Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN

NAMA : MEGA CAROLINA PUTRI


NIM : C1061201011
KELAS : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN [A]
TUGAS KE- :5

1. Telusuri dari berbagai sumber lain tentang hak dan kewajiban. Dari berbagai
sumber yang anda pelajari itu, kemukakan apa itu hak dan apa itu kewajiban; serta
bagaimana hubungan di antara keduanya!

Jawaban :
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah difahami
orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang beraneka ragam
dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan kewajibannya
seringkali terlupakan. Dalam kehidupan kenegaraan kadang kala hak warga negara
berhadapan dengan kewajibannya. Bahkan tidak jarang kewajiban warga negara
lebih banyak dituntut sementara hak-hak warga negara kurang mendapatkan
perhatian.
Hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan kenegaraan maupun hak
dan kewajiban seseorang dalam kehidupan pribadinya, secara historis tidak pernah
dirumuskan secara sempurna, karena organisasi negara tidak bersifat statis.
Artinya organisasi negara itu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan manusia. Kedua konsep hak dan kewajiban warga negara/manusia
berjalan seiring. Hak dan kewajiban asasi marupakan konsekwensi logis dari pada
hak dan kewajiban kenegaraan juga manusia tidak dapat mengembangkan hak
asasinya tanpa hidup dalam organisasi negara.1

Menurut Prof. Dr. Notonegoro2


 Hak adalah sebuah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu hal yang
memang semestinya diterima atau dilakukan. Dalam hal ini, tidak bisa
dilakukan atau diterima oleh pihak yang lain.
 Kewajiban sebagai sebuah beban memberikan suatu hal yang sudah
semestinya diberikan oleh pihak tertentu. Dalam hal ini tidak bisa diberikan

1
Johan, Yasin, “Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara Dalam Hukum Positif
Indonesia”, diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/25229-ID-hak-azasi-manusia-
dan-hak-serta-kewajiban-warga-negara-dalam-hukum-positif-indon.pdf, pada tanggal 5 Maret 2021
2
A Alfadin, 2018, “Bab II Tinjauan Umum Tentang Hak Masyarakat Sebagai Konsumen Atas Fungsi
Rumah Terhadap Keharusan Bagi Pengembang Mengenai Pengadaan Rumah Tipe 36 Dihubungkan
Dengan UU No.1 Tahun 2011 Jo UU No.8 Tahun 1999”, diakses dari,
http://repository.unpas.ac.id/46156/2/J.BAB%20II.pdf, pada tanggal 5 Maret 2021
oleh pihak yang lain dan sifatnya bisa dituntut secara paksa jika tidak
dipenuhi. Kewajiban juga diartikan sebagai suatu hal yang harus dilakukan.

Prof. R. M. T. Sukamto Notonagoro


 Hak Adalah Sebuah Kuasa Menerima Atau Melakukan Suatu Hal Yang
Memang Semestinya Diterima Atau Dilakukan. Dalam Hal Ini Tidak Bisa
Dilakukan Dan Diterima Oleh Pihak Lainnya. Hak Dan Kewajiban Warga
Negara, Keduanya Bisa Dituntut Paksa Oleh Yang Bersangkutan.
 Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh pihak tertentu dan bisa
dituntut paksa oleh orang yang berkepentingan. Kewajiban dapat timbul
karena keinginan dari diri sendiri dan orang lain. Kewajiban ini bisa muncul
dari hak yang dimiliki oleh orang lain.

Menurut Soerjono Soekanto


Soerjono Soekanto membedakan hak menjadi dua pengertian yaitu
 Hak searah atau relative
Hak searah merupakan hak yang ada dalam hukum perjanjian. Contohnya
adalah hak menagih yang artinya sudah ada perjanjian atau ikatan untuk
ditagih.
 Hak jamak arah atau absolut
Sementara itu hak jamak arah terdiri dari 4 jenis hak.
 Pertama, hak dalam hukum tata negara.
 Kedua, hak kepribadian atas tubuh dan kebebasan.
 Ketiga, hak kekeluargaan atas suami, orang tua, dan anak.
 Keempat, hak cipta dan hak atas merek atau paten.

Menurut Curzon
Curzon membagi hak menjadi 5 kelompok.
 Hak sempurna
 Contoh hak yang bisa dilaksanakan dan dipaksakan dengan melalui
hukum, dan hak yang tak sempurna. Contohnya hak yang dibatasi oleh
kadaluwarsa.
 Hak utama
 Adalah hak yang diperluas oleh hak lainnya, hak tambahan dan hak
yang melengkapi hak utama.
 Hak publik
 Adalah hak yang ada di dalam masyarakat, negara serta hak perdata
yang ada pada seseorang.
 Hak positif adalah hak melakukan perbuatan tertentu.
 Merupakan hak yang menuntut dilakukannya suatu perbuatan, hak
negatif supaya tidak melakukan suatu hal.
 Hak milik
 Adalah hak yang berhubungan dengan barang dan hak pribadi yang
berhubungan dengan kedudukan seseorang.

Curzon juga membagi 5 kelompok kewajiban. Diantaranya adalah sebagai berikut


 Kewajiban mutlak
 kewajiban yang tertuju kepada diri sendiri maka tidak berpasangan
dengan hak dan nisbi, yang melibatkan hak di lain pihak.
 Kewajiban publik
 Yaitu di dalam hukum publik yang berkorelasi dengan hak publik
adalah wajib mematuhi hak publik dan juga kewajiban perdata, yang
muncul dari perjanjian yang berkolerasi dengan hak perdata.
 Kewajiban positif
 Adalah hal yang menghendaki yang dilakukan dengan sesuatu dan
kewajiban yang negatif, yang tidak melakukan sesuatu.
 Kewajiban umum
 Adalah kewajiban yang ditujukan pada semua warga negara, atau
secara umum yang ditujukan kepada golongan tertentu dan kewajiban
yang khusus dan muncul dari bidang hukum tertentu.
 Kewajiban primer
 Kewajiban ini tidak muncul dari perbuatan melawan hukum.
Contohnya adalah kewajiban yang tidak mencemarkan nama baik, dan
kewajiban yang sifatnya membesi sangsi, timbul dari sebuah perbuatan
melawan hukum contohnya membayar kerugian di dalam hukum
perdata.

Menurut John Salmond


John Salmond membagi hak ke dalam 4 pengertian.
 Hak dalam arti sempit yaitu :
 Hak yang melekat pada seseorang sebagai pemilik suatu hal.
 Hak yang tertuju kepada orang lain sebagai pemegang suatu
kewajiban, diantara hak dan kewajiban yang korelatif.
 Hak yang bisa berisi kewajiban pada pihak yang lainnya supaya
melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukan perbuatan.
 Hak bisa memiliki objek yang muncul dari comission dan omission.
 Yang mempunyai titel atau gelar, yang dimana suatu peristiwa menjadi
dasar sehingga hak tersebut melekat pada pemiliknya.
 Hak kemerdekaan
 Adalah hak yang memberi kemerdekaan pada seseorang dalam
melakukan kegiatan yang diberikan oleh hukum, tetapi tidak
mengganggu, melanggar dan menyalahgunakan sehingga dapat
melanggar hak orang lain, dan juga pembebasan dari hak orang lain.
 Hak kekuasaan
 Merupakan hak yang diberikan untuk melalui jalan dan juga cara
hukum, dalam mengubah hak, kewajiban, dan pertanggungjawaban
lainnya, dalam hubungan hukum.
 Hak kekebalan
 Adalah hak untuk dibebaskan dari kekuasaan hukum orang lain.

Menurut saya, hak adalah sesuatu hal yang harus kita dapatkan dan akan
menjadi milik kita tanpa diganggu oleh hal lainnya, sedangkan kewajiban adalah
sesuatu yang harus ditaati sesuai aturan yang ada.
Hubungan antara hak dan kewajiban adalah apabila seseorang sudah
mendapatkan haknya maka ia harus melaksanakan kewajiban yang telah
ditentukan, begitu juga sebaliknya. Dan apabila hak atau kewajiban tersebut tidak
dilaksanakan, maka akan terjadi pelanggaran hak dan juga akan terjadi
pengingkaran kewajiban.

2. Pasal 28 J UUD NRI adalah pasal yang secara khusus yang menyatakan adanya
kewajiban dasar manusia. Apa sajakah kewajiban dasar manusia tsb? Apakah
dengan adanya kewajiban dasar manusia menjadikan HAM itu dibatasi?
Diskusikan masalah ini dengan mengacu pada isi pasal 28 J UUD NRI 1945.
Jelaskan pendapat anda?

Jawaban :
Pada dasarnya setiap hak asasi manusia wajib dilindungi, dipenuhi, dan
ditegakkan oleh negara. Hanya saja dalam perkembangnanya, tidak semua hak
harus dipenuhi secara mutlak, ada pula hak-hak yang dapat dibatasi
pemenuhannya dan ada juga hak-hak yang tidak dibatasi dalam pemenuhannya.3
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
 Dijelaskan bahwa Setiap orang harus saling menghormati satu dengan
yang lain dan juga tidak ikut campur dalam hak-hak orang lain, dengan
begitu dapat disimpulkan bahwa itulah pertandanya kita bernegara dan
berbangsa.
3
Osgar S. Matompo, “Pembatasan terhadap Hak Asasi Manusia dala Perspektif Keadaan Darurat”,
Jurnal Media Hukum Vol. 21 No. 1 Juni 2014,diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/113633-ID-pembatasan-terhadap-hak-asasi-manusia-
da.pdf, pada tanggal 6 Maret 2021
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai- nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
 Dalam hal ini, dijelaskan bahwa Setiap orang diharuskan untuk selalu
mematuhi peraturan yang telah diberlakukan undang-undang. Dimana
bagi siapa yang tidak mematuhi peraturan atau melanggar peraturan
undang-undang harus dikenakan saksi yang lebih berat dari sebelumnya.
Agar tidak terjadi pelanggaran perundang-undangan.
Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Setiap orang dituntut untuk
saling menghormati hak dan kewajibannya masing-masing. Namun, setiap hak
seseorang dibatasi juga oleh hak-hak orang lain.
Menurut pasal 28 J UUD yaitu kewajiban dasar manusia adalah, menghormati
antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan tetap mematuhi batasan yang
ditentukan oleh undang – undang dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Kewajiban yang dikatakan dalam undang – undang tersebut tidak membuat gerak
kita menjadi terbatas, justru dengan adanya aturan itu dimaksudkan agar tiap
individu tidak menyalahgunakan hak kebebasan yang dimilikinya dalam
menjalankan hidupnya seperti berpendapat, karena paham demokrasi tidak
membatasi seseorang untuk berpendapat, tetapi mengatur penyampaian pendapat
dengan cara bijak.

3. Bacalah kembali dengan seksama pasal-pasal UUD NRI 1945 tentang hak dan
kewajiban asasi manusia tersebut. Apa simpulan yang dapat anda kemukakan?
Adakah perubahan sebelum dan sesudah adanya Perubahan UUD NRI 1945?

Jawaban :
Hak asasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan
dibawanya bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat.
Kesimpulan yang didapat dari UUD 1945 tentang Hak Asasi Manusia yang
tercatum dalam pasal 28A sampai dengan 28J bahwa hak asasi manusia bukanlah
sebebas-bebasnya melainkan dimungkinkan untuk dibatasi sejauh pembatasan itu
ditetapkan dengan undang -undang. Semangat inilah yang melahirkan Pasal 28 J
UUD 1945. Pembatasan sebagaimana tertuang dalam Pasal 28 J itu mencakup
sejak Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 I UUD 1945. Oleh karenanya, hal yang
perlu ditekankan di sini bahwa hak-hak asasi manusia yang diatur dalam UUD
1945 tidak ada yang bersifat mutlak, termasuk hak asasi yang diatur dalam Pasal
28 I ayat (1) UUD 1945.
Dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945, terdapat sejumlah hak yang secara
harfiah dirumuskan sebagai “hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun”, termasuk di dalamnya hak untuk hidup dan hak untuk tidak dituntut
berdasarkan hukum yang berlaku surut. Dalam konteks ini, dapat ditafsirkan
bahwa Pasal 28 I ayat (1) haruslah dibaca bersama-sama dengan Pasal 28 J ayat
(2), sehingga hak untuk tidak dituntut berdasarkan hukum yang berlaku surut
tidaklah bersifat mutlak.
Oleh karena hak-hak yang diatur dalam Pasal 28 J ayat (1) UUD 1945 yaitu
yang termasuk dalam rumusan “hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun” dapat dibatasi, maka secara prima facie berbagai. ketentuan hak asasi
manusia diluar dari pasal tersebut, seperti misalnya kebebasan beragama (Pasal 28
E), hak untuk berkomunikasi (Pasal 28 F), ataupun hak atas harta benda (Pasal 28
G) sudah pasti dapat pula dibatasi, dengan catatan sepanjang hal tersebut sesuai
dengan pembatasan- pembatasan yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Ketentuan HAM dalam UUD 1945 yang menjadi basic law adalah norma tertinggi
yang harus dipatuhi oleh negara. Karena letaknya dalam konstitusi, maka
ketentuan-ketentuan mengenai HAM harus dihormati dan dijamin pelaksanaannya
oleh negara.7 Karena itulah Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menegaskan bahwa
perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan pemenuhan HAM adalah tanggung
jawab negara terutama pemerintah.
UUD 1945 pada awalnya hanya memuat 6 pasal yang mengatur tentang
HAM, kemudian mengalami perubahan – perubahan yang sangat signifikan yang
kemudian dituangkan dalam perubahan kedua UUD 1945 pada bulan Agustus
Tahun 2000. Sebelum amandemen, persoalan HAM diatur sebagai hak dan tugas
warga negara yang memuat nilai-nilai hak asasi manusia dan termaktub dalam
Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30,
Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 34 UUD 1945, juga
dalam TAP MPR Nomor XVII/MPR/I998 tentang Hak Asasi Manusia. Wacana
tentang perlunya HAM dimasukkan kedalam UUD berkembang ketika kesadaran
akan pentingnya jaminan perlindungan HAM semakin meningkat menyusul
tumbangnya rejim otoriter. Pandangan kritis terhadap UUD 1945, yang dahulu
ditabukan, sejak masa reformasi membenarkan pendapat bahwa UUD tersebut
tidak secara eksplisit mengatur masalah HAM. Bahkan beberapa pakar secara
tegas menyetakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 tidak mengenal HAM
karena dirumuskan sebelum adanya Deklarasi Universal HAM.
Hasil amandemen UUD 1945 memberikan suatu titik terang bahwa Indonesia
semakin memperhatikan dan menjunjung nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM)
yang selama ini kurang memperoleh perhatian dari Pemerintah. Amandemen
kedua bahkan telah mengeluarkan satu Bab khusus mengenai Hak Asasi Manusia
yaitu Bab XA. Apabila ditelaah menggunakan perbandingan konstitusi dengan
negara-negara lain, hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi perjuangan HAM di
Indonesia, sebab tidak banyak negara di dunia yang memasukkan bagian khusus
dan tersendiri mengenai HAM dalam konstitusinya. Rujukan yang melatar
belakangi perumusan Bab XA (Hak Asasi Manusia) UUD 1945 adalah Ketetapan
MPR Nomor XVII/MPR/1998.
Sejalan dengan pandangan konstitusionalisme Indonesia, ketika kemudian
dikeluarkan Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang Hak Asasi
Manusia, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU HAM, kedua produk
hukum ini tampak sebagai kelanjutan sekaligus penegasan bahwa pandangan
konstitusionalisme Indonesia tidaklah berubah karena ternyata keduanya juga
memuat pembatasan terhadap hak asasi manusia. Sebagai contoh yaitu adanya
pembatasan mengenai hak untuk hidup (right to life):
 Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998 memuat “Pandangan dan Sikap Bangsa
Terhadap Hak Asasi Manusia” yang bersumber dari ajaran, nilai moral
universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dalam Pasal 1 Piagam Hak Asasi Manusia dimuat
ketentuan tentang hak untuk hidup yang berbunyi, “Setiap orang berhak
untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya”, namun dalam
Pasal 36-nya juga dimuat pembatasan terhadap hak asasi manusia termasuk
hak untuk hidup sebagai berikut, “Di dalam menjalankan hak dan
kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan-pembatasan
yang di-tetapkan oleh Undang-undang dangan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis”.4

Daftar Pustaka

Alfadin, A. 2018. “Bab II Tinjauan Umum Tentang Hak Masyarakat Sebagai


Konsumen Atas Fungsi Rumah Terhadap Keharusan Bagi Pengembang
Mengenai Pengadaan Rumah Tipe 36 Dihubungkan Dengan UU No.1
Tahun 2011 Jo UU No.8 Tahun 1999”. diakses dari,
http://repository.unpas.ac.id/46156/2/J.BAB%20II.pdf, pada tanggal 5
Maret 2021

Haryanto, Tenang., dkk. Mei 2008. “Pengaturan tentang Hak Asasi Manusia
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 sebelum dan setelah
Amandemen”. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 8 No. 2. diakses dari
http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/download/5
4/219, pada tanggal 6 Maret 2021
4
Tenang, Haryanto, dkk, 2 Mei 2008, “Pengaturan tentang Hak Asasi Manusia berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945 sebelum dan setelah Amandemen”, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 8 No. 2,
diakses dari http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/download/54/219, pada
tanggal 6 Maret 2021
Matompo, Oskar S. Juni 2014. “Pembatasan terhadap Hak Asasi Manusia dala
Perspektif Keadaan Darurat”. Jurnal Media Hukum Vol. 21 No. 1.
diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/113633-ID-
pembatasan-terhadap-hak-asasi-manusia-da.pdf, pada tanggal 6 Maret
2021

Yasin, Johan. “Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara Dalam
Hukum Positif Indonesi”. diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/25229-ID-hak-azasi-manusia-
dan-hak-serta-kewajiban-warga-negara-dalam-hukum-positif-indon.pdf,
pada tanggal 5 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai