PENDAHULUAN
1
2
(GEM) Report tahun 2016, dari 3,9 juta guru yang ada, masih terdapat 25% guru
yang belum memenuhi syarat kualifikasi dan 52% di antaranya belum memiliki
sertifikat profesi. Belum lagi, masih banyak guru yang mengajar mata pelajaran di
sekolah yang tidak sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Rendahnya
kualitas dan kesiapan guru dalam mengajar menunjukkan bahwa banyak calon
guru yang tidak mempersiapkan karirnya dengan baik. Hal tersebut menjadi bukti
bahwa perlu adanya perencanaan karir yang tepat untuk menentukan kesiapan
karir seseorang.
Kesiapan karir merupakan aspek yang perlu dimiliki oleh seorang
mahasiswa untuk menunjang karirnya di masa depan. Super (dalam Gysbers dkk.,
2014) menyatakan bahwa kesiapan karir adalah kondisi yang ideal untuk terlibat
dalam tugas perkembangan yang sesuai tingkat usia seseorang. Hartung (2013)
menambahkan, kesiapan berupa sikap dan kognitif untuk membuat pilihan
pendidikan dan pekerjaan. Kesiapan sikap meliputi aktif dalam perencanaan dan
eskplorasi wawasan dunia kerja di masa depan. Sedangkan kesiapan kognitif
adalah memiliki pengetahuan tentang pekerjaan dan bagaimana membuat
keputusan karir yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, seorang mahasiswa
hendaknya telah siap terhadap pilihan karir mereka, khususnya di era revolusi
industri 4.0 agar memiliki kualitas yang mumpuni serta membawa perubahan ke
arah yang lebih baik pada pendidikan di Indonesia.
Kesiapan karir seorang mahasiswa sebagai calon guru dapat dicapai
seiring dengan jumlah jam mengajar yang semakin banyak. Salah satunya dengan
menjadi guru atau tenaga pendidik di lingkup pendidikan formal maupun non
formal. Pengalaman di lingkup pendidikan formal bisa didapatkan dari kegiatan
Kajian Praktik Lapangan (KPL) yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri
Malang yang bekerjasama dengan sekolah formal, sedangkan dalam lingkup
pendidikan non formal bisa didapatkan dari lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, sanggar, dan lain sebagainya. Proses belajar mengajar di era
industri 4.0 identik dengan pemanfaatan teknologi untuk memudahkan siswa
dalam memahami materi yang disampaikan. Dibutuhkan pengalaman guru dalam
mengembangkan media dan metode belajar yang bervariasi agar siswa tidak
bosan.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka ditarik beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi mastery experience mahasiswa program studi S1 PTE
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang?
2. Bagaimana deskripsi adaptability skill mahasiswa program studi S1 PTE
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang?
3. Bagaimana deskripsi kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri
4.0 pada mahasiswa program studi S1 PTE Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Negeri Malang?
4. Bagaimana signifikansi hubungan antara mastery experience secara parsial
dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 PTE Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang?
5. Bagaimana signifikansi hubungan antara adaptability skill secara parsial
dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0 pada
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat mastery experience pada mahasiswa S1 PTE
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
2. Mendeskripsikan tingkat adaptability skill pada mahasiswa S1 PTE Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
3. Mendeskripsikan tingkat kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa S1 PTE Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
4. Mengungkap signifikansi hubungan secara parsial antara mastery experience
secara parsial dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa S1 PTE Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
5. Mengungkap signifikansi hubungan secara parsial antara adaptability skill
secara parsial dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi
industri 4.0 pada mahasiswa S1 PTE Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
6. Mengungkap signifikansi hubungan antara mastery experience dan
adaptability skill secara simultan dengan kesiapan karir sebagai calon guru di
era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa S1 PTE Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dicapai, maka hipotesis alternatif
(Ha) pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
6
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan mampu mengungkap
hubungan antara mastery experience dan adaptability skill terhadap kesiapan karir
sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa S1 PTE Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Penelitian ini
memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk melihat sejauh mana tingkat kesiapan karir
sebagai calon guru, terutama untuk peningkatan kesiapan karir sebagai calon guru
pada mahasiswa S1 PTE Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang. Bagi peneliti juga diharapkan dapat digunakan sebagai literatur
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi jurusan TE, sebagai bahan informasi dalam menambah dan memperkaya
ilmu pengetahuan, khususnya mahasiswa. Selain itu, dapat menjadi
penghubung antara industri dengan jurusan dalam menjalin kerja sama.
b. Bagi dosen prodi PTE, dapat memberikan masukan mengenai hal yang perlu
disampaikan kepada mahasiswa dalam rangka meningkatkan kesiapan karir
sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0 melalui pengetahuan tentang
mastery experience dan adaptability skill.
7
G. Definisi Operasional
Dalam setiap penelitian perlu adanya penjelasan terkait istilah yang
digunakan agar tidak menimbulkan tafsiran yang berlainan dan memudahkan
dalam melakukan penelitian, maka dalam hal ini akan dijelaskan masing-masing
definisi variabel yang diteliti:
1. Mastery experience
Mastery experience adalah pengalaman di masa lalu yang memuat
informasi tentang keberhasilan dan kegagalan mahasiswa S1 Pendidikan Teknik
Elektro selama kegiatan perkuliahan, seperti pengerjaan tugas, kegiatan
praktikum, ujian semester, Kajian dan Praktik Lapangan (KPL), dan Praktik
Industri (PI).
2. Adaptability skill
Adaptability skill adalah penyesuaian psikologis, kognitif, emosi, perilaku
serta perubahan sikap dan pemikiran yang selaras dengan perubahan kondisi
lingkungan yang terus berubah secara dinamis, khususnya di bidang pendidikan di
era revolusi industri 4.0.
3. Kesiapan karir
Kesiapan karir adalah keadaan individu yang sudah siap secara fisik
maupun mental dalam mengambil keputusan karir yang sesuai dengan bakat dan
minatnya dengan dilandasi perencanaan yang baik serta mampu mengerjakan
tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan karirnya.
10
11
B. Kesiapan Karir
1. Pengertian Kesiapan Karir
Rehfuss & Sickinger (2015) menjelaskan bahwa kesiapan karir adalah
proses seorang individu dalam mengambil keputusan karir dan sudah menyiapkan
segala sesuatu dalam memilih karir yang tepat yang sesuai dengan tahap
perkembangan karir. Lebih lanjut Rehfuss & Sickinger (2015) menyatakan dalam
kesiapan karir terdapat empat dimensi, yaitu concern, curiosity, confidence, dan
consultation. Concern ialah proses pengambilan pilihan karir oleh seorang
individu berdasarkan pandangannya terhadap masa depan. Curiosity merupakan
pemenuhan perencanaan karir individu yang didasari oleh informasi dan
pengetahuannya seputar dunia kerja. Confidence merujuk pada seberapa besar
keyakinan individu dalam memilih karir yang sesuai dengan keahlian yang
dimiliki. Sementara consultation adalah proses individu dalam bertukar informasi
dengan orang lain serta meminta pendapat mereka dalam mengambil keputusan
karirnya.
13
Pemilihan karir seseorang tidak terlepas dari peran seorang teman, karena
pertemenan merupakan lingkungan kedua yang paling berpengaruh setelah orang
tua. Seorang teman akan mendukung dan membantu individu mencapai tujuan
karirnya yang sesuai dengan harapan orang tua.
c. Faktor sosial ekonomi
Seorang individu yang memiliki privilege dari orang tuanya seperti
keadaan sosial ekonomi yang stabil tentu memiliki jenjang bidang pendidikan
yang bagus dan cenderung memiliki kesiapan karir yang lebih baik dibandingkan
seseorang yang hidup dalam keterbatasan. Faktor tersebut tentu akan menjadi
pembeda antara satu individu dengan yang lain dalam memutuskan pemilihan
karir.
d. Faktor lingkungan
Terdapat tiga lingkungan yang mempengaruhi kesiapan karir individu,
yaitu lingkungan masyarakat, lingkungan lembaga pendidikan, dan lingkungan
pertemanan. Pandangan dan perilaku individu akan terbentuk dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga akan berpengaruh terhadap pilihan pendidikan dan karir
yang diinginkan. Sedangkan lingkungan sekolah yang bagus akan berdampak
pada kemampuan, keterampilan, minat, dan bakat individu dalam menunjang
karirnya. Selain itu, lingkungan pertemanan yang berkualitas juga berpengaruh
terhadap orientasi pilihan karir di masa depan.
e. Faktor pandangan hidup dan nilai
Lingkungan sekitar akan membentuk pandangan hidup seseorang. Individu
yang mempunyai pandangan hidup tentu memiliki prinsip hidup dan mimpi yang
ingin dicapai. Aspek itulah yang dapat mempengaruhi pemilihan karir nantinya.
f. Faktor jenis kelamin
Faktor gender akan berpengaruh terhadap jenis karir yang akan dijalani.
Seorang laki-laki cenderung memiliki kesempatan dan pilihan karir yang lebih
luas dibandingkan dengan perempuan.
g. Faktor inteligensi
Tingkat inteligensi akan berbanding lurus dengan kemampuan individu
dalam menentukan karirnya di masa depan.
h. Faktor bakat dan kemampuan khusus
17
mengikuti forum seminar yang dapat menjadi sarana untuk mendapatkan angka
kredit serta sebagai tempat untuk berdiskusi tentang bidang ilmu dan profesinya
sebagai guru.
Daryanto dan Karim (2017) dalam bukunya Pembelajaran Abad 21
disebutkan bahwa menurut International Society for Technology in Education,
guru harus mempunyai 5 kategori keterampilan di era industri 4.0, yaitu: (1)
mampu memfasilitasi peserta didik; (2) merancang dan mengembangkan
pengalaman belajar era digital; (3) menjadi model cara belajar dan bekerja di era
digital; (4) mendorong dan menjadi model tanggung jawab dalam masyarakat
digital; dan (5) berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan
profesional.
Memasuki era industri 4.0, keterampilan guru yang menyangkut dengan
pembaruan teknologi sangat dibutuhkan untuk diimplementasikan saat proses
belajar berlangsung. Saavedra dan Opfer (2012) menyarankan guru untuk
menguasai sembilan prinsip keterampilan, yaitu (1) membuat pembelajaran
relevan dengan ‘big picture’; (2) mengajar dengan disiplin; (3) mengembangkan
kemampuan berpikir yang lebih rendah dan lebih tinggi untuk mendorong
pemahaman dalam konteks yang berbeda; (4) mendorong transfer pembelajaran;
(5) membelajarkan bagaimana ‘belajar untuk belajar’ atau metakognisi; (6)
memperbaiki kesalahpahaman secara langsung; (7) menggalakkan kerja sama tim;
(8) memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran; dan (9)
meningkatkan kreativitas siswa.
Prihadi (2017) menyatakan bahwa guru dituntut menguasai kemampuan
4C (critical thinking, communication, collaboration, dan creativity) agar dapat
membiasakan peserta didik dalam proses pembelajaran yang berbasis digital.
Nadiem Makarim menambahkan bahwa sistem pendidikan Indonesia
membutuhkan dua kompetensi baru, yaitu computational thinking dan compassion
(Budiansyah, 2020). Computational thinking merupakan kemampuan untuk
memecahkan masalah di era digital. Sedangkan compassion merupakan sisi
kemanusiaan yang harus dimiliki oleh individu dalam mengembangkan teknologi.
19
C. Mastery Experience
1. Pengertian Mastery Experience
Mastery (penguasaan) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan
pemahaman adalah mampu menyampaikan ulang sebuah informasi kepada orang
lain dengan kalimatnya sendiri tanpa mengubah makna yang terkandung di
dalamnya (Pratiwi dan Widayati, 2012).
Menurut Loehoer (dalam Nur, 2018) pengalaman (experience) merupakan
kumpulan hal-hal atau kejadian yang dilewati melalui interaksi dengan
lingkungan, ide, serta pikiran yang dilakukan secara terus menerus. Pengalaman
dapat diartikan juga sebagai memory episodic, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat
tertentu yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2013:103).
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari
peristiwa yang dilakukan dalam perjalanan hidupnya (Siagian dalam Nur, 2018).
Pengalaman seseorang dapat ditentukan oleh usia, jenjang pendidikan, keadaan
sosial ekonomi, budaya, jenis pekerjaan, sifat, dan pengalaman berharga di dalam
hidupnya (Notoatmojo dalam Saparwati, 2012).
Mastery Experience atau diartikan sebagai pengalaman keberhasilan
merupakan salah satu dari empat sumber informasi yang paling berpengaruh
dalam meningkatkan self efficacy (keyakinan individu) seseorang (Bandura dalam
Rustika, 2012). Mastery Experience atau pengalaman keberhasilan adalah segala
pencapaian yang berhasil didapatkan di masa lalu. (Rochmatika, 2019).
Bandura (dalam Rustika, 2012) mengemukakan bahwa mastery experience
memuat informasi tentang keberhasilan dan kegagalan seseorang. Secara spesifik
Bandura menjelaskan jika seseorang berhasil mencapai suatu hal maka akan
meningkatkan self efficacy, sebaliknya kegagalan akan menurunkan self efficacy.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malmberg, dkk. (2014)
menyatakan bahwa semakin bertambah pengalaman dan keyakinan diri seorang
guru dalam mengajar maka meningkat pula tingkat pengalaman keberhasilannya.
Mastery experience merupakan bukti nyata di mana pengalaman-pengalaman di
20
masa lalu dapat membantu guru dalam mengajar di dalam kelas atau
menyelesaikan tugas di dalam sebuah kelompok. (Franziska, 2016).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan bahwa mastery
experience (pengalaman keberhasilan) adalah pengalaman di masa lalu yang
memuat informasi tentang keberhasilan dan kegagalan, di mana pengalaman
tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan diri seseorang di masa
depan.
D. Adaptability Skill
1. Pengertian Adaptability Skill
Adaptability Skill atau diartikan sebagai kemampuan adaptasi. Arti dari
adaptasi sendiri adalah penyesuaian psikologis terhadap berbagai keadaan yang
berubah untuk mempertahankan fungsi yang normal (Brooker dalam Irfina, 2018).
Hartanto (dalam Putro, 2016) menyatakan adaptasi adalah perubahan tingkah
laku, cara berpikir, dan pendapat individu yang berkembang secara dinamis yang
selaras dengan perubahan lingkungan. Diindikasikan bahwa adaptasi memuat
konsep penyesuaian psikologik, kognitif, emosi, perilaku, dan biofisiologik yang
terus berubah denga kondisi lingkungan yang terus berubah secara dinamis (Putro,
2016). Lebih lanjut, Putro mengemukakan kemampuan adaptasi diri calon guru
respon dan interaksi mencakup: 1) terhadap diri sendiri, 2) terhadap orang lain
baik secara individu maupun kelompok, 3) terhadap lingkungan, 4) terhadap
norma dan aturan yang berlaku, dan 5) terhadap tugas.
Kemampuan adaptasi memiliki peran yang penting untuk keberhasilan
guru dalam hal kepercayaan diri atas kemampuannya pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Selain itu, guru dituntut mampu menyesuaikan diri dengan
adab dan norma yang berlaku di sekolah tempat ia mengajar. (Rivai dan Murni,
2010:214-215).
Schneiders mengemukakan bahwa adaptasi meliputi beberapa aspek, yaitu:
1) secara lapang dada menyadari kegagalan di masa lalu dan berusaha bangkit
untuk mencapai tujuan dalam bekerja, 2) menjadikan kejadian yang telah dilalui
sebagai pengalaman berharga untuk membuat konsep perencanaan yang lebih
matang dalam menyelesaikan tugas secara efektif dan efisien (Puspitasari, 2015).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan bahwa adaptability skill
(kemampuan adaptasi) adalah penyesuaian psikologis, kognitif, emosi, perilaku
serta perubahan sikap dan pemikiran yang selaras dengan perubahan kondisi
lingkungan yang terus berubah secara dinamis.
22
yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat; serta (5) agama dan
budaya memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang
sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu
(Putri, 2014).
Mu’tadin (dalam Sunarsih 2018) menyatakan bahwa terdapat enam faktor
yang mempengaruhi kemampuan menyesuaiakan diri individu dengan
keterampilan sosialnya, yaitu keluarga, lingkungan, kepribadian, pergaulan
dengan lawan jenis, pertemanan dan solidaritas kelompok, serta kepercayaan diri.
Sementara Fatimah (2010:199) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri seseorang, yaitu faktor fisiologis dan psikologis.
Faktor fisiologis merupakan struktur jasmani, kondisi yang primer dari tingkah
laku yang penting bagi proses penyesuaian diri. Sedangkan faktor psikologis
adalah faktor yang meliputi pengalaman, aktualisasi diri, frusatsi, dan depresi.
Penelitian terkait tentang kesiapan karir yang dilakukan oleh Ridho (2018)
dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Kematangan Karir
pada Siswa Kelas XII di SMK 3 Negeri Malang. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa adanya hubungan positif tidak signifikan antara motivasi
berprestasi dan kematangan karir.
Penelitian terkait tentang kesiapan karir yang dilakukan oleh Kholifah
(2018) dengan judul Hubungan Perilaku Positif dalam Praktikum dan
Keterlaksanaan Bimbingan Karir dengan Kesiapan Berkarir di Dunia Industri
Siswa SMKN Kelas XII Program Keahlian Multimedia di Kota Malang. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan secara simultan antara perilaku positif dalam praktikum dan
keterlaksanaan bimbingan karir dengan kesiapan berkarir di dunia industri pada
siswa SMKN kelas XII Program Keahlian Multimedia di Kota Malang.
H. Kerangka Berpikir
1. Hubungan mastery experience terhadap kesiapan karir sebagai calon
guru di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa S1 Pendidikan Teknik
Elektro Universitas Negeri Malang
akan lebih siap dan percaya diri untuk memulai karirnya sebagai seorang guru,
baik dari segi kognitif maupun afektif. Pengalaman-pengalaman tersebut
merupakan bekal bagi individu untuk bersaing dan berkembang di era revolusi
industri 4.0.
Kesiapan karir sebagai calon guru merupakan hal yang sulit dicapai oleh
seorang mahasiswa, mengingat pengalaman mengajar yang diperoleh dari kampus
hanya didapatkan dari perkuliahan dan kegiatan KPL (Kajian dan Praktik
Lapangan) selama kurang lebih 6 minggu. Dengan waktu yang singkat tersebut,
mahasiswa yang tidak berinisiatif mengembangkan pengalaman mengajarnya di
luar kegiatan perkuliahan maupun KPL, tentu akan mengalami kesulitan di masa
depan ketika sudah menjadi tenaga pendidik di sekolah formal maupun informal.
Kesiapan berkarir ini merupakan bekal bagi mahasiswa di masa depan untuk
memulai karirnya di bidang apapun. Industri kreatif akan lebih tertarik kepada
individu yang sudah siap ditempatkan di manapun, tidak lagi mencari seseorang
yang minim pengalaman karena teknologi informasi sudah terbuka lebar bagi
siapapun yang ingin belajar. Memiliki perencanaan yang jelas, memiliki wawasan
tentang dunia kerja, dan mampu membuat keputusan karir adalah beberapa aspek
yang dapat menunjang kesiapan berkarir. Ketika seseorang sudah siap untuk
berkarir, maka ia akan mudah dalam menyelesaikan tugasnya dalam suatu
pekerjaan tertentu.
Mastery experience merupakan salah satu aspek penting yang harus
dimiliki seseorang. Pengalaman keberhasilan di masa lalu akan membangun
kepercayaan diri seseorang dalam memulai karirnya. Pengalaman-pengalaman
yang telah dilalui, baik keberhasilan maupun kegagalan, dapat menjadi motivasi
dan bahan instrospeksi diri. Pencapaian di masa lalu dapat menjadi modal
seseorang dalam melamar sebuah pekerjaan di suatu instansi. Pihak instansi akan
lebih mempertimbangkan seseorang yang memiliki pengalaman lebih dari pada
yang kurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara mastery
experience dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0
saling berkesinambungan.
Sementara hubungan antara adaptability skill dengan kesiapan karir
sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0, menurut Brooker (dalam Irfina,
2018) adaptasi diartikan sebagai penyesuaian psikologis terhadap berbagai
keadaan yang berubah untuk mempertahankan fungsi yang normal. Individu yang
mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya akan terlihat
menonjol di mata orang lain. Hal ini dapat membangun lingkungan kerja yang
32
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto. Artinya penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang variabel yang diteliti dan untuk
mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2017:2)
metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu.
Menurut Sugiyono (2017:8) penelitian kuantitatif adalah suatu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data mengguakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut Arikunto (2013:234) penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan. Penelitian korelasional dapat dikategorikan sebagai penelitian
deskriptif, di mana Arikunto (2013:247) menjelaskan bahwa penelitian
korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut, penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan desain penelitiannya adalah deskriptif korelasional. Penelitian
ini menggunakan dua variabel bebas, meliputi mastery experience (X1) dan
adaptability skill (X2), serta variabel terikat kesiapan karir sebagai calon guru di
era revolusi industri 4.0 (Y). Rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
33
34
X1 r1y
R12y Y
r12
X2 r2y
Keterangan:
X1 = Mastery experience
X2 = Adaptability skill
Y = Kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0
r1y = Hubungan parsial antara X1 dan Y
r2y = Hubungan parsial antara X2 dan Y
r12 = Interkorelasi antara X1 dan X2
R12y = Hubungan simultan antara X1 dan X2 dengan Y
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Dalam pengambilan sampel dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili) karena sampel harus
mencerminkan bagaimana keberadaan suatu populasi.
Berdasarkan data populasi dari mahasiswa aktif Program Studi S1
Pendidikan Teknik Elektro angakatan 2016, maka penelitian ini mengambil semua
populasi yang ada di dalamnya agar memperoleh hasil yang akurat dan sesuai
dengan apa yang diharapkan. Metode untuk mengambil sampel yaitu
menggunakan jenis sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2017:122) teknik
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua populasi digunakan
sebagai sampel. Teknik sampling jenuh dipilih karena jumlah populasi hanya 86
mahasiswa, sehingga keseluruhan populasi dijadikan sampel.
C. Instrumen Penelitian
Arikunto (2013:203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga data tersebut mudah
diolah. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuisioner. Menurut Sugiyono (2017:142) kuisioner adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Rancangan instrumen
pengumpulan data terdapat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Instrumen Pengumpulan Data
No. Nama Variabel Variabel Instrumen Pengumpulan Data
1 Mastery Experience X1 Angket/Kuisioner
2 Adaptability Skill X2 Angket/Kuisioner
3 Kesiapan Karir Y Angket/Kuisioner
36
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2017:199), instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Dalam pengujian reliabilitas menggunakan
bantuan program SPSS untuk mengetahui nilai dari koefisien Cronbach’s Alpha.
Reliabilitas instrumen dikatakan valid dengan berpedoman pada nilai α > 0,7.
Untuk menentukan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen penelitian, maka
digunakan kategori dari Guilford seperti pada Tabel 3.6.
sehingga akan kesulitan untuk pengambilan data jika dilakukan secara offline; dan
(b) tidak menguras tenaga dan waktu. Pengumpulan data dilakukan secara
bertahap. Adapun tahapan-tahapannya yaitu:
1. Tahap Awal (Persiapan)
Kegiatan awal dilakukan dengan menyusun instrumen dalam bentuk
angket atau kuisioner. Setelah angket tersusun kemudian dilakukan pengujian
instrumen dan pengecekan kelengkapan data angket dan angket siap untuk
dibagikan ke responden. Selanjutnya yaitu memeriksa kembali kelengkapan
angket yang sudah diisi oleh responden.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil rekaman angket dan nilai sekunder
kemudian diperoleh dan diolah untuk memenuhi tujuan penelitian. Tahapan
analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, uji prasyarat analisis,
dan uji hipotesis.
1. Analisis Deskriptif
Deskripsi data yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul. Analisis deskripsi yang digunakan adalah analisis persentase
untuk menentukan persentase skor perolehan dengan menghitung distribusi
frekuensi, skor total, harga skor rata-rata, serta simpangan skor maksimal dan
minimum.
41
Pada setiap variabel dalam penelitian ini memiliki jumlah item angket
yang berbeda. Interval kelas atau panjang kelas ditentukan dengan persamaan 3.1.
Banyak kelas dibagi menjadi empat, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat
rendah.
Setelah panjang kelas interval diketahui, total tiap data nilai mahasiswa
dimasukkan ke kelas interval. Sehingga didapatkan frekuensi tiap klasifikasi atau
kategori yang kemudian dipersentasekan dengan menggunakan persamaan 3.2.
P= 100%.....................................................................................................(3.2)
Keterangan:
P = Persentase
F = Frekuensi responden
N = Jumlah responden
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis digunakan untuk memperoleh informasi terkait data
yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah data sudah memenuhi syarat
untuk dilakukan ke pengujian hipotesis. Beberapa uji prasyarat yang dilakukan
yaitu: (a) uji normalitas; (b) uji lineartias; (c) uji multikolinearitas; (d) uji
autokorelasi; dan (e) uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahi sebaran data pada suatu
kelompok data terdistribusi secara normal ataukah tidak. Apabila sebaran data
tidak normal maka disarankan menggunakan uji statistik nonparametrik. Pada
penelitian ini digunakan uji One-Sample Kolmologrov-Smirnov, dengan ketentuan
jika nilai Psig ≥ 0,05 maka data terdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan
bantuan software SPSS.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk menguji apakah dua variabel memiliki
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan (Priyanto, 2013:46). Menurut
Sugiyono (2017:265) kalau data tidak linear maka analisis regresi tidak bisa
dilanjutkan. Pada penelitian ini digunakan analisis regresi sederhana dengan
42
melihat signifikansi test for linearity pada program SPSS dengan taraf signifikansi
0,05. Data dikategorikan linier jika nilai Psig ≤ 0,05.
c. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan di mana antara dua variabel independen
atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau
mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya
masalah multikolinieritas. Apabila terjadi multikolinieritas maka sebuah variabel
yang berkorelasi kuat dengan variabel lain, kekuatan prediksinya tidak handal dan
tidak stabil. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dengan melihat
nilai tolerance dan VIP (Vale of Inflation Factor) pada SPSS. Semakin kecil nilai
tolerance dan semakin besar VIP maka semakin mendekati terjadinya masalah
multikoliniearitas (Priyanto, 2013:59).
d. Uji Autokorelasi
Menurut Priyanto (2013:61) autokolerasi adalah keadaan di mana
terjadinya korelasi dari residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan yang
lain yang disusun menurut rentan waktu, di mana model regresi yang baik
mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi. Apabila terdapat autokorelasi
maka variansi sampel tidak dapat menggambarkan variansi populasi serta
koefisien regresi yang diperoleh kurang akurat. Uji autokorelasi menggunakan uji
Durbin-Watson dengan bantuan program SPSS. Keputusan ada tidaknya
autokorelasi adalah (1) bila DW berada di antara dU sampai 4 – dU maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, artinya tidak ada autokorelasi; (2) bila
nilai DW lebih kecil daripada dL koefisien autokorelasi lebih dari pada nol,
artinya ada autokorelasi positif; (3) bila nilai DW di antara dL dan dU maka tidak
dapat disimpulkan; (4) bila DW lebih besar dari pada 4-dL koefisien autokorelasi
lebih besar dari pada nol artinya ada autokorelasi negatif, serta (5) bila DW
terletak di antara 4 – dU dan d – dL maka tidak dapat disimpulkan (Priyatno,
2013:62).
e. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana terjadinya ketidaksamaan
varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang baik mensyaratkan
tidak adanya masalah heteroskedastisitas karena menyebabkan nilai koefisien
43
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk memastikan adanya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat baik secara parisal maupun secara simultan.
Maka untuk menganalisa data hasil penelitian akan digunakan uji hipotesis
sebagai berikut:
a. Uji Hipotesis Pertama
Uji hipotesis pertama digunakan untuk mengungkap adanya hubungan
antara variabel bebas X1 yaitu mastery experience dengan variabel terikat Y yaitu
kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0. Pengujian ini
menggunakan teknik analisis korelasi parsial dengan bantuan software SPSS.
Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hipotesis pertama dan
kedua dengan melihat tabel coefficient pada kolom sig. Jika p < 0,05, maka terjadi
hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel yang diinterpretasikan
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Namun jika p > 0,05, maka tidak terjadi
hubungan yang positif dan signifikan dan dapat diinterpretasikan bahwa H0
diterima dan Ha ditolak. Adapun hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Ha1 = Terdapat hubungan positif dan signifikan antara mastery experience
dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang.
Ho1 = Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara mastery experience
dengan kesiapan karir sebagai calon guru di era revolusi industri 4.0 pada
mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elekro Universitas Negeri Malang.
44
Ho3 = Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan secara simultan antara
mastery experience dan adaptability skill dengan kesiapan karir sebagai
calon guru di era revolusi industri 4.0 pada mahasiswa S1 Pendidikan
Teknik Elekro Universitas Negeri Malang.
Pengujian menggunakan analisis korelasi ganda untuk melihat seberapa
besar hubungan dua variabel tersebut. Adapun persamaan garis regresi lebih dari
satu variabel X terhadap Y secara simultan dapat dilihat pada persamaan 3.3.
Y = a + b1X1 + b2X2 + ε......................................................................................(3.3)
Keterangan:
Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi
X1 = Variabel bebas 1
X2 = Variabel bebas 2
ε = Error variabel
G. Sumbangan Prediktor
Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa besaran
sumbangan (konstribusi) dari masing-masing variabel bebas. Terdapat dua jenis
sumbangan, yaitu sumbangan efektif (SE) dan sumbangan relatif (SR). Jumlah
sumbangan efektif untuk semua variabel sama dengan koefisien determinasi,
sedangkan jumlah sumbangan relatif digunakan untuk semua variabel yang
besarnya sama dengan 1 atau 100% (Budiyono, 2009:293). Sumbangan relatif
menghitung besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas tanpa
memperhatikan variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Sehingga
besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas dapat diprediksi. Persamaan
untuk mencari sumbangan relatif (SR) dapat dilihat pada persamaan 3.4 dan 3.5.
( )
SR%X1 = 100%...................................................................... (3.4)
!( ! )
SR%X2 = 100%.................................................................... (3.5)
Keterangan:
SR = Sumbangan relatif variabel bebas
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
46
47
48
Maura, A. 2018. Fakta Kualitas Guru di Indonesia yang Perlu Anda Ketahui.
(Online), (https://blog.ruangguru.com/fakta-kualitas-guru-di-indonesia-
yang-perlu-anda-ketahui), diakses 5 Desember 2019.
Nur, M.A.P. 2018. Hubungan Antara Relevansi Tempat Prakerin dan
Pengalaman Bermakna Saat Praktikum Terhadap Kematangan Vokasional
Pada Siswa Kelas XII Program Keahlian Teknik Pembangkit Tenaga Listrik
di SMK PGRI 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Nurkholis, M. A., & Badawi. 2019. Profesionalisme Guru di Era Revolusi
Industri 4.0. Palembang: Universitas PGRI Palembang.
Pfitzner-Eden, F. 2016. Why Do I Feel More Confident? Bandura’s Sources
Predict Preservice Teachers’ Latent Changes in Teacher Self-Efficacy.
Berlin: Department of Education and Psychology, Freie Universitat Berlin.
Pratiwi, I. & Widayati, A. 2012. Pembelajaran Akuntansi Melalui Reciprocal
Teaching Model Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Kemandirian Belajar dalam Materi Mengelola Administrasi Surat Berharga
Jangka Pendek Siswa Kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 7 Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X,
No. 2. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Prihadi, S. 2017. Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran Mitigasi
Bencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP
UMP 2017, 45-50.
Priyanto, D. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Putri, I.A. 2014. Hubungan antara Efikasi Diri Akademik dengan Penyesuaian
Diri pada Mahasiswa Bertipe Kepribadian Introvert di Fakultas Pendidikan
Psikologi Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Putro, S.C. 2016. Pengetahuan Pedagogik dan Keteknikan Sebagai Prediktor
Kemampuan Adaptasi Calon Guru Pada Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro
FT UM. Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan Pengajarannya. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Rehfuss, M.C., & Sickinger, P.H. 2015. Assistin High School Students With
Career Indecision Using A Shortened From of The Career Construction
Interview. Journal of School Conseling. 13(6), pl-23. 23p.
Ristekdikti. Panduan Program Pengembangan Sistem Pembelajaran Daring
(SPADA Indonesia – Revolusi Industri 4.0. 2018. Jakarta.
Rivai, V. & Murni, S. 2010. Education Management: Analisis Teori dan Praktik.
Jakarta: Rajawali Pers.
50