PEREKONOMIAN INDONESIA
“Proses Alokasi Perekonomian Indonesia”
Disusun Oleh:
Saskia Ayu Putri Siregar
(200521045)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …………...…...………………….
…3
2.2. Proses Struktur Perekonomian Indonesia…………………...……….…………...
……... 5
2.3. Analisis Kebijakan Transformasi Struktural …………...……...……………….
……… 9
BAB III
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
…………………………………………………………………………….. 13
3.2. Saran ………………………………………………………………………………….
…13
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Proses Alokasi Perekonomian Indonesia tepat
waktu.
Makalah Proses Alokasi Perekonomian Indonesia disusun guna memenuhi tugas pada
Perekonomian Indonesia di Universitas Sumatera Utara. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Proses Alokasi
Perekonomian Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Reza Kurnia selaku dosen
mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
4
3. Perkembangan Harga
Laju Inflasi 9,5% (1990,1991) turun sampai 6-7% (1992).
Kebijaksanaan pengendalian inflasi perlu diteruskan sehingga dapat
dicapai rata-rata 5% pada Pelita VI.
Pengendalian Inflasi Penting untuk :
1) Menjaga stabilitas ekonomi internal dan eksternal (tekanan neraca
pembayaran luar negeri)
2) Memperkuat daya saing produk ekspor di luar negeri
3) Mendorong hasrat masyarakat untuk menabung
5
Kelemahan/ kekurangan yang menyertai proses akumulasi :
1) Pelaksanaan Investasi modal kurang efisien dan efektif : nisbah
tambahan investasi terhadap tambahan hasil (ICOR = Incremental
Capital Output Ratio) selama 10 tahun (1984-1993) angkanya
terlalu besar, yaitu 5 (investasi rata-rata 33,4%, laju pertumbuhan
ekonomi 6,8% sehingga ICOR = 33,4 : 6,8 = 4,9 atau dibulatkan
5).
Memang benar bahwa dalam proses pembangunan investasi
untuk infrastruktur bersifat slow vielding dan low vielding,
tetapi sebagian pemborosan karena kelemahan teknis dalam
perencanaan, penyelenggaraan dan perawatan proyek-proyek
investasi serta kelemahan institusional (organisasi) seperti
penyimpangan, penyelewenanga. Jadi inefisiensi karena
terjadinya mismanagement
6
Alokasi sumber dayaproduksi dalam proses pembangunan menyangkut
pola penggunaan sumber daya produksi antar sektor, antar daerah dan
antar lingkungan kota dan daerah pedesaan. Selama PJPT I telah
terjadi perubahan struktural di bidang produksi dan perdagangan,
namun mengenai k esempatan kerja tetap statis.
a. Struktur Produksi : Pelita I (1969-1973) sektor pertanian
menyumbang 44%, sektor industri 9%. Menjelang akhir Pelita V
(1989-1993) sektor pertanian menyumbang 19%, sedang sektor
industri sudah 20%. Dari sudut peranan industri, Indonesia
memasuki kategori negara semi industri.
b. Struktur Perdagangan, dilihat dari jenis komoditi dan
sumbangannya terhadap nilai ekspor : Akhir Pelita I (1973)
sumbangan minak dan gas bumi (Migas) sebesar 75%, sumbangan
sektor di luar migas (non migas) sebesar 25%. Pada akhir Pelita V
(1993) terjadi perubahan perimbangan, yaitu dari sektor migas
34%, sedang dari sektor non migas meningkat 66%.
- Terjadi proses diversifikasi di bidang produksi dan
perdaganagn : Akhir Pelita V sumbangan sektor non-migas
(66%) terdiri dari : 71% produk industri, 15% produk pertanian
dan 4% hasil pertambangan.
c. Perkembangan Kesempatan Kerja : selama 25 tahun struktur dan
sifat kesempatan kerja masih tetap statis :
Pelita I Pelita V
(1970) (1992)
Sektor Pertanian :
- Sumbangan Produksi 44% 18%
- Daya Serap Kerja 56% 47%
Sektor Industri :
- Sumbangan produksi 11% 21%
- Daya Serap Kerja 9% 12%
7
Ketidakserasian antara perubahan struktur produksi dan
struktur Lapangan kerja itu ada kaitannya dengan sifat khas
yang melekat pada perekonomian Indonesia (negara
berkembang), yaitu :
1) Permintaan tenaga meningkat lebih cepat dikawasan
perkotaan
2) Mobilitas tenaga kerja antar sektor kurang lancar
3) Tidak akses yang sama untuk mendapatkann modal berupa
dana atau tanah yang baik
4) Investasi dan penerapan teknologi diutamakan di bidang
modern pada masing-masing sektor
5) Laju pertambahan penduduk melampaui tingkat permintaan
tenaga kerja.
LAMPIRAN TABEL
8
2.3 Analisis Kebijakan Transformasi Struktural
Program penyesuaian ekonomi struktural dan reformasi ekonomi yang
dilakukan pemerintah Indonesia sejak anjloknya harga minyak di pasar dunia
pada pertengahan tahun 1980-an mencakup empat kategori besar, yaitu (1)
Pengaturan nilai tukar rupiah (excahge rate menagement), (2) Kebijakan
fiskal, (3) kebijakan moneter dan keuangan, (4) kebijakan perdagangan dan
deregulasi atau reformasi di sektor riil dan moneter. Reformasi ekonomi di
Indonesia di awali dengan devaluasi pertama pada tahun 1983 dan kedua pada
tahun 1986 dengan tujuan meningkatkan volume ekspor manufaktur. Hasilnya
memang positif, dari 3.184 miliar dolar AS pada tahun 1986 menjadi 5.021
miliar dolar AS. Sejak perubahan strategi dari SI (substitusi impor) ke promosi
ekspor (PE) diperkuat dengan devaluasi, ada tanda-tanda bahwa ekspor
manufaktur Indonesia akan meningkat terus. Dilihat dalam periode 12 tahun,
dari tahun 1980 hingga tahun 1992, nilai ekspor komoditas pertanian
dibandingkan PDB menunjukkan trend menurun walaupun ada fluktuasi
selaam periode tersebut.
(dikutip dari beberapa sumber oleh Tulus Tambunan, 1996).
Lihat Gambar (Tulus Tambunan, 1996)
35
30
25
pertanian
20
Volume
migas
15
manufaktur
10
0
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19 19
Tahun
Gambar 2.1
Pertumbuhan Pangsa Ekspor Manufaktur
(Sebagai Persentase dari PDB) di Indonesia, 1980-1992
1. Kebijakan Pengaturan Nilai Tukar Rupiah
Dalam tahun 1986/1987 pemerintah tetap menganut sistem devisa
bebas yang diperlukan guna mendorong kegiatan invstasi yang
diperlukann guna mendorong kegiatan investasi, produksi dalam negeri
dan ekspor. Selain itu, dengan pengelolaan nilai tukar yang
mengambang terkendali, pemerintah tetap berusaha agar
perkembangan nilai tukar rupiah selalu mencerminkan perkembangan
yang realistis untuk mempertahankan daya saing barang ekspor serta
memelihara kepercayaan masyarakat terhadap rupiah yang pada
gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian
secara keseluruhan.
9
Mengingat penerimaan devisa hasil ekspor yang semakin menurun
sebagai akibat merosotnya harga minyak bumi sejak permulaan tahun
1986 dan untuk mengurangi tekanan terhadap nerraca pembayaran,
pemerintah pada 12 September 1986 mendevaluasikan rupiah terhadap
dollar AS sebesar 31%. Tindakan tersebut disamping dimaksudkan
untuk meningkatkan daya saing barang ekspor non migas dan
menciptakan iklim usaha yang lebih menarik bagi penanaman modal,
juga sekaligus untuk mencegah terjadinya aliran modal ke luar negeri.
(Laporan Bank Indonesia Tahun 1986/1987).
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi
structural perekonomian Indonesia, proses struktur perekonomian Indonesia,
dan analisis kebijakan transformasi structural sangat berhubungan erat dengan
ekonomi Indonesia dan mempunya pembahasan masing-masing pada pokok
permasalahan yang terjadi.
3.2 Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
para pembaca dan penulis berharap mendapat kritik dan saran, supaya
makalah selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Tambuinan, Tulus. T.H. (1996). Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta.