Anda di halaman 1dari 3

Kebiasaan Gaya Arsitektur Wilayah Rawan Gempa di Indonesia

Oleh : Tegar Abdillah Ramadhan

Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi ring of fire yang membentang dari sisi barat
pulau sumatera hingga terhubung di ujung timur menjadikan Indonesia ditakdirkan sebagai
wilayah yang rawan gempa bumi. Di awal peradaban nenek moyang bangsa Indonesia yang kala
itu sudah mulai mengenal rumah tinggal yang tetap setelah masa nomaden berakhir, kebutuhan
rumah yang aman dan nyaman ditempati sudah mulai berkembang.

Omo Sebua dan Omo Hada adalah rumah adat khas Nias Provinsi Sumatera Utara
merupakan bukti bahwa peradaban masa lalu telah mengenal keteknikan dalam kontruksi
bangunan di wilayah rawan gempa. Berbagai konsep dan prinsip yang diaplikasikan pada
bangunan tradisional telah berhasil membuktikan bahwa rumah tanpa paku asal Nias dapat
berdiri kokoh hingga ratusan tahun hingga saat ini.

Beberapa konsep rumah yang tahan gempa memiliki beberapa karakteristik. Misalnya,
bangunannya yang sederhana, memiliki bahan yang ringan, didirikan dengan pondasi foot plat,
etc.

Meskipun demikian, tidak semua rumah pada akhirnya benar-benar bisa than terhadap
guncangan gempa. Faktor-faktor lain selalu menyertai penyebab dari kerusakan bangunan.
Seperti usia bangunan, kualitas bahan baku, hingga faktor eksternal. Sebagai masyarakat yang
tinggal di wilayah gempa maka kita hanya bisa mengurangi risiko akibat gempa dengan
meningkatkan kapasitas masyarakat dan menurunkan kerentanan yaitu kerentanan akibat kualitas
hunian yang buruk. Membangun rumah anti gempa sangat tidak ekonomis maka lahirlah konsep
rumah tahan gempa yang diharapkan dapat menurunkan kerentanan akibat gempa. Sehingga
kerusakan bangunan akibat gempa tidak sampai mengakibatkan korban jiwa.

Berikut beberapa prinsip-prinsip yang digunakan dalam membangun rumah tinggal tahan
gempa.

C. Prinsip-Prinsip Utama Konstruksi Tahan Gempa

1. Denah yang sederhana dan simetris Penyelidikan kerusakan akibat gempa menunjukkan
pentingnya denah bangunan yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horisontal yang
simetris. Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa Iebih baik karena kurangnya efek torsi dan
kekekuatannya yang lebih merata.

2. Bahan bangunan harus seringan mungkin Seringkali, oleh karena ketersedianya bahan
bangunan tertentu. Arsitek dan Sarjana SipiI harus menggunakan bahan bangunan yang berat, tapi jika
mungkin sebaiknya dipakai bahan bangunan yang ringan. Hal ini dikarenakan besarnya beban inersia
gempa adalah sebanding dengan berat bahan bangunan. Sebagai contoh penutup atap genteng diatas
kuda-kuda kayu menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3 x beban gempa yang dihasilkan oleh
penutup atap seng diatas kuda-kuda kayu. Sama halnya dengan pasangan dinding bata menghasiIkan
beban gempa sebesar 15 x beban gempa yang dihasilkan oleh dinding kayu.

3. Perlunya sistim konstruksi penahan beban yang memadai Supaya suatu bangunan dapat
menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari tiap-tiap elemen struktur kepada
struktur utama gaya honisontal yang kemudian memindahkan gaya-gaya ini ke pondasi dan ke tanah.
Adalah sangat penting bahwa struktur utama penahan gaya horizontal itu bersifat kenyal. Karena, jika
kekuatan elastis dilampaui, keruntuhan getas yang tiba-tiba tidak akan terjadi, tetapi pada beberapa
tempat tertentu terjadi Ieleh terlebih dulu. Suatu contoh misalnya deformasi paku pada batang kayu
terjadi sebelum keruntuhan akibat momen lentur pada batangnya.Cara dimana gaya-gaya tersebut
dialirkan biasanya disebut jalur Iintasan gaya.Tiap-tiap bangunan harus mempunyai jalur lintasan gaya
yang cukup untuk dapat menahan gaya gempa horisosontal. Untuk memberikan gambaran yang jelas,
disini diberikan suatu contoh rumah sederhana dengan tiga hal utama yang akan dibahas yaitu struktur
atap, struktur dinding dan pondasi.

a. Konsep Dasar Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat
seluruh elemen rumah menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa.
Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara
berbagai elemen tersebut serta pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat. Konsep rumah contoh
yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada
konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan material setempat,
budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan pelaksanaan.

b. Pondasi Prihatmaji, Pramono, Nugroho 238 Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali
menerus, dimana hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter. Hal ini
dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa
ikatan antara ponadsi dengan sloof tidak lepas.

c. Dinding Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat
yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding
dengan kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3
[ CITATION Yul \l 1033 ]

Anda mungkin juga menyukai