Abstrak
Latar Belakang: Menurut WHO sekitar 10,4 juta orang telah terjangkit TB dan Indonesia
termasuk 5 negara penyumbang terbesar. Di Provinsi Jawa Timur terdapat 48.323 kasus TB
dan termasuk tertinggi kedua di Indonesia. Kabupaten Jember terdapat peningkatan kasus TB
resisten obat dari 6 orang pada tahun 2013 menjadi 225 orang pada tahun 2017. Tuberkulosis
merupakan penyakit yang sangat menular. Pengobatan yang panjang, dan efek samping yang
beragam mengakibatkan tingginya risiko multidrug-resistant TB .
Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode observasional analitik cross sectional.
Jumlah sampel dilakukan dengan metode rule of five dengan jumlah sampel 85 orang.
Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan melakukan wawancara
kepada responden yaitu pasien multidrug-resistant tuberculosis. Kemudian data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji korelasi SEM-PLS (Structural Equation Modeling –
Partial Least Square).
Hasil: Hasil dari penelitian ini didapatkan outer dan inner model structural. Outer model
adalah model untuk menilai indikator tiap subvariabel dimana hanya satu indikator yaitu
indikator perawat yang nilai hitung berada dibawa ttabel (>0,6) sehingga harus dihilangkan.
Sedangkan untuk inner model didapatkan nilai thitung dibawah ttabel (>1,96) antara
subvariabel sumber daya manusia, program, dan fasilitas terhadap kejadian TB MDR akan
tetapi ada pengaruh yang signifikan dari sumber daya manusia terhadap jalannya program
dan pemanfaatan fasilitas.
Background: According to WHO, around 10.4 million people have contaminated TB and
Indonesia is one of the 5 biggest contributing countries. In East Java Province, there are
48,323 TB cases and it is the second highest in Indonesia. Jember Regency has the high
increase in drug-resistant TB cases from 6 people in 2013 to 225 people in 2017.
Tuberculosis is a highly contagious disease. Prolonged treatment, and multiple side effects
put the risk of drug-resistant TB.
Objective: To analyze the effect of health service factors on the incidence of multidrug-
resistant tuberculosis in Jember Regency
Method: This research method is analytic observational with cross sectional approach. The
number of samples was carried out by the rule of five method with sample size is 85 people.
Data were collected by questionnaires and interview with respondents who diagnosed with
multidrug-resistant tuberculosis. Then, the data were analyzed using the SEM-PLS
(Structural Equation Modeling – Partial Least Square).
Result: The results of this study obtained outer and inner structural models. The outer model
is a model for assessing the indicator of each sub variable. The nurse indicator whose t-count
value is lower than t-table (>0.6) so it must be removed. The inner model, t-count value is
lower than t-table (>1,96) between the human resource, program, and facility on the MDR
TB incidence, but there is significant effect between human resource on the program and
using the facility.
Conclusion: The health service factor doesn’t affect the incidence of multidrug-resistant
tuberculosis but the human resource has a relationship with program and the utilization of
facility.
Hasil Penelitian
Tabel <No> Analisis Variabel Program
Variabel Program Frekuensi Presentase Mean Std. Min. Max.
(%) Deviation
Promotif Sangat 5 5.9% 3,294 0.884 1 4
Tidak Baik
Tidak Baik 9 10.6%
Baik 27 31.8%
Sangat 44 51.8%
Baik
Preventif Sangat 0 9 3,624 0,550 2 4
Tidak Baik
Tidak Baik 4 4.7%
Baik 24 27.9%
Sangat 57 66.3%
Baik
Kuratif Sangat 0 0 3,647 0,550 2 4
Tidak Baik
Tidak Baik 3 3.5%
Baik 24 27.9%
Sangat 58 67.4%
Baik
(Data Hasil Penelitian, 2020)
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Pada karakteristik responden terhadap
Pada karakteristik responden
jenis kelamin didapatkan data responden
berdasarkan Pendidikan terakhir yang
Sebagian besar adalah laki-laki.
dikategorikan SD-SMP-SMA-D3- dan
Hal ini sejalan dengan penelitian
S1,S2,S3 didapatkan data responden
Janan(2019) yang menyatakan bahwa
Sebagian besar adalah SD dan SMP. Data
prevalensi multidrug – resistant
RISKESDAS juga membuktikan bahwa
tuberculosis di kabupaten Brebes pada
pasien TB paru yang latar belakang
jenis kelamin laki-laki dua kali lebih
Pendidikan lebih rendah menyumbang
banyak dibanding perempuan. Penelitian
prevalensi paling banyak. Tingkat
Yuni(2016) yang dilaksanakan
Pendidikan akan berpengaruh terhadap
dipuskesmas perak timur juga
pengetahuan, akses mendapatkan
menyebutkan bahwasannya pasien
informasi, dan kemampuan penalaran.
terbanyak adalah pasien laki-laki dengan
Seorang dengan Pendidikan rendah akan
presentase 68% dibanding pasien
berpengaruh terhadap kesadaran akan
perempuan. Menurut data dari kemenkes
Kesehatan serta kemampuan dalam
RI (2018) prevalensi kejadian TB baik di
mencerna informasi yang didapat.
Indonesia maupun di negara lain
prevalensi laki-laki lebih besar Status Gizi
dibandingkan perempuan. Banyaknya Pada karakteristik responden
responden berjenis laki-laki bisa berdasarkan status gizi yang dikategorikan
disebabkan karena tingginya beban kerja, sangat gemuk, gemuk,baik, kurus, sangat
kurangnya istirahat, tingkat mobolitas kurus, didapatkan data Sebagian responden
yang tinggi, serta gaya hidup yang tidak adalah sangat kurus. Karakteristik gizi
sehat seperti mengonsumsi rorkok dan juga berhubungan dengan penelitian
minum beralkohol. Nugroho et al (2018). Yuni(2016) yang dilakukan dipuskesmas
Survey ini didukung oleh data dengan perak timur menyebutkan bahwa status
presentase 68,5% laki-laki merokok
sosial ekonomi yang rendah akan akurasi 69,12%, (Susilawati, et al, 2018). Hal
berdampak pada status gizi seseorang. ini menunjukkan bahwa penggunaan raw
sputum cukup sensitive sebagai sampel
Scar Imunisasi BCG pemeriksaan metode GeneXpert MTB/RIF
Pada karakteristik responden dalam mendeteksi M.Tuberculosis dengan
berdasarkan ditemukannya scar imunisasi tetap memakai kultur sebagai baku emas untuk
BCG didapatkan data responden Sebagian menghindari hasil positif palsu.
melawan penyakit, maka hasil penelitian nilai rata-rata. Oleh karena itu, apabila nilai
standar deviasi sangat kecil dibandingkan
mengindikasikan bahwa pemberian
dengan nilai rata-rata seperti pada penelitian
imunisasi akan menumbuhkan daya tahan
ini maka nilai rata-rata dapat digunakan
tubuh terhadapa tuberculosis (Rosandali, et
sebagai representasi dari keseluruhan data.
al , 2016).
Analisis kompetensi sumber daya manusia
Analisis kejadian MDR TB Penilaian dilakukan dengan melihat
Berdasarkan data hasil penelitian kompetensi dokter, perawat, dan petugas
yang didapatkan dari responden kamar obat. Menurut data yang diperoleh
menunjukan frekuensi tertinggi adalah Sebagian besar menyatakan baik dan sangat
pasien MDR TB dengan kategori tinggi baik. Tidak ada jawaban yang sangat tidak
yaitu dengan presentasi 30,6%. Hasil ini baik. Hanya terdapat dua responden
selaras dengan penelitian yang dilakukan menyatakan kompetensi perawat tidak baik,
dan satu orang menyatakan kompetensi
susilawati et al. (2018) tentang evaluasi
petugas kamar obat tidak baik.
metode GeneXpert MTB/RIF dengan sampel
Penelitian yang dilakukan Muhammad
Raw sputum untuk mendeteksi tuberculosis
& fadli (2019) diwilayah kerja puskesmas
paru bahwa didapatkan hasil nilai positif dari
pankajange kabupaten sidenrang rappang
pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF di RSDM
menunjukkan bahwasanya factor keaktifan
pada tahun 2012-2015 mempunyai sensitivitas
petugas tidak berbanding lurus dengan
sebesar 93,62%,spesifisitas 27,17%, nilai duga
kejadian MDR TB. Berdasarkan data dari hasil
positif 68,18%,nilai duga negatif 71,21%, dan
penelitian tersebut tercatat 77,4% petugas Analisis failitas puskesmas
Kesehatan cukup aktif dibanding petugas yang Program dapat terlaksana dengan
kurang aktif. Penelitian Devi et al (2019) yang baik jika ditunjang dari dengan fasilitas
dilakukan dikota semarang juga memaparkan
yang memadai. Fasilitas seperti alat uji
bahwasanya pada wilayah kerja tersebut peran
cepat molekuler, ruang dahak, keberadaan
atau dukungan dari petugas Kesehatan sudah
poliklinik rawat jalan dan rawat inap MDR
cukup baik dengan presentase 85,7%
TB yang lokasinya dipisahkan dari area
dibanding petugas yang kurang aktif. Hal
tersebut membuktikan bahwasannya ada
layanan lain, merupakan bentuk komitmen
kemungkinan terdapat factor lain yang rumah sakit dalam memberikan pelayanan
mendasari meningkatnya kejadian TB MDR MDR TB yang sesuai dengan regulasi
selain dari peran dan petugas Kesehatan. ( Ardiansyah, et al, 2019 ). Perencanaan
logistic yang baik juga merupakan factor
Analisis program puskesmas
penting dalam keerhasilan pengobatan
Penilaian dilakukan dengan melihat
seperti persiapan atau perencaan sumber
program yang telah terlaksana diantaranya
daya yang memadai termasuk energi,
ada promotive, preventif, dan kuratif.
biaya atau pendaan, sarana prasarana, dan
Menurut data yang diperoleh rata-rata
juga ketersediaan logistic dalam suatu
yang menyatakan baik dan sangat baik.
kurun waktu tertentu ( Ardiansyah, et
Menurut hasil wawancara pada
al,2019; parmeli et al ,2019 ). Penilaian
penelitian dijember, responden menjawab
mengenai fasilitas dilakukan dengan
sudah mendapatkan informasi dan
melihat sarana dan prasarana yang tersedia
penyuluhan mengenai penyakit yang
apakah sudah layak atau belum. Hasil dari
diderita, bagaimana cara mencegah supaya
penelitian ini Sebagian besar responden
tidak menularkan penyakit, prosedur untuk
menjawab bahwa fasilitas sudah sangat
berinteraksi dengan orang lain, dan tidak
baik dan layak. Fasilitas merupakan
jarang para aktifis TB MDR dari jember
penunjang untuk jalannya prigram dan
yang meurpakan orang-orang dengan
mendukung kinerja tenaga medis.
Riwayat pernah mengalami TB MDR dan
Analisis pengaruh factor pelayanan
telah dinyatakan sembuh mengadakan
kesehatan terhadap kejadian TB-MDR
perkumpulan pasien TB MDR untuk
dikabupaten jember
saling berbagi pengalaman dan
Pada hasil analisis menggunakan
memberikan dukungan selama masa
SEM-PLS ( structural equation modelling
pengobatan.
– partiel least square ) yang dilakukan
secara multigrup analisis pada factor
pelayanan Kesehatan didapatkan hasil sebagian besar responden berada pada
penelitian ini menunjukkan bahwa sumber kategori tinggi berdasarkan hasil
daya manusia, program,dan fasilitas tidak pemeriksaan tes cepat molekuler.
berhubungan dengan kejadian TB MDR, 2. Analisis faktor sumber daya manusia
akan tetapi peran sumber daya manusia menyebutkan bahwa sebagian besar
dalam meningkatkan kualitas program responden menyatakan kompetensi
serta mengeefktikan penggunaan fasilitas tenaga kesehatan baik dokter, perawat,
yang tersedia cukup besar. petugas kamar obat sangat baik
Solusi yang bisa diambil 3. Analisis faktor program menyebutkan
berdasarkan analisis tersebut adalah bahwa sebagian besar responden
meningkatkan pelatihan petugas Kesehatan menyatakan program baik promosi
dan mengencerkan program berupa kesehatan, preventif, dan kuratif sangat
kegiatan promotive melalui beberapa baik.
penyuluhan mengenai factor-faktor yang 4. Analisis faktor fasilitas menyebutkan
berpengaruh terhadap derajat Kesehatan bahwa sebagian besar responden
seseorang. menyatakan fasilitas baik sarana dan
prasarana dari puskesmas sangat baik
Keterbatasan Penelitian
5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan
Keterbatasan penelitian ini adalah
antara faktor pelayanan kesehatan baik
beberapa keluarga pasien menolak untuk
dari sumber daya manusia, program, dan
dilakukannya wawancara karena mendapat
fasilitas terhadap kejadian MDR – TB di
pengalaman yang tidak enak saat
Kabupaten Jember, akan tetapi terdapat
wawancara dengan pihak sebelum
keterkaitan antara sumber daya manusia
penelitian ini berlangsung. Informasi yang
yaitu dokter, perawat, dan petugas kamar
bias juga dapat terjadi karena peneliti
obat terhadap jalannya program dan
hanya menanyakan melalui wawancara
penggunaan fasilitas yang tersedia.
dan tidak melakukan observasi langsung.
Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data diatas Saran yang dapat diberikan berdasarkan
maka peneliti dapat membuat kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat
1. Analisis Kejadian MDR – TB di dijadikan pengetahuan baru dan maupun
Kabupaten Jember menyebutkan bahwa referensi untuk memperdalam penelitian
berikutnya mengenai pengaruh faktor Pelayanan Kamar Obat di Puskesmas
pelayanan kesehatan terhadap kejadian Surabaya Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
multidrug - resistant tuberculosis. Universitas Surabaya, II(2), pp. 1-13.
2. Bagi tenaga kesehatan meskipun hasil
I., K., Yasin, N. M. &
menunjukkan sangat baik namun dari
Kusumaningtyas, R. A., 2016. Mengenal
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Anti Tuberkulosis. 1st ed. Yogyakarta:
bahan evaluasi sehingga dapat
Universitas Gadjah Mada.
meningkatkan lagi peran faktor pelayanan
Kementerian Kesehatan Republik
kesehatan dalam menanggulangi kejadian
Indonesia, 2019. Manajemen Terpadu
multidrug - resistant tuberculosis
Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat
Jakarta, Direktorat Jenderal Pengendalian
menambah wawasan mengenai pengaruh
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
pelayanan kesehatan terhadap kejadian
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster,
multidrug - resistant tuberculosis
J. C., 2013. Robbins Basic Pathology. 9th
Daftar Pustaka ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Reviono, et al., 2014. Multidrug
Aditama, T. Y. & Subuh, M., 2011.
Resistant Tuberculosis (MDR-TB):
Pedoman Nasional Pengendalian
Tinjauan Epidemiologi dan Faktor Risiko
Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis.
Kesehatan Republik Indonesia.
MKB, 46(4), pp. 189-196.
Banuls, A. L., Sanou, A., Anh, N.
T. V. & Godreuil, S., 2015.
Mycobacterium tuberculosis: ecology and
evolution of a human bacterium. Journal
of Medical Microbiology, Volume LXIV,
p. 1261–1269.
Friskarini, K. & Manalu, H. S. P.,
2010. Peran dan Perilaku Tenaga
Kesehatan Terhadap Program TB Paru.
Jurnal Ekologi Kesehatan, IX(4), pp.
1320-1323.
Hayaza, Y. T., 2013. Analisis
Kepuasan Pasien terhadap Kualitas