Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TAHLIL DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN BUDAYA JAWA

A. Pengertian Tahlil dan Keutamaan Bacaan-bacaanya


Tahlil adalah masdar dari hallala yuhallilu yang secara harfiah
mempunyai makna: istadda artinya menjadi sangat, farikha artinya gembira,
sabbakha artinya mensucikan dan lailahaillallah yang artinya mengucapkan
lailahaillallah.
Dari sekian makna harfiah di atas, maka makna terkahirlah yang
dimaksudkan dalam pengertian tahlil dalam kajian ini. Dengan demikian
Tahlil adalah bacaan lailahaillallah dengan disertai bacaan-bacaan tertentu
yang mengandung fadhilah dan pahala bacaannya disampaikan kepada Mayit
Muslim.1
Bacaan tahlil dalam artian yang menyeluruh bagi masyarakat Muslim
Indonesia sudah tidak asing lagi. Mereka sering mengamalkannya dalam
segala acara terutama selamatan. Yang jelas tahlil tidak hanya membaca
lailahaillallah melainkan meliputi bacaan-bacaan tertentu sebagaimana yang
telah dipraktekkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Dalam istilah ilmu Balaghah, pengertian tahlil yang meliputi bacaan-
bacaan lain –bukan hanya lailahailallah- disebut dengan majaz min ithlaqil
juz bi iradatil kul, menyebut sebagian makna tetapi yang dituju adalah
keseluruhan.2
Untuk mempermudah penamaan, setiap orang kemudian
menyebutkan dengan bacaan tahlil lantaran dalam prakteknya bilangan tahlil
diulang dengan bilangan terbanyak, dibanding dengan pengulangan bilangan
bacaan lainnya. Dan merekapun menjadi mafhum apabila mendapat
undangan tahlil.
Dalam bacaan tahlil yang ada, maka terdapat serangkaian ayat al-
Qur’an dan kalimat toyyibah sebagai berikut:

1
Muhammad Muslih, Tahlil Bagaimana Hukumnya, Diktat, 1984, hlm. 3
2
Ibid., hlm. 4

10
11

1. Surat al-Fatihah
2. Surat al-Ikhlas
3. Surat al-Muawwidzatain
4. Surat al-Fatihah
5. Permulaan dan akhir surat al-Baqarah
6. Ayat kursi
7. Istigfar
8. Tahlil (lailahaillah)
9. Tasbih
10. Sholawat Nabi
11. Do’a, yang diakhiri juga dengan surat al-Fatihah.3

Dipilihnya beberapa bacaan tertentu dalam tahlil tidak lepas dari


beberapa keutamaan yang ada dari bacaan tersebut baik dikemukakan oleh al-
Qur’an, hadis maupun pendapat ulama. Adapun beberapa keutamaan (fadhilah)
dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Fadhilah surat al-Fatihah:


Surat al-Fatihah disebut juga ummul kitab dan sab’ul matsani yang
terdiri dari tujuh ayat. Dipilihnya surat al-Fatihah karena menurut sabda
Nabi merupakan surat yang paling mulia. Sabda Nabi dari Said Ibnu
Mualla:

‫ﺖ‬
ُ ‫ ُﻗ ْﻠ‬,‫ن‬ِ ‫ﻈ َﻢ ﺳُﻮ َر ٍة ﻓَﻰ اﻟ ُﻘ ْﺮَا‬
َ‫ﻋ‬ْ ‫ﻚ َا‬
َ ‫ﻋِّﻠ َﻤ ﱠﻨ‬
َ‫ﻻ‬
ُ ‫ﺖ‬ َ ‫ﻚ ُﻗ ْﻠ‬
َ ‫ل اﷲ ِا ﱠﻧ‬
َ ‫ﻳَﺎ َرﺳُﻮ‬
‫ﻦ( اَﻟﺴﱠ ْﺒ ُﻊ اﻟَﻤﺜَﺎﻧِﻰ‬
َ ‫ب اﻟﻌَﺎَﻟﻤِﻴ‬
‫ﺤ ْﻤﺪُﷲ َر ﱢ‬ َ ‫ )َا ْﻟ‬,‫ل َﻧ َﻌ ْﻢ‬
َ ‫ﻗَﺎ‬
“Saya (Said Ibnu al-Mualla) berkata: Hai Rasulallah sesungguhnya engkau
berkata akan aku ajarkan kepadamu surat yang paling mulia di dalam al-
Qur’an. Maka Rasul bersabda: Ya, (surat yang paling mulia) adalah al-

3
Urutan ini sudah lazim dan berlaku di tengah masyarakat, walaupun sebagian ada yang
tidak sama urutannya sebagaimana di atas, seperti di daerah Cirebon. Urutan tahlil semacam ini
dengan berbagai bacaannya bisa dilihat dalam buku Tahlil, Semarang: Toha Putra, tt.
12

hamdulillahirabbil alamin (surat al-Fatihah) yang diulang-ulang”. (HR.


Imam Bukhari).4

Berdasarkan hadis ini, maka membaca al-Fatihah termasuk sebuah


keutamaan. Sedangkan maksud redaksi al-sab’ul matsani (yang diulang-
ulang) adalah karena surat al-Fatihah dibaca berulangkali di dalam shalat.
Ini menunjukkan keistimewaan surat al-Fatihah sehingga karena begitu
utamanya harus dibaca berulangkali di dalam shalat. Oleh karenanya di
luar shalat pun utama untuk dibaca. Dalam tahlil surat al-Fatihah dibaca
berulang-ulang paling tidak tiga kali, yakni pada awal tahlil (ada yang satu
kali dan ada pula yang sampai tiga kali), setelah membaca surat
Muawwidzatain, dan sesudah do’a.

2. Fadhilah surat al-Ikhlas dan al-Muawwidzatain:


Urutan selanjutnya dalam tahlil setelah al-Fatihah adalah membaca
surat al-Ikhlas (ada sekali, tiga dan tujuh kali) dan al-Muawwidzatain
(sebanyak 1 kali), yakni surat al-Falak dan al-Nas. Ketiga surat dipilih di
antara fadhilahnya adalah sebagaimana disebutkan oleh sabda Nabi
berikut:
Fadhilah Surat Ikhlas

‫ﺳﱠﻠ ْﻢ وَاﱠﻟﺬِي َﻧ ْﻔﺴِﻰ ِﺑ َﻴ ِﺪ ِﻩ ِإ ﱠﻧﻬَﺎ‬


َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬
َ ‫ل اﷲ‬
َ ‫ل َرﺳُﻮ‬
َ ‫َﻓﻘَﺎ‬
‫ن‬
ِ ‫ﺚ اﻟ ُﻘﺮْا‬ ُ ‫ل ُﺛُﻠ‬ُ ‫َﻟ َﺘ ْﻌ ِﺪ‬.
Nabi bersabda: Demi dzatku yang berada di tangan-Nya, sesungguhnya
surat al-Ikhlas itu sebanding (pahalanya) dengan sepertiga al-Qur’an. (HR.
Bukhari)5

Fadhilah surat Muawwidzatain:

‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ َ ‫ل اﷲ‬ َ ‫ن َرﺳُﻮ‬ ‫ﻋ ْﻨﻬَﺎ َا ﱠ‬
َ ‫ﺸ َﺔ َرﺿِﻲ اﷲ‬ َ ‫ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ‬ ْ‫ﻋ‬َ
‫ﺚ َﻓَﻠﻤﱠﺎ‬ ُ ‫ت َو َﻳ ْﻨ ُﻔ‬
ٍ ‫ﺴ ِﻪ ﺑِﺎ ْﻟ ُﻤ َﻌ ﱢﻮذَا‬
ِ ‫ﻋﻠَﻰ َﻧ ْﻔ‬َ ‫ﺷ َﺘ َﻜ َﺮ َﻳ ْﻘ َﺮُأ‬
ْ ‫ن ِإذَا‬
َ ‫ﺳﱠﻠ ْﻢ آَﺎ‬
َ ‫َو‬
.‫ﺢ ِﺑ َﻴ ِﺪ ِﻩ َرﺟَﺎ ًء َﺑ َﺮ َآ َﺘﻬَﺎ‬
ُ‫ﺴ‬ َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َوَا ْﻣ‬
َ ‫ﺖ َأ ْﻗﺮَا ُء‬
ُ ‫ﺟ ُﻌ ُﻪ ُآ ْﻨ‬
َ ‫ﺷ َﺘ ﱠﺪ َو‬
ْ‫ا‬
4
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Semarang: Toha Putra, tt. hlm. 228
5
ibid. hlm. 229
13

Dari Aisyah R.A : “Sesungguhnya Rasulullah ketika sakit maka membaca


surat Muawwidzatain lalu meniupkan pada dirinya, dan ketika sakitnya
parah, maka saya membacakan lalau mengusapkan ke tangan Nabi dengan
mengharap keberkahan surat tersebut ).6

3. Fadhilah awal dan akhir surat al-Baqarah:


Setelah membaca surat al-Ikhlas dan Muawwidzatain, bacaan dalam
tahlil berikutnya adalah awal dan akhir surat al-Baqarah. Hal ini didasarkan
pemahaman terhadap sebuah hadis Nabi yang menjelaskan keutamaan
membaca akhir surat al-Baqarah.

‫ﺧ ِﺮ‬ ِ ‫ﻦ َا‬ ْ ‫ﻦ ِﻣ‬ ِ ‫ﻻ َﻳ َﺘ ْﻴ‬


َ ‫ﻦ ﻗَﺮَا َء ﺑِﺎ‬ْ ‫ﺳﱠﻠ ْﻢ َﻣ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬
َ ‫ل اﻟ ﱠﻨﺒِﻰ‬
َ ‫ﻗَﺎ‬
‫ﺳُﻮ َر ِة اﻟ َﺒ َﻘ َﺮ ِة ﻓِﻰ َﻟ ْﻴَﻠ ٍﺔ َآ َﻔﺘَﺎ ُﻩ‬.
“Bersabda Rasulullah SAW: Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat
al-Baqarah di malam hari, maka bacaan tersebut telah mencukupinya
(bacaan tersebut cukup sebagai sebuah kebaikan baginya).7

4. Fadhilah ayat kursi:


Setelah membaca awal dan akhir surat al-Baqarah, selanjutnya
adalah membaca ayat kursi yang mempunyai keutamaan yang besar,
sebagaimana sabda Nabi:

‫ﻚ‬
َ‫ﺷ‬ َ ‫ﺖ ِاﻟَﻰ ِﻓﺮَا‬ ُ ‫ ِا َذ َأ َو ْﻳ‬:‫ﺳﱠﻠ ْﻢ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ َ ‫ل اﷲ‬ َ ‫ل َرﺳُﻮ‬ َ ‫ﻗَﺎ‬
‫ﻦ‬
َ ‫ﻻ ُﻳ ْﻘ ِﺮ ُﺑ‬
َ ‫ﻒ َو‬ً ‫ﻦ اﷲ ﺣَﺎ ِﻧ‬ ْ ‫ﻚ ِﻣ‬ َ ‫ل َﻣ َﻌ‬ َ ‫ﻦ َﻳ َﺰ‬
ْ ‫ﻲ َﻟ‬
‫ﺳﱢ‬ِ ‫ﻓَﺎ ْﻗﺮَا ْء َا َﻳ َﺔ ا ْﻟ ُﻜ ْﺮ‬
.‫ﺢ‬
َ ‫ﺼ ِﺒ‬
ْ ‫ﺣﺘﱠﻰ ُﺗ‬ َ ‫ن‬ِ ‫ﺷ ْﻴﻄَﺎ‬ َ
Bersabda Rasulullah SAW: “Ketika kamu hendak tidur maka bacalah ayat
kursi, kamu akan selalu dalam lindungan Allah dan Syetan tidak akan
mendekatimu sampai pagi”. (H.R. Bukhori)

5. Fadhilah Istighfar

6
Ibid., hlm. 230
7
Ibid., hlm. 229
14

Istighfar biasanya dibaca setelah ayat kursi sebanyak tiga kali dan
ada pula yang sampai 33 kali. Membaca istighfar ini merupakan perintah
Allah dalam al-Qur’an:

‫ﻏﻔﱠﺎرًا‬
َ ‫ن‬
َ ‫ﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔﺮُوا َر ﱠﺑ ُﻜ ْﻢ ِاﻧﱠ ُﻪ آَﺎ‬
ْ ‫َا‬.
“Mohon ampunlahlah pada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun” (QS: Nuh, 71)

6. Fadhilah Tahlil

Tahlil yang dimaksud disini adalah bacaan lailahaillallah yang


merupakan bacaan dzikir yang paling utama sebagaimana sabda Nabi:

‫ﻻ اﷲ‬ ‫ﻻإِﻟ َﻪ ِإ ﱠ‬ َ ‫ﻞ اﻟ ﱢﺬ ْآ ِﺮ‬


ُ‫ﻀ‬َ ‫ َا ْﻓ‬:‫ﺳﱠﻠ ْﻢ‬
َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬
َ ‫ل اﻟ ﱠﻨﺒِﻰ اﷲ‬
َ ‫ﻗَﺎ‬
.‫ﺤ ْﻤ ُﺪ ﷲ‬
َ ‫ﻞ اﻟ ﱡﺪﻋَﺎ ِء َا ْﻟ‬ُ‫ﻀ‬َ ‫َوَا ْﻓ‬
“Nabi SAW berrsabda: sebaik-baik dzikir adalah lailahaillallah dan
sebaik-baik doa adalah alhamdulillah”. 8

