Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

N
DENGAN DIAGNOSA RHEUMATOID ARTHRITIS DI PAKUWON CITY
SURABAYA

DISUSUN OLEH

NAMA : ADELIA AURELYA PUTRI


NIM: P1813040

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
ini. Selawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar
MUHAMMAD SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan
kealam yang berilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Dosen
pengasuh yang telah membimbing penulis menyelesaikan tugas dengan
sebaik mungkin. Penulis sadar bahwa dalam tugas ini banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisannya maupun isinya. Oleh
karna itu, penulis mengharap kritik dan saran yang sifat nya membangun
guna memperbaiki tugas yang akan datang. akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Makassar,17 Februari 2021

Adelia Aurelya putri


BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1 Konsep Lansia


A. Pengertian
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial (BKKBN).
Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang
yg berumur 65 tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu
proses alami yang tidakapat ditentukan oleh tuhan yang maha esa
(Wahyudi, 2000)
B. Batasan lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih
diperdebatkan oleh para ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan
lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai indikator dalam
pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori
psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health
Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)
C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa
sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian
besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan
terhadapa berbagai penyakit dan kematian (Setiati dkk, 2006).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer,
merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan
yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung
selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang
lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder
merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-
faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol
seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia,
Olds & Feldman, 2005).
D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan,
sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga
pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi
batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang &
mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang
masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas
permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya
prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg
menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga
O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2
dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi
racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran
sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang
sehingga potensial terjadinya obstruksi.

Rematik
A. Definisi
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani,
rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang dianggap
jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur lain tubuh sehingga
menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang
disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut
reumatik termasuk penyakit jaringan ikat.
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan struktur
jaringan sekitarnya (tendon ligament, sinovia, otot sendi, dan
tulang). Penyakit ini tidak terbatas menyerang sendi bisa juga
mengenai organ lain.
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.
Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban ini.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan
seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis
rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut
sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa
nyeri dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas
proksimal, leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia
pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.

4. Artritis Gout (Pirai).


Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak
terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai
usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati
masa menopause.
B. Reumathoid Arthritis
1. Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi
sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis
yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi.
2. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui,
tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi
oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi
antara IGC dan faktor Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial)
3. Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi
dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis
remotoid. Sifat trauma yang menimbulkan respon ini masih
belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan jumlah sel
yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium
edematosa dan menonjol kedalam rongga sendi sebagai
tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti,
nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak
dan kekakuan.

b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai
adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.
4. Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala
seperti
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada
pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti
:
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi

5. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
a. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
b. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-
kasus khas.
c. LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
d. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
e. SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
f. JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
g. Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun sebagai penyebab AR.
h. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan
pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari
tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
i. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
j. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang
menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
k. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang
lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna
kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
l. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi
dan perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-
arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari
tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu
atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism
Association ( ARA ) adalah:
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning
Stiffness ).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-
kurangnya pada satu sendi.
c. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh
efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus
sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi
lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah
ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
k. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan
berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

6. Penatalaksanaan
a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi,
penyebab, dan prognosis penyakit ini
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi
pasien
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
f. Pemberian Obat-obatan :

7. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti
adanya proses granulasi di bawah kulit yang disebut
subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi
jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegaly.
BAB II
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. N Jenis kelamin :
Perempuan
Umur : 67 tahun Suku : Ambon
Alamat : Pakuwon city p4/42 Agama
: Islam
Pendidikan : SMA Statua perkawinan : Kawin
Tgl masuk panti: 17 Februari 2021 Tanggal pengkajian : 18
Februari 2021
B. Status Kesehatan
Saat ini klien merasa nyeri pada persendian pada lutut, nyeri dirasa
saat klien duduk dian, namun rasa nyeri hilang saat klien
beraktifitas, rasa nyeri seperti kaku pada daerah persenduan
dengan skala nyeri sedang dan dirasa hilang timbul tidak pasti.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Riwayat alergi
Klien mengatakan, ia tidak ada pantangan / alergi terhadap
obat, makanan, binatang maupun lingkungan.
2. Riwayat penyakit
Pada saat muda klien sering pingsan karena sakit perut, klien
juga sering terjatuh. Pada tahun 2007 klien pernah melakukan
operasi untuk menaikan ginjal klien, karena turunya ginjal klien
dari posisi sesungguhnya
3. Kebiasaan
Klien mengatakn klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
minum kopi, minum alcohol, dan makan obat tidur

D. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga klien tidak ada masalah kesehatan seperti kanker,
DM, penyakit jantung, epilepsi, dll

Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki yang meninggal

: Anggota keluarga perempuan yang meninggal

: Suami (meninggal)

: Pasien
E. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
Keadaan Ny. N tampak sehat dan bugar dan tampak
memegangi kaki kanannya sesekali. Kesadaran Compos
Mentis.
2. Intergumen
a. Inspeksi
Kebersihan baik, kulit klien terlihat keriput, turgor kulit
lembab hangat berwarna kuning langsat, tidak ada kelainan
dan masalah keperawatan
b. Palpasi
Turgor kulit elastic, tidak terdapat edema
3. Kepala
Bentuk kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut
tampak beruban, rambut lurus. Penyebaran tidak merata.
4. Mata
Klien menggunakan kaca mata, Sklera tidak ikterik, konjungtiva
tidak anemis, pupil isokhor, mata klien tampak sering berair,
pergerakan bola mata simetris. Klien dapat membaca hanya
dalam jarak 30 cm.

5. Telinga
Bentuk telinga simetris, pendengaran baik di periksa dengan
detik jam, secret, serumen, benda asing tidak ada.
6. Mulut dan tenggorokan
Keadaan bibir lembat, keadaan gigi dan gusi bersih, bau mulut,
stomatitis tidak ada, gigi klien tidak lengkap.
7. Leher
Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening.
8. Payudara
Tidak ada masalah
9. Sistem pernafasan
a. Inspeksi
Bentuk thoraxs normal 2:1, pernafasan 20 x/I tidak ada
kesulitan bernafas tidak ada usaha dengan menggunakan
otot bantu pernafasan, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Tidak terdapat sianosis pada bibir dan keadaan kuku normal.
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, pengambangan dada simetris
premitus taktil .
c. Perkusi
Tidak terdapat odema, bunyi resonan.
d. Auskultasi
Tidak terdapat suara tambahan, bunyi jantung normal (lub-
dub), tidak ada masalah keperawatan
10. Sistem kardiovaskular
a. Perkusi
Perkusi jantung terdengar pekak.
b. Auskultasi
Irama jantung terdengar regular TD 110/70 mmHg
11. Sistem gastrointestinal
c. Inspeksi
Perut buncit umbilicus tidak menonjol tidak terlihat benjolan
masa
d. Auskultasi
Peristaltik usus 8x/menit normalnya 5-25x/m

e. Palpasi
Nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar
tidak teraba, asites tidak ada
12. Sistem urinaria
Ny. N BAK dengan frekuensi tidak tentu ± setiap 6-8jam sekali,
pada wktu mlm klien sering terbangun untuk BAK ± 2-3 kali,
klien mengatakn klien mampu menahan BAK selama klien
inginkan tidak sakit saat BAK dan lancar. Klien mengatakan
pernah mengalami kesulitan untuk defekasi karena sering
menahan untuk untuk defekasi.
3.2 Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Ds : Nyeri kronik ketunadayaan fisik
P : Saat ini klien (artritis)
merasa nyeri
pada persendian
Q : Nyeri dirasa saat
klien duduk diam,
namun rasa nyeri
hilang saat klien
beraktifitas
R : Rasa nyeri seperti
kaku pada daerah
persendian
S : Dengan skala
nyeri sedang
T : Dirasa hilang
timbul tidak pasti.
Do :
- Klien terlihat
memegangi
kakinya sesekali
- Bentuk tulang
klien scoliosis
- Klien terlihat
meringis
Ds :
- Klien mengatakan Gangguan pola tidur insomnia dalam waktu
klien mengalami lama, terbangun lebih
sesulitan tidur awal dan penurunan
- klien merasa kemampuan fungsi
gelisah dan yng ditandai dengan
memikirkan bayak penuaan perubahan
masalan pola tidur dan cemas
- klien mengatakan
ini sudah terjadi
lebih dari satu kali
dalam sebulan
- klien mengatakan
bila tidak bisa tidur
klien memilih
untuk membaca
doa-doa
Do :
- klien terlihat tidur
siang
- klien tampak
mengantuk di pagi
hari.

