Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun oleh :

Nama : Hefi Annisa

NIM : 018.01.3538

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TA.2018/2019
A. DEFINISI

Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.  Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri,
berjalan dan bekerja.  Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan musculoskeletal.

Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008). Jadi
dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. ETIOLOGI

Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :


1.      Kelainan Postur
2.      Gangguan Perkembangan Otot
3.      Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4.      Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5.      Kekakuan Otot

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Potter & Perry, 2006) manifestasi klinik pada gangguan aktivitas
yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat/orang lain, memiliki
hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang
merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu
pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi,
jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan
ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan
gangguan mobilisasi.

E.  PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang).
b) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit untuk dievaluasi)
c) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang)
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah dan urine
b) Pemeriksaan Hb

 F. KOMPLIKASI
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Status emosi stabil
(Rosidawati, dkk 2008)
 G. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan
episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas dan
aktivitas tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal.  Sebagai
suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah
yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
a) Hambatan  terhadap latihan
b) Pengembangan program latihan
c) Keamanan
2. Pencegahan sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi
atau dicegah dengan intervensi keperawatan.  Keberhasian intervensi berasal dari suatu
pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap
imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. (Tarwoto & Wartonah, 2006)

H. Rencana Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kebutuhan Aktifitas dan


Latihan
a. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan meliputi :
 Riwayat aktivitas dan olahraga
 Toleransi aktivitas
 Jenis dan frekuensi olah raga
 Faktor yang mempengaruhi mobilitas
 Pengararuh imobilitas
2. Pemeriksaan Fisik : Data Focus
a. Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien
dari lateral, anterior, dan posterior guna mengamati :
 Bahu dan pinggul sejajar
 Jari - jari kaki mengarah kedepan
 Tulang belakang lurus, tidak melengkung kesisi yang lain
b. Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat
jatuh.
 Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
 Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
 Lengan mengayun kedepan bersamaan dengan ayunan kaki di sisi
yang berlawanan
 Gaya berjalan halus, terkoordinasi.
c. Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak
aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
 Adanya kemerahan / pembengkakan sendi
 Deformitas
 Adanya nyeri tekan
 Krepitasi
 Peningkatan temperature di sekitar sendi
 Perkembangan otot yang terkait dengan masing – masing sendi
 Derajat gerak sendi
d. Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
 Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk
bergerak
 Adanya hambatan dalam bergerak ( terpasang infus, gips )
 Keseimbangan dan koordinasi klien
 Adanya hipotensi ortostatik
 Kenyamanan klien
e. Kekuatan dan massa otot
Perawat harus mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak,
langkah ini diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh
baik pada klien maupun perawat. Pengkajian ini bermanfaat untuk membantu
meningkatkan kemandirian klien yang mengalami disabilitas kardiovaskuler
dan respiratorik
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
 Foto rontgen, untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi,
dan perubahan hubungan tulang.
 CT scan tulang, mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
di daerah yang sulit untuk dievaluasi (mis: asetabulum).
 MRI, untuk melihat abnormalitas ( tumor, penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang).
b. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah dan urine : memberikan informasi mengenai
masalah musculoskeletal primer atau komplikasi yang terjadi
(infeksi).
 Pemeriksaan Hb : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan
akibat trauma).

 H. Pengkajian Fokus


Menurut (Hidayat, 2014) pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas
sebagai berikut :
a) Biodata pasien
b) Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan.
Pola aktivitas atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi
(BAK&BAB)
Berpakaian
Mobilisasi di
tempat tidur
Pindah
Ambulasi

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total

I. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Hambatan mobilitas fisik
2. Defisit perawatan diri
3. Intoleransi aktivitas

J. Intervensi
1. Hambatan mobilitas fisik
a) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien setelah
latihan
b) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
c) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan kebutuhannya
d) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
e) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan
2. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, dan eliminasi
a) Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri
b) Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
c) Monitor kemampuan pasien untuk menelan
d) Siapkan lingkungan yang menjaga privasi klien
e) Pantau peningkatan dan penurunan kemampuan untuk berpakaian dan melakukan
perawatan rambut
f) Menyediakan privasi saat eliminasi
g) Ganti pakaian klien setelah eliminasi
h) Edukasi keluarga untuk membantu menyiapkan alat dan membantu memandikan
pasien
3. Intoleransi aktivitas
a) Anjurkan pasien untuk meningkatkan batasan aktivitas yang dicapainya
b) Fokuskan pada aktivitas yang biasa dilakukan pasien
c) Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien
d) Kolaborasikan dengan terapis dalam latihan pemenuhan aktifitas
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008.  Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.  Jakarta: Salemba Medika.


Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : Salemba medika

Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan : Binarupa
aksara

Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2007.  Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia :Teori Dan
Aplikasi Dalam Praktek.  Jakarta: EGC

NANDA NIC NOC. 2013. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Rosidawati, dkk.  2008.  Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.  Jakarta: Salemba


Medika

Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4 volume 1. Jakarta : EGC.

Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai