Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN

MULTIDRUG-RESISTANT (MDR) PADA PASIEN TUBERCULOSIS (TB) PARU DI


KABUPATEN JEMBER

Okky Haidar Yahya Irawansa

Abstrak

Latar Belakang: Menurut WHO sekitar 10,4 juta orang telah terjangkit TB dan Indonesia
termasuk 5 negara penyumbang terbesar. Di Provinsi Jawa Timur terdapat 48.323 kasus TB
dan termasuk tertinggi kedua di Indonesia. Kabupaten Jember terdapat peningkatan kasus TB
resisten obat dari 6 orang pada tahun 2013 menjadi 225 orang pada tahun 2017. Tuberkulosis
merupakan penyakit yang sangat menular. Pengobatan yang panjang, dan efek samping yang
beragam mengakibatkan tingginya risiko multidrug-resistant TB .

Tujuan: Menganalisis pengaruh faktor pelayanan kesehatan terhadap kejadian multidrug-


resistant pada pasien TB paru di Kabupaten Jember

Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode observasional analitik cross sectional.
Jumlah sampel dilakukan dengan metode rule of five dengan jumlah sampel 85 orang.
Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan melakukan wawancara
kepada responden yaitu pasien multidrug-resistant tuberculosis. Kemudian data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji korelasi SEM-PLS (Structural Equation Modeling –
Partial Least Square).

Hasil: Hasil dari penelitian ini didapatkan outer dan inner model structural. Outer model
adalah model untuk menilai indikator tiap subvariabel dimana hanya satu indikator yaitu
indikator perawat yang nilai hitung berada dibawa ttabel (>0,6) sehingga harus dihilangkan.
Sedangkan untuk inner model didapatkan nilai thitung dibawah ttabel (>1,96) antara
subvariabel sumber daya manusia, program, dan fasilitas terhadap kejadian TB MDR akan
tetapi ada pengaruh yang signifikan dari sumber daya manusia terhadap jalannya program
dan pemanfaatan fasilitas.

Kesimpulan: Faktor pelayanan kesehatan tidak mempengaruhi kejadian multidrug-resistant


tuberculosis akan tetapi sub variabel sumber daya manusia memiliki keterkaitan dalam
memperngaruhi jalannya program dan pemanfaatan fasilitas yang tersedia
Kata Kunci : Pelayanan kesehatan, tuberkulosis, multidrug - resistant tuberculosis,
Kabupaten Jember

Background: According to WHO, around 10.4 million people have contaminated TB and
Indonesia is one of the 5 biggest contributing countries. In East Java Province, there are
48,323 TB cases and it is the second highest in Indonesia. Jember Regency has the high
increase in drug-resistant TB cases from 6 people in 2013 to 225 people in 2017.
Tuberculosis is a highly contagious disease. Prolonged treatment, and multiple side effects
put the risk of drug-resistant TB.

Objective: To analyze the effect of health service factors on the incidence of multidrug-
resistant tuberculosis in Jember Regency

Method: This research method is analytic observational with cross sectional approach. The
number of samples was carried out by the rule of five method with sample size is 85 people.
Data were collected by questionnaires and interview with respondents who diagnosed with
multidrug-resistant tuberculosis. Then, the data were analyzed using the SEM-PLS
(Structural Equation Modeling – Partial Least Square).

Result: The results of this study obtained outer and inner structural models. The outer model
is a model for assessing the indicator of each sub variable. The nurse indicator whose t-count
value is lower than t-table (>0.6) so it must be removed. The inner model, t-count value is
lower than t-table (>1,96) between the human resource, program, and facility on the MDR
TB incidence, but there is significant effect between human resource on the program and
using the facility.

Conclusion: The health service factor doesn’t affect the incidence of multidrug-resistant
tuberculosis but the human resource has a relationship with program and the utilization of
facility.

Keyword: The health service, tuberculosis, multidrug-resistant tuberculosis, Jember regency

Pendahuluan Tuberkulosis adalah penyakit menular


pada manusia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (MTB) mayoritas patuh terhadap minum obat,
(Banuls, 2015). Pada 2016, WHO tetapi tingkat pengetahuan masyarakat
memperkirakan sekitar 10,4 juta orang masih kurang sehingga keterampilan
telah terjangkit TB baru. 56% dari jumlah tenaga kesehatan dalam memberikan
tersebut tersebar di 5 negara yaitu India, penyuluhan dapat ditingkatkan (Ni'mah, et
Indonesia, Cina, Filipina, dan Pakistan. al., 2014). Menurut data Dinas Kesehatan
Jika melihat data WHO tahun 2019 Kabupaten Jember telah terdaftar 5 RS
menyebutkan, jumlah estimasi kasus TB di pemerintah, 7 RS swasta, 50 Puskesmas,
Indonesia sebanyak 845.000 orang. 62 klinik, 135 Pustu, 73 Polindes, dan 72
Epidemiologi Multi drug resistant Ponkesdes yang perlu diberdayakan lagi
tuberculosis (TB MDR) di Indonesia agar dapat menurunkan angka multidrug
cukup tinggi, dengan diperkirakan terdapat resistant TB di Kabupaten Jember.
6800 kasus baru setiap tahunnya. Data Menyadari pentingnya faktor
oleh WHO pada tahun 2016 menunjukkan pelayanan kesehatan dalam mengurangi
hampir 240 ribu kasus kematian pasien Multidrug resistant TB paru maka
diakibatkan oleh TB MDR. Menurut dilakukan penelitian tentang “Hubungan
Octavianus et al (2015) pada tahun 1994 Faktor Pelayanan Kesehatan terhadap
pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Kejadian Multidrug Resistant pada pasien
WHO dan membentuk strategi dasar untuk Tuberkulosis di Kabupaten Jember Tahun
menanggulangi angka TB yang tinggi di 2019”
Indonesia yang kemudian disebut sebagai Tinjauan Pustaka
“strategi DOTS (Directly Observed Tuberkulosis paru adalah penyakit
Treatment Shortcourse)”. Tujuan DOTS yang melibatkan paru atau di organ
adalah menyembuhkan, mencegah lainnya. Penyakit ini memiliki gejala
kematian, mencegah kekambuhan dan utama batuk berdarah yang lama dan
memutus rantai penularan dengan rumusan perlahan menunjukkan gejala seperti
adakah pengaruh faktor pelayanan lemah, anoreksia, demam, dan terjadi
kesehatan terhadap kejadian Multidrug keringat dimalam hari (Kumar, et al.,
Resistant tuberkulosis paru di Kabupaten 2013).
Jember? Prinsip DOTS yaitu berperan
memberikan layanan terbaik dan
mengawasi keteraturan minum obat.
Pada penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa masyarakat Jember
Mycobacterium tuberculosis (Mtb) 1. Suspek TB diperiksa spesimen sputum
adalah penyebab utama terjadinya dalam 2 hari, sewaktu pagi-sewaktu
tuberkulosis paru. Bakteri ini termasuk (SPS).
golongan Batang Tahan Asam (Kumar, et 2. Penemuan BTA pada sputum.
al., 2013) 3. Tidak dibenarkan melakukan foto thorax
untuk diagnosis TB Paru.
Klasifikasi kasus TB paru menurut
(Aditama & Subuh, 2011) dapat
digolongkan berdasarkan riwayat
pengobatan yang diperoleh oleh pasien,
yaitu: Kasus baru, Kasus yang sebelumnya
diobati (Kasus kambuh (Relaps); Kasus
setelah putus berobat (Drop out); Kasus
(Kumar, et al., 2013)
setelah gagal (Failure) ), Kasus Pindahan,
Gambar 2.1 Pathogenesis Tuberculosis.
dan kasus lain adalah semua kasus yang
Transmisi Mycobacterium
tidak memenuhi ketentuan diatas.
tuberculosis pada dasarnya melalui udara,
Obat anti tuberkulosis dibagi
seperti batuk, bersin, dan saliva. Infeksi
menjadi lini pertama yang meliputi
dikatakan sukses ketika melalui empat
isoniazid, rifampisin, etambutol, serta
step: fagositosis dari bakteri, multiplikasi
pirazinamid dan lini kedua yang meliputi
intraseluler, fase laten infeksi, dan infeksi
aminoglikosida injeksi dan polipeptida
paru aktif (Banuls, et al., 2015).
(kelompok 2), fluorokuinolon (Kelompok
Gejala awal yang timbul berupa
3) serta obat oral lain (kelompok 4)
lemah, anoreksia, berat badan turun,
(Yasin, et al., 2016).
demam, serta terjadi keringat dimalam
Prinsip pengobatan tuberkulosis
hari. Sedangkan gejala utama tuberkulosis
adalah pengobatan fase awal (intensif) 2
paru yaitu batuk berdarah dalam waktu
bulan dan fase lanjutan 4-6 bulan.
yang lama.
Tuberculosis Multidrug Resistant
Diagnosis tuberkulosis dapat
(MDR TB) adalah kasus tuberkulosis yang
ditegakkan ketika ditemukannya basil
disebabkan oleh Mycobacterium
tahan asam pada purulen penderita.
tuberculosis yang resisten setidaknya
Diagnosis TB paru di Indonesia dapat
terhadap rifampisin dan isoniazid secara
ditegakkan melalui :
bersamaan, dengan atau tanpa obat anti
tuberkulosis lini pertama lainnya dilakukan di Surakarta 2011-2013 ada
(Reviono, et al., 2014). beberapa efek samping yang muncul dari
MDR TB timbul akibat pengobatan terapi MDR TB diantaranya adalah mual,
yang tidak adekuat maupun terjadi muntah, artralgia, gangguan renal,
penularan dari pasien MDR TB. Resiko gangguan pendengaran, gangguan
terjadinya TB Resisten obat dapat psikiatri, hipokalemia, diare,
meningkat pada orang dengan faktor hiperurisemia, nyeri di tempat suntikan,
resiko, diantaranya (Kementerian gangguan tidur.
Kesehatan Republik Indonesia, 2019) : Dalam permasalahan pengobatan
a.Tidak menelan obat secara teratur seperti TB diharapkan tenaga kesehatan dapat
yang disarankan petugas kesehatan melayani dengan baik dan tepat waktu.
b.Sakit TB yang berulang serta Selain mengobati tenaga kesehatan dalam
mempunyai riwayat pengobatan TB mengatasi rendahnya motivasi pasien
sebelumnya untuk berobat juga bisa dengan pemberian
c.Datang dari wilayah yang mempunyai penyuluhan dan pemberian buku panduan
insiden TB Resisten obat tinggi tentang bahaya TB (Friskarini & Manalu,
d.Kontak erat dengan seseorang yang 2010).
terdiagnosis TB resisten obat atau TB Tujuan akhir dari meningkatkan
MDR atau TB XDR. kualitas pelayanan kesehatan adalah dapat
Berbeda dengan penderita TB memenuhi kebutuhan dan keinginan
sensitif, pasien dengan TB MDR lebih pasien. Kepuasan pasien dengan layanan
rumit dalam pengobatannya karena kesehatan yang baik menyebabkan pasien
membutuhkan obat anti tuberkulosis lini I tidak akan malas berobat. Pasien yang
dan lini II. Jika TB sensitive maksimal sering berobat akan dapat dimonitoring
menggunakan 4 obat dalam waktu 6 bulan sehingga kualitas hidup pasien akan
maka TB MDR menggunakan obat bertambah (Hayaza, 2013).
setidaknya dalam waktu 18 sampai 24 Ada lima dimensi yang mewakili
bulan. kepuasan seseorang terhadap pelayanan
Terapi MDR TB yang jasa, diantaranya adalah keandalan
menggunakan beberapa paduan obat ini (reliability), ketanggapan
sering menyebabkan terjadinya toleransi (responsiveness), jaminan (assurance),
yang bervariasi dari penggunanya. Efek empati (emphaty), dan berwujud (tangible)
samping yang timbul tidak dapat (Handayani, 2016).
diprediksi. Menurut penelitian yang
Metodologi Penelitian b. TB MDR dengan kesadaran
Rancangan penelitian yang compos mentis dan kooperatif
digunakan pada penelitian ini adalah c. TB MDR yang bersedia menjadi
observasional analitik dengan metode responden
cross sectional. Penelitian ini dila kukan di Kriteria Eksklusi
beberapa Puskesmas di wilayah a. TB MDR ekstra pulmoner
Kabupaten Jember yang dilaksanakan pada b. TB MDR yang disertai dengan
Februari 2020. Populasi pada penelitian ini penyakit komorbid lain
adalah seluruh pasien MDR TB yang ada Pada penelitian ini terdapat dua
di Kabupaten Jember dari tahun 2016 variabel yaitu variabel bebas dan variabel
sampai Oktober 2019. Sampel yang tergantung. Variabel bebas pada penelitian
diambil dari penelitian ini adalah penderita ini adalah faktor pelayanan kesehatan.
MDR TB yang terbagi dalam 16 Variabel tergantung pada penelitian ini
puskesmas di Kabupaten Jember adalah Kejadian TB MDR di Kabupaten
Besar sampel untuk penelitian ini Jember
menggunakan Rumus Rule of five yang Tabel 4.1 Variabel, Sub variabel, dan
mengambil masing-masing 5 responden indikator penelitian
yang diambil dari 17 puskesmas yang
terdapat di Kabupaten Jember.
Dari hasil perhitungan didapatkan
hasil besar sampel sebanyak 85 pasien TB-
MDR dengan pengambilan dari wilayah
puskesmas dengan prevalensi tertinggi
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dari tahun 2016 hingga
Mei 2019.
Teknik pengambilan sampel dari
penelitian ini menggunakan teknik area
sampling dengan :
Kriteria Inklusi
a. TB MDR yang dibuktikan dengan
pemeriksaan Lab
Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel,
Sub variabel
Prosedur Penelitian
Prosedur pengambilan data pada
penelitian kali ini dengan cara
membagikan kuesioner kepada responden
yaitu penderita MDR TB di Kabupaten
Jember yang kemudian responden
menjawab sendiri mengenai pertanyaan
yang tertera pada kuisoner. Prosedur
pengambilan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Uji validitas kuisoner kepada
responden menggunakan uji SPSS.
Pernyataan yang tidak valid akan
dieliminasi oleh peneliti, sebagian akan
direvisi oleh peneliti serta akan
dikonsultasikan ke dosen pembimbing.
Responden diminta untuk membaca
petunjuk sebelum menjawab pertanyaan
yang ada pada kuisoner. Responden
diminta untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada di kuisoner, dan
selanjutnya peneliti akan mengumpulkan
Alat dan Bahan Penelitian
jawaban dari responden tersebut.
Peneliti menggunakan lembar
kuisoner dan rekam medis sebagai alat Analisis Data
pengambilan data. Daftar pertanyaan yang Teknik pengambilan data dari
tertera pada kuisoner adalah pernyataan penelitian ini adalah responden diminta
untuk menilai sub variabel yang ada untuk menjawab semua pertanyaan yang
dengan menggunakan indikator yang ada di kuisoner, yang selanjutnya jawaban
diteliti dan mengacu pada tinjauan pustaka akan dianalisis oleh peneliti. Analisis data
yang telah diuraikan. Kuisoner berisi kata yang digunakan untuk menemukan hasil
pengantar yang memudahkan mahasiswa dari data yang sudah diperoleh oleh
untuk memahami pernyataan dari peneliti adalah analisis univariat dengan
responden. tujuan untuk menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel. Variabel yang
dianalisis adalah variabel bebas berupa
faktor pelayanan kesehatan dan variabel
tergantung yang berupa kejadian MDR TB
di Kabupaten jember. Peneliti juga
melakukan analisis bivariat dan multivariat
dengan tujuan untuk mengetahui adanya Gambar 4.1
hubungan antara faktor pelayanan Model Struktural Berdasarkan
kesehatan dengan kejadian MDR TB di Kerangka Konseptual
Kabupaten Jember, mengetahui faktor
pelayanan kesehatan yang berperan Pada gambar 4.1 menunjukkan
terhadap multidrug resistant tuberkulosis terdapat 3 subvariabel pada model
serta menilai hubungan antar faktor structural berdasarkan kerangka
pelayanan kesehatan yang diteliti konseptual pada masing-masing sub
menggunakan aplikasi dan metode SEM- variabel terdapat beberapa indicator.
PLS (Structural Equation Modelling- Keterikatan indicator pada subvariabel
Partial Least Square). Analisis ini diawali atau konstrak ini akan dilihat nilai loading
dengan membangun model structural factornya.
berdasarkan kerangka konseptual.

Hasil Penelitian
Tabel <No> Analisis Variabel Program
Variabel Program Frekuensi Presentase Mean Std. Min. Max.
(%) Deviation
Promotif Sangat 5 5.9% 3,294 0.884 1 4
Tidak Baik
Tidak Baik 9 10.6%
Baik 27 31.8%
Sangat 44 51.8%
Baik
Preventif Sangat 0 9 3,624 0,550 2 4
Tidak Baik
Tidak Baik 4 4.7%
Baik 24 27.9%
Sangat 57 66.3%
Baik
Kuratif Sangat 0 0 3,647 0,550 2 4
Tidak Baik
Tidak Baik 3 3.5%
Baik 24 27.9%
Sangat 58 67.4%
Baik
(Data Hasil Penelitian, 2020)

Tabel <No> Tabulasi Silang Variabel Program terhadap Kejadian MDR-TB


Variab Progra Kejadian MDR-TB Total
el m Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
n % n % n % n %
Promoti Sangat
1 20 1 11,1 5 25,71 7 15,92 14
f Tidak
Baik
Tidak
1 20 2 22,2 9 22,86 10 22,72 22
Baik
Baik
1 20 4 44,5 8 34,29 10 22,72 23
Sangat
2 40 2 22,2 5 17,14 17 38,64 26
Baik
Prevent Sangat
0 0 0 0 6 25 8 14,04 14
if Tidak
Baik
Tidak
0 0 1 25 5 20,83 16 28,07 22
Baik
Baik
0 0 1 25 8 33,34 14 24,56 23
Sangat
0 0 2 50 5 20,83 19 33,33 26
Baik
Kuratif Sangat
0 0 0 0 6 25 8 13,79 14
Tidak
Baik
Tidak
0 0 0 0 6 25 16 27,59 22
Baik
Baik
0 0 1 33,33 5 20,83 17 29,31 23
Sangat
0 0 2 66,67 7 29,17 17 29,31 26
Baik
(Data Hasil Penelitian, 2020)

Tabel <No> Analisis Variabel Fasilitas


Variabel Program Frekuensi Presentase Mean Std. Min. Max.
(%) Deviation
Sarana Sangat
0 0 3,265 0,595 2 4
Tidak Baik
Tidak Baik
5 5,9%
Baik
44 51,8%
Sangat
36 42,4%
Baik
Prasarana Sangat
0 0 3,388 0,638 2 4
Tidak Baik
Tidak Baik
7 8,2%
Baik
38 44,7%
Sangat
40 47,1%
Baik
(Data Hasil Penelitian, 2020)

Tabel <No> Tabulasi Silang Variabel Fasilitas terhadap Kejadian MDR-TB


Variab Progra Kejadian MDR-TB Total
el m Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
n % n % n % n %
Promot Sangat
0 0 1 20 9 20,46 4 11,11 14
if Tidak
Baik
Tidak
0 0 2 40 8 18,18 12 33,33 22
Baik
Baik
0 0 1 20 15 34,09 7 19,44 23
Sangat
0 0 1 20 12 27,27 13 36,12 26
Baik
Prevent Sangat
0 0 3 42,86 5 13,16 6 15 14
if Tidak
Baik
Tidak
0 0 3 42,86 8 21,05 11 27,5 22
Baik
Baik
0 0 1 14,28 13 34,21 9 22,5 23
Sangat
0 0 0 0 12 31,58 14 35 26
Baik
Kuratif Sangat
0 0 1 20 9 20,46 4 11,11 14
Tidak
Baik
Tidak
0 0 2 40 8 18,18 12 33,33 22
Baik
Baik
0 0 1 20 15 34,09 7 19,44 23
Sangat
0 0 1 20 12 27,27 13 36,12 26
Baik
(Data Hasil Penelitian, 2020)
bahwa responden terbanyak terkena
Pembahasan multidrug – resistant tuberculosis di
Analisis karakteristik puskesmas perak Timur adalah dengan
Usia karakteristik usia produktif (15-55 Tahun)
Pada karasteristik yaitu presentase 79,7% dibanding usia non
responden berdasarkan usia produktif. Menurut penelitian Widiastuti
yang dikategorikan dewasa et al. (2017) di Dr. Sardjito Hospital
awal (≤ 30 tahun), dewasa akhir Yogyakarta juga menunjukan hal yang
(31 – 50 tahun) , dan lansia (≥50 sama bahwa Sebagian besar penderita
tahun) didapatkan data multidrug – resistant tuberculosis berusia
responden Sebagian besar produktif. Hal ini dikarenakan seseorang
adalah dewasa akhir. pada usia produktif cenderung memiliki
Hasil tersebut selaras dengan dengan mobilitas yang tinggi sehingga
penelitian Yuni (2016) yang menyatakan
kemungkinan terpapar oleh dibanding laki-laki keseluruhan,
mycrobacterium tuberculosis lebih tinggi. sedangkan perempuan hanya 3,7%
dibanding responden wanita keseluruhan
(Parmelia, et al, 2019).

Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Pada karakteristik responden terhadap
Pada karakteristik responden
jenis kelamin didapatkan data responden
berdasarkan Pendidikan terakhir yang
Sebagian besar adalah laki-laki.
dikategorikan SD-SMP-SMA-D3- dan
Hal ini sejalan dengan penelitian
S1,S2,S3 didapatkan data responden
Janan(2019) yang menyatakan bahwa
Sebagian besar adalah SD dan SMP. Data
prevalensi multidrug – resistant
RISKESDAS juga membuktikan bahwa
tuberculosis di kabupaten Brebes pada
pasien TB paru yang latar belakang
jenis kelamin laki-laki dua kali lebih
Pendidikan lebih rendah menyumbang
banyak dibanding perempuan. Penelitian
prevalensi paling banyak. Tingkat
Yuni(2016) yang dilaksanakan
Pendidikan akan berpengaruh terhadap
dipuskesmas perak timur juga
pengetahuan, akses mendapatkan
menyebutkan bahwasannya pasien
informasi, dan kemampuan penalaran.
terbanyak adalah pasien laki-laki dengan
Seorang dengan Pendidikan rendah akan
presentase 68% dibanding pasien
berpengaruh terhadap kesadaran akan
perempuan. Menurut data dari kemenkes
Kesehatan serta kemampuan dalam
RI (2018) prevalensi kejadian TB baik di
mencerna informasi yang didapat.
Indonesia maupun di negara lain
prevalensi laki-laki lebih besar Status Gizi
dibandingkan perempuan. Banyaknya Pada karakteristik responden
responden berjenis laki-laki bisa berdasarkan status gizi yang dikategorikan
disebabkan karena tingginya beban kerja, sangat gemuk, gemuk,baik, kurus, sangat
kurangnya istirahat, tingkat mobolitas kurus, didapatkan data Sebagian responden
yang tinggi, serta gaya hidup yang tidak adalah sangat kurus. Karakteristik gizi
sehat seperti mengonsumsi rorkok dan juga berhubungan dengan penelitian
minum beralkohol. Nugroho et al (2018). Yuni(2016) yang dilakukan dipuskesmas
Survey ini didukung oleh data dengan perak timur menyebutkan bahwa status
presentase 68,5% laki-laki merokok
sosial ekonomi yang rendah akan akurasi 69,12%, (Susilawati, et al, 2018). Hal
berdampak pada status gizi seseorang. ini menunjukkan bahwa penggunaan raw
sputum cukup sensitive sebagai sampel
Scar Imunisasi BCG pemeriksaan metode GeneXpert MTB/RIF
Pada karakteristik responden dalam mendeteksi M.Tuberculosis dengan
berdasarkan ditemukannya scar imunisasi tetap memakai kultur sebagai baku emas untuk
BCG didapatkan data responden Sebagian menghindari hasil positif palsu.

besar adalah tidak ada.


Analisis factor pelayanan Kesehatan
Hal tersebut dikarenakan sel-sel Data hasil distribusi responden
imonokompeten tubuh telah terbentuk menunjukkan bahwa rata-rata nilai pelayanan
sejak bayi lahir, maka dengan pemberian Kesehatan mengarah ke kriteria sangat baik.
vaksinasi BCG sejak bayi dapat Angka standar deviasi maka data semakin
menimbulkan respon imun seluler yang bervariasi. Nilai standar devisiasi pada
berkaitan erat dengan tubuh untuk penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan

melawan penyakit, maka hasil penelitian nilai rata-rata. Oleh karena itu, apabila nilai
standar deviasi sangat kecil dibandingkan
mengindikasikan bahwa pemberian
dengan nilai rata-rata seperti pada penelitian
imunisasi akan menumbuhkan daya tahan
ini maka nilai rata-rata dapat digunakan
tubuh terhadapa tuberculosis (Rosandali, et
sebagai representasi dari keseluruhan data.
al , 2016).
Analisis kompetensi sumber daya manusia
Analisis kejadian MDR TB Penilaian dilakukan dengan melihat
Berdasarkan data hasil penelitian kompetensi dokter, perawat, dan petugas
yang didapatkan dari responden kamar obat. Menurut data yang diperoleh
menunjukan frekuensi tertinggi adalah Sebagian besar menyatakan baik dan sangat
pasien MDR TB dengan kategori tinggi baik. Tidak ada jawaban yang sangat tidak

yaitu dengan presentasi 30,6%. Hasil ini baik. Hanya terdapat dua responden

selaras dengan penelitian yang dilakukan menyatakan kompetensi perawat tidak baik,
dan satu orang menyatakan kompetensi
susilawati et al. (2018) tentang evaluasi
petugas kamar obat tidak baik.
metode GeneXpert MTB/RIF dengan sampel
Penelitian yang dilakukan Muhammad
Raw sputum untuk mendeteksi tuberculosis
& fadli (2019) diwilayah kerja puskesmas
paru bahwa didapatkan hasil nilai positif dari
pankajange kabupaten sidenrang rappang
pemeriksaan GeneXpert MTB/RIF di RSDM
menunjukkan bahwasanya factor keaktifan
pada tahun 2012-2015 mempunyai sensitivitas
petugas tidak berbanding lurus dengan
sebesar 93,62%,spesifisitas 27,17%, nilai duga
kejadian MDR TB. Berdasarkan data dari hasil
positif 68,18%,nilai duga negatif 71,21%, dan
penelitian tersebut tercatat 77,4% petugas Analisis failitas puskesmas
Kesehatan cukup aktif dibanding petugas yang Program dapat terlaksana dengan
kurang aktif. Penelitian Devi et al (2019) yang baik jika ditunjang dari dengan fasilitas
dilakukan dikota semarang juga memaparkan
yang memadai. Fasilitas seperti alat uji
bahwasanya pada wilayah kerja tersebut peran
cepat molekuler, ruang dahak, keberadaan
atau dukungan dari petugas Kesehatan sudah
poliklinik rawat jalan dan rawat inap MDR
cukup baik dengan presentase 85,7%
TB yang lokasinya dipisahkan dari area
dibanding petugas yang kurang aktif. Hal
tersebut membuktikan bahwasannya ada
layanan lain, merupakan bentuk komitmen

kemungkinan terdapat factor lain yang rumah sakit dalam memberikan pelayanan
mendasari meningkatnya kejadian TB MDR MDR TB yang sesuai dengan regulasi
selain dari peran dan petugas Kesehatan. ( Ardiansyah, et al, 2019 ). Perencanaan
logistic yang baik juga merupakan factor
Analisis program puskesmas
penting dalam keerhasilan pengobatan
Penilaian dilakukan dengan melihat
seperti persiapan atau perencaan sumber
program yang telah terlaksana diantaranya
daya yang memadai termasuk energi,
ada promotive, preventif, dan kuratif.
biaya atau pendaan, sarana prasarana, dan
Menurut data yang diperoleh rata-rata
juga ketersediaan logistic dalam suatu
yang menyatakan baik dan sangat baik.
kurun waktu tertentu ( Ardiansyah, et
Menurut hasil wawancara pada
al,2019; parmeli et al ,2019 ). Penilaian
penelitian dijember, responden menjawab
mengenai fasilitas dilakukan dengan
sudah mendapatkan informasi dan
melihat sarana dan prasarana yang tersedia
penyuluhan mengenai penyakit yang
apakah sudah layak atau belum. Hasil dari
diderita, bagaimana cara mencegah supaya
penelitian ini Sebagian besar responden
tidak menularkan penyakit, prosedur untuk
menjawab bahwa fasilitas sudah sangat
berinteraksi dengan orang lain, dan tidak
baik dan layak. Fasilitas merupakan
jarang para aktifis TB MDR dari jember
penunjang untuk jalannya prigram dan
yang meurpakan orang-orang dengan
mendukung kinerja tenaga medis.
Riwayat pernah mengalami TB MDR dan
Analisis pengaruh factor pelayanan
telah dinyatakan sembuh mengadakan
kesehatan terhadap kejadian TB-MDR
perkumpulan pasien TB MDR untuk
dikabupaten jember
saling berbagi pengalaman dan
Pada hasil analisis menggunakan
memberikan dukungan selama masa
SEM-PLS ( structural equation modelling
pengobatan.
– partiel least square ) yang dilakukan
secara multigrup analisis pada factor
pelayanan Kesehatan didapatkan hasil sebagian besar responden berada pada
penelitian ini menunjukkan bahwa sumber kategori tinggi berdasarkan hasil
daya manusia, program,dan fasilitas tidak pemeriksaan tes cepat molekuler.
berhubungan dengan kejadian TB MDR, 2. Analisis faktor sumber daya manusia
akan tetapi peran sumber daya manusia menyebutkan bahwa sebagian besar
dalam meningkatkan kualitas program responden menyatakan kompetensi
serta mengeefktikan penggunaan fasilitas tenaga kesehatan baik dokter, perawat,
yang tersedia cukup besar. petugas kamar obat sangat baik
Solusi yang bisa diambil 3. Analisis faktor program menyebutkan
berdasarkan analisis tersebut adalah bahwa sebagian besar responden
meningkatkan pelatihan petugas Kesehatan menyatakan program baik promosi
dan mengencerkan program berupa kesehatan, preventif, dan kuratif sangat
kegiatan promotive melalui beberapa baik.
penyuluhan mengenai factor-faktor yang 4. Analisis faktor fasilitas menyebutkan
berpengaruh terhadap derajat Kesehatan bahwa sebagian besar responden
seseorang. menyatakan fasilitas baik sarana dan
prasarana dari puskesmas sangat baik
Keterbatasan Penelitian
5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan
Keterbatasan penelitian ini adalah
antara faktor pelayanan kesehatan baik
beberapa keluarga pasien menolak untuk
dari sumber daya manusia, program, dan
dilakukannya wawancara karena mendapat
fasilitas terhadap kejadian MDR – TB di
pengalaman yang tidak enak saat
Kabupaten Jember, akan tetapi terdapat
wawancara dengan pihak sebelum
keterkaitan antara sumber daya manusia
penelitian ini berlangsung. Informasi yang
yaitu dokter, perawat, dan petugas kamar
bias juga dapat terjadi karena peneliti
obat terhadap jalannya program dan
hanya menanyakan melalui wawancara
penggunaan fasilitas yang tersedia.
dan tidak melakukan observasi langsung.
Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data diatas Saran yang dapat diberikan berdasarkan
maka peneliti dapat membuat kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat
1. Analisis Kejadian MDR – TB di dijadikan pengetahuan baru dan maupun
Kabupaten Jember menyebutkan bahwa referensi untuk memperdalam penelitian
berikutnya mengenai pengaruh faktor Pelayanan Kamar Obat di Puskesmas
pelayanan kesehatan terhadap kejadian Surabaya Utara. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
multidrug - resistant tuberculosis. Universitas Surabaya, II(2), pp. 1-13.
2. Bagi tenaga kesehatan meskipun hasil
I., K., Yasin, N. M. &
menunjukkan sangat baik namun dari
Kusumaningtyas, R. A., 2016. Mengenal
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
Anti Tuberkulosis. 1st ed. Yogyakarta:
bahan evaluasi sehingga dapat
Universitas Gadjah Mada.
meningkatkan lagi peran faktor pelayanan
Kementerian Kesehatan Republik
kesehatan dalam menanggulangi kejadian
Indonesia, 2019. Manajemen Terpadu
multidrug - resistant tuberculosis
Pengendalian Tuberkulosis Resisten Obat.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat
Jakarta, Direktorat Jenderal Pengendalian
menambah wawasan mengenai pengaruh
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
pelayanan kesehatan terhadap kejadian
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster,
multidrug - resistant tuberculosis
J. C., 2013. Robbins Basic Pathology. 9th
Daftar Pustaka ed. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Reviono, et al., 2014. Multidrug
Aditama, T. Y. & Subuh, M., 2011.
Resistant Tuberculosis (MDR-TB):
Pedoman Nasional Pengendalian
Tinjauan Epidemiologi dan Faktor Risiko
Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis.
Kesehatan Republik Indonesia.
MKB, 46(4), pp. 189-196.
Banuls, A. L., Sanou, A., Anh, N.
T. V. & Godreuil, S., 2015.
Mycobacterium tuberculosis: ecology and
evolution of a human bacterium. Journal
of Medical Microbiology, Volume LXIV,
p. 1261–1269.
Friskarini, K. & Manalu, H. S. P.,
2010. Peran dan Perilaku Tenaga
Kesehatan Terhadap Program TB Paru.
Jurnal Ekologi Kesehatan, IX(4), pp.
1320-1323.
Hayaza, Y. T., 2013. Analisis
Kepuasan Pasien terhadap Kualitas

Anda mungkin juga menyukai