Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

OLEH KELOMPOK II
MUAFFIKAH PUTRI (70700120018)
NURULHUDA MURSALIM (70700120022)

SUPERVISOR PEMBIMBING
dr. NURUL RUMILA ROEM,.Sp.KK

DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul


Hidradenitis
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada tanggal………

Oleh
Pembimbing

dr. Nurul Rumila Roem, Sp.KK

Mengetahui,
ketua Program Pendidikan Profesi Dokter

dr. Azizah Nurdin,Sp.OG,M.Kes


NIP. 198409052009012011

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
I. Identitas pasien ................................................................................................ 1
II. Anamnesis ........................................................................................................ 1
III. Status generalis................................................................................................. 1
IV. Pemeriksaan fisik umum dan khusus ............................................................... 1
V. Pemeriksaan penunjang .................................................................................... 2
VI. Resume ............................................................................................................. 2
VII. Diagnosis ......................................................................................................... 2
VIII.Differensial diagnosis...................................................................................... 6
IX. Terapi farmakologi.......................................................................................... 6
X. Komunikasi, informasi, dan edukasi................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7

iii
I. Identitas pasien
 Nama : Ny. N
 Umur : 37 tahun
 Jenis kelamin : perempuan
II. Anamnesis :
 Keluhan utama : benjolan di ketiak sebelah kanan sejak 5 hari yang
lalu
 Keluhan penyerta : -
 Riwayat penyakit : -
 Riwayat alergi :-
 Riwayat operasi :-
 Riwayat trauma : mencukur rambut di ketiak sebelumnya
 Riwayat perjalanan penyakit: wanita usia 37 tahun datang ke rumah
sakit dengan keluhan benjolan diketiak sebelah kanan dialami sejak 5
hari yang lalu. Awalnya benjolan kecil namun lama kelamaan
membesar. Riwayat penyakit mencukur rambut di ketiak sebelumnya.
III. Status generalis : dalam batas normal
IV. Pemeriksaan fisik umum dan khusus
Didapatkan gambaran sebagai berikut

 Lokasi : ketiak kanan/ axilla dextra


 Distribusi : unilateral, soliter
 Batas : tegas
 Ukuran : numular

1
 Jumlah : soliter
 Eflorosensi : nodul eritematosa, tanpa adanya saluran sinus dan bekas luka.
V. Pemeriksaan penunjang :
Rencana pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah
lengkap, laju endap darah, atau kultur bakteri.
VI. Resume
Seorang wanita umur 37 tahun datang dengan keluhan benjolan diketiak sebelah
kanan sejak 5 hari lalu mula-mula benjolan kecil dan lama kelamaan membesar.
Pasien mencukur rambut diketiak sebelumnya. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan status generalis normal dan pemeriksaan dermatologi didapatkan
nodul eritematosa, tanpa adanya saluran sinus dan bekas luka, lokasi axilla
dextra, distribusi unilateral, berbatas tegas, ukuran numular, jumlah soliter.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan laboratorium darah lengkap, laju
endap darah atau kultur bakteri.
VII. Diagnosis : hidradenitis
a. Definisi
Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin yang biasanya akibat infeksi
staphylococcus aureus.1
b. Etiologi
Infeksi bakteri staphylococcus aureus. Faktor eksternal seperti penggunaan
bahan kimia, deodorant, dan bedak. Faktor genetik yang didapatkan riwayat
keluarga yang menderita hidradenitis. Faktor hormonal yang terjadi ketika
puberitas atau setelah puberitas menunjukkan adanya pengaruh androgen,
selain itu faktor lain seperti merokok dan obesitas.2
c. Epidemiologi
Hidradenitis biasanya berkembang setelah puberitas dengan onset puncak
pada usia awal dua puluhan. Onset prapuberitas jarang terjadi. Wanita lebih
umum sering terjadi dibandingkan pria dengan rasio 3:1. Insiden tertinggi
dikalangan wanita muda (20-29 tahun) dengan kejadian 18,4 per 100.000
orang/ tahun.2

2
d. Patomekanisme
Hidradenitis berawal dari oklusi apokrin atau duktus folikuler oleh
sumbatan keratin yang menyebabkan dilatasi duktus dan statis komponen
glandular. Bakteri memasuki sistem apokrin melalui folikel rambut dan
terperangkap dibawah sumbatan keratin yang kemudian bermultiplikasi
dengan cepat dalam lingkungan yang mengandung banyak nutrisi dari
keringat apokrin. Kelenjar dapat ruptur sehingga menyebabkan penyebaran
infeksi ke kelenjar dan area sekitarnya. Infeksi staphylococcus dan
organisme lain menyebabkan inflamasi lokal yang lebih luas, destruksi
jaringan dan kerusakan kulit.3
e. Gejala klinis
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesudah
akil balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma/mikrotrauma,
misalnya: banyak keringat, pemakaian deodorant atau rambut aksilla
digunting. Penyakit ini disertai gejala konstitusi: demam, malese. Ruam
berupa nodus dengan kelima tanda radang akut. Kemudian dapat melunak
menjadi abses, dan memecah membentuk fistel dan disebut hidradenitis
supurativa. Pada yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan sinus yang
multiple. Terbanyak berlokasi di aksila, juga di perineum, jadi tempat-
tempat yang banyak kelenjar apokrin Terdapat leukositosis. 1
f. Penegakan diagnosa
 Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan rasa nyeri yang berupa rasa panas,
terbakar, tajam, dan berdenyut. Aksilla dan daerah perianal (genital,
pubis, inguinal, tungkai atas) merupakan tempat tersering terjadinya
hidradenitis.
 Pemeriksaan fisik
Dapat ditemukan nodul, pustul, abses, sikatriks, dan pembentukan
sinus tergantung pada derajat keparahannya.
 Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, dan pada

3
pemeriksaan sitologi disimpulkan kesan abses dan sel radang kronis.
Pada pasien hidradenitis dengan lesi akut dapat terjadi peningkatan
laju endap darah atau protein C-reaktif. Jika terdapat kekhawatiran
infeksi, maka kultur lesi harus dilakukan untuk menemukan bakteri,
M. tuberkulosis, dan kultur jamur. Pemeriksaan biopsi terkadang
tidak terlalu diperlukan.4
g. Penatalaksanaan5,6,7
 Lesi akut
 Nodul: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesi
 Abses: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesional pada dinding lesi
kemudian insisi dan drainase cairan abses. Ketika lesi mengalami
fluktuasi, penuh cairan, dan terapi medis tidak efektif, sebaiknya tidak
menunda prosedur drainase bedah.
 Antibiotik topikal : tetracycline dan clindamycin.
 Antibiotik oral dengan tujuan memperpendek durasi nyeri dan
menghindari evolusi lesi menuju abses. Berbagai antibiotik yang telah
digunakan: Amoxcicilin, amoxcicilin+asam klavulanat,
cephalosporine, clindamicin, rifampisin. Eritromisin 1-2 gr/hr selama 7
hari. Penisilin 1,2-1,8 juta unit selama 7-10 hari.
 Kasus kronik residif
 Antibiotik oral: Erythromycin (250-500 mg qid), Tetracycline (250-500
mg qid), Minocycline (100 mg 2x sehari) hingga lesi kering atau
kombinasi dengan clindamycin 300 mg 2x sehari atau rifampin 300 mg
2x sehari.
 Zinc salt, dosis tinggi (90mg), telah terbukti efektif dalam penelitian
singkat.
 Metronidazol pada kasus dengan discharge berbau dapat membantu
 Kortikosteroid : Prednisone dapat diberikan jika nyeri dan terdapat
tanda inflamasi yang berat. Dengan dosis 70 mg perhari untuk 2-3 hari
dan tapering off selama 2 minggu.

4
 Isotretionin oral : Tidak digunakan pada infeksi berat tapi baik
digunakan pada stadium akut untuk mencegah sumbatan folikular dan
kemudian kombinasi dengan eksisi bedah. Isotreinoin tidak dapat
diberikan pada ibu hamil.
h. Komplikasi
 Daerah penyembuhan yang telah disebabkan oleh hidradenitis
supurativa dengan luka yang berbekas dapat menyebabkan
kontraktur (kondisi pemendekan dan pengerasan sebuah otot,
tendon, atau jaringan lainnya. Selalu menyebabkan perubahan
bentuk tubuh sebagian, dan terjadilah rasa kaku pada sendi) dan
sangat membatasi mobilitas anggota tubuh.
 Abses yang nyeri sering muncul berulang-ulang. Banyak pasien
hidradenitis juga menderita akne yang berat, atau sebelumnya
pernah menderita akne.
 Walaupun jarang, hidradenitis jelas dapat menyebabkan sepsis yang
berulan-ulang, kronis dan sangat tidak nyaman pada kelenjar
apokrin di aksila dan lipat paha.
 Komplikasi yang jarang: fistula ke uretra, kandung kemih, atau
rectum, anemia, dan amyloidosis.
 Komplikasi yang paling berat dari hidradenitis supurativa pada
daerah anogenital (daerah yang berhubungan anus dan genital)
adalah perkembangan karsinoma sel squamous pada dasar
peradangan kronis.4
i. Prognosis
Tingkat keparahan penyakit sangat bervariasi. Banyak pasien hanya
memiliki keterlibatan ringan dan berulang, sembuh sendiri, nodul merah
yang lembut tidak memiliki terapi. Penyakit ini biasanya mengalami remisi
spontan dengan usia >35 tahun. Pada beberapa individu, tentu saja bisa
berkembang terus menerus, dengan ditandai morbiditas terkait dengan nyeri
kronis, kerusakan sinus, dan terbentuknya jaringan parut, dengan mobilitas
terbatas. Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan kondisi dengan

5
pemberian antibiotic jangka panjang, tetapi banyak juga yang
membutuhkan tindakan bedah plastic. Diperlukan peningkatan hygine
untuk mencegah kekambuhan.4
VIII. Differensial diagnosis
 Skofuloderma
 Furunkel
 Karbunkel
IX. Terapi farmakologi
 Antibiotik topikal tetracycline dan clindamycin.
 Antibiotik oral dengan tujuan memperpendek durasi nyeri dan
menghindari evolusi lesi menuju abses. Berbagai antibiotik yang telah
digunakan: Amoxcicilin, amoxcicilin+asam klavulanat, cephalosporine,
clindamicin, rifampisin. Eritromisin 1-2 gr/hr selama 7 hari. Penisilin
1,2-1,8 juta unit selama 7-10 hari.
 Anti inflamasi triamcinolon 3-5 mg/ml.
 Jika terdapat abses dilakukan insisi dan drainase abses serta kompres
terbuka.
X. Komunikasi, informasi, dan edukasi
 Edukasi kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan
pasien yang kurang higenis pada kebersihan ketiak.
 Pasien dianjurkan untuk tidak menggaruk atau memecahkan lesi sendiri.
 Menjagadaya tahan tubuh tetap optimal dengan istirahat dan asupan
nutriri yang seimbang.
 Mencegah faktor pemicu yang dapat menginduksi timbulnya bisul
kembali.
 Meminum obat yang diberikan secara teratur.

6
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 7, Cetakan keenam. 2019.
Penerbit : Badan Penerbit FK UI.
2. Deckers IE, van der Zee HH, Prens EP. Epidemiology of Hidradenitis
Suppurativa: Prevalence, Pathogenesis, and Factors Associated with the
Development of HS. Curr Dermatol Rep. 2014;3(1):54–60.
3. Prens E, Deckers I. Pathophysiology of hidradenitis supurativa : An update. J
Am Acad Dermatol. 2015;73(5).
4. Ari dkk. Hidradenitis Supurativa Dengan Lokasi Yang Tidak Biasa.
Departemen Dermatologi dan Venerologi FK USU. 2016
5. Amiruddin, Dali, dkk. Buku Ajar Penyakit Kuli di Daerah Tropis
“Hidradenitis supurativa”. Makassar :LKPP Universitas Hasanuddin
6. Hall, John C. Sauer's Manual of Skin Diseases, 9th Edition. Kansas City,
Missouri: University of Missouri-Kansas City School of Medicine, Clinician,
Kansas City Free Health Clinic.2006.
7. Wolff K. Johnson RA. Suurmond. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of
Clinical Dermatology. 6th Ed. USA : McGraw Hill Companies Inc. 2009.

Anda mungkin juga menyukai