FLOW EKSTRAKSI UAP DARI


LOW PRESSURE TURBIN PADA LOW PRESSURE HEATER
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP PT. PLN (Persero) UNIT
PELAKSANA PEMBANGKITAN PANGKALAN SUSU”

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya flow ekstraksi uap dari low pressure turbin ke low
pressure heater.
2. Menghitung besarnya suhu air umpan setelah dipanaskan di low pressure
heater.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.


Adapun tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut;
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk memecahkan masalah besarnya bukaan
valve dan mengetahui seberapa besar efektivitas ekstraksi uap dari low pressure
turbin ke low pressure heater yang dihasilkan dari pengoperasian extraction.
2. Sebagai bahan masukan guna dapat dijadikan persyaratan dalam penyelesaian
kuliah di Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan saran untuk PLTU Pangkalan Susu mengenai solusi mengenai
bukaan valve untuk mengatasi berkurangnya efektivitas ekstraksi turbin pada
PLTU Pangkalan Susu unit 3.
2. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
efektivitas ekstraksi turbin pada PLTU Pangkalan Susu Unit 3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap


Sejarah Singkat PT. PLN (PERSERO) UPK Pangkalan Susu, sejak beroperasi
pada Juni 2019, Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pangkalan Susu
Unit 3 dan Unit 4 kapasitas 2x200 MW tergolong sangat baik mengingat belum
pernah mengalami pemadaman akibat gangguan internal maupun eksternal.
Berlokasi di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi
Sumatera Utara, daya listrik dari pembangkit tersebut disalurkan untuk
memperkuat sistem Sumatera Bagian Utara (SBU) dan disalurkan melalui
Interkoneksi Sumatera jaringan transmisi 275kV Pangkalan Susu - Binjai.
Pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 3 dan Unit 4 telah dimulai sejak 7 Mei
2015 yang dikerjakan oleh Konsorsium Sinohydro Co.Ltd. dan PT Nusantara
Energi Mandiri. Dalam mendukung program pemerintah dalam pemberdayaan
industri nasional, PLTU Pangkalan Susu 3 dan 4 telah mampu mencapai Tingkat
Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40,22 persen.
Saat ini kedua Unit telah selesai dibangun dan telah beroperasi secara
komersial untuk Unit 3 sejak tanggal 26 Juni 2019 dan Unit 4 sejak tanggal 5
September 2019. Beroperasinya PLTU Pangkalan Susu 3 dan 4 pada Sistem
Sumatera Bagian Utara (SBU) telah memperkuat keandalan sistem yakni
berkontribusi hingga 16,75 persen terhadap beban puncak sistem Sumatera Bagian
Utara.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dimana
suatu pembangkit energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin
uap yang memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan air yang dipanaskan
oleh bahan bakar di dalam ruang bakar (boiler). Salah satu jenis PLTU adalah
PLTU berbahan bakar batubara. PLTU berbahan bakar batubara sangat fital
penggunaannya di Indonesia maupun di dunia. PLTU batubara merupakan sumber
utama energi di dunia. Dimana pasokan listrik dunia masih bertumpu pada PLTU
berbahan bakar batubara.

3
4

PLTU sebagai pembangkit tenaga listrik banyak digunakan, karena memiliki


efisiensi tinggi sehingga menghasilkan listrik yang ekonomis. PLTU merupakan
mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi
energi listrik.
Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam
bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk
putaran.
3. Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

Pada gambar 2.1 menunujukkan Proses Konversi Energi pada PLTU

Gambar 2.1 Proses Konversi Energi pada PLTU


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)

2.2 Prinsip Kerja


PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan
pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil
pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
5

2. Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu
diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa
putaran.
3. Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan
energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan,
sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output
generator.
4. Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan
dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air
kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi
sebagai air pengisi boiler.
Pada gambar 2.3 berikut adalah Siklus Fluida Kerja Sederhana pada PLTU

Gambar 2.2 Siklus Fluida Kerja Sederhana pada PLTU


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)

2.2.1 Sistem uap


Sistem uap merupakan bagian dari siklus dimana fluida kerja berada dalam wujud
uap dan dapat dikelompokkan menjadi sistem uap utama, sistem uap panas ulang
(reheat), sistem uap ekstraksi .
6

1. Sistem uap utama (Main Steam System)


Sistem uap utama merupakan rangkaian pipa saluran untuk mengalirkan uap
yang keluar dari boiler ke turbin.
2. Sistem uap panas ulang (Reheat Steam System)
Sistem uap panas ulang ini ini hanya terdapat pada PLTU dengan turbin reheat.
Juga merupakan rangkaian pipa saluran uap yang terdiri dari dua segmen yaitu
yang menyalurkan uap bekas dari turbin tekanan tinggi kembali ke boiler (cold
reheat) dan yang menyalurkan uap dari boiler ke turbin tekanan
menengah/rendah (hot reheat).
3. Sistem Uap Ekstraksi (Extraction /Bled Steam System)
Sistem uap ekstraksi adalah uap yang melintasi turbin hingga keluar ke
kondensor, uap diekstrak di beberapa titik dan pada umumnya uap ini dialirkan
ke pemanas awal air pengisi (Feed water Heater) untuk memanaskan air
kondensat / air pengisi. Seperti dialirkan pada Low preassure heater, High
preassure heater, deaerator,boiler feed pump, dll.

2.2.2 Sistem Air Kondensat


Sistem air kondensat merupakan sumber pasokan utama untuk sistem air pengisi
boiler. Mayoritas air kondensat berasal dari proses kondensasi uap bekas didalam
kondensor. Rentang sistem air kondensat adalah mulai dari hotwell sampai ke
Dearator. Selama berada dalam rentang sistem air kondensat, air mengalami 3
proses utama yaitu pemanasai pemurnian dan mengalami deaerasi.
a) Pemanasan
Pada proses pemanasan air mengalami pemanasan pada berbagai komponen
antara lain di gland steam condensor, di air ejector dan di beberapa pemanas
awal air pengisi tekanan rendah. Pemanasan ini dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi siklus serta menghemat pemakaian bahan bakar.
b) Pemurnian
Proses pemurnian dilakukan didalam sistem air kondensat dengan cara
mengalirkan air kondensat melintasi penukar ion (Condensate Polishing).
Melalui proses pemurnian internal ini, maka pencemar yang dapat
mengakibatkan deposit maupun korosi pada komponen-komponen boiler dapat
7

dihilangkan sehingga kualitas air kondensat menjadi lebih baik.Terjadinya


deposit di boiler yang disebabkan oleh kualitas air yang buruk, dapat
mengakibatkan terhambatnya proses perpindahan panas di dalam boiler dan
pada kondisi ekstrim dapat mengakibatkan bocornya pipa-pipa boiler akibat
over heating.
c) Deaerasi
Deaerasi adalah proses pembuangan pencemar gas dari dalam air kondensat.
Gas-gas pencemar yang ada dalam air kondensat misalnya oksigen (O2),
carbondioksida (CO2) dan non condensable gas lainnya. Pencemar gas dapat
menyebabkan korosi pada saluran dan komponen- komponen yang dilaui air
kondensat. Proses deaerasi ini terjadi di dalam deaerator yang merupakan
komponen paling hilir dari sistem air kondensat.

2.2.3 Sistem Air Pengisi


Sistem air pengisi adalah merupakan kelanjutan dari sistem air kondensat.
Terminal akhir dari sistem air kondensat adalah deaerator yang merupakan
pemasok air ke sisi hisap pompa air pengisi. Mulai dari sini, air yang sama
berubah nama menjadi air pengisi. Perbedaan yang mencolok antara air kondensat
dengan air pengisi terletak pada tekanannya. Tekanan air pada sistem air pengisi
naik hinggga lebih tinggi dari tekanan boiler.
Fungsi dari sistem air pengisi hampir sama dengan sistem air kondensat
yaitu untuk menaikkan tekanan, menaikkan temperatur serta memurnikan air
pengisi. Tekanan air pengisi perlu dinaikkan agar air pengisi dapat mengalir ke
dalam boiler. Tugas ini dilaksanakan oleh pompa air pengisi Boiler Feedwater
Pump (BFP). Di samping itu, selama melintasi sistem, air pengisi mengalami
beberapa tahap pemanasan sehinggga mengalami kenaikkan temperatur.
Pemanasan ini dilakukan untuk dua tujuan. Pertama, semakin dekat temperatur air
pengisi masuk boiler dengan titik didih air pada tekanan boiler, maka semakin
sedikit bahan bakar yang diperlukan untuk proses penguapan didalam boiler.
Kedua, temperatur air pengisi yang akan masuk boiler sedapat mungkin harus
mendekati temperatur metal boiler sebab perbedaaan yang besar antara keduanya
dapat menimbulkan kerusakkan komponen boiler akibat thermal stress.
8

Fungsi pemurnian bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pencemar padat


dari air pengisi melalui cara kimia yaitu dengan meninjeksikan bahan kimia guna
menggumpalkan zat-zat padat yang terlarut dalam air pengisi. Gumpalan zat-zat
padat ini kemudian dapat dibuang melalui saluran blowdown pada boiler.

2.2.4 Siklus Udara Pembakaran Dan Gas Buang


Sistem udara pembakaran dimulai dari penghisapan udara dari atmosfer
menggunakan fan, lalu dialirkan menuju ke boiler, sebelum masuk ke dalam
boiler udara terlebih dahulu dipanaskan dengan alat penukar kalor atau yang
biasa disebut dengan air heater. Pemanasan tersebut memanfaatkan panas yang
ada pada gas buang hasil pembakaran. Pemanfaatan panas itu juga berguna untuk
meningkatkan efisiensi boiler.
Udara yang digunakan dalam sistem udara pembakaran dibagi menjadi
dua, yaitu udara primer dan sekunder. Perbandingan antara udara primer dan
sekunder untuk suplai udara pembakaran adalah 30% udara primer dan 70%
udara sekunder. Udara primer didapat dari udara atmosfer yang dihisap oleh
primary air fan (PA Fan) setelah sebelumnya melalui filter udara. Udara ini
kemudian dipanaskan pada primary air heater dengan memanfaatkan gas panas
setelah melewati reheater dan economizer agar udara yang masuk pada boiler
sudah mempunyai suhu yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan efisiensi
boiler. Udara ini kemudian disalurkan ke penggiling batubara (mill pulverizer).
Udara panas ini akan memanaskan batubara, lalu akan membawa batubara yang
sudah dihancurkan menjadi serbuk sebesar 200 mesh menuju ruang bakar.
Udara sekunder dihisap dengan kipas tekan paksa (Forced Draft Fan)
setelah sebelumnya juga melalui filter udara. Setelah melewati Forced Draft Fan
udara juga kemudian menuju ke air heater untuk dipanaskan lagi dengan
memanfaatkan gas pembakaran setelah melewati reheater dan economizer.
Tujuan pemanasan ini adalah udara dibuat cukup panas (kurang lebih 3500C)
sehingga memudahkan proses pembakaran. Dari pemanas ini udara sekunder
dialirkan ke wind box yang dihubungkan ke lubang udara pembakaran pada
burner. Fungsi udara ini selain sebagai pensuplai udara pembakaran juga sebagai
9

pendingin bagian-bagian pembakar (firing system) agar tidak rusak karena panas
radiasi yang disebabkan oleh panas pancaran api.
Proses pembakaran akan terjadi di dalam boiler karena pencampuran
antara bahan bakar (bisa HSD ataupun batu bara), udara pembakaran, serta
sumber panas. Gas hasil pembakaran inilah yang digunakan untuk memanaskan
air umpan sampai menjadi uap dengan suhu dan tekanan tinggi. Setelah
digunakan untuk proses pemanasan air, gas hasil pembakaran tidak serta merta
dibuang ke atmosfir. Gas sisa hasil pembakaran ini akan melalui sistem gas
buang terlebih dahulu agar gas sisa pembakaran tetap aman bagi lingkungan.
Aliran gas buang yang masih mengandung energi panas pertama
dimamfaatkan oleh superheater untuk memanaskan uap jenuh menjadi panas
lanjut. Temperatur gas buang (flue gas) yang masuk ke superheater sekitar
9500C. Setelah itu gas buang yang keluar dari superheater ini dengan temperatur
sekitar 4800C - 6000C dimanfaatkan untuk memanaskan air di economizer
sebelum air dipompakan ke boiler drum. Kemudian gas buang dari economizer
tersebut akan diteruskan lagi ke alat pemanas udara (air heater) dengan
temperatur sekitar 3500C -3900C akan digunakan untuk memanaskan udara
pembakaran.
Udara pembakaran ini berasal dari lingkungan yang dihisap oleh fan
dengan temperatur sekitar 300C. Gas buang yang keluar dari alat pemanas udara
(air heater) akan dibuang melalui cerobong asap. Udara yang dihisap oleh fan
masuk ke alat pemanas udara (air heater) terlebih dahulu dipanaskan di alat
pemanas awal udara dengan fluida pemanas adalah uap yang dialirkan dengan
temperatur udara akan naik sekitar 300-3300C. kemudian udara pembakaran ini
akan dialirkan ke ruang bakar (burner).
Uap akan masuk ke low temperature superheater (primary superheater)
untuk dipanaskan lanjut dengan flue gas dengan termperatur sekitar 7850C dan
temperatur uap yang dihasilkan pada low temperature superheater ini sekitar
4260C, selajutnya uap akan masuk ke high temperature superheater (secondary
superheater) untuk dipanaskan lanjut sebelum uap masuk ke turbin.Pada uap
juga dipanaskan dengan flue gas dari ruang bakar dengan temperatur sekitar
9800C dan temperatur uap yang dihasilkan adalah sekitar 505 0C pada tekanan 85
10

bar dan akan di alirkan ke turbin yang akan menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik. Flue gas yang dipakai untuk memanaskan high
temperature superheater, low temperature superheater, dan economizer tersebut
sebelum dialirkan ke cerobong terlebih dahulu digunakan untuk memanaskan
udara pembakaran.

2.3 Siklus Rankine


Siklus Rankine adalah siklus thermodinamika yang mengkonversi kalor/panas
menjadi bentuk kerja. Siklus rankine diaplikasiikan pada mesin uap yang dipakai
dalam pembangkit listrik tenaga uap. Gambar menunjukkan siklus kerja PLTU
yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram T – S
(Temperature – entropy). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal.
Pada gambar 2.9 berikut adalah gambar diagram T-s PLTU (siklus rangkine)

Gambar: 2.3 Diagram T-s Siklus PLTU (Siklus Rankine)


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)
11

Keterangan gambar :
a – b Fluida kerja/air dipompa dari tekanan rendah ke tekanan tinggi dan pada
proses ini fluida kerja masih berfase cair sehingga tidak memerlukan input
tenaga yang terlalu besar. Proses ini dinamakan proses kompresi isentropik
karena pada saat dipompa, secara ideal tidak ada perubahan entropi yang
terjadi.
b–c Air bertekanan tinggi tersebut masuk ke boiler untuk mengalami proses
selanjutnya, yaitu dipanaskan secara isobarik (tekanan konstan). Sumber panas
didapat dari proses pembakaran. Di boiler air mengalami perubahan fase cair
dan uap serta 100% uap kering.
c–d Proses ini terjadi pada turbin uap. Uap kering dari boiler masuk ke
turbin dan mengalami proses secara isentropik. Energi yang tersimpan di dalam
uap air di konversi menjadi energi gerak pada turbin.
e–f Uap air yang keluar dari turbin uap masuk ke kondensor dan mengalami
kondensasi secara isobarik. Uap air diubah fasenya menjadi cair kembali
sehingga dapat digunakan kembali pada proses siklus.

2.4 Komponen Utama PLTU Pangkalan Susu


Untuk menjalankan suatu sistem dibutuhkan beberapa komponen agar sistem
tersebut berjalan dengan baik, baik itu komponen utama maupun komponen
pendukung. Berikut adalah komponen-komponen yang digunakan dalam proses
produksi PLTU Pangkalan Susu Langkat;
1. Boiler
Dalam power plant, energi secara terus menerus diubah dari satu bentuk ke
bentuk lain untuk menghasilkan listrik. Komponen yang mengawali perubahan
dan pengaliran energi disebut boiler. Definisi boiler sendiri sebagai suatu
komponen pada power plant adalah suatu bejana tertutup yang secara efisien
mampu mengubah air menjadi steam dengan bantuan panas dari proses
pembakaran. Jika dioperasikan dengan benar, boiler secara efisien dapat
mengubah air dalam volume yang besar menjadi steam yang sangat panas
dalam volume dan tekanan yang lebih besar lagi. Boiler adalah suatu
kombinasi antara sistem-sistem peralatan yang dipakai untuk terjadinya
12

perpindahan panas radiasi dan konveksi energi termal gas-gas hasil


pembakaran ke fluida kerja yaitu air. Sifat perpindahan panas yang terjadi
adalah pertama perpindahan bagian dingin dimana panas yang diterima
digunakan untuk menaikkan temperatur hingga mencapai temperatur cair
jenuh. Kemudian mengalami proses kedua yaitu pendidihan dengan konveksi
paksa, dimana terjadi proses boiling. Fluida kerja air secara bertahap menjadi
fluida uap dan akhirnya menjadi uap jenuh. Pada tahap kedua ini tidak terjadi
kenaikan temperatur. Panas yang diterima seluruhnya digunakan untuk terjadi
perubahan fase. Apabila diperlukan, pemanasan dapat dilanjutkan dari uap
jenuh menjadi uap super panas.

Tipe-tipe boiler dapat dibedakan menurut tujuan dan konstruksinya, daerah


yang mengalami pemanasan, sumber panasnya, sirkulasinya, dan dinding
penyangganya.

Berdasarkan pada tujuan dan konstruksinya boiler dibedakan menjadi:

1. Package boiler

2. Industrial boiler

3. Utility boiler

4. Circulating fluidized bed boiler

5. Supercritical boiler

6. Marine boiler

Berdasarkan daerah yang mengalami pemanasan boiler dibedakan menjadi :

1. Fire tube boiler

2. Water tube boiler

Berdasarkan sumber panasnya boiler dibedakan menjadi :

1. Conventional boiler

2. Heat Recover y Steam Generator


13

Berdasarkan sirkulasinya boiler dibedakan menjadi :

1. Natural circulation

2. Forced circulation

Berdasarkan dinding penyangganya boiler dibedakan menjadi :

1. Bottom supported

2. Top supported

Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan panas antara suatu


benda ke benda yang lain dengan jalan melalui gelombang-gelombnag
elektromagnetik tanpa tergantung kepada ada atau tidak adanya media diantara
benda yang mener ima pancaran panas tersebut. Perpindahan panas secara
aliran (convection), perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan
panas yang dilakukan oleh molekul- molekul suatu fluida (cair maupun gas).
Molekul-molekul fluida tersebut dalam gerakannya melayang-layang kesana
kemari membawa sejumlah panas masing-masing joule. Pada saat molekul
fluida tersebut menyentuh dinding atau pipa ketel maka panasnya dibagikan
sebagian kepada dinding atau pipa ketel, sedangkan sebagian lagi dibawa
molekul pergi. Gerakan- gerakan molekul yang melayang-layang tersebut
disebabkan karena perbedaan temperatur didalam fluida itu sendiri. Dalam
gerakannya, molekul-molekul api tersebut tidak perlu melalui lintasan yang
lurus untuk mencapai dinding bidang yang dipanasi.

