Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dari Kelompok 10 :
Panji Hidayat
Alviasyah Bonde
Akhlaq menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab (( قالخاjamak dari kata itrareb gnay لق
خtingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah; akhlaq adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.
Dengan demikian akhlaq pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga
manusia dapat melakukannnya tanpa berpikir (spontan).
Menurut Kahar Masyhur akhlaq kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai Khaliq. Sehingga
akhlaq kepada Allah dapat diartikan sebagai segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan
tanpa dengan berpikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia (sebagai
hamba) kepada Allah SWT.
1. Taqwa
Definisi taqwa yang paling populer adalah “memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.” Atau lebih ringkas lagi “mengikuti
segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (imtitsalu awamirillah wajtinabu
nawahih)”.
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (Qs. Al-Baqarah
2:165).
3. Ikhlas
Secara etimologis ikhlash (Bahas Arab) berakar dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih,
murni, tidak bercampur. Setelah dibentuk menjadi ikhlash (mashdar dari fi’il muta’addi
khallasha) berarti membersihkan atau memurnikan. Secara terminonologi yang di maksud
dengan ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT
1. Niat yang ikhlas( ikhlas an-niyab). Faktor niat memang sangat menentukan diterima
atau tidaknya amalan seseorang di sisi Allah SWT.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan cepat (jaudah al-ada). Setelah seorang muslim
berhasil melalui dua tahap keikhlasan, yaitu niat ikhlas karena Allah SWT dan belajar
dengan rajin, tekun dan disiplin, maka setelah berhasil mendapatkan ilmu itu, yang
ditandai dengan keberhasilannya meraih gelar kesarjanaan, bagaimana dia memanfaatkan
ilmunya untuk umat manusia atau untuk kepentingan dirinya sendiri.
Menurut Sayyud Sabiq, ada dua sebab kenapa seseorang takut kepada Allah SWT:
2. Karena dosa-dosa yang dilakukannya, dia takut akan azab Allah SWT.
5. Tawaqal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah dan
menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal salah satu buah keimanan.
Setiap orang yang beriman bahwa semua urusan kehidupan dan semua manfaat dan mudharat
ada di tangan Allah.
6. Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.. syukurnya
seorang hamba berkisar atas tiga hal, yaitu mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya
secara lahir, dan menjadikannya sarana untuk taat kepada Allah. Jadi syukur itu berkaitan dengan
hati, lisan, dan anggota badan. Syukur berbeda dengan al-hamdu (pujian).
7. Muraqabah
Muqarabah berakar dari kata raqaba yang berarti menjaga, mengawal, menanti, dan mengamati.
Muraqabah dalam pembahasan ini adalah kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu berada
dalam pengawasan Allah SWT. Menurut Rasulullah saw, muqarabah yan paling tinggi yaitu
apabila seseorang dalam beribadah kepada Allah SWT bersikap seolah-olah dia bisa melihat-
Nya. Sekalipun ia tidak dapat melihat-Nya, tapi dia yakin Allah SWT pasti melihatnya. Inilah
yang dinamai beliau sifat ihsan.
8. Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT
adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat tercela menuju sifat
terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah Allh, kembali dari maksiat menuju taat, dan
lainnya. Searti dengab kata taba adalah anaba dan aba. Orang yang taubat karena takut azab
Allah disebut taib (isim fa’il dari taba
1. Menyadari kesalahan
Seseorang tidak akan bertaubat jika tidak menyadari kesalahannya. Seorang muslim perlu
mempelajar ajaran Islam, terutama tentang perintah-perintah yang wajib diikutinya dan larangan-
larangan yang wajib ditinggalkannya.
2. Menyesali kesalahan
Jika seseorang tahu bersalah tetapi tidak menyesal telah melakukannya, orang tersebut belum
dikatakan bertaubat.
Dengan keyakinan atau huzn azh-zhan bahwa Allah akan mengampuninya. Semakin banyak dan
sering seseorang mengucapkan istighfar kepada Allah semakin baik.
Janji harus keluar dari hati nuraninya denga sejujurnya, tidak hanya dari mulut sementara di hati
nuraninya masih tersimpan niat untuk kembali mengerjakan dosa sewaktu-waktu.
Dilakukan untuk membuktikan bahwa seseorang benar-benar bertaubat. Allah berfirman yang
artinya :
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, dan beramal
shaleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Q.S. Thaha 20:82).