Tugas 1
(SUMMARY MAKSIMALISASI PROFIT DAN SUPPLY KOMPETETIF)
NAMA :RAHMAWATI
NIM :A031191008
1. Laba dalam Ilmu Ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor
sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan
penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya biaya kesempatan)
2. Laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya
produksi
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka lebih
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan
tetapi, teri akuntasi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan
pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya,
pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu :
1. Semantik
2. Sintaktik
3. Pragmatik
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi
tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. sementara itu, pemakai
informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua
pendekatan, pertama laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi
diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama. Konsep dalam tataran
semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor,
dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan
laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat
digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai
ekonomik perusahaan.
Makana laba secara umum adalah kenaikan kemakmuran dalam suatu periode yang
dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap
dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep
ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai persediaan (stock) potensi
jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep
pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atau investasi dan pengembalian
investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat
dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat
diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian
lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992:55).
Penegertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya
dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk
pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan
unsurprediksi (Harnanto, 2003:444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di
dalam teori eonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi,
para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan
dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi
pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu
(Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau
sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang
menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan
unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda
antara lain:
a. Laba kotor
b. Laba operasional
c. Laba sebelum pajak
d. Laba bersih
Pendekatan Total
Keuntungan total sama dengan penerimaan (Total Revenue, TR) dikurangi dengan biaya
total (Total Cost, TC). Penerimaan total merupakan perkalian antara tingkat harga yang terjadi di
pasar dengan jumlah ouput yang dihasilkan, sedangkan biaya total adalah biaya yang dikeluarkan
oleh produsen dalam menghasilkan output. Dalam jangka pendek, biaya dapat dibedakan atas
biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya variabel (variable cost, VC). Biaya tetap adalah biaya yang
tidak tergantung pada besarnya jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang tergantung kepada besar kecilnya jumlah output yang dihasilkan.
Untuk melihat perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel kita dapat mengambil
contoh suatu perusahaan yang menghasilkan pakaian. Perusahaan ini mempunyai gedung tempat
usaha, mesin jahit, dan karyawan tetap. Walaupun perusahaan tidak berproduksi akan tetapi
biaya tetap harus selalu dikeluarkan, seperti biaya penyusutan gedung, penyusutan mesin dan
biaya gaji karyawan tetap. Sedangkan, yang termasuk biaya variabel adalah biaya untuk
pembelian bahan baku, gaji karyawan tidak tetap, biaya listrik dan lain lain. Biaya variabel ini
dapat diubah-ubah tergantung pada kondisi pasar, apabila permintaan pasar naik maka output
yang dihasilkan dapat ditambah dengan menambah biaya variabel, misalnya menambah jam
kerja tenaga kerja tidak tetap. Keuntungan maksimum akan terjadi apabila selisih TR dan TC
mencapai angka terbesar. Untuk lebih lengkapnya perhatikan tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel di atas kita dapat melihat keuntungan maksimum dicapai pada tingkat
penjualan 4 unit dengan laba Rp 2.300
Pendekatan marginal
Pendekatan marginal merupakan alternatif dari pendekatan total. Dalam memproduksi
suatu barang dan menawarkannya di pasar, produsen atau perusahaan harus membandingkan
antara biaya marjinal dengan penerimaan marjinal. Biaya marjinal (marginal cost, MC) adalah
tambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen karena menambah memproduksi 1 unit
ouput (MC = TCt – TCt-1 , di mana TC adalah biaya total). Sedangkan penerimaan marjinal
(marginal revenue, MR) adalah tambahan penerimaan karena menambah produksi output 1 unit
(MR = TRt – TRt-1)
Apabila penerimaan marjinal masih lebih besar dari biaya marginal maka masih relevan
untuk meningkatkan produksi karena penerimaan meningkat lebih tinggi dari biaya sehingga
karena keuntungan akan bertambah, sebaliknya apabila biaya marginal lebih besar dari
penerimaan marjinal maka biaya meningkat lebih tinggi dari penerimaan sehingga kerugian
menjadi bertambah. Keuntungan maksimum (atau kerugian minimum) akan terjadi apabila
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC).
Berdasarkan tabel yang pertama kita dapat melihat keuntungan maksimum dicapai pada
tingkat penjualan 4 unit karena selisih MR dan MC sebesar Rp 300 (terkecil) dan nilai MC dalam
keadaan meningkat.
b. Penawaran
Kurva permintaan (D=DEMEND) sama dengan kurva penarimaan rata – rata
(AR=AVERAGE COST) sama dengan kurva penerimaan marjinal
(MR=MARGINAL COST) dan sama dengan harga (P). Kurva penerimaaan total
berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan positif, bergerak mulai dari titik (0,0).