Anda di halaman 1dari 1

Code Of Conduct dalam Kontrak /Tender

20 August 2021 15:39

https://www.kompasiana.com/awib/5873a2d5bf22bde00589ecfa/pentingnya-code-of-conduct?
page=2&page_images=1

Code of conduct sesungguhnya bukanlah sebuah produk hukum, sehingga siapapun diperbolehkan
membuatnya.
Code of conduct yang dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kode etik atau pedoman
perilaku adalah beberapa aturan yang dibuat, dipahami dan disepakati hingga menjadi komitmen
bersama.

Code of conduct dapat disebut sebagai hukum etika dan berposisi justru di atas hukum positif.
Hukum etika tersebut dapat bermacam-macam disesuaikan dengan ruang lingkup dan kondisi yang
berlaku, sebagai contoh, ada code of conduct dalam perusahaan, code of conduct rumah sakit, code
of conduct lembaga pendidikan,dan sebagainya.
Jadi, code of conduct yang dimaksud tidak berlaku umum hanya untuk kalangan tertentu saja
(sehingga bukan hukum positif).

Meski “bunyi” peraturan bisa berbeda-beda, namun secara umum berkait soal perilaku.
Bagaimana perilaku yang sebaiknya, bagaimana agar tidak terjadi masalah (menghindari masalah),
bagaimana jika terjadi masalah (mengatasi masalah), dan sebagainya.
Jadi, code of conduct juga bertujuan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum (preventif).

Pada umumnya, sebuah institusi ataupun komunitas membuat sebuah code of conduct disebabkan
adanya masalah-masalah yang pernah terjadi di institusi ataupun komunitas tersebut.
Satu atau beberapa masalah yang sempat muncul tentu akan menjadi perhatian yang sangat
menguras tenaga, waktu pikiran maupun biaya pada saat mengatasinya.
Hal ini disebabkan tidak adanya aturan yang dapat dijadikan sebagai pedoman bersama.

Dalam kerangka tersebut, dibutuhkan semacam perangkat aturan bersama untuk mencegah agar
segala masalah serupa tidak muncul kembali.
Materi atau kontens dalam code of conduct pada umumnya memang bersifat universal (tidak teknis),
sehingga tidak membutuhkan banyak penjelasan, mudah dipahami dan dapat dipajang dibeberapa
tempat untuk lebih mengingatkan pihak-pihak yang terlibat.

Jika memang code of conduct tersebut merupakan produk bersama, maka subjek dan obyek terhadap
code of conduct adalah keseluruhan.
Artinya, code of conduct harus disepakati bersama dan juga ditujukan kepada seluruh pihak.
Tidak boleh terjadi “bias” ataupun diskriminasi.
Semua pihak akan mendapat reward jika melaksanakannya (jika memang ada reward), dan akan
mendapat sanksi jika melanggarnya.

Dalam dunia pendidikan kerap kali muncul masalah di mana guru yang mencoba mendisiplinkan anak
ternyata justru diadukan orangtua anak kepada pihak polisi.
Sementara kemendikbud menyediakan nomer khusus untuk pengaduan siswa dan orangtua atau
pihak-pihak yang merasa menjadi korban bullying di sekolah.
Tidak sedikit guru dan masyarakat yang protes dan dianggap “melecehkan” tugas gurudan sekolah
dalam mendidik.

LH Self Study Page 1

Anda mungkin juga menyukai