Perpindahan panas secara rambatan (conduction), perpindahan panas


secara konduksi adalah perpindahan panas dari suatu bagian benda padat
kebagian lain dari benda padat yang sama atau dari benda padat yang satu
kebenda padat yang lain karena terjadinya persinggungan fisik tanpa terjadinya
perpindahan panas molekul- molekul dari benda padat itu sendiri. Didalam
dinding ketel, panas akan dirambatkan oleh molekul- molekul dinding ketel
sebelah dalam yang berbatasan dengan api, menuju ke molekul-molekul
dinding ketel sebelah luar yang berbatasan dengan air. Perambatan tersebut
menempuh jarak terpendek.
14

Molekul-molekul api yang merupakan hasil pembakaran bahan bakar


dan udara akan menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
elektromagnetis terhadap media yang disebut aether. Sebagian panas yang
timbul dari hasil pembakaran tersebut diteruskan ke reaether yang kemudian
diteruskan kepada bidang yang akan dipanasi yaitu dinding atau pipa ketel.
Didalam proses pembentukan air menjadi uap terdapat bagian utama dari
boiler, diantaranya adalah:

1. Economizer

Economizer berfungsi untuk meningkatkan temperatur air atau pemanasan


awal sebelum masuk ke boiler untuk selanjutnya dialirkan ke steam drum,
komponen ini berada dalam boiler yang terdiri dari rangkaian pipa-pipa
yang menerima air dari inlet. Economizer merupakan tahap akhir pemanasan
feed water sebelum masuk ke boiler.

2. Steam Drum

Berfungsi untuk menyimpan air dalam volume yang besar dan untuk
memisahkan uap dari air setelah proses pemanasan yang terjadi dalam
Boiler.

3. Feed Water Pipe

Berfungsi mengalirkan air dari Economizer ke Distribution Pipe yang


panjangnya sama persis dengan Steam Drum. Distribute Pipe berfungsi
mengalirkan air dari Economizer secara merata keseluruh bagian Steam
Drum.

4. Downcomer atau Pipa turun

Ditempatkan disepanjang bagian dasar Steam Drum dengan jarak yang sama
antara yang satu dengan yang lainnya. Pipa-pipa ini mengalirkan air dari Steam
Drum menuju Boiler Circulating Pump. Boiler Water Circulating Pump
(BWCP) digunakan untuk memompa air dari Downcomer dan
mensirkulasikannya menuju Waterwall yang kemudian air tersebut dipanaskan
oleh pembakaran di Boiler dan dikirim kembali ke Steam Drum.
15

5. Waterwall Pipe

Terletak dikedua sisi Steam Drum dan merupakan pipa-pipa kecil yang
berderet vertikal dalam Boiler, setiap pipa disambung satu sama lain agar
membentuk selubung yang kontinu dalam Boiler. Konstruksi seperti ini
disebut konstruksi membran. Waterwall bertugas menerima dan
mengalirkan air dari Boiler Circulating Pump kemudian dipanaskan dalam
Boiler dan dialirkan ke Steam Drum.

6. Steam Outlet Pipe

Merupakan sambungan terakhir, diletakkan dibagian atas Steam Drum untuk


memungkinkan Saturated Steam keluar dari Steam Drum menuju
Superheater.

7. Superheater

Superheater merupakan alat yang berfungsi untuk menaikan temperatur uap


jenuh sampai menjadi uap panas lanjut (superheat vapour). Uap panas lanjut
bila digunakan untuk melakukan kerja dengan jalan ekspansi di dalam
turbin atau mesin uap tidak akan mengembun, sehingga mengurangi
kemungkinan timbul nya bahaya yang disebabkan terjadinya pukulan balik
atau back stroke yang diakibatkan mengembunnya uap belum pada
waktunya sehingga menimbulkan vakum di tempat yang tidak semestinya
di daerah ekspansi. Superheater ditempatkan pada daerah aliran gas asap
yang bertemperatur tinggi.

8. Reheater

Setelah tekanan dan temperatur Super Heater Steam turun maka Super
Heater Steam tersebut akan dikembalikan ke Boiler untuk pemanasan ulang.
Pemanasan ulang ini berlangsung di bagian Boiler yang disebut Reheater
yang merupakan kumpulan pipa Boiler yang diberi panas dari gas
pembakaran seperti Superheater. Jadi Re-Heater berfungsi untuk menaikkan
temperatur Super Heater Steam tanpa mempengaruhi tekanannya. Di bagian
Reheater, Super Heater Steam akan dikembalikan untuk memutar
Intermediate Presure Turbine (IP) dan Low Presure Turbine (LP).
16

9. Air Pre-Heater

Air Pre-Heater adalah instrument yang sistem kerjanya berputar dengan


putaran rendah dan berfungsi untuk memanasi udara pembakaran sebelum
dikirim ke Furnace. Pemanas Udara pembakaran tersebut diambil dari gas
buang hasil pembakaran dari Furnace yang dialirkan melalui Air Pre-Heater
sebelum dibuang ke Chimney.

2. Kondensor
Kondensor adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengondensasikan
uap. Kondensasi adalah perubahan uap menjadi fasa cair yang terjadi ketika
uap bersentuhan melalui permukaan kontak yang memiliki temperatur lebih
rendah dari temperatur jenuh uap. Energi laten dilepas dan panas dipindahkan
sehingga terjadi perubahan fasa pada uap. Kondensor merupakan komponen
perpindahan panas yang berperan penting untuk meningkatkan efisiensi
pembangkit dalam sistem pembangkit tenaga uap. Fungsi utama kondensor
adalah mengkondensasikan uap sisa dari turbin sebelum dikembalikan lagi ke
siklus pembangkit serta dapat menurunkan tekanan keluaran turbin sehingga
menghasilkan perbedaan entalpi dan menaikan kinerja turbin. Tekanan
kondensor yang rendah dibawah tekanan atmosfir menjadikan tekanan vakum
pada keluaran turbin, perbedaan tekanan yang besar akan menghasilkan
kinerja turbin yang lebih tinggi sehingga akan menambah output energi listrik
pada generator dan meningkatkan efisiensi pembangkit.
Secara umum kondensor dibedakan atas dua tipe yaitu kontak langsung
(direct contact/open) dan permukaan (surface/shell and tube heat
exchanger). Pada kondensor kontak langsung, uap dikondensasikan dengan
cara mencampurkannya secara langsung dengan air pendingin, sedangkan pada
kondensor permukaan, air pendingin dialirkan melewati pipa-pipa dengan uap
berada di bagian luar pipa. Kondensor kontak langsung merupakan alat
penukar kalor berupa bejana tekan yang berisikan media kontak dengan
tujuan untuk mengubah uap menjadi air dengan cara mencampurkan uap
dengan air pendingin secara langsung. Media kontak seperti spray, baffle, dan
packing berfungsi untuk meningkatkan kualitas kontak antara gas dan cairan.
17

Gambar 2.4 berikut menunjukkkan gambar dari kondensor

Gambar 2.4 Kondensor

(Sumber: https://rakhman.net/power-plants-id/prinsip-kerja-kondensor/ )

3. Generator
Generator adalah alat untuk membangkitkan listrik, generator sendiri terdiri
dari stator dan rotor. Rotor dihubungkan dengan shaft turbin sehingga berputar
bersam-sama. Stator bars di dalam sebuah generator membawa arus hubungan
output pembangkit. Arus Direct Current (DC) dialirkan melalui Brush Gear
yang langsung bersentuhan dengan slip ring yang dipasang jadi satu dengan
rotor sehingga akan timbul medan magnet (flux).

Jika rotor berputar, medan magnet tersebut memotong kumparan di stator


sehingga pada ujung-ujung kumparan stator timbul tegangan listrik. Untuk
penyediaan arus listrik Generator diambilkan arus DC dari luar.

4. Pompa
Pompa merupakan alat yang digunakan untuk mentransfer atau memindahkan
fluida dalam bentuk cair ataupun gas dari suatu tempat ketempat lain melalui
suatu media perpipaan dengan cara menambahkan energi pada cairan yang
dipindahkan dan berlangsung secara terus menerus. Pompa beroperasi dngan
prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian masuk dengan bagian
18

keluar. Dengan kata lain pompa berfungsi mengubah tenaga mekanis dari suatu
sumber tenaga menjadi tenaga kinetis, dimana tenaga ini berguna untuk
mengalirkan cairan dan mengatasi hambatan yang ada sepanjang pengaliran.

5. Turbin uap
Turbin uap merupakan suatu peralatan yang berfungsi untuk merubah energi
yang terkandung dalam uap (entalpi) menjadi energi mekanik berupa momen
putar pada poros turbin. Saat uap mengalir melalui nosel dan sudu diam yang
terpasang pada stator turbin, maka terjadilah perubahan energi panas yang
terkandung pada uap menjadi energi kinetik berupa kecepatan aliran uap. Saat
uap kecepatan tinggi mengalir melalui sudu gerak yang terpasang pada rotor
turbin, maka terjadilah perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik
berupa putaran poros turbin.
Turbin uap bisa dioprasikan dengan memakai uap panas lanjut atau
memakai uap basah. Untuk dapat menentukan penghematan proses tenaga uap,
selain ukuran-ukuran utama turbin uap seperti misalnya diameter roda turbin,
jumlah tingkat, panjang sudu, dan penampang bagian-bagian yang
mengantarkan uap, maka dipakai diagram perubahan keadaan uap air dalam
T,s dan terutama h,s diagram (fritz D.1980).

Pada gambar 2.4 dibawah adalah gambar turbin uap

Gambar 2.5 Turbin uap

Konversi energi terjadi pada Turbine Blades, Turbin mempunyai susunan


Blade bergerak berselang seling dengan Blade tetap. Steam akan masuk ke
19

Turbin dan dialirkan langsung ke Turbin Blades, blades bergerak dan bekerja
untuk mengubah energi thermal dalam Steam menjadi energi mekanis berotasi,
yang menyebabakan rotor Turbin berputar, perputaran rotor ini akan
menggerakkan Generator dan akhirnya energi mekanik menjadi energi listrik.
Prinsip kerja Turbin adalah tenaga potensial steam diubah menjadi tanaga
kinetis pada Nozel dan tenaga kinetis ini diubah menjadi tenaga putar pada
Blade, dengan melalui Disck tenaga putar diubah menjadi tenaga mekanis pada
poros.

1. High Pressure (HP) Turbine

HP Turbine mengekspansikan uap utama yang dihasilkan dari superheater


dengan tekanan 169 kg/cm2 dan temperatur 538℃, kemudian uap keluar
HP Turbin (41 kg/cm2) dengan temperatur 336℃ dipanaskan kembali pada
bagian reheater di boiler untuk menaikkan entalpi uap. Uap reheat lalu
diekspansikan di dalam Intermediate Pressure (IP) turbine.

2. Intermediate Pressure (IP) Turbine


IP Turbine mengekspansikan uap reheat dengan tekanan 39 kg/cm2 dan
temperatur 538℃, sedang uap keluarnya bertekanan 8 kg/cm2 dan suhunya
sekitar 330℃.
3. Low Pressure (LP) Turbine
LP Turbine mengekspansikan uap bertekanan 8 kg/cm2 dan temperatur
330℃, dan tekanan uap keluar dari LP Turbin pada tekanan 56 mmHg
(Vaccum), kondisi vakum ini diciptakan di dalam condenser dengan
temperatur 40℃

2.5 Klasifikasi Turbin Uap


Berikut adalah penyusunan bersistem dalam kelompok menurut standar yang telah
ditetapkan
1. Turbin Impuls
Turbin impuls adalah turbin yang energi potensial uapnya diubah menjadi
energi kinetik di dalam nosel atau laluan yang dibentuk oleh sudu-sudu diam
yang berdekatan , dan pada sudu-sudu gerak ,energi kinetik uap dirubah
20

menjadi energi mekanis.


Sudu impuls juga disebut sudu aksi atau sudu tekanan tetap, adalah sudu
dimana uap mengalami ekspansi hanya dalam sudu-sudu tetap. Sudu-sudu tetap
berfungsi sebagai nosel (saluran pancar) sehingga uap yang melewati akan
mengalami peningkatan energi kinetik. Uap dengan kecepatan tinggi
selanjutnya akan membentur (impuls) sudu-sudu gerak. Benturan antara uap
dengan sudu gerak ini menimbulkan gaya yang mengakibatkan poros turbin
berputar. Setelah memutar sudu gerak, selanjutnya uap diarahkan masuk ke
dalam sudu tetap baris berikutnya. Selama melintasi sudu gerak tekanan dan
entalpi uap tidak berubah. Dengan demikian pada sudu impuls penurunan
tekanan dan energi panas uap hanya terjadi pada sudu sudu tetap atau nosel.
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi terdiri dari sudu-sudu reaksi, maka sudu-sudu gerak juga
berfungsi sebagai nosel-nosel sehingga uap yang melewatinya akan mengalami
peningkatan kecepatan dan penurunan tekanan. Pada turbin reaksi, proses
ekspansi (penurunan tekanan) terjadi baik di dalam baris sudu tetap maupun
sudu geraknya.
Sudu turbin Reaksi adalah turbin yang terdiri dari 100 % sudu-sudu reaksi,
dalam hal ini baris sudu tetap maupun sudu geraknya berfungsi sebagai nosel,
sehingga kecepatan relatif uap keluar setiap sudu lebih besar dari kecepatan
relatif uap masuk sudu yang bersangkutan. Meskipun demikian, kecepatan
absolut uap keluar sudu gerak lebih kecil dari pada kecepatan absolut uap
masuk sudu gerak yang bersangkutan, oleh karena sebagian energi kinetiknya
diubah menjadi kerja memutar roda turbin.

2.5.1 Jenis Turbin Berdasarkan dari Segi Aliran Uap


1. Turbin Reheat dan Non-reheat
Salah satu karakteristik yang dapat dipakai untuk mengklasifikasikan turbin
adalah reheat dan non reheat . Turbin reheat terdiri lebih dari satu silinder dan
uap mengalami proses pemanasanulang di reheater boiler. Pada turbin rehea ,
uap yang keluar dari turbin tekanan tinggi (HP) dialirkan kembali kedalam
boiler. Didalam boiler, uap ini dipanaskan kembali pada elemen pemanas
21

ulang (reheater) untuk selanjutnya dialirkan kembali melalui saluran reheat ke


Turbin tekanan menengah dan turbin tekanan rendah.Secara umum, ada dua
keuntungan yang dapat diperoleh dari proses pemanasan ulang uap ini yaitu :
meningkatkan efisiensi siklus termodinamika dan mengurangi proses erosi
pada sudusudu turbin tingkat akhir karena kualitas uap keluar dari turbin
tekanan rendah menjadi lebih kering.
2. Turbin ekstraksi dan non-ekstraksi
Cara lain yang juga dipakai untuk mengklasifikasikan turbin adalah melalui
sistem ekstraksi dan non ekstraksi. Turbin ekstraksi (extraction turbine) adalah
turbin yang mengekstrak sebagianuap yang mengalir dalam turbin. Sedangkan
pada turbin non ekstraksi, tidak dilakukan ekstraksi uap sama sekali. Jadi
seluruh uap yang mengalir masuk turbin non ekstraksi akan keluar
meninggalkan turbin melalui exhaust.

2.5.2 Jenis Turbin berdasarkan Casing


1. Turbin Single Casing
Turbin single casing adalah turbin dimana seluruh tingkat sudu-sudunya
terletak didalam satu casing saja seperti terlihat pada gambar 2.7. Ini
merupakan konstruksi turbin yang paling sederhana tetapi hanya dapat
diterapkan pada turbin-turbin kapasitas kecil.
Bila temperatur uap masuk turbin 454 °C, maka ketik a start up,
temperatur bagian dalamcasing juga mendekati 454 °C sementara
temperatur b agian luar casing adalah temperaturudara luar atau sekitar 38
°C. Dengan demikian maka pada saat start terjadi perbedaan temperatur
antara permukaan bagian dalam dengan permukaan luar sebesar 416 °C.
Bagian dalam cenderung akan memuai sedang bagian luar relatif belum
akan akan memuai. Bila perbedaan temperatur ini cukup besar, maka pada
kondisi ekstrim dapat mengakibatkan keretakan pada casing yang cukup
tebal.
Pada gambar 2.6 berikut ditunjukkan gambar turbin Single Casing
22

Gambar 2.6 Turbin dengan single casing


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)

2. Turbin Double Casing


Turbin yang terdiri dari 2 casing utuk setiap selinder. Maka ketebalan
masing- masing casing hanya setengah dari ketebalan single casing.
Dengan demikian proses pemerataan panas dan ekspansi menjadi lebih
cepat Keuntungan dari menggunakan turbin dengan double casing adalah
karena setiap segmen casing menjadi lebih ringan, maka pemeliharaan
menjadi lebih mudah.
Keuntungan lainnya adalah meminimalisir keretakan melihat dari gambar
turbin impuls sebelumnya bila temperatur uap saat 460 °C sedang temperatur
atmosfir 38 °C, maka perbedaantemperatur tetap 420 °C. Keuntungan
rancangan double casing adalah bahwa Dt sebesar 420°C ini terbagi pada 2
casing. Uap masuk casing dalam (inner casing) pada 460 °C dan keluar pada
sekitar 349 °C untuk kemudian mengalir kecasi ng luar (outer casing) yang
berartimemanaskan sisi bagian luar inner casing. Dengan demikian maka Dt
permukaaan bagian dalam dan bagian luar inner casing adalah 460 °C - 349 °C
= 111 °C. Sedang t permukaaan bagian dalam dan bagian luar outer casing
adalah 349 °C - 38 °C = 311 °C. Dengan demikianmaka At pada setiap casing
23

menjadi lebih kecil sehinga memperkecil kemungkinan keretakan.


Pada gambar 2.7 berikut ditunjukkan gambar dari turbin double casing

Gambar 2.7 Turbin dengan double casing


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)

2.5.3 Berdasarkan Tekanan Uap Masuk Turbin:


1. Turbin tekanan superkritis (Supercritical Pressure Turbines) diatas 22,5 Mpa
2. Turbin tekanan tinggi (High Pressure Turbines) Tekanan uap antara 8,8 - 22,5
Mpa
3. Turbin tekanan menengah (Intermediate Pressure Turbines) Tekanan uap
antara 1 - 8,8 Mpa
4. Turbin tekanan rendah (Low Pressure Turbines) Tekanan dibawah 1 Mpa

2.6 Efisiensi
Pengertian efisiensi adalah perbandingan antara output terhadap input dalam suatu
proses. Efisiensi merupakan salah satu persamaan yang penting dalam
termodinamika untuk mengetahui seberapa baik konversi energi atau proses
transfer terjadi.
Seperti yang kita ketahui bahwa keluaran (output) dari PLTU adalah
24

berupa energi listrik sedang sebagai masukan (input) nya adalah energi kimia
yang terkandung dalam bahan bakar. Idealnya,kita menghendaki agar energi kimia
(input) dapat diubah seluruhnya menjadi energi listrik (output). Tetapi pada
kenyataannya, hal ini tidak mungkin dapat dilaksanakan karena adanya berbagai
kerugian (losses) yang terjadi hampir disetiap komponen PLTU. Akibat kerugian -
kerugian tersebut , maka energi listrik yang dihasilkan PLTU selalu lebih kecil
dari energi kimia yang masuk ke sistem PLTU.

2.7 Heat Rate


Pengertian dari heat rate adalah jumlah energi panas pada pembangkit termal bisa
di konversikan dalam satuan (kCal,Joule atau BTU) yang diperlukan untuk bisa
menghasilkan/membangkitkan energi listrik sebesar 1kWh.
Pada lingkup sebuah pembangkitan listrik terdapat dua jenis Heat rate,
yaitu pertama Heat rate bruto (gross) dan Heat rate netto . Pertama heat rate
bruto diukur dari keluaran energi listrik yang dihasilkan oleh generator.Yang
kedua heat rate netto diukur dari energi listrik yang dihasilkan generator
dikurangi dengan energi listrik untuk pemakaian peralatan bantu pada PLTU itu
sendiri. Hubungan antara heat rate dengan efisiensi termal pada sebuah
pembangkit adalah semakin rendah nilai heat rate sebuah pembangkit maka
semakin baik pula efisiensi termal pembangkit tersebut. Maka dapat disimpulkan
bahwa heat rate berbanding terbalik dengan efisiensi termal. Adapun persamaan
heat rate sebagai berikut

Panas masuk dari boiler kJ /h


Heat Rate= …………………….........……….…
Listrik keluar dari generator kW
(2.1)

Setelah mendapatkan heat rate turbine maka hubungan rumus efisiensi termal
turbin adalah sebagai berikut, dikutip pada:

3412
ƞ th= x 100 % ....................................................................................(2.2)
Heat Rate
25

Besarnya kerugian (losses) pada turbin, itu juga sebanding dengan besarnya
nilai heat rate. Adapun kerguian-kerugian pada turbin dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain :
1. Kerugian pada katup governor
Sebelum masuk ke dalam turbin, uap akan melewati governor valve atau
throttle valve dan stop valve . Terutama pada throttle valve akan terjadi
penurunan tekanan atau dikenal dengan proses throttling. Walaupun entalpi
uap tidak mengalami perubahan. Akan tetapi karena tekanan panasnya tersedia
untuk kerja (Heat Drop) menjadi berkurang.
2. Kerugian akibat kebasahan uap
Pada Condensing turbin (turbin yang dilengkapi kondensor),biasanya beberapa
tingkat terakhir bekerja dengan kondisi uap basah (mengandung butir- butir
air). Karena harus mendorong butir-butir air maka kecepatan uap akan
berkurang . berarti energi kinetik uap berkurang.
3. Kerugian akibat beban yang berubah-ubah
Beban yang berubah-ubah dapat diartikan sebagai pembukaan katup governor
juga berubah-ubah. Karena besarnya aliran uap masuk kedalam turbin
ditentukan oleh besarnya pembukaan katup governor. Pada beban sebagian
(Partial Load) akan memperbesar terjadinya throttling yang menurunkan
keadaan untuk masuk turbin dan akhirnya menurunkan efisiensi turbin. Pada
beban tinggi, katup governor dibuka penuh dan throtting yang terjadi lebih
kecil. Akan tetapi karena tekanan uap menjadi naik (akibat throttling kecil)
akan meningkatkan kebasahan uap disisi keluar turbin yang berarti
meningkatkan kerugian akibat kebasahan uap.
4. Kerugian mekanik
Termasuk dalam kerugian mekanik adalah :
a. Kerugian gesekan pada bantalan
b. Kerugian daya untuk penggerak sistem governor
c. Kerugian windage
Besarnya kerugian gesekan yang terjadi pada bantalan tergantung pada
kodisi sistem pelumasan. Faktor yang dominan dari sistem pelumasan baik
dalam bentuk lapisan pelumas (lapisan film) maupun terhadap koefisien gesek
26

adalah kekentalan (viscosity) minyak pelumas. Bila kekentalan terlalu rendah


maka pelumas film akan rusak yang pada akhirnya meningkatkan gesekan
antara poros dengan bantalan. Bila kekentalan terlalu rendah maka pelumas
film akan rusak yang pada akhirnya meningkatkan gesekan antara poros
dengan bantalan. Bila kekentalan minyak pelumas terlalu tinggi maka koefisien
gesek minyak pelumas akan bertambah besar sehingga pada akhirnya juga
meningkatkan gesekan.
5. Kerugian Perapat (Labyrinth)
Kerugian perapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : kerugian perapat poros
turbin dan kerugian perapat antar tingkat sudu - sudu antar rotor dengan casing.
Pada perapat poros turbin (Gland Seal) terutama untuk turbin tekanan tinggi,
Sejumlah uap dari dalam casing akan mengalir melintasi Gland Seal. Fraksi
uap ini tentunya tidak mungkin menyerahkan energi panasnya pada turbin
untuk diubah menjadi energi mekanik. Karenanya, kebocoran ini juga termasuk
salah satu kerugian yang terjadi pada turbin yang pada akhirnya juga
mempengaruhi efisiensi turbin.

2.8 Perpindahan Panas


Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam kehidupan
sehari-hari baik penyerapan atau pelepasan kalor, untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kalor
sendiri adalah salah satu bentuk energi. Hukum kekekalan energi menyatakan
bahwa energi tidak musnah, contohnya hukum kekekalan massa dan
momentum, ini artinya kalor tidak hilang. Energi hanya berubah bentuk dari
bentuk yang pertama ke bentuk yang kedua. Dimana pada alat pemanas udara
fluida yang menyerap panas adalah udara, sedangkan fluida yang melepas
panas adalah gas buang.
Dalam hal ini besar panas yang diserap udara dan besar panas yang
dilepas gas buang, kalor dapat berpindah dengan tiga macam cara yaitu:
1. Radiasi
Radiasi ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat
yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti
27

setelah suhu meningkat. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu


permukaan, sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam
bahan, dan sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Benda yang
dapat memancarkan panas dengan sempurna disebut radiator yang sempurna
dan dikenal sebagai benda hitam. Sedangkan benda yang tidak dapat
memancarkan panas dengan sempurna disebut dengan benda abu-abu.

2. Konduksi
Konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga
perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses dalam,
karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah
aliran energi kalor adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah.
Bahan yang dapat menghantar kalor dengan baik dinamakan konduktor.
Penghantar yang buruk disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk
menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor
ialah koefisien konduksi termal. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka
bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk
bahan isolator koefisien ini bernilai kecil.
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan
sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan
sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis
logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam nyala api. Dapat
diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang panas ke ujung
yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima energi kalor dari
api, energi ini akan memindahkan sebagian energi kepada molekul dan
elektron.
Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut.
Persamaan Dasar Konduksi.
Gradien temperatur ke arah perpindahan kalor. Konstanta positif k
disebut konduktivitas atau kehantaran termal (thermal conductivity) benda itu,
sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum kedua
28

termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam
skala suhu.

Pada gambar 2.8 berikut menunjukkkan perpindahan panas konduksi pada


dinding datar.

Gambar 2.8 Perpindahan Panas Konduksi pada Dinding Datar


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut.
Persamaan Dasar Konduksi.
Gradien temperatur ke arah perpindahan kalor. Konstanta positif k disebut
konduktivitas atau kehantaran termal (thermal conductivity) benda itu,
sedangkan tanda minus diselipkan agar memenuhi hukum kedua
termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir ke tempat yang lebih rendah dalam
skala suhu.
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara
laju aliran panas yang melintas permukaan isotermal dan gradien yang terdapat
pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada
setiap waktu yang dikenal dengan hukum Fourier. Dalam penerapan hukum
fourier pada suatu dinding datar, jika persamaan tersebut diintegrasikan maka
akan didapatkan :
29

A
Qk= ¿T2-T1)..................................................................................................

