Respirasi
TV = 10-15 ml/Kg BB
Va = 4200 cc
Dead space = ± 150 cc
RR TV MV Va
8 750 6000 4800
10 600 6000 4500
15 400 6000 3750
20 300 6000 3000
Sehingga kalau berorientasi MV, maka salah. Karena yang benar adalah berorientai Va (Va
diupayakan sekitar 4200 cc).
__________________________________________________________________________
P=FxR
MAP = (1 S + 2 D)
/3
Normalnya 50 – 60 mm Hg
Lain organ, lain kebutuhannya MAP
__________________________________________________________________________
Rasio Ventilasi / Perfusi
V / P = Va / CO
= 4200 / 5000
= 0.8
FiO2 (150 mm Hg) setelah masuk ke alveoli (PAO2 = tekanan parsial Oksigen – Alveolar)
turun menjadi 110 mm Hg, karena ada tekanan uap air sepanjang saluran nafas sebesar ± 47
mm Hg.
Jika PAO2 sudah melintasi alveoli, masuk ke arteri disebut PaO2 (tekanan parsial oksigen
arterial) yang besarnya 100 mm Hg.
DO2 = CO x CaO2
DO2 = oksigen delivery
CO = SV x HR
SV = preload + afterload + kontraktilitas
Syok adalah supply O2 kurang dari demand O2.
= SaO2– SvO2
VO2 = oxygen Consumtion
= 3 – 5 ml / kg BB.
VO2 50 kg = 150 – 250 ml
Apabila syok perdarahan (CO turun, Hb turun), masih bisa memenuhi VO 2 dengan cara
memanipulasi PaO2dinaikkan 80-100%.
__________________________________________________________________________
Kecepatan difusi oksigen-darah, dipengaruhi oleh :
1. Perbedaan tekanan (misal pada hipoksia)
2. Sirkulasi paru (misal pada syok)
3. Permaebilitas membran (misal pada sputum, edema)
4. Luas penampang (misal pada atelektase, konsolidasi paru)
__________________________________________________________________________
Anoxic hypoxia = FiO2 rendah, misal pada ruangn yang terbakar.
Stagnant hypoxia = sirkulasi paru tidak baik
Anemic hypoxia = kadar Hb yang rendah.
Hitotoxic / sitotoxic hypoxia = sel yang tidak mau menggunakan oksigen, misal pada
keracunan sianida.