1
Muhammad Muslih, Tahlil Bagaimana Hukumnya, Diktat, 1984, hlm. 3
2
Ibid., hlm. 4
10
11
1. Surat al-Fatihah
2. Surat al-Ikhlas
3. Surat al-Muawwidzatain
4. Surat al-Fatihah
5. Permulaan dan akhir surat al-Baqarah
6. Ayat kursi
7. Istigfar
8. Tahlil (lailahaillah)
9. Tasbih
10. Sholawat Nabi
11. Do’a, yang diakhiri juga dengan surat al-Fatihah.3
ﺖ
ُ ُﻗ ْﻠ,نِ ﻈ َﻢ ﺳُﻮ َر ٍة ﻓَﻰ اﻟ ُﻘ ْﺮَا
َﻋْ ﻚ َا
َ ﻋِّﻠ َﻤ ﱠﻨ
َﻻ
ُ ﺖ َ ﻚ ُﻗ ْﻠ
َ ل اﷲ ِا ﱠﻧ
َ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ
ﻦ( اَﻟﺴﱠ ْﺒ ُﻊ اﻟَﻤﺜَﺎﻧِﻰ
َ ب اﻟﻌَﺎَﻟﻤِﻴ
ﺤ ْﻤﺪُﷲ َر ﱢ َ )َا ْﻟ,ل َﻧ َﻌ ْﻢ
َ ﻗَﺎ
“Saya (Said Ibnu al-Mualla) berkata: Hai Rasulallah sesungguhnya engkau
berkata akan aku ajarkan kepadamu surat yang paling mulia di dalam al-
Qur’an. Maka Rasul bersabda: Ya, (surat yang paling mulia) adalah al-
3
Urutan ini sudah lazim dan berlaku di tengah masyarakat, walaupun sebagian ada yang
tidak sama urutannya sebagaimana di atas, seperti di daerah Cirebon. Urutan tahlil semacam ini
dengan berbagai bacaannya bisa dilihat dalam buku Tahlil, Semarang: Toha Putra, tt.
12
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ
َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َ ل اﷲ َ ن َرﺳُﻮ ﻋ ْﻨﻬَﺎ َا ﱠ
َ ﺸ َﺔ َرﺿِﻲ اﷲ َ ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ ْﻋَ
ﺚ َﻓَﻠﻤﱠﺎ ُ ت َو َﻳ ْﻨ ُﻔ
ٍ ﺴ ِﻪ ﺑِﺎ ْﻟ ُﻤ َﻌ ﱢﻮذَا
ِ ﻋﻠَﻰ َﻧ ْﻔَ ﺷ َﺘ َﻜ َﺮ َﻳ ْﻘ َﺮُأ
ْ ن ِإذَا
َ ﺳﱠﻠ ْﻢ آَﺎ
َ َو
.ﺢ ِﺑ َﻴ ِﺪ ِﻩ َرﺟَﺎ ًء َﺑ َﺮ َآ َﺘﻬَﺎ
ُﺴ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َوَا ْﻣ
َ ﺖ َأ ْﻗﺮَا ُء
ُ ﺟ ُﻌ ُﻪ ُآ ْﻨ
َ ﺷ َﺘ ﱠﺪ َو
ْا
4
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Semarang: Toha Putra, tt. hlm. 228
5
ibid. hlm. 229
13
ﻚ
َﺷ َ ﺖ ِاﻟَﻰ ِﻓﺮَا ُ ِا َذ َأ َو ْﻳ:ﺳﱠﻠ ْﻢ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َ ل اﷲ َ ل َرﺳُﻮ َ ﻗَﺎ
ﻦ
َ ﻻ ُﻳ ْﻘ ِﺮ ُﺑ
َ ﻒ َوً ﻦ اﷲ ﺣَﺎ ِﻧ ْ ﻚ ِﻣ َ ل َﻣ َﻌ َ ﻦ َﻳ َﺰ
ْ ﻲ َﻟ
ﺳﱢِ ﻓَﺎ ْﻗﺮَا ْء َا َﻳ َﺔ ا ْﻟ ُﻜ ْﺮ
.ﺢ
َ ﺼ ِﺒ
ْ ﺣﺘﱠﻰ ُﺗ َ نِ ﺷ ْﻴﻄَﺎ َ
Bersabda Rasulullah SAW: “Ketika kamu hendak tidur maka bacalah ayat
kursi, kamu akan selalu dalam lindungan Allah dan Syetan tidak akan
mendekatimu sampai pagi”. (H.R. Bukhori)
5. Fadhilah Istighfar
6
Ibid., hlm. 230
7
Ibid., hlm. 229
14
Istighfar biasanya dibaca setelah ayat kursi sebanyak tiga kali dan
ada pula yang sampai 33 kali. Membaca istighfar ini merupakan perintah
Allah dalam al-Qur’an:
ﻏﻔﱠﺎرًا
َ ن
َ ﺳ َﺘ ْﻐ ِﻔﺮُوا َر ﱠﺑ ُﻜ ْﻢ ِاﻧﱠ ُﻪ آَﺎ
ْ َا.
“Mohon ampunlahlah pada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun” (QS: Nuh, 71)
6. Fadhilah Tahlil
7. Fadhilah Tasbih
Setelah bacaan tahlil adalah bacaan tasbih yakni subhanallahi wa
bihamdih subhanallahi al-adzim. Ini merupakan dzikir yang mulia
sebagaimana firman Allah:
8
Imam Jalaluddin as-Syuyuthi, Jami’us Shaghir, Semarang: Toha Putra, tt. Hlm. 17
15
8. Fadhilah shalawat:
Shalawat merupakan bacaan yang utama karena keagungan Nabi
sehingga Allah bersalawat (menurunkan rahmat-Nya) begitu juga malaikat.
Maka Allah pun memerintahkan kepada setiap mukmin untuk membaca
shalawat kepada Nabi SAW. sebagaimana firman-Nya:
ﻲ
ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ
َ ن
َ ﺼﻠﱡﻮ
َ ن اﻟﱠﻠ َﻪ َوﻣَﻼ ِﺋ َﻜ َﺘ ُﻪ ُﻳ
ِإ ﱠ
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada
Nabi” (QS: al-Ahzab, 56).
9. Fadhilah do’a:
9
Imam Bukhari, Op. Cit., hlm. 231
10
Lihat Ahmad Rofiq, Fiqih Aktual, Semarang: Mediatama Press, 2004, hlm. 178
11
Imam Nawawi al-Dimsyaqi, Al-Adzkar al-Nanawiyah, Semarang: Toha Putra, tt. hlm.
96
16
ن
ِ ع ِإذَا َدﻋَﺎ
ِ ﻋ َﻮ َة اﻟﺪﱠا
ْ ﺐ َد
ُ ﺐ ُأﺟِﻴ
ٌ ﻋﻨﱢﻲ َﻓِﺈﻧﱢﻲ َﻗﺮِﻳ
َ ﻋﺒَﺎدِي
ِ ﻚ
َ ﺳَﺄَﻟ
َ َوِإذَا.
“Dan pabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo’a, apabila ia berdo’a kepada-Ku”. (QS: al-Baqarah,
186).
)اﻟﻨﺠﻢ.ﺳﻌَﻰ
َ ن ِإﻟﱠﺎ ﻣَﺎ
ِ ﺲ ِﻟ ْﻠِﺈ ْﻧﺴَﺎ
َ ن َﻟ ْﻴ
ْ َوَأ: 39)
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya sendiri”. (An-Najm: 39).
12
Hanif, Op. Cit., hlm. 23. Lihat juga Yudian, Santri NU Menggugat Tahlilan, Jakarta:
Mujahid Press, 2004, hlm. 25
13
Ibid.,
18
ﻦ
َ ﺧﻮَا ِﻧﻨَﺎ اﱠﻟﺬِﻳ
ْﻹ
ِ ﻏ ِﻔ ْﺮ َﻟﻨَﺎ َو
ْ ن َر ﱠﺑﻨَﺎ ا
َ ﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ ِه ْﻢ َﻳﻘُﻮﻟُﻮ
ْ ﻦ ﺟَﺎءُوا ِﻣ
َ وَاﱠﻟﺬِﻳ
.ن
ِ ﻹﻳﻤَﺎ
ِ ﺳ َﺒﻘُﻮﻧَﺎ ﺑِﺎ
َ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansor)
berdo’a: Ya Tuhan Kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami
yang telah mendahului dengan iman”. (Qs. al-Hasyr: 10).
- Hadis Nabi:
ﺖ
ُ ﻈ ْ ﺤ ِﻔ
َ ﺟﻨَﺎ َز ٍة َﻓ
َ ﻋﻠَﻰ َ ﺳﱠﻠ ْﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َ ل اﷲ ُ ﺳ ْﻮُ ل َر َ ﻗَﺎ
ﺣ ْﻤ ُﻪ َوﻋَﺎ ِﻓ ِﻪ َ ﻏ ِﻔ ْﺮَﻟ ُﻪ وَا ْر ْ ل )اَﻟﻠﱠ ُﻬﻢﱠ ا ُ ﻦ ُدﻋَﺎ ِء ِﻩ َو ُه َﻮ َﻳﻘُﻮ ْ ِﻣ
ﺴ ْﻠ ُﻪ ﺑِﺎ ْﻟﻤَﺎ ِء
ِﻏ ْ ﺧَﻠ ُﻪ َوَا َ ﺳ ْﻊ َﻣ ْﺪ ِ ﻋ ْﻨ ُﻪ َوَا ْآ ِﺮ ْم ُﻧ ُﺰ ْوَﻟ ُﻪ َو َو
َ ﻒُ َواْﻋ
ب
َ ﺖ وَاﻟ ﱠﺜ ْﻮ َ َآﻤَﺎ َﻧ ﱠﻘ ْﻴ,ﺨﻄَﺎﻳَﺎ َ ﻦ اﻟ َ ﺞ وَاﻟْﺒ َْﺮ ِد َو َﻧ ِﻘ ِﻪ ِﻣ ِ وَاﻟ ﱠﺜ ْﻠ
ﺧ ْﻴﺮًا َ ﻼ ً ﻦ دَا ِر ِﻩ َوَا ْه ْ ﺧ ْﻴﺮًا ِﻣ َ ﺲ َوَا ْﺑ ِﺪ ْﻟ ُﻪ دَارًا
ِ ﻦ اﻟ ﱠﺪ َﻧَ ﺾ ِﻣ َ ﻻ ْﺑ َﻴ َا
ﻦ
ْ ﻋ ْﺬ ُﻩ ِﻣ ِ ﺧ ْﻠ ُﻪ اَﻟﺠﱠﻨ َﺔ َوَا ِ ﺟ ِﻪ َوَا ْدِ ﻦ َز ْو ْ ﺧ ْﻴﺮًا ِﻣ َ ﻦ َا ْهِﻠ ِﻪ ِو َز ْوﺟًﺎ ْ ِﻣ
ن
َ ن َا ُآﻮ ْ ﺖ َا ُ ﺣﺘﱠﻰ َﺗ َﻤ ﱠﻨ ْﻴ َ (ب اﻟﻨﱠﺎ ِر ِ ﻋﺬَا َ ﻦ ْ ب اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ َو ِﻣ ِ ﻋﺬَا َ
.(31-30\2 )ﺷﺮح ﻣﺴﻠﻢ.ﺖ ُ ﻚ اَﻟﻤﱢﻴ َ َاﻧَﺎ َذَﻟ
“Auf Ibnu Malik berkata: Rasululah SAW melakukan shalat, maka
saya hafal dari do’anya, Beliau membaca: Ya Allah, ampunilah dia,
selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan muliakanlah kedatangannya
dan lapangkanlah tempatnya, dan basuhlah dengan air, es dan
embun, dan bersihkanlah dia dari dosa-dosa seperti kamu
dibersihkannya kain putih dari kotoran, gantikanlah dia rumah yang
lebih bagus dari ruamahnya dan keluarga yang lebih baik dari
keluarganya dan istri yang lebih baik dari istrinya, dan masukkanlah
surga dan selamatkan dari siksa neraka, sehingga saya berkeinginan,
seandainya saya jadi mayit itu”. (HR. Syarah Muslim: jilid II)
19
- Al-Qiyas
Pahala bacaan-bacaan bisa sampai mayyit adalah diqiyaskan
dengan seluuruh macam ibadah sebagaimana yang tersebut dalam
di bawah ini:
ل
َ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ:ﺳﱠﻠ ْﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َوَ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َ ت ِا ْﻣﺮَا َء ٌة ِاﻟَﻰ اﻟ ﱠﻨﺒِﻰ
ْ ﺟَﺎ َء
:لَ ﻗَﺎ,ﻦ
ِ ﻦ ُﻣ َﺘﺘَﺎ ِﺑ َﻌ ْﻴِ ﺷ ْﻬ َﺮ ْﻳ
َ ﺻﻴَﺎ ُمِ ﻋَﻠ ْﻴﻬَﺎ
َ ﺖ َوْ ﺧﺘِﻰ ﻣَﺎ َﺗ
ْ ن ُااﷲ ِا ﱠ
:ﺖ
ْ ﻀ ْﻴ َﻨﻪُ؟ ﻗَﺎَﻟ ِ ﺖ َﺗ ْﻘ ِ ﻦ َا ُآ ْﻨ
ٌ ﻚ َد ْﻳ
َ ﺧ ِﺘ
ْ ﻋﻠَﻰ ُاَ نَ ﺖ َﻟ ْﻮ آَﺎِ َارَا َء ْﻳ
ﻖ
ﺣﱡَ ﻖ اﷲ َا ﺤﱠ َ َﻓ:ل َ ﺑَﻼ ﻗَﺎ
“Sesungguhnya seorang perempuan dari suku Juhainah datang
(menghadap) pada Rasulullah SAW, kemudian berkata:
sesungguhnya ibu saya bernadzar untuk menunaikan haji, dan
belum berhaji sampai ia meninggal, Apakah saya dapat berhaji
menggantikannya ? Rasul menjawab: Berhajilah atasnya,
mengertilah kamu jika atas ibumu hutang kepada Allah lebih
berhak untuk dibayar”. (HR. Muslim)
14
Lihat: Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, Yogyakarta: LKIS, 2004, hlm.
48-47
20
Kemudian selametan matang puluh dina, atau selametan empat puluh harinya
slametan nyatus atau seratus harinya; selametan mendak sepisan atau mendak
pindo, yaitu setahun dan dua tahunnya; selametan nyewu atau keseribu harinya,
selametan nguwis-nguwisi atau peringatan kematian seseorang untuk terakhir
kalinya.15
Upacara selamatan ini merupakan sisa-sisa tindakan keagamaan
orang Jawa zaman animisme yang dianut dan dilakukan sebagai tradisi sampai
saat ini. 16 Kemudian oleh Walisongo tradisi itu dibiarkan, akan tetapi mengisi
kegiatan peringatan atau selamatan hari kematian dengan rangkaian ayat suci
al-Qur’an dan kalimah toyyibah tertentu lainnya yang kemudian dikenal
dengan tahlil.
Model dakwah Walisongo semacam ini telah membuahkan
Islamisasi secara besar-besaran di Jawa dengan tanpa gejolak yang berarti.
Tradisi dan kepercayaan dan kepercayaan lama tidak dihapuskan secara radikal
dan frontal. Di sinilah terjadinya akulturasi dan sinkretisme antara tradisi dan
kepercayaan lokal di satu pihak , dengan ajaran dan kebudayaan Islam di pihak
lain. Dengan demikian dalam akulturasi ini Islam memberikan pengaruh
kepada tradisi dan kepercayaan lokal dan sebaliknya, yang kedua ini
memberikan pengaruh kepada pelaksanaan-pelaksanaan ajaran Islam.17
Tradisi ini begitu membudaya dan kental dalam masyarkat Jawa
sehingga pada gilirannya menjadi melembaga dalam kehidupan sosial
masyarakat dengan dibentuknya jamiyyah tahlil. Jamiyyah inilah yang secara
efektif dan aktif mengamalkan ajaran tahlil pada setiap Jumat, di samping tahlil
dalam acara selamatan hari kematian masyarakat Jawa. Dengan demikian,
fenomena ini bahkan sampai merambah pada umat lain selain Islam. Sebagai
15
HJ. Ismawati, “Budaya dan Kepercayaan Pra Islam, dalam Darori Amin, Islam dan
Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2002, hlm. 7
16
Ibid. hlm. 8
17
Darori Amin, Pengantar dalam buku Islam dan Kebudayaan Jawa, hlm. VII-VIII
21
contoh kasus adalah di salah saatu daerah Tangerang Jawa Barat18 dan daerah
Kendalrejo Petarukan Pemalang yang menjadi obyek penelitian ini. Alasan
toleransi dan pengembangan tradisi menjadi landasan bagi fenomena tahlil ke
lintas agama, walaupun ada kecurigaan pendangkalan akidah yakni kristenisasi.
18
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah seorang peserta Rakorda MUI se Jawa
dan Lampung pada tanggal 28 Agustus 2004 di Hotel Horison.