7. Fadhilah Tasbih
Setelah bacaan tahlil adalah bacaan tasbih yakni subhanallahi wa
bihamdih subhanallahi al-adzim. Ini merupakan dzikir yang mulia
sebagaimana firman Allah:

.‫ﻹ ْﺑﻜَﺎ ِر‬


ِ ‫ﻲ وَا‬
‫ﺸﱢ‬ِ ‫ﺢ ﺑِﺎ ْﻟ َﻌ‬
ْ ‫ﺳ ﱢﺒ‬
َ ‫ﻚ َآﺜِﻴﺮًا َو‬
َ ‫وَا ْذ ُآ ْﺮ َر ﱠﺑ‬
“Dan sebutlah Tuhan kamu sebanyak-banyaknya, serta sucikanlah di
waktu petang dan pagi hari. (QS: al-Imran, 41)

Dalam sebuah hadis, nabi juga mengingatkan bahwa bacaan tasbih


adalah dzikir lisan yang ringan tetapi berat timbangan pahalanya di akhirat.
Sabda Nabi:

8
Imam Jalaluddin as-Syuyuthi, Jami’us Shaghir, Semarang: Toha Putra, tt. Hlm. 17
15

‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ن‬ ِ ‫ﺧ ِﻔ ْﻴ َﻔﺘَﺎ‬


َ ‫ن‬ ِ ‫ َآِﻠ َﻤﺘَﺎ‬:‫ﺳﱠﻠ ْﻢ‬َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ َ ‫ل اﷲ‬ ُ ‫ﺳ ْﻮ‬ ُ ‫ل َر‬َ ‫ﻗَﺎ‬
‫ن اﷲ‬ َ ‫ﺳ ْﺒﺤَﺎ‬
ُ :‫ﻦ‬ ِ ‫ﺣ َﻤ‬
ْ ‫ن ِاﻟَﻰ اﻟ ﱠﺮ‬ ِ ‫ﺣ ِﺒ ْﻴ َﺒﺘَﺎ‬
َ ‫ن‬ِ ‫ن ﻓِﻰ اﻟ ِﻤ ْﻴﺰَا‬
ِ ‫ن َﺛ ِﻘ ْﻴَﻠﺘَﺎ‬
ِ ‫اﻟﱢﻠﺴَﺎ‬
.‫ﻈ ْﻴ ِﻢ‬
ِ ‫ن اﷲ اﻟ َﻌ‬ َ ‫ﺳ ْﺒﺤَﺎ‬ُ ‫ﺤ ْﻤ ِﺪ ِﻩ‬
َ ‫َو ِﺑ‬
Bersabda Rasulullah SAW: “Dua kalimah yang ringan dilisan, berat dalam
timbangan, dicintai oleh Allah adalah Subhanallah wabihamdihi,
subhanallahiladzim”. (HR. Bukhari dan Muslim).9

8. Fadhilah shalawat:
Shalawat merupakan bacaan yang utama karena keagungan Nabi
sehingga Allah bersalawat (menurunkan rahmat-Nya) begitu juga malaikat.
Maka Allah pun memerintahkan kepada setiap mukmin untuk membaca
shalawat kepada Nabi SAW. sebagaimana firman-Nya:

‫ﻲ‬
‫ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ‬
َ ‫ن‬
َ ‫ﺼﻠﱡﻮ‬
َ ‫ن اﻟﱠﻠ َﻪ َوﻣَﻼ ِﺋ َﻜ َﺘ ُﻪ ُﻳ‬
‫ِإ ﱠ‬
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada
Nabi” (QS: al-Ahzab, 56).

Walaupun Nabi adalah ma’shum, yang jelas dipelihara oleh Allah


dari dosa dan kesalahan, kita tetap mendoakan karena doa itu akan
memberikan manfaat kepada kita. Artinya kita yang membaca shalawat
akan mendapat rahmat dari Allah yang berlipat ganda10, sebagaimana sabda
Nabi:

‫ﻋﻠَﻰ ﺻَﻼ ًة‬ َ ‫ﺻﻠﱠﻰ‬ َ ‫ﻦ‬ْ ‫ َﻣ‬:‫ﺳﱠﻠ ْﻢ‬


َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬
َ ‫ل اﷲ‬
ُ ‫ﺳ ْﻮ‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫ﻗَﺎ‬
‫ﺸﺮًا‬ ْ‫ﻋ‬َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ ِﺑﻬَﺎ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬َ .
“Bersabda Rasulullah SAW: barangsiapa membaca shalawat sekali
kepadaku, maka Allah akan bersalawat (memberikan rahmat) kepadanya
sepuluh kali”.11

9. Fadhilah do’a:

9
Imam Bukhari, Op. Cit., hlm. 231
10
Lihat Ahmad Rofiq, Fiqih Aktual, Semarang: Mediatama Press, 2004, hlm. 178
11
Imam Nawawi al-Dimsyaqi, Al-Adzkar al-Nanawiyah, Semarang: Toha Putra, tt. hlm.
96
16

Do’a merupakan bacaan terakhir dalam rangkaian tahlil. Do’a ini


tidak hanya bagi orang mukmin yang masih hidup, bahkan yang sudah
meninggal sekalipun. Adapun keutamaan berdo’a ini sebagaimana firman
Allah:

‫ن‬
ِ ‫ع ِإذَا َدﻋَﺎ‬
ِ ‫ﻋ َﻮ َة اﻟﺪﱠا‬
ْ ‫ﺐ َد‬
ُ ‫ﺐ ُأﺟِﻴ‬
ٌ ‫ﻋﻨﱢﻲ َﻓِﺈﻧﱢﻲ َﻗﺮِﻳ‬
َ ‫ﻋﺒَﺎدِي‬
ِ ‫ﻚ‬
َ ‫ﺳَﺄَﻟ‬
َ ‫ َوِإذَا‬.
“Dan pabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo’a, apabila ia berdo’a kepada-Ku”. (QS: al-Baqarah,
186).

B. Tahlil Dalam Perspektif Islam


Bertolak dari pengertian di atas, maka membaca tahlil dan kalimah
toyyibah lainnya tidak ada satu pun ulama yang menentangnya. Apalagi
keutamaan dan fadhilah yang agung dari bacaan-bacaan tersebut sangat
besar. Bahkan dalam perspektif Islam membaca tahlil dan kalimah toyyibah
sangat dianjurkan. Hal ini karena membaca tahlil dan kalimah toyyibah ini
termasuk bagian dari dzikir. Sedangkan dzikir sangat dianjurkan,
sebagaimana firman Allah :

‫ﻓَﺎ ْذ ُآﺮُوﻧِﻲ َأ ْذ ُآ ْﺮ ُآ ْﻢ‬.


Maka ingatlah kepada-Ku, pasti Aku akan mengingatmu” (QS: al-
Baqarah,152)
‫ﺳ ﱢﺒﺤُﻮ ُﻩ ُﺑ ْﻜ َﺮ ًة‬َ ‫ َو‬.‫ﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا ا ْذ ُآﺮُوا اﻟﱠﻠ َﻪ ِذ ْآﺮًا َآﺜِﻴﺮًا‬ َ ‫َﻳﺎَأ ﱡﻳﻬَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ‬
‫ﻦ‬
َ ‫ﺟ ُﻜ ْﻢ ِﻣ‬ َ ‫ﺨ ِﺮ‬ْ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ َو َﻣﻠَﺎ ِﺋ َﻜ ُﺘ ُﻪ ِﻟ ُﻴ‬
َ ‫ﺼﻠﱢﻲ‬
َ ‫ ُه َﻮ اﱠﻟﺬِي ُﻳ‬.‫َوَأﺻِﻴﻼ‬
.‫ﻦ َرﺣِﻴﻤًﺎ‬ َ ‫ن ﺑِﺎ ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﻴ‬
َ ‫ت ِإﻟَﻰ اﻟﻨﱡﻮ ِر َوآَﺎ‬ ِ ‫ﻈُﻠﻤَﺎ‬
‫اﻟ ﱡ‬
“Hai orang-orang yang beriman ingatlah kepada Allah dengan dzikir
sebanyak-banyaknya dan sucikanlah/bertasbihlah kepada-Nya di waktu dan
petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu, dan Malaikat-Nya
memohonkan kebaikanmu supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya yang terang. Dan adalah Dia Maha penyayang kepada orang-
orang yang beriman”. (al-Ahzab: 41- 43).
17

Berdasarkan nash al-Qur’an dan Hadis di atas, maka tidak ada


keraguan lagi tentag dianjurkannya berdzikir kepada Allah dalam berbagai
kesempatan.
Adapun yang menjadi kontroversi adalah mengenai pahala bacaan
tahlil yang dihadiahkan kepada mayit muslim. Dalam hal ini terdapat
beberapa pendapat yaitu:
1. Kelompok yang mengatakan bahwa, pahala bacaan sama sekali tidak
bisa sampai kepada Mayit. Kelompok ini diprakarsai oleh Imam Malik
dan Imam as-Syafi’i dan sebagian pengikutnya. 12 Dasarnya adalah:

‫ )اﻟﻨﺠﻢ‬.‫ﺳﻌَﻰ‬
َ ‫ن ِإﻟﱠﺎ ﻣَﺎ‬
ِ ‫ﺲ ِﻟ ْﻠِﺈ ْﻧﺴَﺎ‬
َ ‫ن َﻟ ْﻴ‬
ْ ‫ َوَأ‬: 39)
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya sendiri”. (An-Najm: 39).

2. Kelompok yang berpendapat bahwa pahala bacaan bisa sampai ke mayit.


Golongan ini diprakarsai oleh Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad Bin
Hanbal dan sebagian ashabnya dan sebagian pengikut Syafi’i.13 Adapun
dasarnya adalah:

12
Hanif, Op. Cit., hlm. 23. Lihat juga Yudian, Santri NU Menggugat Tahlilan, Jakarta:
Mujahid Press, 2004, hlm. 25
13
Ibid.,
18

- Al-Qur’an yakni surat al-Hasyr

‫ﻦ‬
َ ‫ﺧﻮَا ِﻧﻨَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ‬
ْ‫ﻹ‬
ِ ‫ﻏ ِﻔ ْﺮ َﻟﻨَﺎ َو‬
ْ ‫ن َر ﱠﺑﻨَﺎ ا‬
َ ‫ﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ ِه ْﻢ َﻳﻘُﻮﻟُﻮ‬
ْ ‫ﻦ ﺟَﺎءُوا ِﻣ‬
َ ‫وَاﱠﻟﺬِﻳ‬
.‫ن‬
ِ ‫ﻹﻳﻤَﺎ‬
ِ ‫ﺳ َﺒﻘُﻮﻧَﺎ ﺑِﺎ‬
َ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor)
berdo’a: Ya Tuhan Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami
yang telah mendahului dengan iman”. (Qs. al-Hasyr: 10).

- Hadis Nabi:

‫ﺖ‬
ُ ‫ﻈ‬ ْ ‫ﺤ ِﻔ‬
َ ‫ﺟﻨَﺎ َز ٍة َﻓ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﺳﱠﻠ ْﻢ‬ َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ َ ‫ل اﷲ‬ ُ ‫ﺳ ْﻮ‬ُ ‫ل َر‬ َ ‫ﻗَﺎ‬
‫ﺣ ْﻤ ُﻪ َوﻋَﺎ ِﻓ ِﻪ‬ َ ‫ﻏ ِﻔ ْﺮَﻟ ُﻪ وَا ْر‬ ْ ‫ل )اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ ا‬ ُ ‫ﻦ ُدﻋَﺎ ِء ِﻩ َو ُه َﻮ َﻳﻘُﻮ‬ ْ ‫ِﻣ‬
‫ﺴ ْﻠ ُﻪ ﺑِﺎ ْﻟﻤَﺎ ِء‬
ِ‫ﻏ‬ ْ ‫ﺧَﻠ ُﻪ َوَا‬ َ ‫ﺳ ْﻊ َﻣ ْﺪ‬ ِ ‫ﻋ ْﻨ ُﻪ َوَا ْآ ِﺮ ْم ُﻧ ُﺰ ْوَﻟ ُﻪ َو َو‬
َ ‫ﻒ‬ُ ‫َواْﻋ‬
‫ب‬
َ ‫ﺖ وَاﻟ ﱠﺜ ْﻮ‬ َ ‫ َآﻤَﺎ َﻧ ﱠﻘ ْﻴ‬,‫ﺨﻄَﺎﻳَﺎ‬ َ ‫ﻦ اﻟ‬ َ ‫ﺞ وَاﻟْﺒ َْﺮ ِد َو َﻧ ِﻘ ِﻪ ِﻣ‬ ِ ‫وَاﻟ ﱠﺜ ْﻠ‬
‫ﺧ ْﻴﺮًا‬ َ ‫ﻼ‬ ً ‫ﻦ دَا ِر ِﻩ َوَا ْه‬ ْ ‫ﺧ ْﻴﺮًا ِﻣ‬ َ ‫ﺲ َوَا ْﺑ ِﺪ ْﻟ ُﻪ دَارًا‬
ِ ‫ﻦ اﻟ ﱠﺪ َﻧ‬َ ‫ﺾ ِﻣ‬ َ ‫ﻻ ْﺑ َﻴ‬ َ‫ا‬
‫ﻦ‬
ْ ‫ﻋ ْﺬ ُﻩ ِﻣ‬ ِ ‫ﺧ ْﻠ ُﻪ اَﻟﺠﱠﻨ َﺔ َوَا‬ ِ ‫ﺟ ِﻪ َوَا ْد‬ِ ‫ﻦ َز ْو‬ ْ ‫ﺧ ْﻴﺮًا ِﻣ‬ َ ‫ﻦ َا ْهِﻠ ِﻪ ِو َز ْوﺟًﺎ‬ ْ ‫ِﻣ‬
‫ن‬
َ ‫ن َا ُآﻮ‬ ْ ‫ﺖ َا‬ ُ ‫ﺣﺘﱠﻰ َﺗ َﻤ ﱠﻨ ْﻴ‬ َ (‫ب اﻟﻨﱠﺎ ِر‬ ِ ‫ﻋﺬَا‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ب اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ َو ِﻣ‬ ِ ‫ﻋﺬَا‬ َ
.(31-30\2‫ )ﺷﺮح ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﺖ‬ ُ ‫ﻚ اَﻟﻤﱢﻴ‬ َ ‫َاﻧَﺎ َذَﻟ‬
“Auf Ibnu Malik berkata: Rasululah SAW melakukan shalat, maka
saya hafal dari do’anya, Beliau membaca: Ya Allah, ampunilah dia,
selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan muliakanlah kedatangannya
dan lapangkanlah tempatnya, dan basuhlah dengan air, es dan
embun, dan bersihkanlah dia dari dosa-dosa seperti kamu
dibersihkannya kain putih dari kotoran, gantikanlah dia rumah yang
lebih bagus dari ruamahnya dan keluarga yang lebih baik dari
keluarganya dan istri yang lebih baik dari istrinya, dan masukkanlah
surga dan selamatkan dari siksa neraka, sehingga saya berkeinginan,
seandainya saya jadi mayit itu”. (HR. Syarah Muslim: jilid II)
19

- Al-Qiyas
Pahala bacaan-bacaan bisa sampai mayyit adalah diqiyaskan
dengan seluuruh macam ibadah sebagaimana yang tersebut dalam
di bawah ini:

‫ل‬
َ ‫ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ‬:‫ﺳﱠﻠ ْﻢ‬ َ ‫ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ‬ َ ‫ت ِا ْﻣﺮَا َء ٌة ِاﻟَﻰ اﻟ ﱠﻨﺒِﻰ‬
ْ ‫ﺟَﺎ َء‬
:‫ل‬َ ‫ ﻗَﺎ‬,‫ﻦ‬
ِ ‫ﻦ ُﻣ َﺘﺘَﺎ ِﺑ َﻌ ْﻴ‬ِ ‫ﺷ ْﻬ َﺮ ْﻳ‬
َ ‫ﺻﻴَﺎ ُم‬ِ ‫ﻋَﻠ ْﻴﻬَﺎ‬
َ ‫ﺖ َو‬ْ ‫ﺧﺘِﻰ ﻣَﺎ َﺗ‬
ْ ‫ن ُا‬‫اﷲ ِا ﱠ‬
:‫ﺖ‬
ْ ‫ﻀ ْﻴ َﻨﻪُ؟ ﻗَﺎَﻟ‬ ِ ‫ﺖ َﺗ ْﻘ‬ ِ ‫ﻦ َا ُآ ْﻨ‬
ٌ ‫ﻚ َد ْﻳ‬
َ ‫ﺧ ِﺘ‬
ْ ‫ﻋﻠَﻰ ُا‬َ ‫ن‬َ ‫ﺖ َﻟ ْﻮ آَﺎ‬ِ ‫َارَا َء ْﻳ‬
‫ﻖ‬
‫ﺣﱡ‬َ ‫ﻖ اﷲ َا‬ ‫ﺤﱠ‬ َ ‫ َﻓ‬:‫ل‬ َ ‫ﺑَﻼ ﻗَﺎ‬
“Sesungguhnya seorang perempuan dari suku Juhainah datang
(menghadap) pada Rasulullah SAW, kemudian berkata:
sesungguhnya ibu saya bernadzar untuk menunaikan haji, dan
belum berhaji sampai ia meninggal, Apakah saya dapat berhaji
menggantikannya ? Rasul menjawab: Berhajilah atasnya,
mengertilah kamu jika atas ibumu hutang kepada Allah lebih
berhak untuk dibayar”. (HR. Muslim)

C. Tahlil dalam Perspektif Budaya Jawa


Tahlil merupakan fenomena sosial yang melekat dalam tradisi
Muslim Jawa. Hal ini tidak lepas dari peran dakwah Walisongo yang
mempertahankan formula tradisi Jawa dengan mengganti substansinya dengan
ajaran-ajaran Islam.14 Fakta sejarah menunjukkan bahwa dakwah Walisongo
sangat kental dengan budaya dan tradisi Jawa. Hal ini membuat keberhasilan
tersendiri bagi dakwah Walisongo dalam menyebarkan Islam di Jawa.
Salah satu bentuk (formula) tradisi yang dipertahankan Walisongo
adalah tradisi selamatan (upacara kematian) memperingati kematian. Pada hari
hari pertama disebut surtanah atau geblak, selanjutnya adalah selametan
mitung dina, yaitu upacara selamatan kematian yang diadakan pada hari ketiga
sesudah saat meninggalnya seseorang; selametan mitung dina, yaitu upacara
selamatan saat sesudah meninggalnya seseorang yang jatuh pada hari keutujuh.

14
Lihat: Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, Yogyakarta: LKIS, 2004, hlm.
48-47
20

Kemudian selametan matang puluh dina, atau selametan empat puluh harinya
slametan nyatus atau seratus harinya; selametan mendak sepisan atau mendak
pindo, yaitu setahun dan dua tahunnya; selametan nyewu atau keseribu harinya,
selametan nguwis-nguwisi atau peringatan kematian seseorang untuk terakhir
kalinya.15
Upacara selamatan ini merupakan sisa-sisa tindakan keagamaan
orang Jawa zaman animisme yang dianut dan dilakukan sebagai tradisi sampai
saat ini. 16 Kemudian oleh Walisongo tradisi itu dibiarkan, akan tetapi mengisi
kegiatan peringatan atau selamatan hari kematian dengan rangkaian ayat suci
al-Qur’an dan kalimah toyyibah tertentu lainnya yang kemudian dikenal
dengan tahlil.
Model dakwah Walisongo semacam ini telah membuahkan
Islamisasi secara besar-besaran di Jawa dengan tanpa gejolak yang berarti.
Tradisi dan kepercayaan dan kepercayaan lama tidak dihapuskan secara radikal
dan frontal. Di sinilah terjadinya akulturasi dan sinkretisme antara tradisi dan
kepercayaan lokal di satu pihak , dengan ajaran dan kebudayaan Islam di pihak
lain. Dengan demikian dalam akulturasi ini Islam memberikan pengaruh
kepada tradisi dan kepercayaan lokal dan sebaliknya, yang kedua ini
memberikan pengaruh kepada pelaksanaan-pelaksanaan ajaran Islam.17
Tradisi ini begitu membudaya dan kental dalam masyarkat Jawa
sehingga pada gilirannya menjadi melembaga dalam kehidupan sosial
masyarakat dengan dibentuknya jamiyyah tahlil. Jamiyyah inilah yang secara
efektif dan aktif mengamalkan ajaran tahlil pada setiap Jumat, di samping tahlil
dalam acara selamatan hari kematian masyarakat Jawa. Dengan demikian,
fenomena ini bahkan sampai merambah pada umat lain selain Islam. Sebagai

15
HJ. Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan Pra Islam, dalam Darori Amin, Islam dan
Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002, hlm. 7
16
Ibid. hlm. 8
17
Darori Amin, Pengantar dalam buku Islam dan Kebudayaan Jawa, hlm. VII-VIII
21

contoh kasus adalah di salah saatu daerah Tangerang Jawa Barat18 dan daerah
Kendalrejo Petarukan Pemalang yang menjadi obyek penelitian ini. Alasan
toleransi dan pengembangan tradisi menjadi landasan bagi fenomena tahlil ke
lintas agama, walaupun ada kecurigaan pendangkalan akidah yakni kristenisasi.

18
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah seorang peserta Rakorda MUI se Jawa
dan Lampung pada tanggal 28 Agustus 2004 di Hotel Horison.

Anda mungkin juga menyukai