Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan adalah keadaan yang sebelumnya diawali dengan

proses pembuahan, dan diakhiri dengan proses persalinan yang

menunjukkan bahwa janin dikandung di dalam tubuh wanita, (El-

Manan, 2011).

b. Diagnosa Kehamilan

Diagnosa kehamilan dapat dilihat dari tanda-tanda kehamilan

(tanda pasti dan tidak pasti kehamilan), serta pemeriksaan diagnostik

(ultrasonografi, rontgenografi, fetal electro cardiografi, dan tes

laboratorium). Tanda tidak pasti kehamilan yang meliputi

amenorrhea, mual dan muntah, mastoidinia, quickening, konstipasi,

perubahan berat badan, perubahan warna kulit, perubahan pada serviks

(tanda hegar, tanda goodells, tanda chadwick, dan tanda mc donald),

dan perubahan pada uterus. Tanda pasti kehamilan meliputi denyut

jantung janin yang dapat didengar dengan stetoskop leanec dan

doppler pada minggu 17-18, serta pada saat dipalpasi dapat merasakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

gerakan janin yang biasanya menjadi jelas setelah minggu ke-22

(Pantikawati dan Saryono, 2010).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dilihat dari status

kesehatan, status gizi, dan gaya hidup ibu hamil (Pantikawati dan

Saryono, 2010).

1) Status kesehatan

Status kesehatan ibu meliputi dua klasifikasi berdasarkan

penyakit yang dialami oleh ibu hamil yaitu (1) komplikasi akibat

langsung kehamilan seperti hyperemesis gravidarum,

preeklampsia, kehamilan ektopik, perdarahan antepartum dan

kelainan plasenta. (2) Penyakit atau kelainan yang tidak

berhubungan langsung dengan kehamilan yang dapat memperberat

serta mempengaruhi kehamilan atau penyakit ini dapat diperberat

oleh karena kehamilan salah satunya penyakit jantung, dan

penyakit hepar (Pantikawati dan Saryono, 2010).

2) Status gizi

Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada

masa kehamilan. Kebutuhan gizi pada ibu hamil secara garis besar

yaitu asam folat, zat besi, kalsium, pemberian vitamin D dan lain-

lain (Pantikawati dan Saryono, 2010).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Gaya hidup ibu hamil

Ibu hamil yang merokok akan berisiko pada kehamilannya.

Kebiasaan merokok terjadi pada kelompok sosial rendah, paritas

tinggi, penghasilan rendah, atau ibu dengan problem psikologis

seperti depresi, stress, pekerja berat, dan lain-lain. Efek yang

muncul diakibatkan merokok adalah kelahiran BBLR, persalinan

preterm, kematian perinatal dan ketuban pecah dini (Pantikawati

dan Saryono, 2010).

d. Deteksi Dini Terhadap Komplikasi

Kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi.

Seorang bidan melakukan penapisan dini adanya komplikasi atau

penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda. Adapun

komplikasi ibu dan janin yang mungkin terjadi pada masa kehamilan

muda seperti perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum maupun

nyeri perut bagian bawah (Pantikawati dan Saryono, 2010).

2. Rokok

a. Pengertian

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan

untuk dibakar, dihisap, dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok

putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau

tanpa bahan tambahan (Menkes dan Mendagri, 2011).

b. Kandungan Rokok

Rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia. Sebanyak 400

jenis diantaranya adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang

tergolong karsinogenik (zat penyebab kanker). Zat yang terkandung

antara lain:

1) Nikotin

Nikotin, adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan

(adiktif). Nikotin bekerja di otak yang akan merangsang pelepasan

zat dopamin yang memberi rasa nyaman yang menyebabkan rasa

ketergantungan (Kemenkes RI, 2012).

2) Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida (CO), adalah salah satu gas beracun yang

menurunkan kandungan oksigen dalam darah (Kemenkes RI,

2012).

c. Kategori Perokok

1) Perokok Pasif

Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun

terpaksa menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan

oleh perokok (Menkes dan Mendagri, 2011). Seseorang yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

bukan perokok namun terpapar oleh rokok di lingkungannya

disebut dengan perokok pasif. Asap rokok yang terdapat di

lingkungan dikenal dengan istilah secondhand smoke atau

environmental tobacco smoke (ETS). ETS merupakan campuran

dari dua jenis asap hasil pembakaran rokok yaitu side stream

smoke yang disebarkan ke udara bebas sehingga dapat terhirup

oleh orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif dan main

stream smoke yang dihisap langsung oleh perokok dan asap

samping (Oberg et al, 2010). Waktu pajanan asap rokok miinimal

sehingga seseorang dapat dikategorikan sebagai perokok pasif

adalah 15-60 menit/hari (Titisari, 2011).

2) Perokok Aktif

Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung

menghisap rokok melalui mulutnya serta dapat mengakibatkan

bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar

(Windriya, 2013; Bustan, 2007).

3. Ketuban Pecah Dini (KPD)

a. Pengertian

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum

persalinan dan sebelum 37 minggu (Cuningham, 2013).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

Definisi ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4

cm (fase laten). KPD preterm adalah KPD sebalum usia kehamilan 37

minggu. Sedangkan KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi

lebih dari 12 jam sebelum waktu melahirkan (Nugroho, 2012).

Dari beberapa definisi KPD (Ketuban Pecah Dini) di atas maka

dapat disimpulkan bahwa KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya

ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan.

b. Etiologi

Penyebab KPD (Ketuban Pecah Dini) meliputi antara lain serviks

inkompetensia, pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi

genetalia), overdistensi uterus, malposisi atau malpresentase janin,

faktor yang menyebabkan kerusakan serviks, riwayat KPD

sebelumnya dua kali atau lebih, merokok selama kehamilan, usia ibu

yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat dari pada

usia muda, riwayat hubungan seksual baru-baru ini, paritas, anemia,

faktor golongan darah, kehamilan kembar, defisiensi gizi dari tembaga

atau asam askorbat (vitamin C), dan keadaan sosial ekonomi

(Nugroho, 2012).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

1) Faktor paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan bayi

aterm. Pada paritas terbagi menjadi nullipara, primipara, multipara.

Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

mampu hidup. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali

dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara

yang mengalami KPD berkaitan dengan kondisi psikologis,

mencakup sakit saat hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan

termasuk kecemasan akan kehamilan. Wanita yang telah

melahirkan beberapa kali dan mengalami KPD pada kehamilan

sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat, diyakini

lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya

(Cunningham et al, 2006).

2) Faktor usia

Usia ibu dibagi menjadi 2 kategori yaitu usia berisiko (apabila

<20 dan >35 tahun) dan usia tidak berisiko (apabila >20 dan <35

tahun) (Fraser et al, 1995; Cunnigham et al, 2006). Usia dan fisik

wanita sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama,

pada kesehatan janin dan proses persalinan. Rekomendasi WHO

untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan dan

persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Kehamilan di usia kurang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

dari 20 tahun dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik

belum 100% siap dan termasuk usia yang terlalu muda dengan

keadaan uterus yang masih kurang matur untuk melahirkan

sehingga rentan mengalami KPD. Sedangkan ibu dengan usia lebih

dari 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk melahirkan

khususnya pada ibu primi (tua) dan berisko tinggi mengalami KPD

(David et al, 1997; Afrianti, 2012).

Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia

kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan darah,

pertumbuhan janin terhambat dan secara mental juga belum siap.

Hal ini menyebabkan kesadaran untuk memeriksakan diri dan

kandungannya menjadi rendah. Berbeda dengan wanita usia 20 – 30

tahun yang dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan

persalinan. Di rentang usia ini kondisi fisik wanita dalam keadaan

prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan atau kondisi

yang maksimal untuk kehamilan. Umumnya secara mental juga

sudah siap, yang dampak pada perilaku merawat dan menjaga

kehamilan secara hati-hati (Caughey et al, 2008).

3) Faktor perkerjaan

Wanita yang hamil yang kelelahan akibat perkerjaan yang

berat bisa menyebabkan selaput ketuban pecah dan robek. Menurut

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

satu laporan, insiden KPD pada wanita hamil yang tidak berkerja

adalah lebih rendah dibandingkan wanita hamil yang berkerja. Gaya

hidup yang tidak sehat seperti merokok juga dikatakan sebagai

faktor predisposisi terjadinya KPD (Morgan dan Hamilton, 2009).

c. Mekanisme ketuban pecah dini

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses

biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion,

korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua

bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput

ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,

sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas “matrix

degrading enzyme” (Prawirohardjo, 2008).

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada

trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan

selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,

kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi

perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban

pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis (Prawirohardjo, 2008).

Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

adalah berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen,

kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan

struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen

dimediasi oleh (Matriks Metalloproteinase) (MMP) yang dihambat

oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (Prawirohardjo,

2008).

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan

(Tissue inhibitor of Metalloproteinase – 1) TIMP-1 mengarah pada

degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin.

Aktifitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.

Pada penyakit periodonitis di mana terdapat peningkatan MMP,

cenderung terjadi ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2008).

d. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD

(Ketuban Pecah Dini) adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau

amoniak, mungkin cairan tersebut masih mengalir, dengan ciri pucat

dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering

karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila dalam posisi

duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Nugroho, 2012).

e. Diagnosis

Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan

ketuban (cairan berbau khas) di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba

dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta

pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat

dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru

(Oxorn dan Wiliam, 2010). Tentukan usia kehamilan, bila perlu

dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda –

tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta air ketuban

keruh dan berbau. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar

4,5-6,0 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna; bila ada cairan

ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3 (Cuningham, 2013). Pemeriksaan

mikroskopik dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan

dibiarkan kering akan menunjukan gambaran daun pakis (Nugroho,

2012).

f. Komplikasi ketuban pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung

pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

persalinan prematur (dapat terjadi sindrom distress pernapasan pada

bayi baru lahir), korionamnionitis (Nugroho, 2012), hipoplasia, sepsis,

deformitas janin, meningkatan insiden seksio sesarea, atau gagalnya

persalinan normal (Errol, 2010).

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk ketuban pecah dini meliputi; memastikan

diagnosis, menentukan umur kehamilan, mengevaluasi ada tidaknya

infeksi maternal ataupun infeksi janin, melihat apakah dalam keadaan

inpartu, terdapat kegawatan janin.

1) Konservatif

Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg

atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x

500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu,

dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban

tidak keluar lagi. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum

inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason,

observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi

pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu,

ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda

infeksi (suhu, lekosit, tanda – tanda infeksi intrauterine) (Nugroho,

2012). Pada usia 32 – 34 minggu berikan steroid untuk memacu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar

lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis dexamethasone 6 mg

IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali, betamethasone 12 mg IM setiap

24 jam sebanyak 2 kali (Benrubi, 2010).

2) Aktif

Kehamilan > 35 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila

gagal seksio sesarea. Cara melakukan induksi yaitu 1 ampul

syntocinon dalam dekstros 5%, dimulai 4 tetes/menit, tiap ¼ jam

dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit. Bila ada tanda

– tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan

diakhiri. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks,

kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan

seksio sesarea. Apabila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus

pervaginam (Nugroho, 2012).

4. Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini

Rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia yang teridentifikasi,

termasuk karbon monoksida, ammonia, aseton, formaldehid, sianida

hydrogen, piren, dan vinil klorida. Di dalam tubuh, nikotin melepas

asetilkolin, epinefrin, norepinefrin, dan hormon antidiuretik, yang

menyebabkan takikardia, peningkatan curah jantung, vasokontriksi perifer,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

peningkatan tekanan darah dan perubahan metabolisme lemak dan

karbohidrat (Sinclair, 2009).

Paparan asap rokok secara akut juga menurunkan perfusi intervilosa,

kemungkinan melalui vasospasme akibat nikotin. Masalah lain yaitu

paparan karbon monoksida dari merokok menyebabkan pembentukan

karboksihemoglobin, yang memiliki efek multiple pada penyimpanan

oksigen baik sistemik maupun ke janin (Thompson, 2011).

Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan

oksigen pada jaringan berkurang. Oleh karena, gas CO mempunyai

kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah

merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap

rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah

lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang

diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Seharusnya, hemoglobin ini

berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel

tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini

merebut tempatnya di hemoglobin. Sel tubuh yang menderita kekurangan

oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh

darah dengan jalan menciut atau spasme (Thompson, 2011). Vasokontriksi

menurunkan aliran darah uteroplasental selama kehamilan. Karbon

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

monoksida menembus barier plasenta dan berikatan dengan hemoglobin

sehingga terjadi penurunan oksigenasi pada darah janin (Sinclair, 2009).

Wanita yang terpapar asap rokok cenderung lebih sering mengalami

gangguan pada kehamilannya karena kandungan zat kimia pada perokok

pasif lebih tinggi dibandingkan perokok aktif. Sebagaimana penelitian

yang dilakukan Mostafa tahun 2011 dengan judul Dilema of Women’s

Passive Smoking dalam jurnal Annals of Thoracic Medicine menunjukkan

bahwa toksin yang terkandung dari asap rokok melekat pada pakaian,

tertinggal dalam ruangan, pintu dan perabotan yang ada di sekitarnya

selama beberapa minggu dan bulan setelah digunakan untuk merokok.

Wanita hamil yang terpapar asap rokok seringkali mengalami gangguan

selama kehamilan seperti abortus, berat badan lahir rendah, pre eklampsi,

abruptio plasenta dan ketuban pecah dini. Hal ini terjadi karena dihirup

oleh perokok pasif lebih berbahaya karena empat kali lebih banyak

mengandung nikotinyang merupakan radikal bebas. Asap rokok memiliki

radikal bebas yang akan merusak komponen molekul utama dari sel tubuh

yaitu lipid, protein DNA, serum tembaga dan asam askorbat dalam plasma

darah. Sementara itu serum tembaga dan asam askorbat dalam plasma

darah penting untuk sintesis kolagen dan pemeliharaan. Dengan

berkurangnya serum tembaga dan asam askorbat dalam plasma darah

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

dapat mengurangi sifat elastis selaput ketuban sehingga rentan mengalami

ruptur atau robek.

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena

pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan

selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban

rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah (Prawirohardjo, 2008). Kolagen merupakan bagian dari

protein matriks ekstraselular. Kolagen interstitial (tipe I dan III) yang

terletak terutama di lapisan amnion memainkan peran penting dalam

menjaga integritas selaput ketuban dan regulator utama dari kekuatan

selaput ketuban (Guller, 2011).

Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah

berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen, kekurangan

tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur

abnormal karena antara lain merokok (Prawirohardjo, 2008). Matriks

metaloproteinase merupakan bagian dari enzim substrat yang bervariasi.

Degradasi kolagen dimediasi oleh (Matriks Metalloproteinase) (MMP)

yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease

(Guller, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Terganggunya penyampaian oksigen ke janin merupakan penyebab

utama terjadinya berbagai efek buruk akibat merokok pada perempuan

hamil maupun akibat asap rokok yang ada di lingkungan. Evaluasi

patologik pada plasenta perempuan hamil membuktikan adanya perubahan

struktural, termasuk penurunan fraksi volume kapiler dan peningkatan

ketebalan membran vitelinus jika dibandingkan dengan bukan perokok.

Kedua faktor ini mungkin berperan pada pertukaran gas yang abnormal di

dalam plasenta (Laksmi et al, 2008).


Asap Rokok

Pertukaran Gas yang Abnormal

Perubahan Biokimia dalam plasma darah

Tembaga Asam askorbik

Abnormalitas Pertumbuhan Struktur Matriks


Kolagen Selaput Ketuban Metalloproteinase

Kekuatan selaput ketuban inferior rapuh

Ketuban Pecah Dini

Gambar 2.1 Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Ketuban


Pecah Dini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

B. KERANGKA KONSEP

Ibu hamil perokok pasif Ketuban pecah dini

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi


perilaku merokok : KPD :
1. Usia 1. Usia ibu
2. Pendidikan 2. Paritas
3. Status ekonomi 3. Sosial Ekonomi
4. Lingkungan 4. Infeksi
5. Riwayat Obstetrik
Keterangan : Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


C. HIPOTESIS

Ada hubungan antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban

pecah dini.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai