Ulangan Harian Bab Persebaran Hindu-Budha
Ulangan Harian Bab Persebaran Hindu-Budha
X MIPA 3
No 15
2. kasta Ksatria
Kasta ini adalah para prajurit, para raja dan bangsawan. Orang dari kasta Brahmana
umumnya menyelenggarakan pemerintahan dan memimpin kerajaan. Mereka juga
yang umumnya memimpin peperangan.
3. kasta Waisya
Kasta ini adalah para pedagang, perajin dan pengusaha. Orang dari kasta Waisya
bergerak dibidang perniagan dan keuangan.
4. kasta Sudra.
Kasta ini adalah kasta paling rendah, terdiri dari para petani, buruh, pembantu, dan
kuli. Mereka umumnya berada di kedudukan sosial yang rendah dan miskin.
Nama "Mahayana (kendaraan besar) digunakan oleh penganut aliran ini, yang
menekankan peran boddhisatwa dalam menuju Nirwana.
Nama “Hinayana (kendaraan kecil)” dianggap tidak cocok dan merendahkan oleh
penganut aliran ini, dan mereka lebih memilih menggunakan istilah “Theravada
(ajaran para pendahulu)”.
Mahayana mengikuti kumpulan ajaran Buddha yang disusun dalam Sutra, sementara
Theravada mengikuti kitab Tripitaka.
Dalam tradisi Theravada, biasana dilakukan meditasi dan berdoa dalam hening.
Sementara dalam tradisi Mahayana, doa dan meditasi dilakukan dengan keras melalui
pembacaan mantra.
Fatimah Azzahra
X MIPA 3
No 15
3.) Teori Ksatria oleh C.C Berg, Mookerji, dan J.C Moens
Teori ini menyatakan golongan bangsawan atau ksatria dari India yang membawa
masuk dan menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Runtuhnya kerajaan mulai terjadi kala dipimpin oleh raja bernama Maharaja Dharma
Setia. Ia diketahui meninggal dunia dalam peperangan melawan raja Kutai
Kertanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Adapun, kerajaan Kutai Kertanegara berbeda dengan kerajaan Kutai Marthadipura.
Sehingga, Raja Aji Pangeran mengambil alih kepemimpinan kerajaan Kutai yang
akhirnya dikenal menjadi kesultanan Islam.
Fatimah Azzahra
X MIPA 3
No 15
6. Sebutkan 1 bukti prasasti peninggalan kutai dan ceritakan sejarah yang ada dalam
prasasti tersebut!
PRASASTI YUPA
Prasasti Yupa merupakan salah satu dari peninggalan Kerajaan Kutai tertua dan benda
ini menjadi bukti sejarah dari Kerajaan Hindu di Kalimantan tersebut. Ada 7 prasasti
Yupa yang masih bisa dilihat hingga kini. Yupa merupakan tiang batu yang dipakai
untuk mengikat kurban hewan ataupun manusia yang dipersembahkan pada para
Dewa dan pada tiang batu tersebut terdapat tulisan yang dipahat. Tulisan-tulisan
tersebut ditulis memakai bahasa sansekerta atau huruf Pallawa.
Prasasti Yupa berisi tentang kehidupan politik. Pada prasasti pertama menceritakan
tentang raja pertama Kerajaan Kutai yakni Kudungga yang merupakan nama asli
Indonesia dan memperlihatkan jika ia bukan pendiri dari keluarga kerajaan. Pada
Yupa juga tertulis jika di masa pemerintahan Asmawarman, di Kerajaan Kutai
mengadakan upacara Aswamedha dan ini adalah upacara pelepasan kuda sebagai
penentu batas wilayah Kerajaan Kutai. Kudungga memiliki seorang putra terkenal
bernama Aswawarman dan ia mempunyai 3 orang putra terkenal persis seperti tiga api
suci.
Dari ketiga putranya tersebut, Mulawarman menjadi anak yang paling terkenal karena
sangat tegas, kuat sekaligus sabar dan mahar untuk raja dipersembahkan kurban Bahu
Suwarnakam. Di masa pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mencapai
masa keemasan dan sesudah pemerintahannya, tidak diketahui lagi siapa saja raja
yang memerintah karena sumber sejarah yang sangat terbatas. Mulawarman
diabadikan dalam salah satu Yupa sebab rasa dermawan yang dimilikinya sangat
tinggi dengan mempersembahkan 20 ribu ekor sapi pada kaum Brahman dan ia
dikatakan sebagai cucu dari Kudungga atau anak Aswawarman yang keduanya juga
dipengaruhi oleh budaya India.
Sementara isi Prasasti Yupa mengenai kehidupan sosial diketahui jika abad ke-4
Masehi, di Kerajaan Kutai masyarakat Indonesia sudah banyak menganut agama
Hindu sehingga pola pengaturan kerajaan juga sudah sangat teratur seperti
pemerintahan kerajaan di India. Ini memperlihatkan jika kehidupan sosial pada masa
Kerajaan Kutai sudah berkembang mengikuti jaman dan masyarakat Indonesia juga
sudah mulai menerima unsur dari india kemudian dikembangkan menyesuaikan
dengan tradisi yang ada di Indonesia. Saat Raja Mulawarman memberikan hadiah
berupa seribu ekor lembu dan juga 1 batang pohon kelapa pada Sang Brahmana yang
berbentuk seperti api pada tempat pengorbanan di tempat yang sudah diberkati yakni
Vaprakeswara karena budi baiknya tersebut maka tiang upacara peringatan dibuat
oleh para pendeta yang berkumpul disitu.
Menhir. Pada salah satu Prasasti Yupa disebutkan tempat suci dengan Vaprakecvara
yang merupakan lapangan berukuran luas sebagai tempat pemujaan dewa Siwa dan
memperlihatkan jika agama Hindu yang dianut adalah Hindu Siwa. Ini semakin
diperkuat karena pengaruh besar dari Kerajaan Pallawa yang juga beragam Siwa serta
peran penting Brahmana di Kerajaan Kutai juga sangat besar seperti peranan
Brahmana pada agama Siwa.
Bukti lain yang memperlihatkan kejayaan Kerajaan Kutai dari segi ekonomi adalah
tertulis di dalam salah satu Yupa, jika Raja Mulawarman sudah sering menggelar
upacara korban emas yang sangat banyak dan juga terlihat dari munculnya golongan
terdidik. Golongan terdidik ini terdiri dari kesatria dan juga brahmana yang diprediksi
sudah melakukan perjalanan jauh sampai ke India dan juga beberapa tempat
penyebaran agama Hindu di kawasan Asia Tenggara. Kaum ini mendapatkan
kedudukan serta perilaku yang terhomat pada sistem pemerintahan Kerajaan Kutai.
Sedangkan isi Yupa yang menceritakan tentang kehidupan agama menjelaskan jika
Kerajaan Kutai, agam Hindu sangat berkembang khususnya pada masa pemerintahan
Raja Asmawarman. Perkembangan agama Hindu di Kerajaan Kutai ditandai dengan
tempat suci bernama Waprakeswara yang merupakan tempat suci untuk menyembah
Dewa Syiwa.
Kata tarumanagara berasal dari kata taruma dan nagara. Nagara artinya kerajaan atau
negara sedangkan taruma berasal dari kata tarum yang merupakan nama sungai yang
membelah Jawa Barat yaitu Ci Tarum. Pada muara Ci Tarum ditemukan percandian
yang luas yaitu Percandian Batujaya dan Percandian Cibuaya yang diduga merupakan
peradaban peninggalan Kerajaan Taruma.
Sejarah Kerajaan Tarumanegara bersumber dari sejumlah prasasti yang berasal dari
abad ke-5 Masehi. Prasasti tersebut diberi nama berdasarkan lokasi penemuannya,
yaitu prasasti Ciaruteun, prasasti Pasir Koleangkak, prasasti Kebonkopi, prasasti
Tugu, prasasti Pasir Awi, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Cidanghiang. Prasasti
menyebutkan nama raja yang berkuasa adalah Purnawarman.
8. Sebutkan 1 bukti prasasti peninggalan Tarumanagara dan ceritakan sejarah yang ada
dalam prasasti tersebut!
Prasasti Tugu
Lokasi saat ini Prasasti Tugu di Kampung Batu Tumbuh, Kelurahan Tugu, Koja,
Jakarta Utara. Prasasti ini keluar pada masa pemerintahan Punawarman ditemukan
Fatimah Azzahra
X MIPA 3
No 15
pada abad ke-X Masehi tertulis dalam bahasa Sanskerta, aksara Pallawa dalam bentuk
sloka dengan metrum anustubh. Dari sekian prasasti yang ditemukan saat
pemerintahan raja Purnawarman, prasasti Tugu adalah yang terlengkap walaupun
tidak menuliskan angka tahun.
Lokasi Pajajaran pada abad ke-15 dan abad ke-16 dapat dilihat pada peta Portugis
yang menunjukkan lokasinya di wilayah Bogor, Jawa Barat. Sumber utama sejarah
yang mengandung informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Pajajaran dari abad
ke 15 sampai awal abad ke 16 dapat ditemukan dalam naskah kuno Bujangga Manik.
Nama-nama tempat, kebudayaan, dan kebiasaan-kebiasaan masa itu digambarkan
terperinci dalam naskah kuno tersebut.
Pakuan Pajajaran hancur, rata dengan tanah, pada tahun 1579 akibat serangan
Kesultanan Banten. Berakhirnya zaman Kerajaan Sunda ditandai dengan dirampasnya
Palangka Sriman Sriwacana (batu penobatan tempat seorang calon raja dari trah
kerajaan Sunda duduk untuk dinobatkan menjadi raja pada tradisi monarki di Tatar
Pasundan), dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh pasukan
Maulana Yusuf.
10. Sebutkan 1 bukti peninggalan prasasti Pajajaran dan ceritakan sejarah yang ada dalam
prasasti tersebut!
Prasasti Kebon Kopi II
Prasasti ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Sunda Galuh yang posisi
penemuannya tidak terlalu jauh dari prasasti Kebon Kopi I. Pada Tahun 1940-an
prasasti ini di ada yang mencuri.
Sebelum terjadinya pencurian prasasti ini masih sempat diteliti oleh seorang ahli
bernama F.D.K Bosch dari Belanda. Penelitian ini mengungkapkan bahwa prasasti ini
terdapat tulisan Melayu Kuno yang menceritakan tentang seorang raja Sunda yang
mendapatkan tahtanya kembali. Kisah ini diperkirakan terjadi pada 932 M.