(2.3)

Di mana:
A= Tebal dinding,
T1, T2 = Suhu muka dinding, ℃ (℉)
3. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor oleh gerak dari zat yang dipanaskan.
Proses perpindahan kalor secara aliran konveksi merupakan satu fenomena
permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam
proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan
dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama.
Lazimnya, keadaan kesetimbangan termodinamik di dalam bahan akibat proses
konduksi, suhu permukaan bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya.
Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas
dimana aliran fluida diakibatkan oleh perbedaan kerapatan (masa jenis) yang
disebabkan oleh perbedaan suhunya dan konveksi paksa aliran fluida dibantu
oleh suatu alat dari luar (pompa). Air panas yang mengalir didalam pipa akan
meneruskan panasnya ke pipa bagian dalam kemudian diteruskan lagi ke pipa
bagian luar.
Perpindahan panas dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan
cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi
hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan
kalor ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi
aliran, karena massa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa
ketemperatur yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak
atau yang pertama dipanaskan memperoleh massa jenis yang lebih kecil
daripada bagian massa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi,
sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat.
Pada gambar 2.14 berikurt menunjukkan proses perpindahan panas konveksi
30

Gambar 2.9 Perpindahan Panas Konveksi


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)
2.9 Ektraksi uap
Selama melintasi turbin hingga keluar ke kondensor, uap dicerat (diekstrak) di
beberapa titik dan pada umumnya uap ini dialirkan ke pemanas awal air pengisi
(Feed water Heater) untuk memanaskan air kondensat atau air pengisi. Uap
tersebut dinamakan uap ekstraksi. Fungsi dari Sistem Ektraksi adalah
meningkatkan efisiensi termal dengan cara melakukan pemanasan awal pada air
pengisi melalui proses “heat transfer” dari uap ekstraksi yang dicerat dari turbin
pada tingkat tertentu. Dengan dinaikkannya temperatur air pengisi, maka jumlah
bahan bakar yang dibutuhkan untuk proses produksi uap akan lebih kecil.Sistem
uap ekstraksi ini sudah diterapkan pada turbin uap yang digunakan untuk
pembangkit listrik.
Gambar 2.10 adalah gambar Single line diagram ekstraksi turbin pltu
31

Gambar 2.10 Single line diagram ekstraksi turbin pltu


(Sumber: Nikko fita faizal.2020)
Uap yang dicerat dari low pressure turbin dibatasi agar air umpan yang
dipanaskan tidak terlalu panas saat keluar dari low pressure heater. Jika air umpan
melebihi suhu yang ditetapkan maka akan terjadi over-heat pada feed water.
Untuk mencegah terjadinya over-heat maka dilakukan perhitungan untuk
mengukur berapa besar uap yang di cerat masuk ke low pressure heater, dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
1. Outlet Extraction from Low Pressure Heater 5 (y5)
hf 6−hf 5
y 5= ……………………………….………..……………………………
ht 5−hd 5
(2.4)
Dimana:
Y5 = Ekstraksi yang terjadi di LPH 5
Hf6 = Entalphy LP Feedwater 6 Outlet
Hf5 = Entalphy LP Feedwater 5 Outlet
Hd5= Entalphy LP Feedwater 5 Drain
Ht5 = Entalphy Ekstraksi yang terjadi di LPH 5
2. Outlet Extraction from Low Pressure Heater 6 (y6)
32

hf 7−hf 6
y 6= ………………………………………………………………
ht 6−hd 6
(2.5)
Dimana:
Y6 = Ekstraksi yang terjadi di LPH 6
Hf7 = Entalphy LP Feedwater 7 Outlet
Hf6 = Entalphy LP Feedwater 6 Outlet
Hd6= Entalphy LP Feedwater 6 Drain
Ht6 = Entalphy Ekstraksi yang terjadi di LPH 6
3. Outlet Extraction from Low Pressure Heater 7 (y7)
hf 6−hf 7
y 7= ………………………………………..………………….…
ht 7−hd 7
(2.6)
Dimana:
Y7 = Ekstraksi yang terjadi di LPH 7
Hf7 = Entalphy LP Feedwater 7 Outlet
Hf6 = Entalphy LP Feedwater 6 Outlet
Hd7= Entalphy LP Feedwater 7 Drain
Ht7 = Entalphy Ekstraksi yang terjadi di LPH 7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


PT. PLN (persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Pangkalan Susu, UIKSBU,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang pembangkit listrik tenaga uap, mahasiswa sebagai peserta didik dalam
kegiatan perlu menginplementasikan tori-teori yang telah didapatkna selama
proses pembelajaran di dalam perkuliahan. Perguruan tinggi memiliki tanggung
jawab untuk mempersiapkan mahasiswa yang ahli dan terampil.
Karena itu Perguruan Tinggi Negri Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia Politeknik Teknologi Kimia Industri guna meningkatkan sumber daya
manusia yaitu dengan melaksanakan Prektek Kerja Lapangan (PKL), untuk
Mahasiswa sebagai sarana pengembangan diri, pengetahuan sesuai dengan bidang
ilmunya dan sebagai persiaratan untuk menyandang gelar Ahli Madya (D-III).

Adapun tempat dan waktu pelaksanaan PKL adalah sebagai berikut:

1. Tempat
PT. PLN (Persero) UNIT PELAKSANA PEMBANGKITAN PANGKALAN
SUSU
2. Waktu
07 Oktober 2020 sampai dengan 07 November 2020

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang di perlukan. Metode pengumpulan data yang di lakukan
adalah dengan mendata dan mencatat seluruh media yang menjadi objek
penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
skripsi ini melalui beberapa metode yaitu:

3.2.1 Metode Tinjuan Pustaka


Pengumpulan data-data yang diperoleh dari buku-buku referensi di berbagai
tempat dan sumber – sumber yang akan dikaitkan dengan objek yang diteliti,
nantinya akan berguna untuk mengembangkan hasil dari praktek kerja lapanga.

32
33

3.2.2 Metode Studi Lapangan


Adapun metedo studi lapangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Metode wawancara
Suatu metode pengumpulan data pencatatan dengan melakukan tanya jawab
dengan mentor secara langsung ke Unit PLTU. Sehingga akan diperoleh data
yang sistematis dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2. Metode observasi
Melakukan pencatatan dan pengamatan dengan meninjau secara langsung serta
melihat objek yang diteliti secara langsung. Sehingga akan diperoleh data yang
sistematis dan sesuai dengan tujuan yang kita harapkan.

3.3 Analisa Data


Dalam pengumpulan dan penyusunan data, diperlukan suatu proses untuk
mencapai hasil yang dinginkan. Pengambilan data dilakukan secara langsung
dengan mempelajari dan melakukan pengamatan. Adapun langkah-langkah yang
diterapkan dalam pengambilan suatu data yaitu sebagai berikut;
1. Memahami proses ektraksi uap yang dibutuhkan untuk pemanasan awal air
umpan.
2. Melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan guna mendapatkan secara
langsung imformasi dan data yang akan digunakan untuk permasalahan.
2. Mempelajari berapa besar uap yang dibutuhkan ke Low Pressure Heater.
3. Melakukan konsultasi kepada beberapa pihak yang berhubungan dengan
pengamatan dan data guna dapat memecahkan permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai