Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri atas gerakan-gerakan

dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

dilihat dari arti atau istilah “Atletik” berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon

atau Athlum yang berarti “lomba atau perlombaan/pertandingan’. Amerika

dan sebagian Eropa dan Asia sering memakai istilah atletik dengan Track and

Field dan Negara Jerman memakai kata Leicht Athletik dan Negara Belanda

memakai istilah Ahtletiek. Atletik merupakan cabang olahraga yang tertua

dan juga merupakan induk atau ibu dari semua cabang olahraga. Gerakan-

gerakan di dalam atletik merupakan dasar dari cabang olahraga-olahraga yang

lain, seperti: berjalan, berlari, melompat dan melempar, ini semua telah

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian dari pendidikan

nasional, yang pengajarannya hanya mengajarkan kemampuan gerak dasar

dari keterampilan dasar olahraga. Dalam pelaksanaannya olahraga atletik

justru lebih sering dilakukan dibandingkan dengan olahraga permainan

seperti sepak bola, basket, voli, renang, bulutangkis, tenis dan lain-lain.

Pendidikan jasmani mengutamakan pengembangan keterampilan gerak yang

menyeluruh. Salah satu proses pendidikan jasmani melalui atletik. Salah satu

nomor atletik, nomor sprint 100 meter termasuk dalam nomor atletik. Lari

100 meter disukai banyak siswa karena mudah dilakukan. lari banyak

1
digunakan dalam berbagai macam olahraga antara lain sepak bola,

bulutangkis, dan bola voli. Semua cabang olahraga itu memerlukan gerak

dasar lari.

Lari bergerak maju kedepan yang dialakukan dengan cepat, karena

adanya gaya dorongan ke belakang terhadap tanah yang dilakukan dengan

mengais. Untuk mencapai kecepatan tinggi diperlukan power tungkai. Pada

saat mendorong tanah tungkai harus benar kuat, sehingga gaya dorongan ke

belakang yang dihasilkan juga besar. Gaya yang dihasilkan diubah menjadi

gerakan maju dengan kecepatan gerak yang tinggi. Hal ini berarti makin cepat

gerakan tungkai yang diayunkan kedepan secara bergantian. Jadi dalam

power sudah terdapat kekuatan dan kecepatan yang dibutuhkan saat lari.

Kecepatan lari dipengaruhi oleh power dan jangkauan gerak, atas suatu

keseimbangan antara frekuensi dan panjang langkah kaki (Margono, 2002 :

10).

Anggota tubuh yang dominan digunakan dalam lari adalah tungkai.

Kemampuan lari sprint ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi

langkah yang diantaranya dihasilkan oleh ukuran tungkai seseorang. Pelari

yang mempunyai tungkai lebih panjang, dalam berlari lebih cepat dari pada

yang ukuran tungkainya lebih pendek. Ukuran tungkai yang panjang dalam

berlari akan menghasilkan panjang langkah yang panjang.

Pelari saat berlari gerakan kedua lengan selalu berlawanan arah

dengan gerakan kaki yang sejajar. Gerakan lengan dimaksudkan untuk

mengimbangi gerakan panggul saat berlari. Ayunan lengan kebelakang yang

2
kuat dapat menyebabkan kaki mampu melangkah lebih jauh. Pelari yang

mempunyai power tungkai dan power lengan yang kuat mampu berlari lebih

maksimal. Pada akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak 100

meter semakin sedikit.

Keoptimalan berlari sebagian kecil tergantung pada ukuran proporsi

fisik dan kemampuan biomotor terhadap kemampun lari. Siswa dalam berlari

lebih cepat, jika proporsi fisik dan kemampuan biomotor baik. Siswa yang

memiliki power tungkai kuat dan lengan yang kuat serta ukuran tungkai yang

panjang mempunyai keuntungan, sehingga waktu tempuh yang dibutuhkan

sedikit. Namun, ini bukanlah suatu perbaikan cepat, karena memerlukan

proses, komitmen dan latihan. Hal ini menjadi tantangan bagi para guru

pendidikan jasmani khususnya untuk mengembangkan kemampuan fisik

peserta didik, sehingga akan mampu mengembangkan potensi tiap siswa.

Siswa SMP N 1 Bantul mempunyai perbedaan proporsi fisik. Dimana

siswa memiliki berat badan dan tinggi badan yang berbeda-beda. Disamping

itu juga bila dilihat dari berat badan akan dijumpai anak yang gemuk dan

kurus. Perbedaan itu juga pada tinggi badan. Setiap siswa memiliki ukuran

tubuh yang berbeda. Orang yang bebadan gemuk dan pendek dalam berlari

waktu tempuhnya kurang baik.

Dalam berlari panjang langkah tiap anak berbeda. Hal ini bisa dilihat

dari jangkauan langkahnya ada yang panjang ada pula yang pendek.

Frekuensi langkah dalam berlari juga bervariasi. Frekuensi langkah

merupakan banyaknya langkah dalam menempuh jarak 100 meter. Jumlah

3
frekuensi langkah ada yang banyak ada yang sedikit. Siswa saat berlari

memiliki frekuensi langkah yang banyak tetapi jangkauan langkahnya

pendek. Kadang ditemui beberapa kasus bila dalam berlari tidak dalam urutan

pertama (menjadi juara) mereka menyerah hal ini menyebabkan konsisten

dalam kecepatan berlari menjadi berkurang.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, banyak faktor yang

mempengaruhi kemampuan lari 100 meter, diantaranya power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan . Peneliti akan mengungkap besarnya

hubungan yang diberikan oleh power tungkai, panjang tungkai, power lengan

dengan kecepatan lari 100 meter pada siswa SMP N 1 Bantul.

B. Identifikasi Masalah

1. Proporsi fisik siswa berbeda-beda.

2. Belum diketahui hubungan antara power tungkai dengan kemampuan lari

sprint 100 M.

3. Belum diketahui hubungan antara panjang tungkai dengan kemampuan

lari sprint 100 M.

4. Belum diketahui hubungan antara power lengan dengan kemampuan lari

sprint 100 M.

5. Belum diketahui hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan

power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas serta

adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan kemampuan peneliti maka

4
dalam penelitian ini perlu kiranya diberikan pembatasan permasalahan.

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi tentang hubungan antara power

tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kecepatan lari 100 meter

siswa SMP Negeri 1 Bantul.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka dalam skripsi ini dapat

dirumuskan masalah “Seberapa besar hubungan antara power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan terhadap kecepatan lari 100 meter di SMP

N 1 Bantul ?”

E. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang disampaikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah : untuk mengetahui hubungan antara power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan terhadap kecepatan lari 100 meter di SMP

N 1 Bantul.

F. Manfaat

Hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan manfaat :

1. Secara teoritis, dapat memberikan pengetahuan dan membuktikan ada

tidaknya hubungan power tungkai, panjang tungkai, power lengan dengan

kecepatan lari 100 meter di SMP N 1 Bantul, sehingga dapat digunakan

sebagai kajian dalam peningkatan kemampuan lari 100 meter.

2. Secara praktis :

a. Bagi guru penjas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Guru penjas diharapkan dalam

5
pengajaran akan didasarkan pada kemampuan siswa. Diharapkan

dengan mengetahui kemampuan fisik, guru penjas mampu

mengembangkan potensi setiap siswa.

b. Bagi siswa, lebih mengupayakan peningkatan prestasi optimal dalam

cabang olahraga atletik khususnya lari sprint.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakekat lari sprint 100 meter

a. Definisi Lari

Lari didefenisikan sebagai gerakan tubuh dimana pada suatu saat

semua kaki tidak menginjak tanah. Lari adalah gerakan tubuh dimana

kedua kaki ada saat melayang di udara (kedua telapak kaki lepas dari

tanah) yang mana lari diartikan berbeda dengan jalan yang selalu kontak

dengan tanah. (Yoyo Bahagia, 2000:11). Lari adalah langkah terus

menerus dan ada saat melayang (Satriani, 2011). Lari adalah lompatan

yang berturut-turut. Didalamnya terdapat suatu fase dimana kedua kaki

tidak menginjak atau menumpang pada tanah, jadi lari ini berbeda

dengan berjalan. (Yusuf Adisasmita, 1992)

Jadi lari merupakan gerakan tubuh pada saat semua kaki tidak

menginjak tanah (ada saat melayang di udara), berbeda dengan jalan

yang salah satu kaki harus tetap ada yang kontak dengan tanah.

Urutan gerak dalam berlari bila dilihat dari tahapan-tahapannya

adalah tahap topang depan dan satu tahap dorong, serta tahap melayang

yang terdiri atas tahap ayun ke depan dan satu tahap pemulihan atau

recovery. Tahap topang (Support Phase), pada tahap ini bertujuan

untuk memperkecil menghambatan saat sentuh tanah dan

memaksimalkan dorongan ke depan. Tahap melayang (Flying Phase),

pada tahap ini bertujuan untuk memaksimalkan dorongan ke depan dan

7
untuk mempersiapkan suatu penempatan kaki yang efektif saat sentuh

tanah. Bila dilihat dari sifat-sifat teknis pada tahap ini adalah lutut kaki

ayun bergerak ke depan dan keatas (untuk meluruskan dorongan dan

menambah panjang langkah)

b. Lari Sprint 100 Meter

Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak pendek, dimana

pelari harus berlari dengan sekencang-kencangnya dalam jarak 100

meter. Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau spint

adalah start atau pertolakan. Keterlambatan atau ketidaktelitian pada

waktu melakukan start sangat merugikan seorang pelari cepat atau

sprinter. Oleh sebab itu, cara melakukan start yang baik harus benar-

benar diperhatikan dan dipelajari serta dilatih secermat mungkin.

Kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan

horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan ke depan. Kecepatan

dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari

otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar dan efisien dan

sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.

Menurut Yoyo Bahagia dkk (2000:12) didukung Eddy Purnomo

(2007:30) Kecepatan lari adalah hasil kali dari panjang langkah dan

frekuensi langkah. Hal ini berarti, apabila seorang pelari memiliki

langkah yang panjang atau frekuensi langkah yang cepat maka akan

diperoleh kecepatan lari yang baik, apalagi seorang pelari memiliki

8
kedua-duanya. Oleh karena itu, seorang pelari jarak pendek harus dapat

meningkatkan satu atau kedua-duanya.

Seorang pelari jarak pendek (sprinter) yang potensial bila dilihat

dari komposisi atau susunan serabut otot, persentase serabut otot cepat

(fast twitch) lebih besar atau tinggi dibandingkan dengan serabut otot

lambat (slow twitch).

Lari jarak pendek bila dilihat dari tahap-tahap berlari terdiri dari

beberapa tahap, yaitu:

1) Start atau saat ada aba-aba (reaksi dan dorongan)

2) Percepatan (perubahan dari lambat ke cepat)

3) Kecepatan (perubahan dari yang cepat ke yang konstan atau tetap)

4) Penurunan atau perlambatan

apabila digambarkan adalah sebagai berikut :

3)

2) 4)

1) finish

Gambar 1. Tahap lari jarak pendek


Sumber : http://ws-or.blogspot.com/2011/04/lari-jarak-pendek.html

9
Menurut Gerry A Carr (2000: 35-36) mengemukakan bahwa teknik

sprint adalah sebagai berikut:

1) Pelurusan kaki dan lutut yang diangkat hingga horizontal


2) Berlari dengan ujung kaki dengan tubuh condong ke depan
3) Pelemasan otot tangan dan wajah
4) Garis pandangan tetap lurus
5) Posisi dan gerakan tangan (ditahan pada sudut 90 derajat pada siku
dan diayunkan ke depan dan belakang ke arah lari)
6) Rileks atau jangan tegang, ketegangan akan merugikan pelari karena
mengeluarkan energy atau membatasi aksi otot dan gerak anggota
tubuh lainnya. (panggul, leher, bahu, muka dan tangan).
7) Koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan.
Dalam perlombaan atletik lari jarak pendek banyak peraturan yang

mengikat. Peraturan atletik adalah seperangkat aturan yang digunakan

untuk menyelenggarakan kejuaraan atletik, mengatur mekanismenya serta

membatasi atau menentukan siapa saja yang boleh turut serta di dalamnya

dan bagaimana hasil-hasil perlombaan itu dapat diakui dan syah sebagai

suatu rekor, baik secara nasional maupun internasional. Untuk kejuaran-

kejuaraan resmi tingkat internasional peraturan yang berlaku adalah

peraturan yang dikeluarkan oleh International Athletic Amateur Federation

( IAAF ), yaitu badan resmi untuk olahraga atletik. Sedangkan untuk

nasional, peraturan yang berlaku adalah peraturan yang dikeluarkan oleh

PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), yaitu badan resmi atletik di

Indonesia. Untuk peraturan dalam lari Antara lain :

1) Start dan finish

Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat atau

spint adalah start atau pertolakan. Keterlambatan atau

ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan

10
seorang pelari cepat atau sprinter, karena akan mempengaruhi hasil

akhir kecepatan berlari. Oleh sebab itu, reaksi dan cara melakukan

start yang baik harus benar-benar diperhatikan dan dipelajari serta

dilatih secermat mungkin.

Start adalah suatu persiapan awal seorang pelari akan

melakukan gerakan berlari. Untuk lari jarak pendek start yang

dipakai adalah start jongkok (crouch start). Alat yang digunakan

sebagai tempat start dalam lari jarak pendek disebut start blok. Ada

3 macam penempatan start blok, dan penempatannya disesuaikan

dengan postur tubuh, yaitu:

a) Start jongkok pendek (short atau bunch start): jarak telapak

kaki saat jongkok 14-28 cm

b) Start jongkok menengah (medium start): jarak telapak kaki

saat jongkok 35-42 cm

c) Start jongkok panjang (longed start): jarak telapak kaki saat

jongkok 50-70

Dalam lari jarak pendek menggunakan aba-aba “bersedia,

siap, ya” atau aba-aba “ya” bisa diganti dengan bunyi pistol. Eddy

purnomo (2007: 24-25) mengemukakan bahwa hal-hal yang harus

diperhatikan dalam aba-aba start lari sprint adalah sebagai berikut :

a) Bersedia
Setelah starter memberikan aba-aba bersedia, maka pelari
akan menempatkan kedua kaki dalam menyentuh blok depan
dan belakang; lutut kaki belakang diletakkan di tanah,
terpisah selebar bahu lebih sedikit, jari-jari tangan
membentuk huruf V terbalik dan kepala dalam keadaan datar

11
dengan punggung, sedangkan pandangan mata menatap lurus
ke bawah.

Gambar 2.
Posisi dari samping dan depan saat aba-aba bersedia
(Sumber: Eddy Purnomo 2007: 24)

b) Siap
Setelah ada aba-aba siaap, seorang pelari akan menempatkan
posisi badan sebagai berikut lutut ditekan ke belakang, lutut
kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku
(90°); lutut kaki belakang membentuk sudut antara 120°-
140°; dan pinggang sedikit diangkat tinggi dari bahu, tubuh
sedikit condong ke depan, serta bahu sedikit lebih maju ke
depan dari kedua tangan.

Gambar 3.
Posisi badan dalam aba-aba siap
(Sumber: Eddy Purnomo 2007: 25)

c) Yak (bunyi pistol)


Gerakan yang akan dilakukan pelari setelah aba-aba
yak/bunyi pistol adalah badan diluruskan dan diangkat pada
saat kedua kaki menolak/menekan keras pada start blok;
kedua tangan diangkat dari tanah bersamaan untuk kemudian
diayun bergantian; kaki belakang mendorong kuat/singkat,
dorongan kaki depan sedikit tidak namun lebih lama; kaki

12
belakang diayun ke depan dengan cepat sedangkan badan
condong ke depan; lutut dan pinggang keduanya diluruskan
penuh pada saat akhir dorongan.

Gambar 4.
Gerakan pada aba-aba yaaak
(Sumber: Eddy Purnomo 2007: 26)
Oleh sebab itu start yang baik adalah sebagai berikut:

a) Konsentrasi penuh dan menghilangkan semua gangguan dari

luar saat dalam posisi aba-aba bersedia

b) Menyesuaikan sikap yang sesuai pada posisi aba-aba siap

c) Suatu dorongan eksplosif oleh kedua kaki terhadap tumpuan

start blok.

Untuk penilaian finish dihitung dari bagian tubuh yaitu dada

sampai dengan ost femur (persendian), sedangkan yang lain tidak

diperbolehkan.

Finish adalah salah satu rangkaian gerak lari sprint.

Walaupun waktu yang dibutuhkan untuk finish sangat singkat, akan

tetapi kadang kala teknik finish juga dapat menentukan

kemenangan seorang pelari pada saat-saat terakhir, apalagi bila

kecepatan berlari berimbang.

13
Oleh karena itu gerakan finish yang baik adalah sebagai

berikut:

a) Posisi dada dimajukan ke depan pada pita

b) Lari terus tanpa perubahan apapun atau jangan

memperlambat langkah sebelum melampaui garis finish

c) Jangan menengok lawan

d) Jangan melompat

2) Lintasan

Menurut peraturan ukuran lintasan adalah 400 meter dan

memiliki jalur lintasan 6 atau 8 lintasan. Dalam perlombaan lari jarak

pendek, masing-masing peserta harus lari pada lintasan terpisah.

Lintasan ini lebarnya minimal 1,22 m dan maksimal 1,25 m yang

dibatasi dengan garis putih. Peserta yang mendorong, mendesak,

menubruk atau lari memotong atau menghalangi pelari lain sehingga

mengganggu lajunya lari dapat dinyatakan diskualifikasi.

Kekhususan dalam lari sprint :

1) Tumpuan kaki

Secara teknis dalam melakukan gerakan lari sprint adalah

menggunakan ujung telapak kaki, sedangkan lari jarak menengah

ataupun jauh menggunakan seluruh telapak kaki. Hal ini disebabkan

karena yang dibutuhkan dalam sprint adalah kecepatan dalam

menolak. Mengingat jarak yang ditempuh dalam sprint 100 meter

lebih pendek dibandingkan lari jarak menengah maupun jauh.

14
Sehingga menolak dengan menggunakan seluruh telapak kaki akan

lebih lama dibandingkan dengan ujung telapak kaki saja. Selain

waktunya yang cepat menolak dengan menggunakan ujung kaki pun

akan menghasilkan dorongan ke depan yang lebih kuat.

2) Daya tahan

Kelangsungan gerakan lari jarak jauh, menengah ataupun pendek

secara teknis adalah sama. Yang membedakan hanyalah terletak pada

penghematan penggunaan tenaga karena adanya perbedaan jarak

yang harus di tempuh. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin

membutuhkan keuletan dan daya tahan.

Hal-Hal yang harus dihindari dalam lari sprint, antara lain:

1) Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut

2) Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung ke belakang

3) Memutar kepala dan menggerakkan bahu secara berlebihan

4) Lengan diayun terlalu ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang

dada

5) Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna.

Hal-hal yang diutamakan dalam lari sprint, antara lain:

1) Menjaga kepala tetap tegak dan pandangan lurus ke depan

2) Membuat mata kaki yang dilangkahkan seelastis mungkin

3) Menjaga posisi tubuh sama seperti posisi pada waktu berjalan biasa.

4) Mengayunkan lengan sejajar dengan pinggul dan sedikit menyilang

ke depan badan

15
2. Power Tungkai

a. Kemampuan biomotor

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam lari sprint 100 M

kemampuan biomotor sangat diperlukan. Kemampuan biomotor

merupakan kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh system

organ dalam (Sukadiyanto, 2002 : 35). System-sistem organ dalam

tersebut meliputi system neuromuskuler, pernafasan, pencernaan,

peredaran darah, energi, tulang dan persendian. Gerak pada anak

dihasilkan adanya cukup energi. Energi terbentuk dari proses metabolism

dan didukung oleh system organ yang lain. Jadi komponen biomotor

merupakan keseluruhan dari kondisi fisik siswa.

Komponen dasar dari kemampuan biomotor meliputi kekuatan,

ketahanan, kecepatan, koordinasi dan fleksibilitas. Gabungan dari

komponen dasar dari kemampuan biomotor seperti kecepatan dan

kekuatan membentuk power. Karena power hasil kali dari kekuatan

dengan kecepatan. Dibawah ini dijelaskan komponen dasar dari

kemampuan biomotor dan gabungan dari komponen-komponen dasar.

16
Gambar 5. Komponen dasar dari kemampuan biomotor
( Sumber :Bompa, 1994 :260 )

b. Kemampuan otot tungkai

Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi beban atau tahanan. Kekuatan otot tungkai merupakan

kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai untuk mengatasi beban

atau tahanan dalam hal ini lari 100 meter. Menurut (Bompa, 1994 : 268-

270) macam-macam kekuatan antara lain a) kekuatan umum, b) kekuatan

khusus, c) kekuatan maksimal, d) kekuatan ketahanan (ketahanan otot), e)

kekuatan kecepatan ( kekuatan elastis atau power), f) kekuatan absolute, g)

kekuatan relatif, h) kekuatan cadangan.

Power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam

waktu sesingkat mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power karena

power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan (Bompa, 1994 :

269). Daya ledak (power) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan

17
otot atau sekelompok otot untuk bekerja secara eksplosif (Wahjoedi, 2001

: 61). Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan power merupakan suatu

kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban dalam

waktu sesingkat mungkin. Sekelompok otot akan berkontraksi dengan

kekuatan dan kecepatan secara maksimal. Otot akan memanjang dan

memendek secara eksplosif.

Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi

untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan (Santoso

Giriwijoyo, 2005 : 71). Kekuatan adalah kemampuan otot atau

sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja

(Suharjana, 2001 : 100). Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa kekuatan

otot adalah kemampuan otot untuk mengatasi suatu tahanan atau beban

dalam berlari, otot yang dominan adalah otot tungkai.

Kecepatan adalah berhubungan dengan kemampuan untuk

melakukan gerakan dalam waktu yang sangat singkat. Lari sprint

membutuhkan kecepatan untuk menempuh waktu yang sesingkat-

singkatnya. Kecepatan merupakan salah satu komponen biomotor yang

sangat penting untuk sprint.

Alat gerak pada manusia dibagi menjadi alat gerak pasif (kerangka

badan) dan alat gerak aktif (otot badan). Susunan otot anggota badan

bawah dari sudut topografi dibagi dalam 1) otot-otot pangkal paha, 2) otot-

otot tungkai atas, 3) otot-otot tungkai bawah, 4) otot-otot kaki

(A.Munandar, 1992 : 114-154).

18
Otot-otot kaki terdiri dari bagian dorsal dan plantar. Otot-otot

bagian dorsal terdiri dari M. extensor hallucis brevis dan M. extensor

digitorum brevis. Otot-otot bagian plantar terdirir dari sisi medial, lateral

dan tengah kaki. Otot-otot sisi medial kaki terbagi dalam M. abductor

hallucis, M. flexor hallucis brevis dan M. adductor hallucis. Otot-otot sisi

lateral terdiri dari M. abductor digiti V, M. flexor digiti V brevis dan M.

opponens digiti V. Otot-otot tengah kaki terdiri dari M. flexor digitorum

brevis, M. quadratus plantae, Mm lumbricales dan Mm interossei.

Pada dasarnya gerakan lari sama dengan gerakan jalan, tetapi saat

berlari kedua kakinya terlepas dari tanah atau melayang, menururt

(A.Munandar, 1992 : 164). Gerakan kaki dimulai dengan memindahkan

berat badan pada kaki kanan bila kaki kiri akan dilangkahkan. Antefleksi

tungkai kiri dilakukan oleh m. iliopsoas (terpenting), m. rectus femoris dan

lain-lain dan dengan demikian dilepaskan dari tanah. Turunnya panggul,

bagian kiri dicegah oleh kontraksi mm. glutaei medius dan minimus

sebelah kanan. Selain dari itu kedua otot itu memutar panggul bagian kiri

ke depan dan dengan demikian membantu mengayunkan tungkai kirir

maju dan memperbesar langkah.

Titik berat bergerak kedepan sehingga tidak terdapat lagi di atas

kaki kanan. Akibatnya badan hendak jatuh ke depan. Bersamaan dengan

itu, terjadi pantofleksi kaki kanan oleh kontraksi mm. triceps surae dan

tumit kanan terangkat dari tanah. Dengan demikian titik berat yang tadinya

sudah turun naik kembali. Setelah tumit kiri mengenai tanah maka dengan

19
tumit sebagai pusat seluruh kaki. Kelingking dan daerah-daerah ujung

distal ossa metatarsalia IV, III serta II dengan jarinya masing-masing

bersamaan dengan ibu jari mengenai tanah.

Kaki kanan makin melepaskan diri dari tanah dengan

berlangsungnya dorsofleksi pada articulation metatarsophalangeales.

Sedang jari-jari kaki tetap kokoh berpijak pada tanah. Akhirnya ibu jari

kaki melepaskan diri dari tanah dan pada waktu yang bersamaan tumit

kaki kiri mengenai tanah.

3. Panjang Tungkai

Beberapa indikator untuk menyeleksi atlet berbakat antara lain

kesehatan, anthropometri, lama latihan, kemampuan fisik dan sebagainya

(Cholik : 1994) yang dikutip oleh Djoko Pekik Irianto (2002 : 29).

Anthropometri mempunyai arti ukuran tubuh manusia, ukuran tubuh

manusia mencakup tinggi badan, berat badan, ukuran bagian tubuh.

Pengukuran anthropometri bertujuan untuk menentukan status fisik

yang diperluas sehingga mencakup perkembangan tipe tubuh manusia

dalam hubungannya dengan kesehatan, kekebalan penyakit, sikap,

kemampuan fisik dan kualitas kepribadian (Wahjoedi, 2001 : 56). Dengan

mengetahui ukuran anthropometri siswa maka dapat dijadikan bahan untuk

memprdiksi kemampuan fisik siswa.

Menurut Tim Anatomi FIK UNY ( 2003: 4 ) panjang tungkai yaitu

dari trochanter mayor atau tulang paha bagian atas yang menonjol keluar

dekat dengan sendi sampai dengan permukaan lantai. Sedangkan menurut

20
Amari ( 1996 : 155 ) panjang tungkai adalah ukuran panjang tungkai

seseorang dimulai dari alas kaki sampai trochanter mayor ( tulang paha

bagian atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi ), kira – kira pada

bagian tulang yang terlebar disebelah luar paha dan bila paha digerakkan

trochanter mayor dapat diraba di bagian atas tulang paha yang bergerak.

Pada pinggir atasnya, yakni krista iliaka dapat diraba keseluruhannya. Ke

depan rigi ini berakhir pada spina iliaka anterior superior yang bulat (

mudah diraba) menurut (John V. Basmajian dan Charles E. Slonecker,

1993 : 16) SIAS ini akan tampak sebagai tonjolan bila diraba.

Gambar 6. Panjang tungkai,


(sumber : Tim Anatomi ( 2003 : 5 )

Extremitas inferior terbangun oleh sceletum extremitas inferior.

Rangka anggota badan bawah dapat dibedakan menjadi tulang panggul

21
(ossa cinguli extremitas inferior) dan tulang anggota badan bawah bebas

(ossa extremitas inferior liberae) menurut A.Munandar (1997 :106).

Tulang panggul terdiri dari kedua tulang pangkal paha (ossa

coxae). Gelang panggul mempunyai hubungan yang kokoh dengan batang

badan sebagai alat yang harus menerima berat badan dan meneruskannya

kepada kedua tungkai. Tiap os coxae terbentuk dari 3 tulang yang mul-

mula terpisah tetapi tumbuh menjadi satu tulang. Tulang-tulang itu adalah

tulang usus (os ilium), tulang kemluan (os pubis) dan tulang duduk (os

ischium).

Tulang-tulang anggota badan bawah yang bebas terdirir dari os

femoris, ossa cruris (tibia dan fibula) dan patella suatu bijian yang besar

dalam urat M. quadriceps femoris serta ossa pedis. Ossa pedis terdiri dari

ossa tarsalia, ossa metatarsalia, dan ossa digitorium pedis. Ossa tarsalia

terbentuk oleh talus, calcaneus, os naviculare pedis, ossa cunei formia I, II

dan III serta os cuboideum. Ossa digitorum pedis tersusun oleh tiap jari

kaki terdapat 3 phalanges, kecuali ibu jari yang terdiri dari 2 phalanges.

4. Power Lengan

Power merupakan komponen kondisi fisik yang dalamnya terdapat

dua unsur pokok yaitu kekuatan dan kecepatan. Berkaitan dengan power

Suharno HP. (1993 : 95) menyatakan “ explosive power adalah kemampuan

otot atlet untuk mengatasi tahan beban dengan kekuatan dan kecepatan

maksimal dalam satu gerakan utuh “. Sudjarwo (1993 : 27) menyatakan “

explosive power merupakan kemampuan otot (segerombolan otot) untuk

22
melawan beban / tahanan dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan

(penggunaan force & velocity). Sedangkan Bompa (1994 : 269)

menyatakan power adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dalam

waktu sesingkat mungkin. Kekuatan kecepatan sama dengan power karena

power merupakan hasil kali antara kekuatan dan kecepatan.

Lengan merupakan anggota gerak atas yang terdiri dari selururh

lengan, mulai dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Menurut

Evelyn C Pearce (1999 : 112) yang dikutip dari skripsi Kun Mariyah

dikutip lagi dari skripsi Kuryanto (2011) bahwa, otot-otot yang terdapat

pada lengan sisi posteriot dan lengan bawah yaitu : “ (1) otot deltoid, (2)

otot irisep, (3) otot brakhioradialis, (4) otot extensor karp radialis longus,

(5) otot extensor digitorum, (6) otot extensor dan abductor ibu jari, (7)

otot ankonectis, (8) otot extensor karpudnaris, (9) otot extensor

retinakulum”.

Terjadinya kontraksi otot dalam tubuh manusia akibat bekerja

melawan beban yang diterimanya. Misalnya mendorong atau menolak

suatu benda, menahan beban, menarik benda dan lain sebagainya. Aip

Syarifuddin (1997 : 35) menyatakan bahwa , “Otot dapat mengadakan

kontraksi dengan cepat, apabila mendapat rangsangan dari luar”.

Mekanisme kontraksi otot tidak sederhana , tetapi cukup kompleks. Hal

terpenting dan harus diperhatikan saat otot berkontraksi adalah dibutuhkan

cadangan energi .

23
Bertolak dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat

disimpulkan power lengan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot

lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan kekuatan-

kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya dalam mengayunkan lengan pada saat berlari sprint.

Power lengan ini penting untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet

mengerahkan tenaga secara eksplosif dari otot-otot lengan.

Sprint memerlukan fleksibilitas tungkai, panggul dan bahu yang

baik. Kemampuan untuk memutar panggul pada poros longitudinal tubuh

membantu menciptakan panjang dan frekuensi langkah optimal.

Fleksibilitas pada bahu membantu ayunan lengan yang baik. Kedua lengan

pelari difleksikan 90 derajat dan diayun dengan kuat kedepan dan

kebelakang. Kedua lengan rileks dan diayun kebelakang ketinggian

panggul dan bahu didepan.

Ayunan lengan kedepan dan kebelakang mengimbangi

(counterbalance) gerak putaran (twisting motion) yang diciptakan dorongan

tiap tungkai pada kedua sisi samping poros longitudinal pelari. Fleksi kedua

lengan pada sikut menurunkan momen inersia dan membuat gerak pendular

lebih mudah oleh otot-otot yang terlibat. Ayunan kedepan yang cepat dari

tiap lengan mentransfer momentum ketubuh pelari secara keseluruhan.

Ayunan ini bersamaan dengan dorongan tungkai yang membantu

mendorong pelari kedepan. Ayunan lengan kedepan dan kebelakang

24
membantu mempertahankan togok dan sendi bahu (keseimbangan) dan

rileks ( traight line toward the finish).

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Sigid tahun 2009 dengan judul

“Hubungan Power dan Panjang tungkai dengan kemampuan lari 60 M

Siswa putrid pada kelas V Sekolah Dasar Negeri Pakisarum Kabupaten

Purworejo”. Hasil yang diperoleh ada hubungan yang signifikan

diberikan oleh power tungkai sebesar 54,02 %. Ada hubungan yang

signifikan diberikan oleh panjang tungkai sebesar 19,27 %. Dari kedua

variabel bebas yaitu power dan panjang tungkai ada hubungan yang

signifikan terhadap kemampuan lari 60 meter sebesar 57,00 %. Semua

variabel memberi sumbangan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tugini (2012) “Hubungan Panjang

Langkah Lari 25 M dan Frekuensi Langkah Per Detik Lari 20 M

Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 M Siswa SMK Kristen 2 Klaten.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan teknik

test dan pengukuran. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa SMK Kristen 2 Klaten sebanyak 47 siswa, yang diambil dengan

teknik quota sampel dari populasi sebanyak 474 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang

signifikan antara panjang langkah lari 25 M dengan lari sprint 100 M

sebesar -0,796; 2) terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi

langkah per detik lari 20 M dengan lari sprint 100 m sebesar -0,553; dan

25
3) terdapat hubungan yang signifikan antara panjang langkah lari 25 M

secara bersama dengan frekuensi langkah per detik lari 20 M dengan lari

sprint 100 M sebesar 0,821.

C. Kerangka Berfikir

Lari Sprint 100 m

Power tungkai Panjang Tungkai Power Lengan

Gambar 7. kerangka berfikir

Kemampuan lari sprint 100 meter ditentukan oleh power otot tungkai

yang kuat, panjang tungkai dan power lengan untuk mengayunkan lengan

secepat-cepatnya. Pelari yang mempunyai power otot tungkai yang bagus

dengan panjang tungkai dan power lengan yang baik maka kemampuan

menolakpun juga akan lebih kuat dan menghasilkan kemampuan lari yang

baik pula.

D. Hipotesis

1. Ada hubungan yang signifikan antara power tungkai, panjang tungkai,

power lengan dengan kecepatan lari 100 meter siswa putra kelas VIII SMP

N 1 Bantul, pada taraf signifikan 5 %.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah korelasional dan termasuk jenis penelitian

diskriptif. Adapun desain penelitian, sebagai berikut:

Gambar 8. Desain penelitian korelasional

Keterangan:

= Power tungkai

= Panjang tungkai

= Power lengan

Y = Sprint 100 meter

= Hubungan antar variabel

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi adalah sekumpulan subjek atau objek yang akan diteliti.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (suharsimi Arikunto 2006 :

130). Totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Populasi dalam

27
penelitian ini adalah kouta sampel siswa putra kelas VIII SMP N 1

Bantul.

Tabel 1. Jumlah kelas dan siswa kelas VIII SMP N 1 Bantul


Negeri 1 Jogonalan Klaten
No Kelas Jumlah
1 VIII A 24 siswa
2 VIII B 24 siswa
3 VIII C 24 siswa
4 VIII D 24 siswa
5 VIII E 24 siswa
6 VIII F 24 siswa
Jumlah 144 siswa
Jadi jumlah keseluruhan siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul

adalah 144 siswa.

2. Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menurut (Sugiyono, 2010: 64) adalah simple random sampling, dikatakan

simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap

homogen

Tabel 2. Jumlah siswa putra kelas VIII SMP N 1 Bantul yang menjadi
sampel penelitian
No Kelas Jumlah Sampel
1 VIII A 24 siswa 8
2 VIII B 24 siswa 8
3 VIII C 24 siswa 9
4 VIII D 24 siswa 8
5 VIII E 24 siswa 8
6 VIII F 24 siswa 9
Jumlah 144 siswa 50 siswa
Jadi dilihat keterangan diatas sampel yang digunakan pada penelitian ini

50 siswa.

28
C. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini terdapat tiga

variabel bebas yaitu : power tungkai, panjang tungkai, power lengan dan satu

variabel terikat sprint 100 meter

1. Variabel Terikat

Sprint 100 meter ialah : Kemampuan seseorang lari secepat-cepatnya

dalam jarak 100 meter dan diukur dengan stopwatch dalam satuan detik

dengan aba-aba start lari sprint yaitu: Bersedia, Siap, Yak atau Door

bunyi pistol.

2. Variabel Bebas

a. Power tungkai adalah : kemampuan kontraksi otot tungkai atau

sekelompok otot yang bekerja pada tungkai secara dinamis dan

eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot tungkai yang

maksimal dalam waktu yang secepat-cepatnya ( Ismaryati 2006 : 59

). Untuk mengetahui power tungkai dengan tes Standing Broad Jump

( Ismaryati 2006 : 59 ) diukur dari start meloncat sampai di tumit

terakhir meloncat dengan menggunakan rol meter dan diukur dalam

satuan sentimeter ( cm ).

b. Panjang tungkai ialah : Menurut Tim Anatomi FIK UNY ( 2003: 14)

panjang tungkai yaitu dari trochanter mayor atau tulang paha bagian

atas yang menonjol keluar dekat dengan sendi sampai dengan

permukaan lantai. Dengan demikian panjang tungkai adalah jarak

antara pangkal paha sampai dengan telapak kaki seseorang. Menurut

29
Hasan Said ( 1980 : 4 ) pengukuran panjang tungkai dapat dilakukan

dengan cara : “ Setelah testee berdiri tegak, diukur tinggi badan,

tinggi duduk, maka panjang tungkai tidak perlu diukur melainkan

hanya mengurangi tinggi badan dengan tinggi duduk. Dan dapat

diukur dengan alat khusus yaitu Sliding caliper dengan satuan

centimeter ( cm ).

c. Power lengan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot

lengan untuk menghasilkan kerja fisik dengan mengerahkan

kekuatan-kekuatan dari otot-otot lengan secara maksimal dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya dalam mengayunkan lengan pada

saat berlari sprint. Untuk mengetahui power lengan dengan tes

mendorong bola menggunakan bola basket dari garis start. Diukur

dari garis start sampai jatuhnya bola ( bekas atau tapak jatuhnya bola

basket ) dengan menggunakan rol meter. Diukur dalam satuan

sentimeter ( cm ).

D. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Untuk menghasilkan bahwa alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian memiliki valididtas dan reliabilitas, dilakukan tes dan

pengukuran.

1) Pengukuran power otot tungkai :

a. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui kekuatan dan

kecepatan otot tungkai dengan nama tes Standing Board Jump.

30
b. Alat dan faslitas :

1) Rol meter

2) Alat tulis

3) Formulir pencatatan hasil tes

4) Lapangan tanah

c. Pelaksanaan Test / cara ambil data :

1) Siswa berdiri di belakang garis start atau garis batas

2) Kaki sejajar

3) Lutut ditekuk

4) Dan kedua tangan di belakang badan

5) Setelah aba-aba siswa mengayunkan tangan dan meloncat sejauh

mungkin kedepan.

6) Pada saat mendarat kedua kaki harus mendarat secara bersama-

sama.

2) Pengukuran Panjang Tungkai

Tujuan : untuk mengukur panjang tungkai mulai dari Spina Illiaca

Anterior Superior ( SIAS ) sampai permukaan lantai.

Peralatan :

1) Pita pengukur

2) Permukaan lantai harus datar dan rata

3) Formulir pencatatan

4) Alat tulis

Pelaksanaan :

31
1) Testi berdiri tegak tanpa mengenakan alas kaki.

2) Kedua tumit sejajar dengan kedua lengan yang menggantung

bebas.

3) Pada pinggir atas dari Crista Illiaca dapat diraba secara

keseluruhan, ke depan. Krista Illiaca berakhir pada Spina Illiaca

Anterior Superior ( SIAS ) yang bulat berupa tonjolan.

4) Tonjolan SIAS diberi tanda menggunakan spidol.

5) Mengukur titik SIAS sampai permukaan lantai menggunakan pita

pengukur.

Penilaian : Catat panjang tungkai dalam posisi berdiri. Pengukuran

diambil sebanyak 3 kali masing-masing oleh 3 testor. Satu

testor hanya mengambil 1 kali, dari 3 kali pengukuran

diambil nilai tengahnya, nilai teratas dan terbawah tidak

dipakai.

3) Pengukuran Power Lengan

a. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui kekuatan dan

kecepatan mengayunkan lengan pada saat berlari sprint.

b. Alat ukurnya dengan Johnson Test yang di modifikasi dengan

melempar bola sejauh mungkin.

c. Alat dan Fasilitas

1) Rol meter

2) Alat tulis

32
3) Formulir pencatatan hasil

4) Lapangan tanah

d. Hasil pengukuran dicatat dengan satuan meter.

e. Pelaksanaan test atau cara ambil data :

1) Siswa berdiri dibelkang garis start

2) Berdiri tegak dan kaki sejajar bahu

3) Tangan memegang bola di dada seperti melakukan chest past pada

bola basket.

4) Setelah aba-aba siswa bersiap-siap untuk mendorong bola sekuat-

kuatnya.

5) Catatan pada test ini harus diperhatikan pada saat siswa mendorong

bola, bola tidak boleh melambung tetapi harus lurus.

4) Pengukuran Sprint 100 meter

a. Tujuan test adalah untuk mengetahui kecepatan lari sprint siswa

dalam jarak 100 meter.

b. Alat dan Fasilitas

1) Alat tulis

2) Formulir pencatat hasil

3) Stopwatch

4) Bendera start

5) Lapangan

c. Pelaksanaan

1) Siswa dari garis start memperhatikan aba-aba

33
2) Setelah aba-aba dimulai siswa melakukan lari secepat mungkin

sampai garis finish

3) Test dilakukan 2 kali, diambil yang terbaik.

d. Hasil pengukuran dicatat dalam satuan detik.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data adalah dengan

metode survei dengan teknik test dan pengukuran. Test Power otot

tungkai, Pengukuran panjang tungkai, power lengan dan sprint 100

meter di Stadion Trirenggo Bantul.

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis korelasi product moment dan multiple corelation. Adapun uji

persyaratan analisis dan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut

1. Persyaratan analisis data

a. Uji normalitas data

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran

masing-masing variabel bebas maupun variabel terikat mempunyai

distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan rumus chi-kuadrat, Sutrisno Hadi (1995: 347)

menyatakan chi-kuadrat dapat digunakan untuk keperluan pengetesan

normalitas, adapun rumusnya sebagai berikut :

( )
( = ∑ )

34
(Sumber: Sutrisno Hadi. 1995: 347)

Keterangan :

= chi-kuadrat

= frekuensi observasi

ℎ = frekuensi yang diharapkan

Selanjutnya harga chi-kuadrat dikorelasikan dengan tabel, jika nilai

p>0,05 maka data berdistribusi normal dan sebaliknya apabila p<0,05

pada chi-kuadrat tabel maka distribusi tidak normal atau apabila harga

chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel maka datanya

normal dan sebaliknya apabila chi kuadrat hitung lebih besar dari pada

chi kuadrat tabel maka datanya tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui sifat linier atau tidak

antara variabel bebas dan variabel terikat. Untuk keperluan uji

linieritas dilakukan dengan uji F (Sutrisno Hadi, 2004: 13 ) dengan

rumus :

( = )

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 13)

Keterangan :

= harga bilangan F garis regresi

= harga kuadrat garis regresi

= rerata kuadrat garis residu

35
Selanjutnya harga F dikonsultasikan dengan harga table pada paraf

signifikansi 5%. Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat

dikatakan linear p>0,05.

2. Uji Hipotesis

a. Mencari koefisien Product Moment

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian.

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu

hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) , terhadap

variabel terikat (Y), dan terhadap variabel terikat (Y). Adapun untuk

menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga menggunakan analisis

korelasi Product moment.

Adapun rumusnya adalah :

∑ (∑ )(∑ )
( = )
∑ (∑ ) ∑ (∑ )

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi x dan y

N : Jumlah testi

∑ : jumlah (X)(Y)

∑ : Jumlah skor testi

∑ : jumlah Y

∑ : jumlah kuadrat X

∑ : jumlah kuadrat Y

b. Mencari Koefisien Multiple Corelation

36
Multiple correlation digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi keseluruhan variabel prediktor , dan terhadap

variabel kriterium Y, yaitu teknik multiple regression (Sutrisno Hadi,

2004: 28). Adapun rumusnya:

∑ ∑ ∑
( ( ) =

)

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 28)

Keterangan :

( ) : Koefisien korelasi antara y dengan , dan

: koefisien prediktor

: koefisien prediktor

: koefisien prediktor

∑ 1 : jumlah produk antara dan Y

∑ 2 : jumlah produk antara dan Y

∑ 3 : jumlah produk antara dan Y

∑ : jumlah kuadrat kriterium Y

c. Mencari F regresi

Untuk menguji apakah nilai koefisien korelasi ganda (R) signifikan

atau tidak menggunakan rumus (Sutrisno Hadi, 2004: 23) sebagai

berikut :

37
( )
( =
( )
)

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 23)

Keterangan :

: harga F garis regresi

: cacah kasus

: cacah prediktor

: koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor

Harga F tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga F tabel

dengan derajat kebesaran N-m-1 pada taraf signifikansi 5%. Apabila harga

F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel, maka ada hubungan yang

signifikan antara variabel terikat tersebut dengan masing-masing variabel

bebasnya.

d. Mencari sumbangan relatif dan sumbangan efektif

Untuk mengetahui sumbangan masing-masing variabel bebas

terhadap variabel terikat dengan mencari sumbangan relative (SR)

masing-masing prediktor (Sutrisno Hadi, 2004: 36-39).

( = 100% )

( = 100% )

38
( = 100% )

(Sumber: Sutrisno Hadi, 2004: 36-39)

Keterangan :

= sumbangan prediktor satu terhadap kriterium dalam %

= sumbangan prediktor dua terhadap kriterium dalam %

= sumbangan prediktor tiga terhadap kriterium dalam %

Rumus mencari Sumbangan Efektif (SE) masing-masing prediktor adalah :

a. Prediktor X1

b. Prediktor X2

c. Prediktor X3

Keterangan :

= sumbangan efektif prediktor 1

= sumbangan efektif prediktor 2

= sumbangan efektif prediktor 3

= kuadrat koefisien korelasi prediktor dalam kriterium

39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel bebas yaitu power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan serta satu variabel terikat, yaitu

kemampuan lari sprint 100 M. Untuk mempermudah perhitungan,

selanjutnya variabel dilambangkan menjadi X1 untuk power tungkai, X2

untuk panjang tungkai, X3 untuk power lengan, dan Y untuk variabel

kemampuan lari sprint 100 M.

a. Power Tungkai

Dilambangkan dengan X1, hasil penelitian power tungkai dari 50

siswa diperoleh nilai mean sebesar 1,57, median sebesar 1,60, modus

sebesar 1,75, standar deviasi sebesar 0,34, range sebesar 1,29, skor

minimun sebesar 0,91 dan skor maksimal sebesar 2,20. Selanjutnya

disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu

dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN).

Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu

mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas

interval).

40
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Power Tungkai

No. Kelas Tally Frekuensi Persentase


Interval (f)
1. 0,91 – 1,23 |||| |||| || 12 24%
2. 1,24 – 1,56 |||| |||| || 12 24%
3. 1,57 – 1,89 |||| |||| |||| ||| 18 36%
4. 1,90 – 2,22 |||| ||| 8 16%
5. 2,23 – 2,55 - 0 0%
6. 2,56 – 2,88 - 0 0%
7. 2,89 – 3,21 - 0 0%
Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram

batang variabel power tungkai yang diperoleh.

Power Tungkai
20 18

15
12 12
Frekuensi

10 8

5
0 0 0
0
Kelas
Interval

Gambar 9. Diagram Batang Variabel Power Tungkai


b. Panjang Tungkai

Panjang tungkai dilambangkan dengan X2, diperoleh nilai mean

sebesar 89,76, median sebesar 89,65, modus sebesar 86,50, standar

deviasi sebesar 4,54, range sebesar 17,50, skor minimun sebesar 82,00

dan skor maksimal sebesar 99,50. Selanjutnya disusun distribusi

frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu dengan terlebih dahulu

mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN). Rumus ini dinamakan rumus

sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu mencari rentang data dan

menentukan panjang kelas (rentang/kelas interval).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Panjang Tungkai

No. Kelas Interval Tally Frekuensi Persentase


(f)
1. 82,00 - 84,63 |||| | 6 12%
2. 84,64 - 87,27 |||| |||| | 11 22%
3. 87,28 - 89,91 |||| ||| 8 16%
4. 89,92 - 92,55 |||| |||| || 12 24%
5. 92,56 - 95,19 |||| | 6 12%
6. 95,20 - 97,83 || 2 4%
7. 97,84 - 100,47 |||| 5 10%
Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram

batang variabel panjang tungkai yang diperoleh.

42
Panjang Tungkai
12
12 11

10
8
Frekuensi 8
6 6
6 5

4
2
2

0
Kelas
Interval

Gambar 10. Diagram Batang Variabel Panjang Tungkai

c. Power Lengan

Dilambangkan dengan X3, diperoleh hasil penelitian power lengan

dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 5,45, median sebesar 5,50,

modus sebesar 3,88, standar deviasi sebesar 1,19, range sebesar 4,60,

skor minimun sebesar 3,52 dan skor maksimal sebesar 8,12. Selanjutnya

disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-38) yaitu

dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval (1+3,3logN).

Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas diketahui lalu

mencari rentang data dan menentukan panjang kelas (rentang/kelas

interval).
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Power Otot Lengan

No. Kelas Interval Tally Frekuensi Persentase


(f)
1. 3,52 – 4,31 |||| |||| || 12 24%
2. 4,32 – 5,11 |||| || 7 14%
3. 5,12 – 5,91 |||| |||| || 12 24%
4. 5,92 – 6,71 |||| ||| 8 16%
5. 6,72 – 7,51 |||| |||| 10 20%
6. 7,52 – 8,31 | 1 2%
7. 8,32 – 9,11 - 0 0%
Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram

batang variabel power otot lengan yang diperoleh.

Power Lengan
12 12
12
10
10
8
7
Frekuensi

6 5

2 1

0
Kelas
Interval

Gambar 11. Diagram Batang Variabel Power Lengan


d. Kemampuan Lari Sprint 100 M

Dilambangkan dengan Y, hasil penelitian kemampuan lari sprint

100 M dari 50 siswa diperoleh nilai mean sebesar 16,95, median sebesar

16,80, modus sebesar 13,13, standar deviasi sebesar 2,90, range sebesar

11,75, skor minimun sebesar 12,36 dan skor maksimal sebesar 24,11.

Selanjutnya disusun distribusi frekuensi. Menurut Sugiyono (2011: 34-

38) yaitu dengan terlebih dahulu mencari jumlah kelas interval

(1+3,3logN). Rumus ini dinamakan rumus sturges. Setelah jumlah kelas

diketahui lalu mencari rentang data dan menentukan panjang kelas

(rentang/kelas interval).

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Lari Sprint 100 M

No. Kelas Interval Tally Frekuensi Persentase


(f)
1. 12,36 – 14,17 |||| |||| 10 20%
2. 14,18 – 15,99 |||| |||| | 11 22%
3. 16,00 – 17,81 |||| |||| 10 20%
4. 17,82 – 19,63 |||| ||| 8 16%
5. 19,64 – 21,45 |||| || 7 14%
6. 21,46 – 23,27 ||| 3 6%
7. 23,28 – 25,09 | 1 2%
Jumlah: 50 100%

Apabila digambarkan dalam bentuk histogram, berikut diagram

batang variabel kemampuan lari sprint 100 M yang diperoleh.

45
Kemampuan Lari 100 M
12 11
10 10
10
8
Frekuensi 8 7

4 3

2 1

0
Kelas
Interval

Gambar 12. Diagram Batang Kemampuan Lari Sprint 100 M

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas menggunakan uji kolmogorov smirnov.

Dalam uji ini akan menguji hipotesis yaitu sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal. Untuk menerima atau menolak

hipotesis dengan membandingkan harga sighitung dengan sig 5% (0,05).

Kriterianya adalah menerima hipotesis apabila harga sighitung lebih

besar dari 0,05. Pengujian ini mengacu dari Buku Dwi Priyatno.

Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Signifikansi
Variabel Keterangan
Sig hitung Sig 5%
Power Tungkai ( X2) 0,555 0,05 Normal
Panjang Tungkai (X1) 0,575 0,05 Normal
Power Otot Lengan (X3) 0,782 0,05 Normal
Lari Sprint 100 M (Y) 0,795 0,05 Normal

Dari tabel di atas harga Sighitung dari variabel power tungkai,

panjang tungkai, power lengan dan lari sprint 100 M masing-masing

sebesar 0,575; 0,555; 0,782 dan 0,795. Menurut Dwi Priyatno data

dikatakan normal apabila Sighitung lebih besar dari 0,05. Oleh karena

nilai Sighitung dari keempat variabel tersebut lebih dari 0,05 maka data

berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas untuk mengetahui bentuk regresi antara variabel

bebas dan variabel terikat. Dalam uji ini akan menguji hipotesis

bentuk regresi linier. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan

membandingkan harga Sighitung dengan signifikansi 5%. Menurut Dwi

Priyatno kriterianya adalah menerima hipotesis apabila harga Sighitung

lebih kecil dari 0,05. Hasil perhitungan uji linieritas dapat dilihat pada

tabel 8 di bawah ini:

47
Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Linieritas

Hubungan Sig hitung Sig 5% Ket


X1 dengan Y 0,000 0,05 Linier
X2 dengan Y 0,004 0,05 Linier
X3 dengan Y 0,003 0,05 Linier

Dari penghitungan diperoleh harga Sighitung antara variabel

power tungkai (X1) dengan lari sprint 100 M (Y), dengan persamaan

garis Ŷ=26,296+(-5,967)X2, sebesar 0,000. Oleh karena nilai Sig

hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis

regresi berbentuk linier diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

garis regresi lari sprint 100 M atas power otot tungkai berbentuk

linier.

Harga Sighitung antara variabel panjang tungkai (X2) dengan lari

sprint 100 M (Y), dengan persamaan regresi Ŷ=40,155+(-0,259)X1,

sebesar 0,004. Oleh karena nilai Sig hitung lebih kecil dari 0,05, maka

hipotesis yang menyatakan garis regresi berbentuk linier diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan garis regresi lari sprint 100 M

atas panjang tungkai berbentuk linier.

Dari penghitungan diperoleh harga Sighitung antara variabel

power lengan (X3) dengan lari sprint 100 M (Y), dengan persamaan

regresi Ŷ=25,069+(-1,490)X3, sebesar 0,003. Oleh karena nilai Sig

hitung lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan garis

48
regresi berbentuk linier diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

garis regresi lari sprint 100 M atas power lengan berbentuk linier.

c. Analisis korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari hubungan antar

variabel. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Hasil Korelasi Sederhana


Korelasi Koefisien Korelasi
X1 * Y -0,703
X2 * Y -0,404
X3 * Y -0,612
X123 * Y 0,751

d. Pengujian Hipotesis

Uji Hipotesis hubungan X1 dengan Y, hubungan X2 dengan Y

dan hubungan X3 dengan Y secara masing-masing menggunakan uji

korelasi product moment dengan membandingkan r hitung dengan r

tabel. Sedangkan untuk menguji hipotesis ketiga yaitu mencari

hubungan X1 X2 dan X3 secara bersama-sama menggunakan analisis

multiple correlation dengan membandingkan R hitung dengan R tabel.

1. Hubungan Antara Power Tungkai Dengan Kemampuan Lari


Sprint 100 M

Uji korelasi untuk mencari hubungan antara power tungkai

dengan kemampuan lari sprint 100 M, dengan menggunakan analisis

korelasi product moment dengan bantuan software komputer SPSS

16,0 yang diambil dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and

49
Service Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis

menunjukkan nilai r hitung sebesar 0,703 > r tabel (0,285), maka

dapat disimpulkan bahwa power tungkai mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara power tungkai dengan kemampuan lari sprint 100 M

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

2. Hubungan Antara Panjang Tungkai Dengan Kemampuan Lari


Sprint 100 M

Uji korelasi yang mencari hubungan antara panjang tungkai

dengan lari sprint 100 M, dengan menggunakan analisis korelasi

product moment. Dengan bantuan software komputer SPSS 16,0 yang

diambil dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and Service

Solution) karya Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan

nilai r hitung sebesar 0,404 > r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan

bahwa panjang tungkai mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara panjang tungkai dengan kemampuan lari sprint 100

M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

3. Hubungan Antara Power Lengan Dengan Kemampuan Lari Sprint


100 M

Uji korelasi yang mencari hubungan antara power lengan dengan

lari sprint 100 M, dengan menggunakan analisis korelasi product

50
moment. Dengan bantuan software komputer SPSS 16,0 yang diambil

dari Buku Saku SPSS (Statistical Product and Service Solution) karya

Duwi Priyatno, diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai r hitung

sebesar 0,612 > r tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa power

lengan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemampuan lari

sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapaat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

4. Hubungan Antara Power Tungkai, Panjang Tungkai dan Power


Lengan Secara Bersama Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M

Korelasi ganda adalah hubungan antara variabel-variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji hipotesis mencari

hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan

dengan kemampuan lari sprint 100 M. Pengujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan analisis multiple corelation. Dengan bantuan

software computer SPSS 16,0 yang diambil dari Buku Saku SPSS

(Statistical Product and Service Solution) karya Duwi Priyatno,

diperoleh hasil analisis menunjukkan nilai R hitung sebesar 0,751 > r

tabel (0,285), maka dapat disimpulkan bahwa power tungkai, panjang

tungkai dan power lengan secara bersama mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan

51
secara bersama dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas

VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

e. Perhitungan Uji F

Dari hasil perhitungan regresi ganda diperoleh koefisien regresi

untuk menentukan persamaan regresi, yaitu: konstanta (a) = 36,274;

koefisien regresi power tungkai (b1) = - 4,400; koefisien regresi panjang

tungkai (b 2) = - 0,107; koefisien regresi power lengan (b3) = -0,526, dari

hasil koefisien regresi tersebut diperoleh persamaan regresi dua prediktor

adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3

Y = 36,274 + (- 4,400)X1 + (- 0,107)X2 + (- 0,526)X3

Persamaan regresi tersebut di atas berarti bahwa setiap tingkat

power tungkai berubah satu satuan, maka kemampuan lari sprint 100 M

siswa akan berubah sebesar 4,400 dengan ketentuan variabel yang lain

bernilai tetap. Apabila setiap panjang tungkai berubah satu satuan, maka

kemampuan lari sprint 100 M siswa akan berubah sebesar 0,107 dengan

ketentuan variabel yang lain bernilai tetap. Apabila setiap power lengan

berubah satu satuan maka kemampuan lari sprint 100 M siswa akan

berubah sebesar 0,526 dengan ketentuan variabel yang lain bernilai tetap.

Dari hasil analisis regresi berganda juga diperoleh hasil uji F sebagai

berikut :

Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji F

52
F tabel F hitung R R2
Hubungan X1, X2 dan
2,807 19,832 0,751 0,564
X3 Terhadap Y

Hasil analisis regresi ganda hubungan antara power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama terhadap

kemampuan lari sprint 100 M, diperoleh r hitung sebesar 0,751 > r tabel

(0,268) dan F hitung sebesar 19,832 > F tabel (2,807) dengan taraf

signifikasi 5%. Hasil tersebut dinyatakan terdapat hubungan yang

signifikan antara power tungkai, panjang tungkai dan power lengan

secara bersama-sama dengan kemampuan lari sprint 100 M siswa putra

kelas VIII SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

 Sumbangan Power Tungkai, Panjang Tungkai dan Power Lengan


Terhadap Kemampuan Lari Sprint 100 M.

Berdasarkan hasil analisis regresi ganda antara power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama dengan

kemampuan lari sprint 100 M siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1

Bantul Yogyakarta diperoleh R hitung sebesar 0,751 sehingga R2 sebesar

0,564. Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk mengukur

besarnya persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel

terikat. Hasil ini R2 ini menunjukkan bahwa besarnya hubungan antara

power tungkai, panjang tungkai dan power lengan secara bersama-sama

terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 56,4%.

Secara rinci, besarnya sumbangan relatif dan efektif masing-masing

prediktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

53
Tabel 11. Sumbangan Relatif dan Efektif

Sumbangan Sumbangan
No Variabel Prediktor
Relatif Efektif
1 Power tungkai 64,57% 36,42%
2 Panjang tungkai 11,97% 6,75%
3 Power lengan 23,44% 13,22%
Jumlah 100% (dibulatkan) 56,4% (dibulatkan)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa ketiga variabel bebas

memberikan sumbangan sebesar 56,4%. Secara rinci, besarnya

sumbangan variabel power tungkai memberikan konstribusi sebesar

36,42% terhadap kemampuan lari sprint 100 M, panjang tungkai

memberikan sumbangan sebesar 6,75% dan power lengan memberikan

sumbangan sebesar 13,22%. Dengan memperhatikan besarnya

sumbangan dari ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat di atas,

menunjukkan bahwa prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

power tungkai, panjang tungkai dan power lengan saja, namun di luar itu

masih ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Yaitu sebesar 43,6%.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hubungan antara power

tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari sprint

100 M sebagai berikut:

1. Hubungan antara Power Tungkai Dengan Kemampuan Lari Sprint


100 M

Diperoleh koefisien korelasi antara power tungkai dengan

kemampuan lari sprint 100 M sebesar 0,703. Pengujian hipotesis

54
menggunakan r tabel, dan mendapatkan nilai r tabel dengan dk 48 pada

taraf signifikan 5% adalah sebesar 0,285. Ini berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara power tungkai terhadap kemampuan lari sprint

100 M. Kesimpulan dari hubungan power otot tungkai dengan

kemampuan lari sprint 100 M adalah kuat lemahnya power tungkai yang

dimiliki siswa mempengaruhi kemampuan lari sprint 100 M siswa.

Semakin kuat power tungkai yang dimliki siswa, maka kemampuan lari

sprint 100 M siswa semakin baik. Semakin lemah power tungkai yang

dimiliki siswa, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa yang diperoleh

rendah juga.

2. Hubungan antara Panjang Tungkai Dengan Kemampuan Lari


Sprint 100 M.

Diperoleh koefisien korelasi antara panjang tungkai dengan

kemampuan lari sprint 100 M sebesar 0,404. Pengujian hipotesis

menggunakan r tabel, dan mendapatkan nilai r tabel dengan dk 48 pada

taraf signifikan 5% adalah sebesar 0,285. Ini berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara panjang tungkai terhadap kemampuan lari sprint

100 M. Kesimpulan dari hubungan panjang tungkai dengan kemampuan

lari sprint 100 M adalah panjang dan pendeknya tungkai yang dimiliki

siswa akan mempengaruhi kemampuan lari sprint 100 M siswa. Semakin

panjang tungkai yang dimiliki siswa maka semakin bagus kemampuan

lari sprint 100 M siswa. Semakin pendek tungkai yang dimiliki siswa

maka akan semakin rendah pula kemampuan lari sprint 100 M siswa.

55
3. Hubungan antara Power Lengan Dengan Kemampuan Lari Sprint
100 M.

Diperoleh koefisien korelasi antara power lengan dengan

kemampuan lari sprint 100 M sebesar 0,612. Pengujian hipotesis

menggunakan r tabel, dan mendapatkan nilai r tabel dengan dk 48 pada

taraf signifikan 5% adalah sebesar 0,285. Ini berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara power lengan terhadap kemampuan lari sprint 100

M. Kesimpulan dari hubungan power lengan dengan kemampuan lari

sprint 100 M adalah kuat lemahnya power lengan yang dimiliki siswa

mempengaruhi kemampuan lari sprint 100 M siswa. Semakin kuat power

lengan yang dimliki siswa, maka kemampuan lari sprint 100 M siswa

semakin baik. Semakin lemah power lengan yang dimiliki siswa, maka

kemampuan lari sprint 100 M siswa yang diperoleh rendah juga.

4. Hubungan antara Power Tungkai, Panjang Tungkai dan Power


Lengan Dengan Kemampuan Lari Sprint 100 M.

Secara bersama-sama diperoleh koefisien korelasi power tungkai,

panjang tungkai dan power lengan sebesar 0,751. Dalam pengujian uji F

diperoleh nilai F sebesar 19,832 yang lebih besar dari nilai F tabel

sebesar 2,807 pada taraf signifikan 5%. Ini berarti bahwa secara bersama-

sama terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai, panjang

tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari sprint 100 M. Adapun

besarnya kontribusi yang diberikan secara bersama-sama antara power

tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari

56
sprint 100 M adalah sebesar 56,4%. Kesimpulan dari hubungan antara

panjang tungkai, power tungkai dan power lengan dengan kemampuan

lari sprint 100 M adalah kuat lemahnya power tungkai yang dimiliki oleh

siswa, panjang pendeknya tungkai dan power lengan yang dimiliki siswa

dapat mempengaruhi kemampuan lari sprint 100 M yang dicapai siswa.

Pada pengujian hipotesis, hubungan power tungkai dengan kemampuan

lari sprint 100 M adalah signifikan, ini artinya variabel power tungkai

memberikan kontribusi yang nyata terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Variabel power tungkai memberikan sumbangan sebesar 36,42%. Sumbangan

yang diberikan variabel power tungkai adalah paling besar jika dibandingkan

dengan variabel lain. Power tungkai merupakan gabungan dari kekuatan dan

kecepatan otot tungkai siswa yang diukur dengan tes standing broad jump.

Ternyata power tungkai siswa mempunyai kontribusi yang sangat besar

terhadap kemampuan lari sprint 100 M siswa. Hal ini dibuktikan dengan

sumbangan yang diberikan variabel power tungkai terhadap kemampuan lari

sprint 100 M sebesar 36,42%.

Pada pengujian hipotesis, hubungan panjang tungkai dengan

kemampuan lari sprint 100 M adalah signifikan, ini artinya variabel panjang

tungkai memberikan kontribusi yang nyata terhadap kemampuan lari sprint

100 M. Variabel panjang tungkai memberikan sumbangan sebesar 6,75%.

Panjang tungkai diukur dari trochanter mayor sampai telapak kaki siswa /

permukaan lantai yang diukur dengan meteran / pita pengukur. Ternyata

panjang tungkai siswa mempunyai kontribusi terhadap kemampuan lari sprint

57
100 M siswa. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan yang diberikan variabel

panjang tungkai terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 6,75%.

Pada pengujian hipotesis, hubungan power lengan dengan kemampuan

lari sprint 100 M adalah signifikan, ini artinya variabel power lengan

memberikan kontribusi yang nyata terhadap kemampuan lari sprint 100 M.

Variabel power lengan memberikan sumbangan sebesar 13,22%. Power

lengan merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan lengan siswa yang

diukur dengan tes lemparan chest past seperti pada bola basket. Ternyata

power lengan siswa mempunyai kontribusi terhadap kemampuan lari sprint

100 M siswa. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan yang diberikan variabel

power lengan terhadap kemampuan lari sprint 100 M sebesar 13,22%.

Berdasarkan hasil analisis kontribusi yang diberikan oleh variabel bebas

(power tungkai, panjang tungkai dan power lengan) terhadap kemampuan lari

sprint 100 M adalah sebesar 56,4%, sedangkan sisanya sebesar 43,6% berasal

dari variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.

Dari besarnya hasil uji korelasi tersebut dapat diketahui, bahwa untuk

meningkatkan kemampuan lari sprint 100 M siswa SMP N 1 Bantul yang

harus dikembangkan terlebih dahulu adalah faktor power tungkai karena

memiliki sumbangan yang paling tinggi, kemudian faktor power lengan dan

terakhir panjang tungkai. Namun faktor-faktor lain juga harus

dipertimbangkan karena 43,6% kemampuan lari sprint 100 M ditentukan oleh

faktor selain power tungkai, power lengan dan panjang tungkai.

58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil

kesimpulan bahwa : secara bersama terdapat hubungan yang signifikan antara

power tungkai, panjang tungkai dan power lengan dengan kemampuan lari

sprint 100 M siswa putra kelas VIII SPM Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

Koefisien korelasi r hitung yang diperoleh sebesar 0,751 lebih besar dari

harga koefisien korelasi r table dengan dk 48 pada taraf signifikansi 5%

adalah sebesar 0,285.

B. Keterbasan penelitian

Kendatipun peneliti sudah berusaha keras memenuhi segala ketentuan

yang dipersyaratkan, bukan berarti penelitian ini tanpa kelemahan dan

kekurangan. Beberapa kelemahan dan kekurangan yang dapat dikemukakan

di sini antara lain:

1. Peneliti tidak dapat mengontrol peserta tes melakukan aktivitas

yang berat atau tidak sebelum melakukan tes.

2. Peneliti tidak memperhatikan kondisi tempat sarana dan prasarana

sudah sesuai dengan standar dalam atletik lari sprint 100 M yang

benar apa belum.

3. Terlaksananya pengambilan data peneliti tidak memperhatikan

kondisi fisik subjek penelitian. Hal itu dikarenakan peneliti tidak

59
mampu untuk mengontrol aktivitas yang dilakukan subyek sebelum

pengambilan data.

4. Pada pengukuran power lengan peneliti kurang meperhatikan

validitas dan reliabilitas tes untuk pengukuran power lengan.

5. Peneliti kurang memperhatikan tujuan yang pokok pada lari 100

M,di mana seharusnya lebih mengutamakan kecepatannya.

C. Implikasi Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai implikasi praktis bagi pihak-pihak yang

terkait dengan bidang olahraga, khususnya atletik lari sprint, yaitu bagi

guru atau pelatih dan atlet yang akan meningkatkan keterampilan dasar

atletik. Dengan diketahuinya hubungan power tungkai, panjang tungkai

dan power lengan terhadap lari 100 m siswa putra kelas VIII SMP N 1

Bantul dapat digunakan sebagai acuan bahwa untuk dapat berlari dengan

baik dan mendapatkan waktu yang cepat seorang pelari harus memiliki

tungkai yang panjang dan memiliki akurasi power tungkai dan power

lengan yang baik. Apalagi, jika power tungkai dan power lengan terlatih

dengan baik sehingga dapat meningkatkan koordinasi yang baik dan dapat

berlari dengan waktu tercepat.

D. Saran

Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan

hasil penelitian ini, antara lain :

60
1. Bagi guru atau pelatih atletik, hendaknya memperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi keterampilan dasar atletik khususnya

lari sprint saat membina siswa atau atlet.

2. Bagi siswa yang belum mampu berlari dengan kecepatan yang

baik, disarankan agar lebih sering melatih diri dengan menambah

latihan-latihan yang dapat meningkatkan kecepatan lari, terutama

kekuatan power tungkai dan koordinasi power lengan yaitu ayunan

lengan dengan kecepatan berlari.

3. Bagi peneliti berikutnya, agar dapat melakukan penelitian sejenis

dengan objek yang lain atau dengan menambah variabel-variabel

yang lain dan juga memperluas lingkup penelitian.

4. Disarankan bagi peneliti yang lain menggunakan tes yang lebih

akurat dan lebih terukur validitas dan reliabilitas nya jika ingin

mengukur power lengan.

5. Bagi peneliti yang lain lebih memeperhatikan tujuan dari tes lari

100 M,yaitu lebih mengutamakan kecepatan (waktu) maka, apabila

peneliti yang lain ingin tes lari 100 M pada saat start disarankan

dengan start berdiri lebih baik.

61
DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifudin. (1992). Atletik. Jakarta : Depdikbud.

Bompa Tudor, O. (1994). Power Training For Sport. Canada : Coaching


Association of Kanada.

Carry, Gary. (2000). Atletik (edisi terjemahan). Jakarta : Raja Grafindo.

Duwi Priyatno. (2011). Buku SPSS Analisis Statistik Data. Yogyakarta: Penerbit
MediaKom.

Eddy Purnomo. (2007). Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta :


FIK UNY.

Eddy Purnomo dan Dapan. (2011). Dasar-dasar Gerak Atletik. Yogyakarta :


Alfamedia

Hasnan Said. (1980). Anatomi Manusia. Semarang : Dahara Prize.

Ismaryati & Sarwono, (2000). Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Surakarta :


UNS Press.

Ismaryati. (2006). Pengukuran dan Evaluasi Olahraga. Surakarta : UNS Press.

Laboratorium Fisiologi FIK UNY. (2006). Petunjuk Praktikum Fisiologi Manusia.


Yogyakarta: FIK UNY.

Margono. (2002). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Nur Syamsi. (2008). Pengertian Lari Jarak Pendek. Diambil pada hari Selasa, 25
Januari 2012 dari http://prestasiherfen.blogspot.com/2008/10/lari-jarak-
pendek.html

Santoso Giriwijoyo. (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB.

Satriani. (2011). Atletik Lari Jarak Pendek. Diambil Pada Hari Rabu, 25 Januari
2012 dari http://atletik.blogspot.com/2011/05/atletik-lari-jarak-
pendek.html

Sugiyono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipata

Sukadiyanto. (2002). System-system organ manusia.

Sutrisno Hadi. (1975). Statistik Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset

62
Sutrisno Hadi. (1975). Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset

Tim Anatomi. Diktat Anatomi Manusia. Yogyakarta: Laboratorium Anatomi


Universitas Negeri Yogyakarta.

YoyoB, Ucup Y, Adang S. 2000. Atletik. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Wahjeodi. (2001). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta : Raja


Grafindo Persada.

63
Lampiran 1. Data penelitian
Data Tes Lari 100 Meter, Power Tungkai, Panjang Tungkai Dan Power
Lengan
Subjek Lari 100 Power Panjang Power
Meter (detik) Tungkai (m) Tungkai (cm) Lengan (m)
1. 14,54 1,78 85,40 6,72
2. 15,13 1,85 90 6,88
3. 13,13 1,22 92,10 5,60
4. 17,76 1,70 84,10 5,32
5. 18,47 1,15 86,50 4,73
6. 17,08 1,20 87,50 5,05
7. 20,30 1,55 83 5,71
8. 21,51 1,32 85,40 4,38
9. 19,03 1,75 86,50 4,02
10. 15,45 1,83 94 5,12
11. 16,97 1,07 91 3,87
12. 13,28 1,60 88,80 6,18
13. 13,03 2,16 98,20 7,32
14. 14,32 1,65 82,30 4,17
15. 12,57 2,04 90,10 7,42
16. 16,32 1,96 83,20 4,73
17. 13,92 1,89 94 6,82
18. 14,79 1,99 96,10 6,13
19. 19,89 1,21 85,30 6,10
20. 19,09 1,95 84,40 6,78
21. 20,44 1,54 82 3,53
22. 18,38 1,35 87,10 3,88
23. 21,51 0,95 86,50 4,20
24. 16,85 1,56 98 5,97
25. 15,91 1,75 87,10 5,31
26. 13,92 1,82 98,50 6,73
27. 14,46 1,71 89,20 6,03
28. 17,59 1,60 91,40 6,95
29. 20,33 1,36 93 5,62
30. 17,44 1,52 87,50 4,43
31. 13,99 1,80 92,10 5,32
32. 18,96 1,41 93,80 4,06
33. 24,11 1,00 90 5,12
34. 18,62 1,15 87,30 5,41
35. 14,71 1,88 85,50 4,76
36. 16,45 1,36 87,80 6,62
37. 17,96 1,30 85,70 4,80
38. 12,36 1,99 92,70 7,45
39. 20,36 1,20 90 4,20
40. 21,61 1,12 89,30 3,88

64
41. 21,10 0,91 89 3,52
42. 16,42 1,85 90,05 5,58
43. 16,75 1,72 94,10 5,64
44. 14,49 1,93 90,10 5,95
45. 14,49 1,84 96,20 8,12
46. 19,15 1,35 98 3,82
47. 13,13 1,53 92,30 6,13
48. 19,69 0,99 86,50 3,78
49. 12,47 2,20 99,50 6,82
50. 17,28 1,75 90,05 5,80

65
Data Lari Sprint 100 Meter
TES LARI 100 METER ( detik )
Lari 100 M Lari 100 M Angka Yang
No I II Diambil
1 14,54 14,77 14,54
2 15,13 16,22 15,13
3 13,48 13,13 13,13
4 17,76 18,39 17,76
5 18,47 19,15 18,47
6 17,08 18,38 17,08
7 20,30 21,10 20,30
8 21,51 26,13 21,51
9 19,33 19,03 19,03
10 15,45 15,54 15,45
11 15,97 17,18 16,97
12 13,58 13,28 13,28
13 13,12 13,03 13,03
14 14,32 16,28 14,32
15 12,57 12,87 12,57
16 16,32 16,76 16,32
17 14,46 13,92 13,92
18 15,28 14,79 14,79
19 20,08 19,89 19,89
20 19,09 20,32 19,09
21 20,44 22,18 20,44
22 18,38 20,08 18,38
23 21,51 26,03 21,51
24 16,85 17,15 16,85
25 15,91 16,73 15,91
26 14,36 13,92 13,92
27 14,63 14,46 14,46
28 17,59 18,51 17,59
29 20,33 20,84 20,33
30 18,37 17,44 17,44
31 13,99 16,67 13,99
32 18,99 18,96 18,96
33 24,53 24,11 24,11
34 20,06 18,62 18,62
35 14,71 15,76 14,71
36 16,85 16,45 16,45
37 17,96 18,19 17,96
38 12,36 13,08 12,36
39 20,36 20,83 20,36
40 21,61 27,03 21,61
41 21,10 23,36 21,10

66
42 16,42 16,75 16,42
43 16,75 17,85 16,75
44 16,51 14,49 14,49
45 15,27 14,49 14,49
46 19,15 20,30 19,15
47 13,28 13,13 13,13
48 20,07 19,69 19,69
49 12,47 12,81 12,47
50 18,42 17,28 17,28

67
Data Tes Power Tungkai
TES POWER TUNGKAI (m)
Standing Board Standing Board Angka Yang Diambil
No Jump I Jump II
1 1,68 1,78 1,78
2 1,83 1,85 1,85
3 1,12 1,22 1,22
4 1,60 1,70 1,70
5 1,15 1,10 1,15
6 1,20 1,12 1,20
7 1,52 1,55 1,55
8 1,30 1,32 1,32
9 1,73 1,75 1,75
10 1,81 1,83 1,83
11 1,05 1,07 1,07
12 1,57 1,60 1,60
13 2,16 2,15 2,16
14 1,63 1,65 1,65
15 2,02 2,04 2,04
16 1,93 1,96 1,96
17 1,86 1,89 1,89
18 1,99 1,97 1,99
19 1,18 1,21 1,21
20 1,92 1,95 1,95
21 1,54 1,53 1,54
22 1,33 1,35 1,35
23 0,92 0,95 0,95
24 1,54 1,56 1,56
25 1,73 1,75 1,75
26 1,78 1,82 1,82
27 1,71 1,70 1,71
28 1,58 1,60 1,60
29 1,30 1,36 1,36
30 1,47 1,52 1,52
31 1,80 1,78 1,80
32 1,41 1,40 1,41
33 1,00 1,00 1,00
34 1,10 1,15 1,15
35 1,86 1,88 1,88
36 1,34 1,36 1,36
37 1,24 1,30 1,30
38 1,99 1,97 1,99
39 1,18 1,20 1,20
40 1,12 1,10 1,12
41 0,91 0,89 0,91

68
42 1,83 1,85 1,85
43 1,70 1,72 1,72
44 1,93 1,91 1,93
45 1,76 1,84 1,84
46 1,33 1,35 1,35
47 1,51 1,53 1,53
48 0,97 0,99 0,99
49 2,19 2,20 2,20
50 1,73 1,75 1,75

69
Data Tes Panjang Tungkai
TES PANJANG
TUNGKAI ( cm ) Angka Yang
No
Testor Testor Testor Diambil
I II III
1 85,40 85,41 85,40 85,40
2 90,05 90 90 90
3 92,10 92,10 92,10 92,10
4 84,10 84,10 84,05 84,10
5 86,45 86,50 86,50 86,50
6 87,50 87,50 87,50 87,50
7 83 83 83,05 83
8 85,40 85,40 85,40 85,40
9 86,45 86,50 86,50 86,50
10 94 94 94 94
11 91 91 91,05 91
12 88,80 88,85 88,80 88,80
13 98,15 98,20 98,20 98,20
14 82,30 82,30 82,30 82,30
15 90,10 90,10 90,10 90,10
16 83,15 83,20 83,20 83,20
17 94 94 94 94
18 96 96,10 96,10 96,10
19 85,30 85,35 85,30 85,30
20 84,40 84,40 84,35 84,40
21 82 82 82 82
22 87,05 87,10 87,10 87,10
23 86,50 86,50 86,50 86,50
24 98 98,05 98 98
25 87,15 87,10 87,10 87,10
26 98,5 98,5 98,5 98,50
27 89,20 89,20 89,15 89,20
28 91,40 91,40 91,40 91,40
29 93 93 93 93
30 87,55 87,50 87,50 87,50
31 92,05 92,10 92,10 92,10
32 93,80 93,80 93,80 93,80
33 90 90 90,05 90
34 87,30 87,30 87,35 87,30
35 85,50 85,50 85,50 85,50
36 87,80 87,75 87,80 87,80
37 85,70 85,70 85,65 85,70
38 92,70 92,70 92,70 92,70
39 90 90 90 90

70
40 89,25 89,30 89,30 89,30
41 89 89 89 89
42 90,05 90,05 90 90,05
43 94,10 94,10 94,10 94,10
44 90 90,10 90,10 90,10
45 96,20 96,20 96,15 96,20
46 98 98 98 98
47 92,30 92,25 92,30 92,30
48 86,50 86,50 86,50 86,50
49 99,50 99,50 99,50 99,50
50 90 90,05 90,05 90,05

71
Data Tes Power Lengan
TES POWER LENGAN (m)
Prestasi Prestasi Angka Yang
No Mendorong Mendorong Diambil
Bola I Bola II
1 6,72 6,70 6,72
2 6,82 6,88 6,88
3 5,58 5,60 5,60
4 5,30 5,32 5,32
5 4,73 4,71 4,73
6 5,00 5,05 5,05
7 5,68 5,71 5,71
8 4,36 4,38 4,38
9 4,00 4,02 4,02
10 5,12 5,10 5,12
11 3,87 3,85 3,87
12 6,15 6,18 6,18
13 7,30 7,32 7,32
14 4,17 4,15 4,17
15 7,40 7,42 7,42
16 4,73 4,72 4,73
17 6,80 6,82 6,82
18 6,10 6,13 6,13
19 6,05 6,10 6,10
20 6,77 6,78 6,78
21 3,50 3,53 3,53
22 3,88 3,87 3,88
23 4,17 4,20 4,20
24 5,95 5,97 5,97
25 5,28 5,31 5,31
26 6,70 6,73 6,73
27 6,00 6,03 6,03
28 6,90 6,95 6,95
29 5,59 5,62 5,62
30 4,38 4,43 4,43
31 5,30 5,32 5,32
32 4,00 4,06 4,06
33 5,10 5,12 5,12
34 5,38 5,41 5,41
35 4,73 4,76 4,76
36 6,59 6,62 6,62
37 4,77 4,80 4,80
38 7,40 7,45 7,45
39 4,17 4,20 4,20
40 3,88 3,80 3,88

72
41 3,50 3,52 3,52
42 5,58 5,55 5,58
43 5,63 5,64 5,64
44 5,95 5,91 5,95
45 8,10 8,12 8,12
46 3,79 3,82 3,82
47 6,10 6,13 6,13
48 3,78 3,77 3,78
49 6,77 6,82 6,82
50 5,78 5,80 5,80

73
Lampiran 2. Analisis Frekuensi

FREQUENCIES VARIABLES=larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai


powerlengan
/STATISTICS=STDDEV RANGE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai powerlengan

N Valid 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0

Mean 16.9502 89.7640 1.5662 5.4494

Median 16.8000 89.6500 1.6000 5.4950


a a
Mode 13.13 86.50 1.75 3.88

Std. Deviation 2.90221 4.53807 .34190 1.19153

Range 11.75 17.50 1.29 4.60

Minimum 12.36 82.00 .91 3.52

Maximum 24.11 99.50 2.20 8.12

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

larisprint100M

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 12.36 1 2.0 2.0 2.0

12.47 1 2.0 2.0 4.0

12.57 1 2.0 2.0 6.0

13.03 1 2.0 2.0 8.0

13.13 2 4.0 4.0 12.0

13.28 1 2.0 2.0 14.0

74
13.92 2 4.0 4.0 18.0

13.99 1 2.0 2.0 20.0

14.32 1 2.0 2.0 22.0

14.46 1 2.0 2.0 24.0

14.49 2 4.0 4.0 28.0

14.71 1 2.0 2.0 30.0

14.79 1 2.0 2.0 32.0

15.13 1 2.0 2.0 34.0

15.45 1 2.0 2.0 36.0

15.54 1 2.0 2.0 38.0

15.91 1 2.0 2.0 40.0

15.97 1 2.0 2.0 42.0

16.32 1 2.0 2.0 44.0

16.42 1 2.0 2.0 46.0

16.45 1 2.0 2.0 48.0

16.75 1 2.0 2.0 50.0

16.85 1 2.0 2.0 52.0

17.08 1 2.0 2.0 54.0

17.28 1 2.0 2.0 56.0

17.44 1 2.0 2.0 58.0

17.59 1 2.0 2.0 60.0

17.76 1 2.0 2.0 62.0

17.96 1 2.0 2.0 64.0

18.38 1 2.0 2.0 66.0

18.47 1 2.0 2.0 68.0

18.62 1 2.0 2.0 70.0

18.96 1 2.0 2.0 72.0

19.03 1 2.0 2.0 74.0

19.09 1 2.0 2.0 76.0

19.15 1 2.0 2.0 78.0

75
19.69 1 2.0 2.0 80.0

19.89 1 2.0 2.0 82.0

20.3 1 2.0 2.0 84.0

20.33 1 2.0 2.0 86.0

20.36 1 2.0 2.0 88.0

20.44 1 2.0 2.0 90.0

21.1 1 2.0 2.0 92.0

21.51 2 4.0 4.0 96.0

21.61 1 2.0 2.0 98.0

24.11 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

panjangtungkai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 82 1 2.0 2.0 2.0

82.3 1 2.0 2.0 4.0

83 1 2.0 2.0 6.0

83.2 1 2.0 2.0 8.0

84.1 1 2.0 2.0 10.0

84.4 1 2.0 2.0 12.0

85.3 1 2.0 2.0 14.0

85.4 2 4.0 4.0 18.0

85.5 1 2.0 2.0 20.0

85.7 1 2.0 2.0 22.0

86.5 4 8.0 8.0 30.0

87.1 2 4.0 4.0 34.0

87.3 1 2.0 2.0 36.0

87.5 2 4.0 4.0 40.0

87.8 1 2.0 2.0 42.0

76
88.8 1 2.0 2.0 44.0

89 1 2.0 2.0 46.0

89.2 1 2.0 2.0 48.0

89.3 1 2.0 2.0 50.0

90 3 6.0 6.0 56.0

90.05 2 4.0 4.0 60.0

90.1 2 4.0 4.0 64.0

91 1 2.0 2.0 66.0

91.4 1 2.0 2.0 68.0

92.1 2 4.0 4.0 72.0

92.3 1 2.0 2.0 74.0

92.7 1 2.0 2.0 76.0

93 1 2.0 2.0 78.0

93.8 1 2.0 2.0 80.0

94 2 4.0 4.0 84.0

94.1 1 2.0 2.0 86.0

96.1 1 2.0 2.0 88.0

96.2 1 2.0 2.0 90.0

98 2 4.0 4.0 94.0

98.2 1 2.0 2.0 96.0

98.5 1 2.0 2.0 98.0

99.5 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

powerotottungkai

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0.91 1 2.0 2.0 2.0

0.95 1 2.0 2.0 4.0

0.99 1 2.0 2.0 6.0

1 1 2.0 2.0 8.0

1.07 1 2.0 2.0 10.0

77
1.12 1 2.0 2.0 12.0

1.15 2 4.0 4.0 16.0

1.2 2 4.0 4.0 20.0

1.21 1 2.0 2.0 22.0

1.22 1 2.0 2.0 24.0

1.3 1 2.0 2.0 26.0

1.32 1 2.0 2.0 28.0

1.35 2 4.0 4.0 32.0

1.36 2 4.0 4.0 36.0

1.41 1 2.0 2.0 38.0

1.52 1 2.0 2.0 40.0

1.53 1 2.0 2.0 42.0

1.54 1 2.0 2.0 44.0

1.55 1 2.0 2.0 46.0

1.56 1 2.0 2.0 48.0

1.6 2 4.0 4.0 52.0

1.65 1 2.0 2.0 54.0

1.7 1 2.0 2.0 56.0

1.71 1 2.0 2.0 58.0

1.72 1 2.0 2.0 60.0

1.75 3 6.0 6.0 66.0

1.78 1 2.0 2.0 68.0

1.8 1 2.0 2.0 70.0

1.82 1 2.0 2.0 72.0

1.83 1 2.0 2.0 74.0

1.84 1 2.0 2.0 76.0

1.85 2 4.0 4.0 80.0

1.88 1 2.0 2.0 82.0

1.89 1 2.0 2.0 84.0

1.93 1 2.0 2.0 86.0

78
1.95 1 2.0 2.0 88.0

1.96 1 2.0 2.0 90.0

1.99 2 4.0 4.0 94.0

2.04 1 2.0 2.0 96.0

2.16 1 2.0 2.0 98.0

2.2 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

powerlengan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3.52 1 2.0 2.0 2.0

3.53 1 2.0 2.0 4.0

3.78 1 2.0 2.0 6.0

3.82 1 2.0 2.0 8.0

3.87 1 2.0 2.0 10.0

3.88 2 4.0 4.0 14.0

4.02 1 2.0 2.0 16.0

4.06 1 2.0 2.0 18.0

4.17 1 2.0 2.0 20.0

4.2 2 4.0 4.0 24.0

4.38 1 2.0 2.0 26.0

4.43 1 2.0 2.0 28.0

4.73 2 4.0 4.0 32.0

4.75 1 2.0 2.0 34.0

4.8 1 2.0 2.0 36.0

5.05 1 2.0 2.0 38.0

5.12 2 4.0 4.0 42.0

5.31 1 2.0 2.0 44.0

5.32 2 4.0 4.0 48.0

79
5.41 1 2.0 2.0 50.0

5.58 1 2.0 2.0 52.0

5.6 1 2.0 2.0 54.0

5.62 1 2.0 2.0 56.0

5.64 1 2.0 2.0 58.0

5.71 1 2.0 2.0 60.0

5.8 1 2.0 2.0 62.0

5.95 1 2.0 2.0 64.0

5.97 1 2.0 2.0 66.0

6.03 1 2.0 2.0 68.0

6.1 1 2.0 2.0 70.0

6.13 2 4.0 4.0 74.0

6.18 1 2.0 2.0 76.0

6.62 1 2.0 2.0 78.0

6.72 1 2.0 2.0 80.0

6.73 1 2.0 2.0 82.0

6.78 1 2.0 2.0 84.0

6.82 2 4.0 4.0 88.0

6.88 1 2.0 2.0 90.0

6.95 1 2.0 2.0 92.0

7.32 1 2.0 2.0 94.0

7.42 1 2.0 2.0 96.0

7.45 1 2.0 2.0 98.0

8.12 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

80
Lampiran 3. Uji Normalitas

NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai powerlengan
/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai powerlengan

N 50 50 50 50

Normal Parametersa Mean 16.9502 89.7640 1.5662 5.4494

Std. Deviation 2.90221 4.53807 .34190 1.19153

Most Extreme Differences Absolute .092 .110 .112 .093

Positive .092 .110 .087 .093

Negative -.057 -.065 -.112 -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .648 .781 .794 .656

Asymp. Sig. (2-tailed) .795 .575 .555 .782

a. Test distribution is Normal.

81
Lampiran 4. Uji Linieritas X1.Y
MEANS TABLES=larisprint100M BY powerotottungkai
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.

Means

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

larisprint100M *
50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
powerotottungkai

Report

larisprint100M

powerotot
tungkai Mean N Std. Deviation

0.91 21.1000 1 .

0.95 21.5100 1 .

0.99 19.6900 1 .

1 24.1100 1 .

1.07 15.9700 1 .

1.12 21.6100 1 .

1.15 18.5450 2 .10607

1.2 18.7200 2 2.31931

1.21 19.8900 1 .

1.22 13.1300 1 .

1.3 17.9600 1 .

1.32 21.5100 1 .

1.35 18.7650 2 .54447

1.36 18.3900 2 2.74357

82
1.41 18.9600 1 .

1.52 17.4400 1 .

1.53 13.1300 1 .

1.54 20.4400 1 .

1.55 20.3000 1 .

1.56 16.8500 1 .

1.6 15.4350 2 3.04763

1.65 14.3200 1 .

1.7 17.7600 1 .

1.71 14.4600 1 .

1.72 16.7500 1 .

1.75 17.4067 3 1.56385

1.78 15.5400 1 .

1.8 13.9900 1 .

1.82 13.9200 1 .

1.83 15.4500 1 .

1.84 14.4900 1 .

1.85 15.7750 2 .91217

1.88 14.7100 1 .

1.89 13.9200 1 .

1.93 14.4900 1 .

1.95 19.0900 1 .

1.96 16.3200 1 .

1.99 13.5750 2 1.71827

2.04 12.5700 1 .

2.16 13.0300 1 .

2.2 12.4700 1 .

Total 16.9502 50 2.90221

83
ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

larisprint100M * Between Groups (Combined) 381.541 40 9.539 2.753 .054


powerotottungkai
Linearity 203.968 1 203.968 58.879 .000

Deviation from
177.573 39 4.553 1.314 .348
Linearity

Within Groups 31.178 9 3.464

Total 412.719 49

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

larisprint100M * powerotottungkai -.703 .494 .961 .924

84
Lanjutan Lampiran 4. Uji Linieritas X2 .Y

MEANS TABLES=larisprint100M BY panjangtungkai


/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.

Means

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

larisprint100M *
50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
panjangtungkai

Report

larisprint100M

panjangtu
ngkai Mean N Std. Deviation

82 20.4400 1 .

82.3 14.3200 1 .

83 20.3000 1 .

83.2 16.3200 1 .

84.1 17.7600 1 .

84.4 19.0900 1 .

85.3 19.8900 1 .

85.4 18.5250 2 4.22143

85.5 14.7100 1 .

85.7 17.9600 1 .

86.5 19.6750 4 1.32105

87.1 17.1450 2 1.74655

87.3 18.6200 1 .

87.5 17.2600 2 .25456

87.8 16.4500 1 .

85
88.8 13.2800 1 .

89 21.1000 1 .

89.2 14.4600 1 .

89.3 21.6100 1 .

90 19.8667 3 4.51028

90.05 16.8500 2 .60811

90.1 13.5300 2 1.35765

91 15.9700 1 .

91.4 17.5900 1 .

92.1 13.5600 2 .60811

92.3 13.1300 1 .

92.7 12.3600 1 .

93 20.3300 1 .

93.8 18.9600 1 .

94 14.6850 2 1.08187

94.1 16.7500 1 .

96.1 14.7900 1 .

96.2 14.4900 1 .

98 18.0000 2 1.62635

98.2 13.0300 1 .

98.5 13.9200 1 .

99.5 12.4700 1 .

Total 16.9502 50 2.90221

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

larisprint100M * Between (Combined) 339.465 36 9.430 1.673 .160


panjangtungkai Groups
Linearity 67.437 1 67.437 11.968 .004

Deviation from
272.028 35 7.772 1.379 .273
Linearity

Within Groups 73.255 13 5.635

Total 412.719 49

86
Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

larisprint100M * panjangtungkai -.404 .163 .907 .823

87
Lanjutan Lampiran 4. Uji Linieritas X3.Y
MEANS TABLES=larisprint100M BY powerlengan
/CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.

Means

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

larisprint100M * powerlengan 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

Report

larisprint100M

powerlen
gan Mean N Std. Deviation

3.52 21.1000 1 .

3.53 20.4400 1 .

3.78 19.6900 1 .

3.82 19.1500 1 .

3.87 15.9700 1 .

3.88 19.9950 2 2.28395

4.02 19.0300 1 .

4.06 18.9600 1 .

4.17 14.3200 1 .

4.2 20.9350 2 .81317

4.38 21.5100 1 .

4.43 17.4400 1 .

4.73 17.3950 2 1.52028

4.75 14.7100 1 .

4.8 17.9600 1 .

88
5.05 17.0800 1 .

5.12 19.7800 2 6.12354

5.31 15.9100 1 .

5.32 15.8750 2 2.66579

5.41 18.6200 1 .

5.58 16.4200 1 .

5.6 13.1300 1 .

5.62 20.3300 1 .

5.64 16.7500 1 .

5.71 20.3000 1 .

5.8 17.2800 1 .

5.95 14.4900 1 .

5.97 16.8500 1 .

6.03 14.4600 1 .

6.1 19.8900 1 .

6.13 13.9600 2 1.17380

6.18 13.2800 1 .

6.62 16.4500 1 .

6.72 15.5400 1 .

6.73 13.9200 1 .

6.78 19.0900 1 .

6.82 13.1950 2 1.02530

6.88 15.1300 1 .

6.95 17.5900 1 .

7.32 13.0300 1 .

7.42 12.5700 1 .

7.45 12.3600 1 .

8.12 14.4900 1 .

Total 16.9502 50 2.90221

89
ANOVA Table

Sum of
Squares df Mean Square F Sig.

larisprint100M * Between (Combined) 357.497 42 8.512 1.079 .504


powerlengan Groups
Linearity 154.417 1 154.417 19.574 .003

Deviation from
203.081 41 4.953 .628 .835
Linearity

Within Groups 55.222 7 7.889

Total 412.719 49

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

larisprint100M * powerlengan -.612 .374 .931 .866

90
Lampiran 5. Analisis Regresi X1.Y
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER powerotottungkai.

Regression

b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method


a
1 powerotottungkai . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: larisprint100M

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .703 .494 .484 2.08542

a. Predictors: (Constant), powerotottungkai

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 203.968 1 203.968 46.900 .000

Residual 208.751 48 4.349

Total 412.719 49

a. Predictors: (Constant), powerotottungkai

b. Dependent Variable: larisprint100M

91
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 26.296 1.396 18.834 .000

powerotottungkai -5.967 .871 -.703 -6.848 .000

a. Dependent Variable: larisprint100M

92
Lanjutan Lampiran 5. Analisis Regresi X2.Y
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER panjangtungkai.

Regression

b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method


a
1 panjangtungkai . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: larisprint100M

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .404 .163 .146 2.68205

a. Predictors: (Constant), panjangtungkai

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 67.437 1 67.437 9.375 .004

Residual 345.282 48 7.193

Total 412.719 49

a. Predictors: (Constant), panjangtungkai

b. Dependent Variable: larisprint100M

93
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 40.155 7.588 5.292 .000

panjangtungkai -.259 .084 -.404 -3.062 .004

a. Dependent Variable: larisprint100M

94
Lanjutan Lampiran 5. Analisis Regresi X3.Y
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER powerlengan.

Regression

b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method


a
1 powerlengan . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: larisprint100M

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .612 .374 .361 2.31976

a. Predictors: (Constant), powerlengan

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 154.417 1 154.417 28.695 .000

Residual 258.303 48 5.381

Total 412.719 49

a. Predictors: (Constant), powerlengan

b. Dependent Variable: larisprint100M

95
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 25.069 1.551 16.166 .000

powerlengan -1.490 .278 -.612 -5.357 .000

a. Dependent Variable: larisprint100M

96
Lampiran 6. Analisis Korelasi
CORRELATIONS
/VARIABLES=larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai powerlengan
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

Correlations

larisprint100M panjangtungkai powerotottungkai powerlengan


** ** **
larisprint100M Pearson Correlation 1 -.404 -.703 -.612

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000

N 50 50 50 50
** * **
Panjangtungkai Pearson Correlation -.404 1 .288 .408

Sig. (2-tailed) .004 .042 .003

N 50 50 50 50
** * **
Powerotottungkai Pearson Correlation -.703 .288 1 .632

Sig. (2-tailed) .000 .042 .000

N 50 50 50 50
** ** **
Powerlengan Pearson Correlation -.612 .408 .632 1

Sig. (2-tailed) .000 .003 .000

N 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

97
Lampiran 7. Analisis Regresi Berganda
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT larisprint100M
/METHOD=ENTER panjangtungkai powerotottungkai powerlengan.

Regression

b
Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 powerlengan,
panjangtungkai, . Enter
a
powerotottungkai

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: larisprint100M

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .751 .564 .536 1.97792

a. Predictors: (Constant), powerlengan, panjangtungkai, powerotottungkai

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 232.759 3 77.586 19.832 .000

Residual 179.960 46 3.912

Total 412.719 49

a. Predictors: (Constant), powerlengan, panjangtungkai, powerotottungkai

b. Dependent Variable: larisprint100M

98
a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 36.274 5.712 6.350 .000

panjangtungkai -.107 .068 -.167 -1.561 .125

powerotottungkai -4.400 1.067 -.518 -4.123 .000

powerlengan -.526 .321 -.216 -1.639 .108

a. Dependent Variable: larisprint100M

99
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian

100
Lampiran 9. Kartu bimbingan tugas akhir TAS

101
Lampiran 10. Surat Keterangan Kalibrasi Pita Pengukur

102
103
Lanjutan Lampiran 10. Surat Keterangan Kalibrasi Rol Meter

104
105
Lanjutan Lampiran 10. Surat Keterangan Kalibrasi Stopwatch

106
107
108
Lampiran 11. Dokumentasi
DOKUMENTASI
FOTO-FOTO PADA SAAT PENGAMBILAN DATA

Gambar 13. Posisi start jongkok lari 100 M Gambar 14. Posisi start jongkok lari 100 M

Gambar 15. Posisi siap Gambar 16. Posisi siap

Gambar 17. Lari 100 M Gambar 18. lari 100 M


Gambar 19. Pencarian spina illiaca anterior Gambar 20. Pengukuran panjang tungkai

Gambar 21. posisi awal standing board jump Gambar 22. standing board jump
Gambar 23 Gambar 24

Gambar 23 & 24. Pengukuran standing board jump & power lengan, jhonson test

Gambar 25. Posisi awal test power lengan Gambar 26. Tes power lengan, mendorong bola
Foto Instrumen Atau Alat Yang Digunakan Pada Saat Pengambilan Data

Gambar 27. Peluit

Gambar 28. Pita Pengukur

Gambar 29. Rol Meter

Anda mungkin juga menyukai