3.3 Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan tindakan 1. Lakukan pengkajian
dengan keperawatan selama nyeri secara
ketunadayaan 3 × 24 jam pasien komprehensif
fisik atau diharapkan nyeri termasuk lokasi,
psikososial hilang dengan criteria karakteristik, durasi,
kronis : frekuensi, kualitas
(misalnya, Kontrol nyeri dan faktor
kanker 1. Mengenali presipitasi
metastasis, faktor 2. Observasi reaksi
cedera penyebab nonverbal dari
neurologis dan 2. Mengenali ketidaknyamanan
artritis) onset Gunakan teknik
(lamanya komunikasi
sakit) terapeutik untuk
3. Menggunakan mengetahui
metode pengalaman nyeri
pencegahan pasien
4. Menggunakan 3. Kaji kultur yang
metode mempengaruhi
nonanalgetik respon nyeri
untuk 4. Kaji tipe dan sumber
mengurangi nyeri untuk
nyeri menentukan
5. Menggunakan intervensi
analgetik 5. Ajarkan tentang
sesuai teknik non
kebutuhan farmakologi
6. Mengenali 6. Berikan analgetik
gejala-gejala untuk mengurangi
nyeri nyeri
7. Mencatat 7. Evaluasi keefektifan
pengalaman kontrol nyeri
nyeri 8. Kolaborasikan
sebelumnya dengan dokter jika
Melaporkan nyeri ada keluhan dan
sudah terkontrol tindakan nyeri tidak
Tingkatan nyeri berhasil
1. Melaporkan Analgesic Administration
adanya nyeri 1. Tentukan lokasi,
2. frekuensi nyeri karakteristik,
dan panjangnya kualitas, dan derajat
episode nyeri nyeri sebelum
3. ekspresi nyeri pemberian obat
pada wajah 2. Cek instruksi dokter
4. kurangnya tentang jenis obat,
istirahat dosis, dan frekuensi
2. ketegangan otot 3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
7. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
8. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Tanggal/ Implementasi Evaluasi


Paraf
. Waktu Keperawatan Keperawatan
1. 18-02- Pain Management Subjektif:
2021 1. Melakukan  Klien mengatakan
09.45 pengkajian nyeri masih merasakan
secara nyeri di bagian
komprehensif lutut, munculnya
09.50 termasuk lokasi, nyeri biasanya
karakteristik, setelah
durasi, frekuensi, beraktifitas. Saat
09.53 kualitas dan faktor aktifitas nyeri tidak
presipitasi dirasakan, tetapi
09.55 2. Mengobservasi saat duduk baru
11.20 reaksi nonverbal nyeri dirasakan,
13.45 dari bila dibawa
ketidaknyamanan istirahat (tidur)
Gunakan teknik nyeri berkurang.
komunikasi  Klien
terapeutik untuk mengatajakan
mengetahui nyeri dirasakan
pengalaman nyeri skala 6 (sedang),
pasien munculnya nyeri
3. Mengkaji tipe dan tidak pasti.
sumber nyeri untuk  Klien mengatakan
menentukan mengerti cara
intervensi mengurangi nyeri
4. Mengajarkan dengan cara
tentang manjemen kompres air
nyeri : kompres hangat.
hangat. Objektif:
5. Memberikan  Klien tampak
analgetik untuk memegang
mengurangi nyeri lututnya dan
6. Mengevaluasi meringis nyeri.
keefektifan kontrol  Klien tampak
nyeri mengerti
menajemen nyeri
(kompres hangat)
yang diajarkan
oleh perawat.
 Klien tampak
belum bisa
mengontrol nyeri
dan belum bisa
melakukan
manejemen nyeri
yang diajarkan
perawat.
Asasment:
Masalah nyeri belum
teratasi
Planning:
Lanjutkan itervensi:
1. Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2. Mengobservasi
reaksi nonverbal
dari
ketidaknyamanan
Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
3. Mengajarkan
tentang manjemen
nyeri : Kompres
hangat.
4. Memberikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
5. Mengevaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
2. 19-02- Peningkatan Tiidur Subjektif:
2021 1. Menetapkan pola  Klien mengatakan
kegiatan dan tidur biasanya tidur
pasien siang setelah
2. Memonitor pola shalat zuhur dan
tidur pasien dan bangunnya
jumlah jam tidurnya kadang-kadang
3. Menjelaskan sebelum shalat
pentingnya tidur asyar.
selama sakit dan  Klien mengatakan
stress fisik saat tidur malam
4. Membantu pasien hanya 3 - 4 jam,
untuk sering terbangun
menghilangkan saat malam
situasi stress (biasanya BAK,
sebelum jam sahalat tahajut,
tidurnya (saat tidur membaca
siang) AL_Qur’an) dan
susah untuk tidur
lagi.
 Klien mengatakan
sulit untuk tidak
memikirkan
masalah yang
dialaminya
(memikirkan
keluarga yang
tidak sesuai
dengan harapan
klien). Sehingga
hal tersebut
membuatnya
terbangun saat
tidur dan sulit
untuk tidur lagi.
 Klien mengatakan
mengerti
pentingnya tidur
yang cukup untuk
kesehatan tubuh.
Objektif:
 Klien sudah
memiliki jadwal
harian.
 Klien tampak tidur
saat jam 12.43
 Klien tampak
mengerti dengan
penjelasan
perawat tentang
pentingnya pola
tidur yang cukup.
Assesment:
 Masalah
Gangguan pola
tidur teratasi
sebagian.

Planning:
 Lanjutkan
Intervensi:
1. Memonitor pola
tidur pasien dan
jumlah jam
tidurnya
2. Membantu
pasien untuk
menghilangkan
situasi stress
sebelum jam
tidurnya (saat
tidur siang)
3. Menetapkan
pola kegiatan
dan tidur pasien

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas masalah yang dijumpai selama


melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. N Dengan Diagnosa
Medis rematoid arthritis di Pakuwon City
Penulis memberikan Asuhan Keperawatan pada klien selama 3
hari sejak 18 Februari 2021 sampai 21 Februari 2021 dimana penulis
menggunakan metode pendekatan proses keperawatan sebagai alat
untuk menyelesaikan masalah keperawatan.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien.
Pada tinjauan teori dan kasus yang perlu dikaji dari identitas
klien adalah nama, jenis kelamin, pendidikan, umur, suku status,
pekerjaan, alamat, agama, tanggal masuk rumah sakit, ruangan,
kamar klien, nomor register, dan penanggung jawab dalam
perawatan. Hal ini berguna agar Asuhan Keperawatan yang tepat
dapat dilakukan sesuai dengan individu yang bersangkutan.
Semua data diatas merupakan indikator penting bagi klien
yang mengalami masalah sistem neorologi, yang merupakan
penyebab kematian utama
Pada kasus usia, jenis kelamin dan suku juga sangat
mempengaruhi karena semakin tua usia seseorang resiko
mengidap suatu penyakit semakin tinggi pula, jenis kelamin dan
suku juga sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Sehingga
dapat kita ketahui seberapa besar klien beresiko mengidap suatu
penyakit
2. Keluhan Utama.
Keluhan utama yang muncul pada klien dengang rematik
kami temukan pada hari adalah nyeri dan gangguan tidur

3. Pemeriksaan Fisik.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui status kesehatan klien dan dapat
membuat rencana tindakan keperawatan serta melaksanakannya
dengan tepat.
Pada pemeriksaan fisik di tinjauan kasus adanya, nyeri klien
mengeluh nyeri pada persendian kedua lututnya

4. Pengkajian Depresi
Pada tinjuan kasus ditemukan klien mengalami depresi
sedang, klien sering merasa kosong dn bosan, tidak memiliki
harapan untuk hidupnya kesepan, klien hanya berharap dapat
meninggal dalam khusnul khotimah
4.2 Diagnosa Keperawatan.
Pada tinjauan teoritis diagnose yg mungkin muncul adalah
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan pada
sendi dan penurunan integritas tulang
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.
4. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi, ketidakseimbangan mobilitas.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam
waktu lama, terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan
penurunan kemampuan fungsi yng ditandai dengan penuaan
perubahan pola tidur dan cemas
Pada tinjauan kasus penulis menemukan tiga diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketunadayaan fisik (artritis)


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam
waktu lama, terbangun lebih awal dan cemas
Dari perbandingan pada klien dengan stroke ada 5 masalah, akan
tetapi pada kasus hanya terdapat 2 sesuai dengan data yang
mendukung untuk di tegakkannya diagnosa keperawatan.

4.3 Perencanaan Keperawatan


Dalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan
pada setiap masalah yang muncul, sedangkan pada kasus penulis
menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini juga penting
untuk mengevaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk
mengetahui perkembangan status kesehatan klien. Perencanan dari
tidakan yang di fokuskan adalah pada masalah nyeri agar nyeri tidak
mengakibatkan gangguan mobilisasi pada klien dan gangguan pola
tidur klien agar klien memperoleh waktu istirahat yang berkualitas.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pada tahap ini sangat diperlukan pendekatan dengan klien,
kerja sama sangat diperlukan untuk mengatasi masalah keperawatan
yang terjadi. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang
dirasakan saat ini berdasarkan prioritas masalah dan diagnose yang
ditegakkan yaitu nyeri berhubungan dengan ketunadayaan fisik dan
gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia. Penatalaksaanan
dapat berjalan lancar karena klien mau diajak bekerja sama klien
mampu melakukan manajemen nyeri dan mengerti pentingnya istirahat
tidur dan berusaha untuk menghilangkan situasi stress. Namun
kelompok mengalami kesulitan dalam penanganan depresi klien

4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan pencapaian tujuan dari proses
keperawatan dimana penulis melakukan evaluasi sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan pada tujuan dan hanya dilakukan pada masalah
yang terdapat pada kasus. Penulis melakukan evaluasi setiap hari
pada catatan perkembangan agar lebih efektif dalam mengevaluasi
perkembangan yang terjadi pada klien.

Pada hari pertama hingga hari ketiga intervensi, klien masih


merasakan adanya nyeri namun rasa nyeri masih dapat terkontrol rasa
nyeri tersebut juga timbul sewaktu- waktu tidak secara terus menerus.
Gangguan pola tidur klien berangsur-angsur hilang namun belum
sepenuhnya klien masih sulit tertidur namun dalam rentang waktu yang
lebih sedikit
BAB IV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah diberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan
rematoid astritis maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
kesenjangan antara teori dan kasus pada pengakajian tidak ditemukan
semua tanda dan gejala hanya beberapa yaitu nyeri kronis
berhubungan dengan krtunadayaan fisik (artritis) dan gangguan pola
tidur berhubungan dengan insomnia
Pada penatalaksanaan yang terjadi dilapangan klien Ny. N
kooperatif dan mau diajak bekerja sama sehingga memudahkan
proses keperawatan
5.2 Saran.
Berdasarkan hasil penerapan kasus yang telah dilakukan pada
klien, maka penulis memberikan beberapa saran yang kiranya berguna
bagi kita semua untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

a. Untuk pelaksana praktek


1. Dalam melakukan pengkajian pada klien hendaknya
dilakukan dengan secara teliti sehingga diperoleh data yang
akurat untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan.
2. Dalam menetapkan perencanaan hendaknya perawat
memperhatikan seluruh aspek perawatan yaitu bio, psiko,
sosio dan spiritual, sehingga Asuhan Keperawatan dapat
diberikan secara komprehensif.
3. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan diperlukan
kerjasama dengan tim kesehatan lainnya untuk penunjang
pelaksanaan keperawatan yang menyeluruh terhadap klien
dan dilakukan berdasarkan prioritas masalah.
4. Dalam melakukan evaluasi hendaknya perawat dapat
melakukan perbandingan antara tujuan dan kriteri hasil yang
telah ditetapkan dengan hasil yang ditemui pada klien,
apakah masalah dapat teratasi seluruhnya atau sebagaian
saja atau mungkin tidak teratasi sama sekali
b. Untuk klien
1. Klien hendaknya tidak memikirkan permasalahan-
permasalahan yang dapat mengganggu kesehatanya
2. Klien hendaknya lebih memiliki harapan dan menghilangkan
rasa kosong yang ada didalam diri klien.
3. Klien hendaknya terus melatih kekuatan seluruh otot
ekstrimitasnya dan beraktifitas secara normal dan istirahat
yang cukup untuk menjaga kesehatan klien

DAFTAR PUSTAKA
Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby
Elsevier.
Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses:
Defenitions and Classification edition 2009-2011. United Kingdom:
Willey Blackwell.
http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/25/definisi-dan-patologi-
osteoarthritis-oa/, diakses 17 Oktober 2011
http://www.slideshare.net/sibermedik/osteoartritis-2809824, diakses 17
Oktober 2011
http://mukipartono.com/osteoartritis/ diakses 17 Oktober 2011
Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition).
America: Mosby Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta:
Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing.
Jakarta: Puspa Swara.

Anda mungkin juga menyukai