Anda di halaman 1dari 4

Editorials: Catatan Respirasi, by : Akhmad Yun Jufan, MD.

Respirasi

Menit Volume = Tidal Volume x Respiration Rate

TV = 10-15 ml/Kg BB

Va (Ventilasi alveolar) = RR x (TV - Dead Space)

Va = 4200 cc
Dead space = ± 150 cc

RR TV MV Va
8 750 6000 4800
10 600 6000 4500
15 400 6000 3750
20 300 6000 3000

Sehingga kalau berorientasi MV, maka salah. Karena yang benar adalah berorientai Va (Va
diupayakan sekitar 4200 cc).

 Jika TV naik, maka :


 Stroke volume menurun, karena tekanan intra thorak meningkat  preload
menurun.
 Barotrauma
 Jika TV turun, maka :
 Stroke volume meningkat, karena tekanan intra thorak menurun  preload
meningkat.
 Takikardi, karena stroke volume kurang dari normal

__________________________________________________________________________

Sardjito Journal of Anaesthesiology 2005; 78; pp 1-4


Editorials: Catatan Respirasi, by : Akhmad Yun Jufan, MD. 2
Hukum Ficks

P=FxR

Tekanan darah ditentukan oleh kontraktilitas jantung dan resistensi perifer.

 Preload = dipengaruhi oleh volume intravaskular.


 Afterload = dipengaruhi oleh vasodilatasi dan vasokonstriksi.
 Kontraktilitas = dipengaruhi kekuatan jantung.

Cara mengukur volume intravaskular :


1. Rasio hematrokit / hemoglobin
2. Rumus Ross (untuk dehidrasi)
3. Derajat hemoragik

MAP = (1 S + 2 D)
/3
 Normalnya 50 – 60 mm Hg
 Lain organ, lain kebutuhannya MAP
__________________________________________________________________________
Rasio Ventilasi / Perfusi

V / P = Va / CO

= 4200 / 5000
= 0.8

 Va baik, perfusi jelek : dead space


 Va jelek, perfusi jelek : shunting

Jika Va / P ≠ 0.8 : hypoxemia.


__________________________________________________________________________

Sardjito Journal of Anaesthesiology 2005; 78; pp 1-4


Editorials: Catatan Respirasi, by : Akhmad Yun Jufan, MD. 3
FiO2 (Fraksi inspirasi O2) = 21 % udara bebas
= 21 % x 760 mm Hg (1 atm)
= 150 mm Hg

FiO2 (150 mm Hg) setelah masuk ke alveoli (PAO2 = tekanan parsial Oksigen – Alveolar)
turun menjadi 110 mm Hg, karena ada tekanan uap air sepanjang saluran nafas sebesar ± 47
mm Hg.

Jika PAO2 sudah melintasi alveoli, masuk ke arteri disebut PaO2 (tekanan parsial oksigen
arterial) yang besarnya 100 mm Hg.

A-a DO2 = PAO2 – PaO2


= Alveolar-arterial Difference Oxygen
= 110 – 100
= 10 mm Hg
Jika A-a DO2 ≠ 10 mm Hg, berarti ada kelainan pada paru-paru.

 Rasio PaO2 / FiO2 = 5 kali (yaitu 100 mm Hg / 20%)


Jika PaO2 ≠ 5 kali FiO2, maka pasti ada gangguan di jalan nafas.

CaO2= (Hb x sat x 1.34) + (PaO2 x 0.003)

CaO2 : Oxygen Content arterial


(Hb x sat x 1.34) : Oksigen yang terikat Hb
(PaO2 x 0.003) : oksigen yang terlarut plasma.

DO2 = CO x CaO2
DO2 = oksigen delivery
CO = SV x HR
SV = preload + afterload + kontraktilitas
Syok adalah supply O2 kurang dari demand O2.

Sardjito Journal of Anaesthesiology 2005; 78; pp 1-4


Editorials: Catatan Respirasi, by : Akhmad Yun Jufan, MD. 4

VO2 = CaO2 – CvO2

= SaO2– SvO2
VO2 = oxygen Consumtion
= 3 – 5 ml / kg BB.
VO2 50 kg = 150 – 250 ml

Jika CO = 5 L, Hb 10 mg%, PaO2 = 100, sat = 100%, maka:


DO2 = 5000 x (10/100 x 100/100 x 1.34) + (100/100 x 0.003)
= 5000 x (13.4 + 0.3 / 100)
= 685 ml
Padahal VO2hanya 250 ml. Jadi dengan Hb 5 mg% (DO2 ≈ 340 ml) masih mencukupi
kebutuhan oksigen tunuh.
Tapi jika CO menurun menjadi 2500 (pada syok), maka VO 2 tidak akan tercukupi.
Kesimpulan : Cardiac Output lebih penting daripada Hb.

Apabila syok perdarahan (CO turun, Hb turun), masih bisa memenuhi VO 2 dengan cara
memanipulasi PaO2dinaikkan 80-100%.
__________________________________________________________________________
Kecepatan difusi oksigen-darah, dipengaruhi oleh :
1. Perbedaan tekanan (misal pada hipoksia)
2. Sirkulasi paru (misal pada syok)
3. Permaebilitas membran (misal pada sputum, edema)
4. Luas penampang (misal pada atelektase, konsolidasi paru)
__________________________________________________________________________
 Anoxic hypoxia = FiO2 rendah, misal pada ruangn yang terbakar.
 Stagnant hypoxia = sirkulasi paru tidak baik
 Anemic hypoxia = kadar Hb yang rendah.
 Hitotoxic / sitotoxic hypoxia = sel yang tidak mau menggunakan oksigen, misal pada
keracunan sianida.

Sardjito Journal of Anaesthesiology 2005; 78; pp 1-4

Anda mungkin juga menyukai