Anda di halaman 1dari 18

Laporan Sementara Hari : Kamis

MK.Kimia Pangan dan Gizi Tanggal : 28 Januari 2021

PRAKTIKUM PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN LARUTAN

Disusun oleh :

Anisa Zulfitri
P032013411006

DIII Gizi TK. 1A

Dosen Pengajar
Lidya Novita S.Si.M.Si

Lily Restusari Dra.M.Farm.Apt

Yuliana Arsil S.Farm, M.Farm,Apt

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusunan Laporan Akhir Perhitungan dan Pembuatan Larutan ini dapat terselesaikan
dengan baik tanpa kendala. Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
dalam mata kuliah Kimia Pangan dan Gizi.

Adapun penyusunan Laporan Akhir Perhitungan dan Pembuatan Larutan ini berdasarkan praktek
yang dilakukan secara mandiri. Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan saya. Untuk itu kritik dan saran yang membangun makalah ini sangat saya harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Demikian kata pengantar ini saya buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya
bagi diri saya sendiri dan para pembaca.

Pekanbaru, 28 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN.........................................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................................3

1.2 Tujuan Praktikum......................................................................................................................................3

1.3 Prinsip Percobaan.....................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................................................4

BAB III........................................................................................................................................................................9

METODOLOGI............................................................................................................................................................9

3.1 Waktu dan Tempat..........................................................................................................................................9

3.2 Alat..................................................................................................................................................................9

3.3 Bahan............................................................................................................................................................10

3.4 Prosedur Kerja...............................................................................................................................................10

BAB IV..................................................................................................................................................................... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................................................13

4.1 Hasil...............................................................................................................................................................13

4.2 Pembahasan..................................................................................................................................................13

BAB V...................................................................................................................................................................... 15

PENUTUP.................................................................................................................................................................15

5.1 Kesimpulan....................................................................................................................................................15

5.2 Saran.............................................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukan antara dua zat murni. Salah satu
bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan
sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung dalam air. Tubuh menyerap mineral, vitamin dan
makanan dalam bentuk larutan. Dan dapat disimpulkan bahwa kebanyakan reaksi berlangsung dalam
larutan.Kuantitas relatif suatu zat terlarut dalam larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Juga dalam
beberapa hal konsentrasi juga menentukan hasil reaksi yang terbentuk. Untuk meramalkan sifat larutan,
tidak dapat langsung dari sifat komponen penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model larutan
sebagai standar untuk mengungkapkan hubungan antara komposisi dengan sifat larutan. Dalam
pembentukan larutan apabila zat padat atau cairan larut dalam cairan, maka dalam campuran terjadi gaya
tarik-menarik antar molekul (intermolekul) zat terlarut dan pelarut. Selain itu juga terdapat gaya tarik di
dalam molekul (intramolekul) itu sendiri yang menyebabkan molekul atau ionnya masih tetap bersatu.

Larutan merupakan campuran homogen antar dua atau lebih zat berbedajenis. Ada dua komponen
utama pembentukan larutan, yaitu zatterlarut (solution),dan pelarut (solvent). Faselarutan dapat berupa
fase gas, cair,atau,fase,padat,bergantung pada sifat kedua komponen pembentukanlarutan. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu,amalgamdan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut,larutan gula dalam air,dan lain-lain.Apabila fase larutan dan fase zat-zat
pembentukannya sama, zat yangberada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat
lainnyasebagai zat terlarutnya.Konsentrasi larutan dapat didefinisikan sebagaiperbandingan zat terlarut
dengan larutan dan perbandingan zat terlarut denganpelarut.Konsentrasi merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan cepatatau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan
banyaknyazat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan.Larutan yangmengandung sebagian
besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebutkonsentrasinya tinggi atau pekat.Sebaliknya
bila mengandung sejumlah kecilsolut, maka konsentrasinya rendah atau encer.Pada umumnya larutan
mempunyaibeberapa sifat.Diantaranya sifat larutan non elektrolit d an larutan elektrolit.Sifatlarutan
tersebut mempunyai hubungan erat dengan konsentrsi dari tiapkomponennya.Sifat-sifat larutan seprti
rasa, ph, warna, dan kekentalan bergantungpada jenis dan konsentrasi zat terlarut.Larutan dapat dibuat
dari dua macam zat,yaitu zat padat dan zat cair.Larutan dibuat untuk mendapatkan campuran larutandari
dua atau lebih zat.Larutan memiliki dua sifat, yaitu larutan eksoterm danlarutan larutan endoterm.

Alasan dilakukannya pembuatan larutan ini untuk pereaksi atau sebagai reagent. Pembuatan
larutan ini juga didasari untuk pembuatan larutan standar atau larutan pereaksi. Pembuatan larutan
standar biasanya dibutuhkan dalam analisa kuantitatif atau larutan pereaksi biasanya sebagai reagent
untuk sutu metode analisa percobaan. Disamping itu pembuatan larutan ini bertujuan untuk membuat
larutan yang baru dan menggantikan larutan yang lama atau yang telah kadaluarsa (tidak layak pakai)

1.2 Tujuan Praktikum


Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan perhitungan secara stoikiometri sebelum membuat suatu larutan
1. Membuat larutan sesuai dengan konsentrasi dan volume yang ditentukan
2. Terlatih dalam memilih dan menggunakan alat-alat yang diperlukan dalam pembuatan
suatu larutan.
1.3 Prinsip Percobaan
Pembuatan larutan harus didasari oleh pemahaman praktikan mengenai pengertian dan jenis larutan, serta
cara-cara dalam menyatakan konsentrasi suatu larutan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang komposisi, sifat, dan perubahan materi.
Interaksi antara zat kimia sebagai proses perubahan materi disebut sebagai reaksi kimia. Secara umum
reaksi kimia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu reaksi asam-basa, reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan
reaksi radikal. Perubahan-perubahan yang dapat diamati dalam suatu reaksi kimia antara lain: (i) adanya
perubahan wujud seperti gas atau endapan sebagai produk reaksi; (ii) perubahan pH larutan; (iii)
perubahan warna larutan; atau (iv) perubahan suhu larutan. Perubahan-perubahan tersebut juga teramati
secara kuantitatif. Stoikiometri adalah studi kuantitatif yang berhubungan dengan reaksi kimia.

Stoikiometri ini sangat penting dalam percobaan-percobaan di laboratorium. Dengan mempelajari


stoikiometri, kita dapat menghitung jumlah kuantitatif reaktan yang bereaksi dan jumlah kuantitatif
produk yang dihasilkan berdasarkan perbandingan mol dan koefisien reaksi dalam reaksi kimia. Secara
umum, dasar hukum stoikiometri dalam reaksi kimia adalah hukum kekekalan massa, hukum
perbandingan tetap dan perbandingan berganda.

Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat
terlarut). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti
larutan belum jenuh (masih dapat larut).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimum). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti
larutan tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan
sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat
jenuh (mengendap).

 PERHITUNGAN LARUTAN SECARA STOIKIOMETRI

Cara menyatakan konsentrasi & larutan baku:


1. Mol adalah satuan pengukuran dalam Satuan Internasional (SI) untuk jumlah zat.
Mol dilambangkan dengan n. Satuan ini didefinisikan sebagai jumlah zat kimia
yang mengandung jumlah partikel representatif, misalnya atom, molekul, ion,
elektron, atau foton, yang setara dengan jumlah atom dalam 12 gram karbon-12
(12C), isotop karbon dengan berat atom standar definitif 12.

Contoh :

persamaan reaksi 2 H2 + O2 → 2 H2O berarti bahwa 2 mol dihidrogen (H2) dan 1


mol dioksigen (O2) bereaksi membentuk 2 mol air (H2O)

2. a. Persen Berat (Percent by weight) menyatakan jumlah gram zat yang dilarutkan
dalam 100 gram larutan.

b. Persen Volume (Percent by volume) menyatakan jumlah gram zat yang


dilarutkan dalam 100 ml larutan.

3. Molaritas atau molar (M) suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter
larutan. Misalnya 1 liter larutan mengandung 0,5 mol senyawa X, maka senyawa
ini disebut larutan 0,5 Molar.

4. Molalitas atau molal (m) menyatakan jumlah gram zat yang dilarutkan dalam
1000 gram zat pelarut. Larutan molal mempunyai perbandingan yang sama
antara jumlah molekul zat yang dilarutkan dan pelarut.

Satuan yang umum digunakan untuk molalitas dalam kimia adalah mol/kg. Suatu
larutan dengan konsentrasi 1 mol/kg juga terkadang dinyatakan sebagai 1 molal.
Rumusnya :

5. Normalitas menyatakan konsentrasi pengkhususan sistem molar yang biasanya


digunakan untuk asam, basa dan sering untuk larutan-larutan yang bersifat
oksidator. Normalitas adalah satuan konsentrasi yang sudah memperhitungkan
kation atau anion yang dikandung sebuah larutan.
6. Daftar konsentrasi larutan asam-asam yang diperdagangkan :

No Nama Asam % Berat BD Derajat Normalitas


Baume
1. Acetic acid Glacial 96 1,06 8 17
(96%)
2. -id- 100 % 99-100 1,06 8 18
3. -id- anhydride 90 1,07 10 -
4. Formic acid 98-100 1,22 26 26
5. Hydrochloric acid 25 1,12 16 8
6. -id- (1,16) 32 1,16 20 10
7. -id- (1,18) 36 1,18 22 12
8. -id- (fuming) 38 1,19 23 12,5
9. Nitric acid 25 1,15 18,6 5
10. -id- (1,40) 65 1,40 41 14
11. -id- (fuming-ab) 99 ab 1,51 49 21
12. Phosphoric acid 25 1,15 19 9
13. -id- (1,710) 85 1,71 59 45
14. -id- (1,750) 89 1,75 62 48
15. Sulfuric acid (1,84) 95-97 1,84 66 36
16. -id- (fuming-ab) - 1,99 72 -

7.Larutan Baku

Larutan baku (larutan standar) merupakan suatu larutan yang telah diketahui
titernya (normalitasnya). Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran
sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume
larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya,
diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di
erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa),
dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana,
setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan
dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :

 Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin


pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
(Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena
sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa
menimbulkan pernguraian parsial.)

 Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbondioksida.

 Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.

 Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa


ekuivalen yang besar.

 Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

 Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik


dan langsung.

b. Larutan baku sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan


tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi
larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku
primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4,
Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

8. Larutan Induk
Larutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan
akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar lebih rendah.

9. Konsetrasi Larutan
Konsetrasi larutan merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan
pelarut.

 Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)


 Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit

 Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak

 Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal, persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm), dll

10. Indikator
Indikator adalah suatu zat yang digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi
sedangkan indikator tersebut tidak ikut bereaksi dalam proses titrasi.
Perubahan-perubahan warna yang terjadi dalam proses titrasi disebabkan
karena adanya perubahan pH. Indikator-indikator penting :
Suasana Warna
Indikator Zat pelarut Kepekatan pH
indikator Asam Basa
Phenolphtalen Alk 60% 0,1&1,0 Asam Tak Merah 8.0-1
berwarna
Phenol red Alk 20% 0,1 Asam Merah 6.4-8
Bromthymol Alk 20% 0,05 Asam Kuning Biru 6.0-7
blue Alk 60% 0,1 & 0,2 Basa Kuning Kuning 4.2-6
Methyl red Aquades 0,1 Basa Merah Kuning 3.1-4
Methyl orange Id 0,1 Asam Merah Biru 3.0-4
Bromphenol bule Alkohol 0,1 Asam Kuning Biru 3.6-5
Bromchreol - - Asam Kuning Biru 5.0-8
green aquades 0,5 Basa Merah
Kertas lakmus
Methylene blue
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Kamis, 28 Januari 2021

Waktu : 08.00 - selesai

Tempat : Daring

3.2 Alat

3.2.1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Normalitas


- Labu ukur

- Timbangan analitik

- Botol reagen

- Gelas Kimia

- Corong

3.2.2 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Pengenceran

- Labu ukur

- Pipet V1

- Botol reagen

3.2.3 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Persentase


Komposisi

- Timbangan analitik

- Labu ukur

- Corong
- Botol Reagen

3.3 Bahan

3.3.1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Normalitas

- NaOH

- H2C2O4

- Na2S2O3

- KMnO4

- NaCl

3.3.2 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Pengenceran


- HCl pekat

- H2SO4

3.3.3 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Persentase


Komposisi
- Gula

- Garam dapur

- Phenolftalein (pp)

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Normalitas
Timbang zat, dan larutkan sedikit dengan
aquades dalam gelas kimia

Pindahkan larutan ke labu ukur sesuai ukuran


yang dibuat, dengan menggunakan corong.

PERHITUNGAN DAN Bilas gelas kimia dengan aquades, air bilasan


PEMBUATAN juga dipindahkan ke labu ukur, lakukan
LARUTAN DENGAN beberapa kali bilasan.
NORMALITAS

Encerkan dengan akuades sampai tanda batas


pada labu ukur.

Pindahkan larutan ke dalam botol reagen dan


beri label (Nama zat, konsentrasi zat dan
tanggal pembuatan).

3.4.2 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Pengenceran

Masukkan beberapa ml aquades kedalam


labu ukur sesuai yang akan dibuat.

Pipet V1 zat yang akan diencerkan dan


Perhitungan dan masukkan perlahan ke dalam labu ukur.
Pembuatan
Larutan dengan
Pengenceran Encerkan lagi dengan aquades sampai
tanda batas labu ukur.

Pindahkan kedalam botol reagen dan beri


label (Nama zat, konsentrasi zat dan
tanggal pembuatan).
3.4.3 Perhitungan dan Pembuatan Larutan dengan Persentase
Komposisi

Timbang zat, dan larutkan sedikit dengan aquades


dalam gelas kimia

Pindahkan larutan ke labu ukur sesuai ukuran


yang dibuat, dengan menggunakan corong.

Perhitungan dan
Pembuatan Larutan Bilas gelas kimia dengan aquades, air bilasan juga
dipindahkan ke labu ukur, lakukan beberapa kali
dengan Persentase
bilasan.
Komposisi

Encerkan dengan akuades sampai tanda batas


pada labu ukur.

Pindahkan larutan ke dalam botol reagen dan beri


label (Nama zat, konsentrasi zat dan tanggal
pembuatan).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Normalitas

Nama Zat Konsentrasi Massa (g) Volume Lart BM (Mr)


NaOH 0,1 N 0,4 gr 100 mL 40

2. Pengenceran

Nama Zat % Density (ρ) M N1


HCl pekat 12% menjadi 1,18 g/cm³ 0,5N 0,5N
4,2 ml

V1 N1 V2 N2
HCl 29,2 ml 0.5 N 100 mL 0,5 N

4.2 Pembahasan

Stoikiometri merupakan konsep kimiayang sering digunakan untuk mengukur


terjadinya reaksi kimia. Stoikiometri juga dapat digunakan sebagai konsep untuk
membuatsuatu larutan. Oleh karena itu, pada percobaan kali ini kita membutuhkan konsep
stoikiometri dalam menghitung konsentrasi larutan dibawah ini.

Pada percobaan kali ini kita akan membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1 N
dan volume 100 ml. Namun, kita belum mengetahui berapa gram massa NaOH yang akan
ditimbang untuk membuat larutan ini. Untuk hal itu, kita akan menggunakan rumus
normalitas dimana :

N = M x valensi

NaOH = Na⁺ + OH⁻


Dari persamaan reaksi ini kita dapat mengetahui bahwa valensi basa OH⁻ pada NaOH = 1.

Untuk mendapatkan M :

N = M x valensi

0,5 =Mx1

M = 0,5 M

Untuk menentukan mol NaOH

M =

0,5 M =

n = 0,05 mol

kemudian dari persamaan mol tersebut, dapat menentukan gram NaOH. Sebelumnya tentukan
Mr dari NaOH terlebih dahulu :

Mr NaOH = Ar Na⁺ + Ar O + Ar H

= 23 + 16 + 1

= 40

n =

0,05 mol =

gr = 2 gr

Jadi massa NaOH = 2 gram

Selain itu konsep stokiometri dapat digunakan untuk membuat larutan, dari larutan
pekat dengan menggunakan rumus pengenceran misalnya larutan HCl pekat.

Pada percobaan kali ini kita menggunakan HCl pekat dengan konsentrasi 0,5 M,
normalitas 0,5 N dan volume 4,2 ml dari 12% dengan menggunakan pelarut aquades
sebanyak 25 ml. Percobaan ini dilakukan pada lemari asam karena merupakan asam pekat
dan menggunakan pipet matrix untuk mengukur volume HCl sebanyak 4,2 ml HCl pekat.
Volume campuran yang didapat ialah 4,2 ml + 25 ml = 29,2 ml.

Dengan density 1,18 g/cm³, konsentrasi 0,5 N. Kemudian dilakukan pengenceran hingga
mencapai volume 100 ml dengan penambahan aquades sehingga konsentrasi yang didapa
adalah 0,5 M.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Teknik pembuatan larutan dapat dilakukan dengan cara mencampurkan dua larutan
atau lebih.
2. Menentukan konsentrasi sebuah larutan dapat dilakukan dengan membandingkan
volume konsentrasi dan normalitas sebelum dan sesudah dilarutkan.

3. Teknik pengenceran larutan yang benar adalah mencapur larutan dengan bahan
pelarut murni agar diperoleh volume konsentrasi yang lebih rendah.

4. Teknik mencampurkan larutan adalah dengan mencampurkan dua larutan atau lebih
dengan konsentrasi yang berbeda hingga tidak padapat dibedakan lagi secara fisik.

5.2 Saran

Pada praktikum ini dibutuhkan pemahaman prosedur kerja dan ketelitian dalam menghitung
dan menimbang bahan. Oleh karena itu pemahaman dan ketelitian perlu di tingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sadiono, Sri. 2004.


Kimia Fisika
. Intan Pariwara : Yogyakarta
Stryer, Lubert. 1995.
Biokimia
. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Yasid, Estien. 2005.
Kimia Fisika untuk Paramedis
. Andi : Yogyakarta
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Banjar Baru: Universitas Lambung
Mangkurat.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Ed. Ke4. Jilid. 1. Jakarta:
Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB

Basset, J., 1994, Vogel Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai