id
1 RINGKASAN EKSEKUTIF
2 HASIL PENYELIDIKAN TIM AD HOC PENYELIDIKAN
3 PELANGGARAN HAK ASASI MANUSI YANG BERAT
4 PERISTIWA PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA
5 PERIODE 1997 - 1998
6
7
8
9 I. PENDAHULUAN
10
11 Dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa periode 1997 – 1998,
12 berdasarkan laporan yang ada di Komnas HAM, sedikitnya tercatat sebanyak 14
13 (empat belas) orang yang telah menjadi korban penghilangan orang secara paksa
14 yang sampai dengan sekarang belum dapat diketahui nasibnya yaitu Yani Afrie,
15 Sony, Herman Hendrawan, Dedi Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus
16 Bima Anugerah, Wiji Thukul, Ucok Munandar Siahaan, Hendra Hambali, Yadin
17 Muhidin, dan Abdun Naser.
18
19 Sedangkan dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa terhadap para aktivis
20 pro demokrasi yang kemudian mereka dilepaskan, sedikitnya sebanyak 10 (sepuluh)
21 orang yang menjadi korban adalah Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar Patria, Faisol
22 Riza, Raharja Waluyo Jati, Haryanto Taslam, Andi Arief, Pius Lustrilanang, Desmond
23 J. Mahesa, “St”.
24
25 Para korban yang kembali dan keluarga korban yang sampai saat ini belum diketahui
26 nasibnya merasa peristiwa penghilangan orang secara paksa yang terjadi pada
27 periode 1997 – 1998 sampai dengan sekarang belum mendapatkan perhatian yang
28 serius dari pemerintah untuk mengungkapnya. Oleh karena itu, mereka melakukan
29 berbagai upaya untuk menuntaskan kasus tersebut, salah satunya adalah dengan
30 mengadukan permasalahan ini kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
31 (Komnas HAM).
32
33 Menanggapi pengaduan masyarakat tersebut, Komnas HAM, sesuai dengan fungsi
34 dan tugasnya sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
35 1999 tentang Hak Asasi Manusia, telah membentuk Tim Pengkajian Penghilangan
36 Orang Secara Paksa, yang kemudian hasil dari Tim tersebut kemudian ditingkatkan
37 menjadi penyelidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
38 Pengadilan HAM.
39
40 Tim ad hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Peristiwa
41 Penghilangan Orang Secara Paksa bekerja sejak 1 Oktober 2005 sampai dengan 30
42 Oktober 2006. Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran
43 Hak Asasi Manusia Yang Berat Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa
44 Periode 1997 – 1998 telah meminta keterangan dari 77 (tujuh puluh tujuh) orang
45 saksi, yaitu saksi korban maupun keluarga korban dan masyarakat umum 58 (lima
46 puluh delapan) orang, saksi anggota/purnawirawan POLRI 18 (delapan belas) orang,
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 1 /47
www.elsam.or.id
1 Saksi purnawirawan TNI 1 (satu) orang. Disamping itu, dalam rangka pelaksanaan
2 penyelidikan, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat
3 Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa Periode 1997 – 1998 telah melakukan
4 kunjungan lapangan sebanyak 16 (enam belas) kali.
5
6 Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi
7 Manusia yang berat Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa priode 1997 –
8 1998 mengalami berbagai hambatan, antara lain :
9
10 1. Keengganan atau ketidakmauan sebagian saksi korban untuk memenuhi
11 panggilan penyelidik guna memberikan keterangan sebagai saksi sehubungan
12 dengan peristiwa penghilangan orang secara paksa periode 1997 – 1998.
13 2. Tertunda-tundanya jadwal pemeriksaan sebagian anggota dan purnawirawan
14 POLRI dari jadwal yang sudah ditentukan oleh penyelidik, walaupun pada
15 akhirnya semua hadir untuk memberikan keterangan.
16 3. Penolakan TNI.
17 Panasehat hukum Personel TNI yang pada dasarnya telah menolak untuk
18 menghadirkan personel TNI yang dipanggil tim dengan alasan bahwa merujuk
19 Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26
20 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM berpendapat bahwa pembentukan Tim Ad
21 Hoc oleh Komnas HAM ini diperuntukkan bagi pelanggaran HAM yang berat
22 setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
23 Pengadilan HAM. Mereka merujuk pula pada Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang
24 Nomor 26 Tahun 2000 bahwa Komnas HAM tidak serta merta berwenang
25 melakukan penyelidikan proyustisia melainkan harus didahului pembentukan
26 Pengadilan HAM ad hoc melalui Keppres atas usul DPR.
27 4. Penolakan Jaksa Agung.
28 Komnas HAM telah mengirimkan surat yang memberitahukan tentang dimulainya
29 penyelidikan kepada Jaksa Agung. Komnas HAM juga telah mengirimkan surat
30 perihal permohonan mendapatkan perintah untuk mengunjungi lokasi atau
31 tempat penahananan dan surat permintaan untuk mendapatkan perintah
32 menghadirkan ahli. Jaksa Agung, menyatakan bahwa kasus penghilangan orang
33 secara paksa periode 1997 – 1998 terjadi sebelum Undang-Undang Nomor 26
34 Tahun 2000 diundangkan sehingga diperlukan adanya keputusan DPR RI yang
35 mengusulkan dibentuknya Pengadilan HAM ad hoc. Oleh karena itu, Jaksa
36 Agung belum dapat menindaklanjuti permintaan Komnas HAM.
37 5. Tidak dipenuhinya permintaan penyelidik kepada Ketua Pengadilan Negeri
38 Jakarta Pusat untuk menghadirkan secara paksa sejumlah saksi yang tidak
39 bersedia memenuhi panggilan Komnas HAM.
40
41 II. UNSUR-UNSUR PELANGGARAN HAM YANG BERAT KEJAHATAN
42 TERHADAP KEMANUSIAAN, UNSUR-UNSUR PERTANGGUNG JAWABAN
43 KOMANDO DAN UNSUR-UNSUR JOINT CRIMINAL ENTERPRISE.
44
45 Kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk ke dalam yurisdiksi universal, di mana
46 setiap pelaku kejahatan tersebut dapat diadili di negara manapun, tanpa
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 2 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 3 /47
www.elsam.or.id
1 Unsur meluas atau sistematis tidak harus dibuktikan keduanya, kejahatan yang
2 dilakukan dapat saja merupakan bagian dari serangan yang meluas saja atau
3 sistematis saja.
4
5 Untuk dapat dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, tindakan tersebut
6 juga harus “ditujukan terhadap penduduk sipil”. Syarat ini tidak mengartikan bahwa
7 semua populasi suatu negara, entitas atau wilayah harus menjadi objek serangan.
8 Penggunaan istilah “penduduk (population)” secara implisit menunjukkan adanya
9 beberapa bentuk kejahatan yang berbeda dengan kejahatan yang bentuknya tunggal
10 atau terhadap orang perorangan.
11
12 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000, yang dimaksud dengan
13 “serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil” adalah suatu
14 rangkaian perbuatan yang dilakukan terhadap penduduk sipil sebagai kelanjutan
15 kebijakan penguasa atau kebijakan yang berhubungan dengan organisasi..
16
17 4. yang diketahuinya
18
19 Kata “yang diketahuinya” merupakan unsur mental (mens rea) dalam kejahatan ini.
20 Pelaku harus melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan pengetahuan
21 untuk melakukan serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk
22 sipil. Hal ini tidak berarti bahwa dalam semua serangan harus selalu ada
23 pengetahuan. Pengetahuan tersebut bisa pengetahuan yang aktual atau konstrukstif.
24 Secara khusus, pelaku tidak perlu mengetahui bahwa tindakannya itu adalah
25 tindakan yang tidak manusiawi atau merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
26
27 Unsur-unsur Tindak Pidana Dalam Tindak Pidana Yang Termasuk Dalam
28 Kejahatan Terhadap Kemanusiaan.
29
30 Unsur-unsur umum yang harus dipenuhi dari kesemua unsur tentang cara-cara
31 dilakukannya kejahatan terhadap kemanusiaan adalah :
32 1. Tindakan tersebut dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau
33 sistematik yang ditujukan terhadap suatu kelompok penduduk sipil.
34 2. Pelaku mengetahui bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari atau
35 memaksudkan tindakan itu untuk menjadi bagian dari serangan meluas atau
36 sistematik terhadap suatu kelompok penduduk sipil.
37
38 Adapun unsur-unsur dari setiap perbuatan yang dikategorikan sebagai kejahatan
39 terhadap kemanusiaan, yang langsung digunakan untuk analisis hukum pada
40 peristiwa penghilangan orang secara paksa adalah:
41
42 1. pembunuhan (Pasal 9 huruf a)
43
44 Unsur dari pembunuhan adalah pelakunya membunuh satu orang atau lebih.
45 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 (a) Undang undang No 26 tahun 2000, yang
46 dimaksud dengan “pembunuhan” adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 340
47 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pembunuhan ini selain harus dilakukan
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 4 /47
www.elsam.or.id
1 dengan sengaja, juga harus dapat dibuktikan adanya rencana terlebih dahulu untuk
2 melakukan pembunuhan ini.
3
4
5 2. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lainnya secara
6 sewenang-wenang (Pasal 9 huruf e)
7
8 Unsur-unsurnya :
9 1. Pelaku memenjarakan (imprisonment) satu orang atau lebih atau secara kejam
10 (severe) mencabut kebebasan fisik orang atau orang-orang tersebut.
11 2. Tingkat keseriusan tindakan tersebut termasuk dalam kategori tindakan
12 pelanggaran terhadap aturan-aturan fundamental dari hukum internasional.
13 3. Pelaku menyadari keadaan-keadaan faktual yang turut menentukan kadar
14 keseriusan tindakan tersebut.
15
16 Hukum dan standar internasional melarang perampasan kemerdekaan dan
17 perampasan fisik lain sebagai bagian dari hukum HAM baik dalam kerangka
18 kejahatan terhadap kemanusiaan atau sebagai pelanggaran terhadap perjanjian-
19 perjanjian internasional, standar HAM dan juga bagian dari aturan dalam hukum
20 humaniter. Konsep dari kesewenang-wenangan berdasarkan hukum internasional
21 mencakup pemenjaraan yang tidak sah dan pencabutan kebebasan yang
22 bertentangan baik dengan hukum internasional maupun dengan hukum nasional.
23 Kategori yang dapat menimbulkan tindakan penahanan sewenang-wenang adalah
24 ketika terhadap tahanan tersebut dilakukan penyiksaan, atau tindakan tidak
25 berperikemanusiaan lainnya.
26
27 a. perampasan kemerdekaan
28
29 Para penyusun Statuta Roma menginginkan kata “pemenjaraan” (imprisonment)
30 diartikan dalam arti sempit sebagai pemenjaraan setelah putusan pengadilan, atau
31 dalam arti luas sebagai penahanan (detention) seperti yang diatur dalam Allied
32 Control Council No.10. Akhirnya diputuskan bahwa “perampasan kemerdekaan fisik”
33 diartikan dalam arti sempit. Dalam perkembangannya, istilah ini memiliki arti yang
34 sangat luas dan dapat mencakup berbagai bentuk dari pembatasan kemerdekaan
35 fisik termasuk penahanan rumah, penahanan kota atau pembatasan lainnya
36 Walaupun beberapa anggota dari Kelompok Kerja PBB menginginkan digunakannya
37 istilah “penahanan” (detention) yang definisinya sudah jelas diatur dalam hukum
38 internasional, namun istilah “perampasan kemerdekaan” (deprivation of liberty) dapat
39 diartikan lebih luas dari istilah “penahanan” (detention).
40
41 b. ketentuan pokok hukum internasional
42
43 Aturan-aturan hukum internasional mempunyai arti yang luas, tidak hanya mencakup
44 perjanjian, namun juga hukum kebiasaan internasional serta prinsip-prinsip umum
45 hukum. Bukti-bukti tentang adanya prinsip-prinsip umum hukum dapat dilihat dalam
46 berbagai instrumen termasuk mengenai hak-hak para tahanan.
47
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 5 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 6 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 7 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 8 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 9 /47
www.elsam.or.id
1 tingkat ke atas atau ke bawah (two step up two step down) tidak berdasar dan tidak
2 sesuai dengan yurisprudensi internasional maupun nasional.
3
4 b. orang-orang yang bertindak sebagai komandan militer
5
6 Orang-orang yang bertindak sebagai komandan militer adalah mereka yang bukan
7 anggota angkatan bersenjata suatu negara. Namun, karena kekuasaan dan
8 kewenangan de facto-nya yang begitu besar, ia mampu memerintahkan dan
9 mengendalikan pasukan angkatan bersenjatanya.
10
11 c. dapat dipertanggungjawabkan
12
13 Pasal 42 Undang-Undang ini menggunakan istilah ‘dapat’ dan menghilangkan kata
14 ‘secara pidana’ sedangkan dalam teks asli Pasal 28 (a) Statuta Roma menggunakan
15 istilah ‘shall be criminally responsible’ yang padanan katanya adalah ‘harus
16 bertanggung jawab secara pidana’. Hal ini dapat menimbulkan penafsiran ganda
17 bagi kalangan penegak hukum karena dapat diartikan bahwa seorang komandan
18 tidak ‘selalu harus’ dipertanggungjawabkan dan harus dipertanggungjawabkan
19 secara pidana atas tindakan bawahannya.
20
21 2. pasukan
22
23 Berdasarkan pasal 43 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa, pasukan bersenjata
24 dari suatu pihak peserta konflik terdiri dari semua pasukan angkatan bersenjata,
25 kelompok-kelompok, satuan-satuan, yang terorganisir yang berada di bawah
26 komando yang bertanggung jawab terhadap bawahannya, bahkan jika pihak yang
27 bersengketa mewakili suatu pemerintahan ataupun otoritas yang tidak diakui oleh
28 pihak lawan. Pasukan juga termasuk satuan polisi bersenjata dan satuan para
29 militer. Angkatan bersenjata seperti itu harus tunduk pada peraturan hukum disiplin
30 militer, yang sejalan dengan hukum humaniter internasional. Yang juga termasuk
31 dalam pasukan non-militer adalah gerakan bersenjata yaitu gerakan sekelompok
32 warga negara suatu negara yang bertindak melawan pemerintahan yang sah
33 dengan melakukan perlawanan bersenjata.
34
35 3. komando dan pengendalian yang efektif
36
37 Pasukan di bawah komando pengendalian yang bertanggungjawab adalah pasukan
38 yang berada di bawah komando baik dalam rantai komando secara de facto maupun
39 de jure di mana setiap komandannya berwenang untuk mengeluarkan perintah.
40 Perintah itu harus dijabarkan langsung atau melalui komandan yang langsung
41 berada di bawahnya.
42 Perlu dipertimbangkan bahwa pengertian “efektif” yang berarti “berhasil guna” dalam
43 bahasa Indonesia berbeda dengan “effective” yang berarti “nyata/benar-benar"
44 dalam arti bahasa Inggris. Mengingat Pasal 42 UU No 26 tahun 2000 adalah
45 merupakan adopsi dari Statuta Roma dalam teks Inggris, maka sudah selayaknya
46 lah apabila “pengendalian efektif” dalam pasal ini diartikan sebagai adanya tindakan
47 pengendalian yang nyata/benar atau dengan kata lain merupakan pengendalian
48 secara de facto (nyata).
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 10 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 11 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 12 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 13 /47
www.elsam.or.id
1 Dalam beberapa Pengadilan ad hoc PBB juga menyebutkan prinsip Joint Criminal
2 Enterprise sebagai bagian dari hukum kebiasaan internasional yang telah pula
3 disebutkan setidak-tidaknya dalam hukum internasional yaitu the International
4 Convention for the Suppression of Terrorist Bombing yang diadopsi melalui Resolusi
5 Majelis Umum PBB Nomor 52/164 tanggal 15 Desember 1997 dan Pasal 25 Statuta
6 Roma Mahkamah Pidana Internasional.
7 Unsur Actus Reus (tindakan)
8 Berdasarkan perkembangan dalam hukum internasional, sebagaimana dapat dilihat
9 dalam putusan International Criminal Court for the Former of Yugoslavia (ICTY),
10 mempertimbangkan mengenai Joint Criminal Enterprise ada 3 (tiga) persyaratan,
11 yakni :
12 1. Keterlibatan banyak orang;
13 2. Adanya perencanaan bersama;
14 3. Keikutsertaan tertuduh dalam persiapan termasuk keterlibatan sebagai
15 pelaku dalam rencana bersama terhadap salah satu tindak pidana
16 sebagaimana diatur dalam statuta.
17
18 Unsur Mens Rea (Elemen Mental)
19 Dengan memperhatikan berbagai ketentuan yang mengatur mengenai teori Joint
20 Criminal Enterprise, dalam tahun 1999, ICTY dalam suatu putusannya telah
21 mengidentifikasi adanya perbedaan mens rea, tergantung pada tindak pidana yakni :
22 1. Kategori pertama, ketika tiga orang berencana untuk membunuh orang lain dan
23 masing-masing mempunyai peran, semua pelaku yang terlibat dalam
24 perencanaan, semua mempunyai tujuan yang sama dalam suatu tindak pidana
25 (dan kemungkinan satu atau lebih sebenarnya sebagai pelaku langsung).
26 2. Kategori kedua, disebut sebagai “kamp konsentrasi” kasus, mens rea meliputi
27 pengetahuan dalam tindakan secara sewenang-wenang dan mempunyai niat
28 dalam perencanaan secara umum dalam tindakan secara sewenang-wenang.
29 3. Kategori ketiga, sebagai contoh dalam kategori Essen Lynching, dapat
30 diterapkan dalam kasus dimana tertuduh mempunyai niat untuk mengambil
31 bagian terlibat dalam Joint Criminal Enterprise dan itu adalah walaupun anggota
32 kelompok yang lain yang terlibat dalam tindak pidana tersebut tidak mengetahui
33 tujuan dari dilakukannya tindak pidana tersebut.
34 • Dalam tahun 2001, hakim dalam kasus Srebrenica mempertimbangkan bahwa
35 kategori perbantuan dibatasi dan dibenarkan bahwa dalam hukum kebiasaan
36 internasional memperbolehkan keterlibatan semua pihak dalam Joint Criminal
37 Enterprise. Dengan jelas bahwa tidak mengharuskan semua anggota yang
38 terlibat dalam Joint Criminal Enterprise mempunyai tujuan yang sama atau
39 mengetahui bahwa mereka terlibat dalam tindak pidana dalam Joint Criminal
40 Enterprise.
41 Dalam tataran hukum nasional, khususnya yang mengatur mengenai pelanggaran
42 hak asasi manusia yang berat, Pasal 41 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
43 tentang Pengadilan HAM menyebutkan bahwa : “ Percobaan, permufakatan jahat,
44 atau pembantuan untuk melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 14 /47
www.elsam.or.id
1 Pasal 8 atau Pasal 9 dipidana dengan pidana yang sama dengan ketentuan
2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal
3 40”.
4
5
6 III. FAKTA PERISTIWA
7
8 Kondisi Sosial Politik Pada Tahun 1997-1998
9
10 Kondisi sosial politik Indonesia 1997-1998 merupakan akumulasi dari dinamika
11 situasi-situasi yang terjadi sebelumnya dan dapat terlihat dalam berbagai rangkaian
12 peristiwa yang terkait satu dengan yang lainnya. Untuk dapat memahami kondisi
13 sosial politik tersebut maka perlu kiranya ditinjau berbagai peristiwa penting yang
14 berkait dan terjadi hingga menjelang tahun 1997-1998.
15
16 Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa periode 1997-1998 terjadi pada kurun
17 waktu dimana sedang berlangsungnya proses politik pemilihan kepala negara
18 periode 1998-2003. Pada kurun waktu tersebut terdapat dua (2) agenda politik
19 nasional yaitu Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 1997 dan Sidang Umum (SU)
20 MPR pada 1-11 Maret 1998 untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden
21 yang baru. Kedua agenda tersebut merupakan perhatian utama situasi politik yang
22 berimplikasi terhadap situasi keamanan dan ketertiban nasional.
23
24
25 Berbagai konflik politik dengan keterlibatan aparatur negara
26
27 Wacana pergantian Soeharto sendiri sesungguhnya telah berkembang sejak
28 terpilihnya kembali Soeharto menjadi presiden pada periode 1993-1998. Upaya-
29 upaya memunculkan alternatif-alternatif penggantipun muncul bersamaan dengan
30 berdirinya berbagai kelompok politik baru.
31
32 Bersamaan dengan munculnya organisasi-organisasi maupun kelompok-kelompok
33 politik baru, pada sisi yang lain terjadi berbagai konflik baik pada organisasi politik
34 seperti partai dan ormas maupun organisasi kemasyarakatan yang telah ada
35 sebelumnya. Salah satu yang menonjol adalah konflik dengan adanya keterlibatan
36 aparatur negara, baik aparatur pemerintahan maupun keamanan. Beberapa konflik
37 terbuka yang dapat dicatat antara lain seperti: Konflik Huria Kristen Batak
38 Protestan (HKBP), Konflik Nahdlatul Ulama (NU), Konflik Partai Demokrasi
39 Indonesia (PDI).
40
41 Peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996
42
43 Berdasarkan laporan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tentang
44 peristiwa tanggal 27 Juli 1996 di Jakarta, disebutkan bahwa pada tanggal 27 Juli
45 1996 di Jakarta telah terjadi 2 peristiwa pokok yaitu: Pengambilalihan, yang disertai
46 dengan kekerasan, gedung sekretariat DPP PDI di Jl.Diponegoro (sekitar pukul
47 06.00 – 09.15 WIB) dan tindakan-tindakan perusakan, pembakaran dan lain-lain
48 terhadap barang-barang milik umum dan pribadi (sekitar pukul 11.00 hingga
49 melewati pukul 23.00 WIB.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 15 /47
www.elsam.or.id
1 Komnas HAM menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi akibat semua pihak,
2 termasuk pemerintah terutama selaku badan publik dan penegak hukum tidak
3 mematuhi hukum yang berlaku dan tidak menempuh jalan hukum. Pemerintah cq
4 aparatur keamanan tidak secara dini mengambil langkah-langkah konkrit
5 pencegahan, berupa penguatan kemampuan fisik dalam bentuk penempatan satuan-
6 satuan Kepolisian untuk mengatasi kemungkinan konflik fisik, dimana eskalasi
7 pertikaian meningkat secara jelas seharusnya telah dapat diantisipasi.
8
9 Pemilu 1997
10
11 Saat berlangsungnya kampanye pada 29 April 1997 – 14 Mei 1997, muncul
12 fenomena kampanye “Mega Bintang” menyusul instruksi Megawati agar masa
13 pendukungnya tidak mengikuti kampanye PDI pimpinan Soerjadi. Kampanye “Mega
14 Bintang” yang bermula dari kota Solo, selama masa kampanye dengan cepat
15 menyebar pada kota-kota lainnya hingga merebak pada kampanye di Jakarta.
16 Berbagai spanduk, poster, banner dan lain-lainnya digunakan secara terbuka dan
17 meluas selama masa kampanye. Wacana Mega-Bintang, Mega-Bintang-Rakyat
18 dan kemudian SIAGA mendapat perhatian besar baik bagi kelompok-kelompok
19 politik di luar kepartaian maupun bagi partai-partai politik yang ada, begitu juga sikap
20 dan reaksi pemerintah.
21
22 Pemilu akhirnya dapat berjalan dengan lancar dan hampir tanpa hambatan
23 dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 1997. Hasil Pemilu 1997 memenangkan Golkar
24 dengan lebih dari 70 % suara. Dengan demikian maka fraksi Golkar akan sangat
25 mendominasi sidang MPR dan kekuatan fraksi lain bisa dipastikan tidak dapat
26 melakukan manuver-manuver yang berarti.
27
28 Sidang Umum MPR 1998
29
30 Awal tahun 1998 muncul beberapa aksi mahasiswa dan pemuda yang pada intinya
31 menyuarakan penolakan atas pencalonan Soeharto sebagai Presiden. Skenario-
32 skenario politik mulai menempati porsi yang meningkat dalam wacana publik
33 khususnya terhadap calon Wakil Presiden. Golkar sendiri telah bulat mencalonkan
34 Soeharto sebagai Presiden periode 1998-2003. Sidang Umum MPR yang
35 berlangsung pada 1-11 Maret 1998 berjalan tanpa hambatan berarti dan terpilihnya
36 pemimpin baru yaitu Soeharto sebagai Presiden dan B.J. Habibie sebagai Wakil
37 Presiden untuk periode 1998-2003.
38
39 Mundurnya Soeharto dari kepemimpinan nasional
40
41 Sejak memasuki tahun 1998 gelombang demonstrasi semakin meningkat dan
42 mendekati Sidang Umum MPR 1998 gelombang demonstrasi tersebut mulai
43 membesar dan meluas dibanyak kota-kota besar di Indonesia. Dengan
44 meningkatnya jumlah dan meluasnya aksi-aksi tersebut, isu yang digunakan mulai
45 memasuki isu-isu politis seperti pertanggungjawaban pemerintah atas situasi sosial
46 ekonomi rakyat, tuntutan reformasi hingga penolakan Soeharto sebagai presiden
47 periode berikutnya.
48
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 16 /47
www.elsam.or.id
1 Menyusul terjadinya kerusuhan Mei 1998, situasi keamanan yang tidak terkendali,
2 tingginya aksi-aksi menentang Soeharto, krisis ekonomi dan mundurnya beberapa
3 menteri serta menolaknya beberapa orang menjadi menteri, akhirnya Presiden
4 Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya.
5
6
7 Terjadinya Peristiwa Penculikan dan Penghilangan Orang Secara Paksa
8
9 Menjelang dan selama berlangsungnya Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1998,
10 terjadi penghilangan orang secara paksa yang dimulai terhadap Desmond J.
11 Mahesa, Pius Lustrilanang, Haryanto Taslam dan Suyat. Kemudian disusul dengan
12 munculnya laporan orang hilang terhadap Raharja Waluya Jati, Faisol Riza, Aan
13 Rusdianto, Mugiyanto, Nezar Patria dan Andi Arief. Dengan hilangnya orang-orang
14 tersebut kemudian muncul kembali informasi tentang orang-orang yang telah
15 dinyatakan hilang sejak tahun 1997 yaitu Dedy Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Yani
16 Afrie dan Sonny.
17
18 Pada kemudian hari, setelah beberapa orang yang sempat ditahan kembali kerumah
19 masing-masing dan memberikan pengakuan di hadapan publik, diketahui bahwa
20 terdapat nama lain yaitu Lucas Da Costa juga pernah bersama mereka., di tempat
21 penahan yang sama .
22
23 Pada saat terjadinya kerusuhan pada bulan Mei 1998, beberapa orang dilaporkan
24 telah hilang selama berlangsungnya peristiwa tersebut. Ucok Munandar Siahaan,
25 Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser adalah nama-nama yang secara
26 resmi telah dilaporkan sebagai orang hilang.
27
28 Selain itu seorang aktifis yaitu Leonardus Nugroho alias Gilang di Solo dilketemukan
29 telah meninggal dunia hanya sesaat setelah mundurnya Soeharto dari jabatannya.
30 Meninggalnya Gilang akibat tusukan tersebut memicu opini masyarakat tentang
31 adanya kelompok tertentu dengan motif politik melakukan pembunuhan terhadap
32 salah satu tokoh aktifis kelompok pemuda dan pengamen tersebut.
33
34 Tindakan Negara
35
36 Negara, khususnya aparat keamanan, melakukan berbagai macam tindakan dalam
37 menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Tindakan persuasif melalui
38 pendekatan kultural, keagamaan maupun lainnya dilakukan oleh aparat negara
39 hingga berbagai bentuk tindakan dengan menggunakan perangkat hukum serta jalan
40 kekerasan seperti penyiksaan dan penangkapan ilegal. Begitu juga tindakan represif
41 lainnya yang dilakukan terhadap berbagai kelompok aktifis pemuda maupun
42 mahasiswa di banyak wilayah di Indonesia.
43
44 Bersamaan dengan terjadinya berbagai peristiwa maupun konflik politik dan sosial
45 selama kurun waktu 1997-1998 dan waktu-waktu sebelumnya, pihak keamanan telah
46 terlibat dalam berbagai tindakan baik dalam rangka pengamanan maupun
47 keterlibatannya secara khusus dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
48
49 Tindakan aparatur keamanan negara
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 17 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 18 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 19 /47
www.elsam.or.id
1 Leonardus Nugroho Iskandar alias Gilang ditemukan meninggal pada tanggal 23 Mei
2 1998 di hutan Watu Mloso kilometer 23, kelurahan sarangan, kecamatan Plaosan,
3 Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
4
5 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
6 sewenang-wenang.
7
8 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
9 sewenang-wenang terhadap Mugiyanto.
10
11 Mugiyanto adalah seorang aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi
12 (SMID) yang memiliki posisi penting di Komite Pimpinan, dimana dia juga terlibat
13 dalam berbagai aksi demonstrasi mahasiswa pada waktu itu.
14
15 Bahwa pada hari Jum’at tanggal 13 Maret 1998 sekitar pukul 18.45 melalui jendela,
16 korban melihat ada sekitar 6 (enam) orang yang tidak dikenal sedang
17 memperhatikannya dari bawah. Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba pintu rumah
18 korban digedor oleh beberapa orang yang diketahui dari bunyinya yang cepat dan
19 banyak. Tanpa banyak bicara, sekitar 10 (sepuluh) orang masuk ke dalam rumah
20 dan seingatnya hanya ada 2 (dua) orang diantara mereka memakai pakaian tentara.
21 Selanjutnya, orang yang memakai kopiah menggandeng korban dan mengatakan
22 “enggak apa-apa mas, ikuti saja bapak-bapak ini”, lalu korban digandeng oleh 2
23 (dua) orang yang berpakaian preman dan di bawa paksa turun keluar dari rumah.
24
25 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
26 sewenang-wenang terhadap Aan Rusdianto
27
28 Aan Rusdianto adalah seorang aktivis yang dilahirkan di Ciamis pada tanggal 13
29 April 1974. Korban ditangkap pada tanggal 13 Maret 1998, sekitar pukul 19.00 Wib
30 di lantai 2 (dua) Rumah Susun Klender bersama dengan korban lainnya yaitu Nezar
31 Patria . Pada saat itu ada orang yang mengetuk pintu rumah dan kemudian
32 dibukakan oleh korban ternyata ada sekitar 5-6 orang masuk tanpa basa-basi dan
33 salah seorang dari mereka menodongkan pistol di pinggang korban.
34
35
36 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
37 sewenang-wenang terhadap Nezar Patria
38
39 Korban merupakan Sekretaris Jenderal (sekjen) Solidaritas Mahasiswa Indonesia
40 Untuk Demokrasi (SMID) pada tahun 1998. Pada tanggal 13 Maret 1998 sekitar
41 pukul 19.00 malam, korban baru saja pulang dari Bogor. Tidak lama kemudian,
42 muncul dua orang mengetuk pintu. Dua orang tersebut berpakaian preman yang
43 menggunakan sebo (selubung kepala berwarna hitam) tetapi belum sepenuhnya
44 terpasang. Korban mendengar kedua orang tersebut langsung menanyakan nama
45 korban kepada Aan. Pelaku kemudian langsung masuk dan diikuti oleh dua orang
46 yang lain, jadi seluruhnya mereka ada empat orang. Salah seorang dari keempat
47 orang tersebut langsung mencabut pistol dan kemudian memegang tangan korban.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 20 /47
www.elsam.or.id
1 Pelaku menanyakan nama korban dan mengecek identitas korban dan setelah
2 pelaku yakin korban merupakan pihak yang dicari kemudian tangan korban di borgol.
3
4 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
5 sewenang-wenang terhadap Faisol Riza
6
7 Selain sebagai mahasiswa, Faisol Riza juga dikenal sebagai aktivis dari Solidaritas
8 Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) disamping juga sebagai salah
9 seorang pimpinan Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) bawah tanah.
10 Faisol Riza ditangkap pada tanggal 12 Maret 1998 di lantai 2 RSCM, saat Korban
11 bersama dengan beberapa rekannya selesai membuat pernyataan bersama menolak
12 Suharto menjadi Presiden dengan mengatasnamakan Komite Nasional Perjuangan
13 Demokrasi (KNPD), dimana yang bersangkutan sebagai salah seorang anggotanya.
14
15 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
16 sewenang-wenang terhadap Raharja Waluya Jati
17
18 Korban adalah anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).
19 Korban di culik dan kemudian berada dalam penyekapan mulai dari tanggal 12 Maret
20 1998 sampai dengan 26 April 1998. Penculikan dilakukan oleh sekitar 8-10 orang
21 yang mempunyai ciri-ciri diantaranya berambut panjang dan berbadan tegap yang
22 kesemuanya berpenampilan seperti preman. Pelaku yang sebelumnya mengikuti
23 korban selepas acara di YLBHI. Korban dikejar dan kemudian lari ke ruang Unit
24 Gawat Darurat (UGD) lantai 2 RSCM dan memasuki WC. Pelaku menggedor WC
25 dan kemudian menangkap korban dengan cara diapit dari kiri dan kanan. Salah satu
26 pelaku membawa pistol dan memukul korban setelah korban berteriak-teriak.
27
28 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
29 sewenang-wenang terhadap Haryanto Taslam.
30
31 Haryanto Taslam adalah Pengurus Pusat PDI, aktivis PDI Pro Mega yang memiliki
32 hubungan dengan kelompok-kelompok aktivis lainnya diantaranya Herman
33 Hendrawan. Pada 8 Maret 1998 kira-kira pukul 7 malam dan dalam keadaan gerimis,
34 korban akan ke Pondok Pinang melalui tol Kampung Rambutan. Pada saat di depan
35 Masjid At Tiin, di belakang mobil korban ada sebuah mobil tanpa lampu. Mobil
36 tersebut menyalip dan mendesak mobil korban ke tepi. Sempat terjadi kejar-kejaran
37 hingga di pintu Taman Mini dan mobil korban ditabrak. Korban turun dan ada 3 orang
38 yang turun. Mereka menawarkan kepada korban untuk ke bengkel. Namun, 2 (dua)
39 orang diantara mereka langsung memegang dan mendorong korban ke atas mobil,
40 mata korban ditutup dan tangannya diborgol. Mobil langsung berjalan.
41
42 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
43 sewenang-wenang terhadap ”St”.
44
45 ”St” adalah anggota GMNI dan aktivis politik di Solo yang seringkali melakukan
46 advokasi masyarakat. Kegiatan advokasi yang menonjol adalah advokasi kasus
47 Kedung Ombo dengan Romo Mangun. Pada tanggal 12 Pebruari 1998, sekitar pukul
48 02.00 atau 03.00, rumah korban diketuk oleh seseorang dan ternyata adalah
49 Suyatno kakak Suyat untuk menanyakan apakah Suyat berada dirumahnya atau
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 21 /47
www.elsam.or.id
1 tidak. Ketika Suyatno membuka pintu, terkejut karena ada sekitar 20 (duapuluh)
2 orang berpakaian sipil atau preman, berambut panjang dan memakai topi langsung
3 masuk kerumahnya secara tiba-tiba dan menanyakan dimana Suyat.
4 Korban langsung dibawa oleh mereka dan dia melihat ada 3 (tiga) mobil kijang
5 berada diujung jalan rumahnya. Dia dinaikkan di salah satu mobil yang berada
6 dibelakang dimana didalamnya sudah ada 5 (lima) orang. Di dalam mobil, matanya
7 dikerudungi/ditutup sehingga tidak bisa melihat. Sekitar 30 menit an, sesampainya di
8 suatu tempat, Korban diinterogasi oleh 2 (dua) orang interogator, yang sudah ada
9 ditempat tersebut sebelumnya. Introgator menanyakan berbagai aktivitasnya
10 diantaranya advokasi kedung ombo, keterlibatan korban dengan PRD dan
11 ditanyakan mengenai keberadaan Suyat.
12
13 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
14 sewenang-wenang terhadap Suyat.
15
16 Suyat adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Slamet Riyadi,
17 Surakarta, angkatan 1995. Suyat merupakan Pengurus Pusat Komite Nasional
18 Perjuangan Untuk Demokrasi (KNPD) yang membidangi Pendidikan dan Propaganda
19 dan anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi. Dia aktif dalam
20 kegiatan demonstrasi baik di Solo maupun di Jakarta. Korban diambil secara paksa
21 dari rumah temannya pada 12 Februari 1998 sekitar pukul 04.00 dini hari. Dua orang
22 dari pelaku menarik Suyat secara paksa ketika korban membukakan pintu dan 1
23 (satu) orang mendorong dan menodongkan senjata dari arah belakang lalu
24 membawanya menuju mobil yang diparkir tidak terlalu jauh dari rumah temannya
25 yang telah dipersiapkan sebelumnya.
26
27 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik Lain secara
28 sewenang-wenang terhadap Bimo Petrus Anugerah.
29
30 Korban adalah aktivis PRD, berlatar belakang sebagai mahasiswa FISIP Universitas
31 Airlangga angkatan 1993. Aktivitasnya dimulai sejak bergabung dengan Kelompok
32 Belajar Mentari (KBM) di Surabaya. Bersama-sama dengan Herman Hendrawan,
33 Dandik Katjasungkana, dkk mendirikan organisasi Solidaritas Mahasiswa Indonesia
34 untuk Demokrasi (SMID). Korban bahkan pernah menjabat sebagai Ketua
35 Departemen Pendidikan SMID Surabaya. Pada tahun 1996, pasca peristiwa 27 Juli
36 1996, korban ditarik ke Jakarta dan menjabat sebagai Ketua Departemen Pendidikan
37 SMID Nasional. Aktivitas SMID adalah pengorganisasian mahasiswa, buruh, dan
38 seniman. Sejak tahun 1996, SMID aktif melakukan aksi menentang kekuasaan
39 otoriter Soeharto. Aktivitas politik SMID semakin intens sejak terjadi intervensi politik
40 dan militer dalam suksesi dalam tubuh PDI. Organisasi SMID ini mengambil posisi
41 untuk mendukung Megawati Soekarnoputri. Sampai dengan sekarang belum
42 diketahui secara jelas mengenai nasib korban.
43
44 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik Lain secara
45 sewenang-wenang terhadap Herman Hendrawan.
46
47 Korban adalah aktivis PRD, berlatar belakang sebagai mahasiswa FISIP Universitas
48 Airlangga angkatan 1990. Korban dikenal juga sebagai aktivis PPBI (Pusat
49 Perjuangan Buruh Indonesia) dan SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 22 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 23 /47
www.elsam.or.id
1 Desmond Junaedi Mahesa adalah pengacara dan Ketua LBH Nusantara Cabang
2 Jakarta, saat diculik sedang menangani gugatan judicial review sekitar 60-an warga
3 Ciseeng (Parung) terhadap Menteri Pertambangan dan Energi, berkaitan dengan
4 saluran tegangan tinggi (SUTET). Desmond juga aktif di Forum Kebangsaan
5 Indonesia. Tanggal 3 Pebruari 1998, diketahui Desmond berada di kantor LBHN, Jl.
6 Cililitan Kecil, Jakarta Timur. Pada pukul 12.00 WIB, Desmond keluar dari kantor
7 LBHN menuju Jl. Salemba Raya dengan menggunakan Mikrolet. Desmond
8 ditangkap tepat di depan Kantor Departemen Pertanian dan selanjutnya dibawa ke
9 Poskotis (Pos Komando Taktis) di Cijantung.
10
11 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
12 sewenang-wenang terhadap Sonny
13
14 Sonny adalah rekan Yani Afrie. Berkaitan dengan adanya isu penolakan terhadap
15 pemilu tahun 1997, sekitar bulan April 1997, pada pukul 20.00 WIB, Korban, Yani
16 Afrie, Dedi dan Surya sedang berada di Mall Kelapa Gading. Keempatnya menunggu
17 seorang teman untuk berangkat bersama-sama ke rumah salah seorang Pengurus
18 PDI Pro Megawati. Pada saat sedang menunggu, tiba-tiba datang mobil truk
19 berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut turun sekitar 10 orang aparat
20 bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa keempatnya untuk masuk ke
21 dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat menembak ke aspal sebanyak 3 kali
22 sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”. Dalam perjalanan menuju Kodim
23 diketahui orang yang menangkap mereka adalah TNI dengan pakaian seragam yang
24 berbeda seperti pasukan gabungan. Salah seorang diantara aparat tersebut
25 mengatakan bahwa mereka adalah pasukan gabungan. Simbol dan plat nomor
26 tentara pada kendaraan yang membawa mereka juga menunjukkan bahwa mereka
27 adalah tentara. Kemudian diketahui mereka adalah aparat dari Kodim Jakarta Utara,
28 salah satunya diketahui bernama Danil. Setelah tiba di suatu tempat seorang
29 diantara aparat mengatakan bahwa tempat tersebut adalah Kodim Jakarta Utara.
30
31 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
32 sewenang-wenang terhadap Yani Afrie.
33
34 Yani Afrie alias Ryan adalah sopir angkot yang pada waktu hilang sedang dalam
35 jadual membawa kendaraan malam hari. Ryan alias Yani Afrie oleh pihak keluarga
36 diketahui anggota PDI dan ikut PDI pro Mega. Pada sekitar bulan April 1997, pada
37 pukul 20.00 WIB, Sonny, Yani Afrie, Dedi dan Surya sedang berada di Mall Kelapa
38 Gading. Mereka menunggu seorang teman untuk berangkat bersama-sama ke
39 rumah salah seorang Pengurus PDI Pro Megawati. Pada saat sedang menunggu,
40 tiba-tiba datang mobil truk berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut
41 turun sekitar 10 orang aparat bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa
42 keempatnya untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat
43 menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”.
44 Dalam perjalanan menuju Kodim terlihat orang yang menangkap mereka adalah TNI
45 dengan pakaian seragam yang berbeda seperti pasukan gabungan. Salah seorang
46 diantara aparat tersebut mengatakan bahwa mereka mereka adalah pasukan
47 gabungan. Simbol dan plat nomor tentara pada kendaraan yang membawa mereka
48 juga menunjukkan bahwa mereka adalah tentara. Setelah tiba di suatu tempat
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 24 /47
www.elsam.or.id
1 seorang diantara aparat mengatakan bahwa tempat tersebut adalah Kodim Jakarta
2 Utara.
3
4 Penyiksaan
5
6 Penyiksaan terhadap Mugiyanto
7
8 Di tempat penahanan, korban ditanyai oleh pemeriksa tentang nama, siapa saja
9 yang tinggal bersamanya? Karena jawabannya “sendirian”, korban dipukul dan
10 ditendang sehingga bibirnya berdarah, perut mual-mual dan sampai dia terjatuh.
11 Korban dipaksa berdiri dan ditanyai kembali mengenai keberadaan teman-temannya.
12 Karena mereka tidak suka akan jawaban korban, kemudian dipukul dan ditendang
13 lagi. Setelah itu, korban mendengar suara sirene dan suara cambuk. Korban dipaksa
14 untuk membuka celana dan sepatu, hingga hanya memakai celana dalam. Korban
15 ditutup kedua matanya menggunakan kain yang di-rangkap, kedua tangan dan
16 kakinya diikat di keempat sudut velbet sehingga Korban dalam posisi tidur. Korban
17 pada saat itu sangat panik karena suara sirene terus-menerus berbunyi disertai
18 dengan letupan cambuk. Ketika ada sebuah alat yang ditempelkan ke tubuhnya,
19 suara cambuk itu berbunyi disertai adanya aliran listrik yang menyetrum tubuh
20 korban. Barulah korban mengetahui, ternyata yang berbunyi seperti cambuk itu
21 adalah alat yang bermuatan listrik. Korban diperiksa dan diinterogasi lagi dan dia
22 mengalami siksaan yang sama seperti dipukul, disetrum di kaki, ditendang serta
23 diancam.
24
25 Penyiksaan terhadap Aan Rusdianto
26
27 Di tempat penahanan pertama, korban diinterogasi dan disiksa selama kurang lebih
28 2(dua) hari 2 (dua) malam. Penyiksaan yang dialami oleh korban seperti ditinju
29 dengan kepalan tangan, ditendang dengan sepatu lars, disetrum dengan
30 menggunakan alat electrical shock, dicambuk dengan tali tambang plastik, dan
31 beberapa kali senjata laras panjang ditempelkan ke leher, sambil korban disuruh
32 memegangnya, dan ditanyakannya “apa ini?”. Pada saat diberi makan, borgol
33 ditangan sebelah kanan dilepas, namun mata tetap ditutup hanya dibuka sedikit
34 pada bagian mulut. Tangan diborgol pada veldbed (tempat tidur terpal yang biasa
35 digunakan oleh tentara), kaki diikat dengan tali tambang plastik, tidur hanya
36 mengenakan celana dalam saja.
37
38 Penyiksaan terhadap Nezar Patria
39
40 Korban didudukkan pada sebuah kursi dan langsung dipukuli dan ditendang oleh
41 banyak orang, yang tidak diketahui persis jumlah mereka berapa, namun korban
42 menduga jumlah mereka di atas 6 orang. Korban dipukuli dan ditendang demikian
43 rupa sehingga kursi lipat tempat korban duduk patah, dan diganti dengan satu kursi
44 lagi, yang kemudian juga patah. Korban mengalami siksaan disetrum selama sekitar
45 3-4 jam terus menerus. Cara melakukan penyetruman pada awalnya menggunakan
46 tongkat listrik yang ditempelkan ke kaki, jempol kaki, dan di bagian belakang paha.
47 Kemudian pelaku meningkatkan caranya dengan menggunakan alat yang lebih
48 besar dan lebih tinggi voltasenya (seperti alat yang biasa digunakan di rumah sakit).
49 Mesin ditempelkan pada betis dan kaki dan terasa sangat sakit. Setiap kali korban
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 25 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 26 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 27 /47
www.elsam.or.id
1 dengan seibo terbalik. Orang-orang yang tidak dikenal ini, memiliki tubuh tegap
2 tinggi, berpakaian preman, berambut cepak dan ada yang berambut panjang sambil
3 menodongkan pistol di pinggang korban, kemudian korban dibawa secara paksa
4 masuk ke mobil dan dibawa ke beberapa tempat yang tidak diketahui karena mata
5 korban selalu ditutup dengan seibo yang dipakaikan secara terbalik.
6
7 Penganiayaan terhadap Nezar Patria
8
9 Korban mengalami penganiayaan selama proses penculikan terhadap dirinya.
10 Penculikan dan Penganiayaan dilakukan pada tanggal 13 Maret 1998. saat itu
11 korban tinggal di rumah susun klender bersama dengan empat orang yaitu, korban,
12 Aan Rusdianto, Mugianto, dan Bimo Petrus. Ketika para pelaku masuk, korban
13 sedang memegang pisau untuk memotong jeruk. Melihat korban memegang pisau,
14 salah seorang dari keempat orang tersebut langsung mencabut pistol dan kemudian
15 memegang tangan korban.
16
17 Korban dipaksa untuk keluar dari rumah dengan cara 2 (dua) orang mengapit dan
18 langsung menarik korban turun menuju lantai bawah. Waktu menuruni tangga badan
19 korban diangkat sehingga kaki korban tidak mengenai tangga dan terseret. Badan
20 kedua orang yang mengangkat korban tersebut besar-besar. Setelah itu langsung
21 dimasukkan ke mobil. Ketika di dalam mobil, mata korban segera ditutup dan
22 diselubungi dengan topeng seibo (topeng yang menutup kepala sampai leher, hanya
23 ada lubang untuk kedua belah mata) berwarna hitam. Waktu dikenakan, lubang
24 tempat mata diputar menjadi di belakang kepala korban. Mereka kemudian
25 menggeledah dompet korban dan mengambil tanda pengenal.
26
27
28 Penganiayaan terhadap Faisol Riza
29
30 Korban mengalami penganiayaan berupa pemukulan di sekujur tubuhnya terutama di
31 bagian ulu hati, menyebabkan dirinya sulit bernapas dan tidak dapat berteriak.
32 Pelaku kemudian menyeretnya ke bawah dan memasukannya ke dalam mobil yang
33 sudah disiapkan di halaman parkir. Saat di dalam mobil, Korban didudukkan di lantai
34 mobil dengan kedua tangan diborgol ke belakang dan kepala ditutup dengan kain
35 warna hitam. Radio mobil dihidupkan dengan suara sangat keras dan Korban di
36 todong dengan menggunakan pistol di pinggang dan para penculik mengatakan agar
37 Korban tenang dan jangan melawan.
38
39
40 Penganiayaan terhadap Raharja Waluya Jati
41
42 Korban mengalami penganiayaan selama proses penculikan terhadap dirinya. Pada
43 saat akan ditangkap salah pelaku mengeluarkan pistol. Kemudian korban dipegang
44 pada sisi kiri dan kanan dan dibawa ke lantai bawah. Di sepanjang dari lantai 2
45 sampai ke tempat parkir korban berteriak dan minta dipanggilkan pengacara, “ini
46 bukan kriminal”. Kemudian salah satu orang memukul ulu hati, setelah itu korban
47 tidak bisa berteriak lagi. Saat di tempat parkir salah seorang diantara penangkap
48 mengeluarkan pistol.
49
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 28 /47
www.elsam.or.id
1 Korban dimasukkan ke dalam kendaraan jenis jeep, melalui pintu belakang mobil.
2 Mata korban diikat, ditutup dengan kain hitam kemudian tangan korban diborgol
3 dengan tangan ke belakang saat dimasukkan ke dalam mobil yang berada di
4 halaman parkir. Saat itu mobil sudah siap dan dalam keadaan pintu terbuka. Posisi
5 badan korban telungkup dan badan korban diinjak sepanjang perjalanan.
6
7
8 Penganiayaan terhadap Haryanto Taslam
9
10 Pada saat ditangkap, 2 (dua) orang diantara mereka langsung memegang dan
11 mendorong korban ke atas mobil dan mata korban ditutup dan tangannya diborgol.
12 Pada waktu korban disergap oleh 2 (dua) orang, korban merasakan ada benda keras
13 yang ditempelkan ditulang rusuk dan punggungnya. Asumsi korban benda keras
14 tersebut adalah senjata api. Selanjutnya, korban meminta tutup kepala dibuka sedikit
15 sebatas lubang hidung karena merasa kesulitan bernafas dan meminta agar borgol
16 dilonggarkan.
17
18 Penganiayaan terhadap Pius Lustrilanang.
19
20 Pius diancam akan dibunuh pada malam harinya setelah dilakukan penangkapan.
21 Setelah melalui perjalanan yang tidak terlalu lama, kemudian mobil tiba di sebuah
22 tempat seperti sebuah kantor. Kemudian Pius diinterogasi dengan tangan terborgol.
23 Pius akhirnya disetrum akibat mengatakan bahwa ia tidak menghadiri pertemuan
24 yang dimaksud. Pius juga dimasukkan ke dalam bak dan diinjak sebanyak 3 kali di
25 bagian kepala. Selama proses interogasi itu Pius selalu dalam keadaan diborgol dan
26 wajah yang ditutupi dengan kain penutup wajah (seibo). Setelah masa interogasi
27 selama dua hari kemudian Pius dimasukan ke dalam sebuah ruangan yang dipenuhi
28 suara musik yang diputar keras.
29
30 Penganiayaan terhadap Desmond J. Mahesa.
31
32 Saat penangkapan Desmond dihadang dua orang yang menodongkan senjata.
33 Kemudian Desmond dibawa dengan menggunakan Suzuki Vitara warna abu-abu
34 yang telah menunggu di GMKI. Saat diringkus dan dimasukkan mobil, kepala
35 Desmond ditutup dengan benda seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras
36 serta dihimpit dua orang. Setelah tiba di sebuah ruangan kemudian wajah Desmond
37 ditutup dengan kain hitam dan tangan diborgol ke kursi. Segera ia diinterogasi.
38 Selama diinterogasi Desmond dipukuli, ditendang dan disetrun. Setelah tiga jam,
39 kemudian Desmond dimasukan kedalam ruangan yang terdapat bak mandi di
40 dalamnya
41
42 Penganiayaan terhadap Yani Afrie
43
44 Pada saat sedang menunggu temannya di depan Mall Kelapa Gading, tiba-tiba
45 datang mobil truk berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut turun
46 sekitar 10 orang aparat bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa
47 keempatnya untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat
48 menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 29 /47
www.elsam.or.id
1 Korban, Sony, Dedi dan Surya pada saat di Kodim dibawa ke suatu ruangan gelap
2 dan mengalami pemukulan yang dilakukan secara bergantian. Setelah itu,
3 keempatnya dipisahkan dalam berbagai ruangan
4
5 Penganiayaan terhadap Sony.
6
7 Pada saat sedang menunggu temannya di depan Mall Kelapa Gading, tiba-tiba
8 datang mobil truk berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut turun
9 sekitar 10 orang aparat bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa
10 keempatnya untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat
11 menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”.
12 Korban, Yani Afrie, Dedi dan Surya pada saat di Kodim dibawa ke suatu ruangan
13 gelap dan mengalami pemukulan yang dilakukan secara bergantian. Setelah itu,
14 keempatnya dipisahkan dalam berbagai ruangan.
15
16 Penganiayaan terhadap ”St”.
17
18 Korban dinaikkan di salah satu mobil yang berada dibelakang dimana didalamnya
19 sudah ada 5 (lima) orang. Di dalam mobil, matanya dikerudungi/ditutup sehingga
20 tidak bisa melihat. Sekitar 30 menit, sesampainya di suatu tempat, Korban diintrogasi
21 oleh 2 (dua) orang introgator, yang sudah ada ditempat tersebut sebelumnya.
22 Interogator menanyakan berbagai aktivitasnya, diantaranya advokasi Kedung Ombo,
23 keterlibatan korban dengan PRD dan ditanyakan mengenai keberadaan Suyat.
24
25 Penghilangan orang secara paksa.
26
27 Penghilangan orang secara paksa terhadap Mugiyanto
28
29 Korban ditangkap secara paksa pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender oleh
30 orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
31 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
32 dilepaskan pada 15 Maret 1998, kemudian dipindahkan ke tahanan di Polda Metro
33 Jaya.
34
35 Penghilangan orang secara paksa terhadap Aan Rusdianto
36
37 Korban ditangkap secara paksa pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender oleh
38 orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
39 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
40 dilepaskan pada 15 Maret 1998, kemudian dipindahkan ke tahanan di Polda Metro
41 Jaya.
42
43 Penghilangan orang secara paksa terhadap Nezar Patria
44
45 Korban ditangkap secara paksa pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender oleh
46 orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
47 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
48 dilepaskan pada 15 Maret 1998, kemudian dipindahkan ke tahanan di Polda Metro
49 Jaya.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 30 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 31 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 32 /47
www.elsam.or.id
1 Korban menyampaikan kepada kakaknya tersebut agar pergi bersama dengan Pak
2 Said untuk melihat rumah, karena dia ada keperluan lain dengan Noval. Korban
3 diketahui tidak ada kontak dengan keluarga pada tanggal 29 Mei 1997, yakni sekitar
4 pukul 21.00 WIB, berbarengan dengan hilangnya kontak Noval Alkatiri kepada
5 keluarganya. Setelah 3 (tiga) atau 4 (empat) hari kemudian Korban, Noval Alkatiri
6 dan Ismail tidak juga diketemukan, Eva Arnaz (istri Korban) dan Orang Tua Noval
7 Alkatiri melaporkan peristiwanya ke Polda Metro Jaya. Sampai dengan saat ini belum
8 diketahui secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya apakah
9 masih hidup atau sudah meninggal.
10
11 Penghilangan orang secara paksa terhadap Noval Alkatiri
12
13 Korban dilahirkan 25 Mei 1967, bertempat tinggal di Jl. H. No. 33, Kebon Baru,
14 Tebet, Jakarta Selatan dan di Jl. S, Rt. 04/11 No. 20, Kebon Baru, Jakarta Selatan.
15 Korban pada waktu itu menjabat sebagai Direktur PT. Sangkuriang Tour and Travel
16 dan PT. Rahama Pratama.
17
18 Korban terakhir terlihat pada tanggal 29 Mei 1997 bersama-sama dengan seorang
19 temannya yang bernama Hamdun Saleh Helmy yang merupakan kakak kandung
20 Dedy Hamdun. Pertemuan tersebut dilakukan di Kantor Korban yang berada di
21 Tebet, sekitar jam 11.00 WIB. Setelah menerima telepon Dedy Hamdun kemudian
22 Korban menelepon orang tuanya yang bernama Pak Said Alkatiri dan meminta agar
23 datang ke kantornya untuk bersama-sama melihat rumah-rumah di daerah Kemang
24 yang akan dibeli oleh Pimpinannya. Korban keluar kantor berbarengan dengan
25 Hamdun Saleh Helmy dan kemudian mengajak anak buahnya yang bernama Ismail
26 untuk ikut dengannya. Hamdun Saleh Helmy pergi bersama dengan orang tua
27 Korban dan seorang lagi yang bernama Pak Najib (makelar) naik dalam satu mobil
28 menuju daerah Kemang. Sedangkan Korban bersama Ismail dengan menggunakan
29 mobil BMW warna Putih menuju ke Rumah Sakit Bunda menemui Dedy Hamdun
30 sesuai dengan percakapan melalui telepon sebelumnya.
31
32 Sekitar pukul 21.00 WIB, Hamdun Saleh Helmy menerima telepon dari orang tua
33 Korban, yang menanyakan Dedy Hamdun berada dimana, karena Korban belum
34 kembali dan tidak bisa dihubungi melalui telepon, padahal hampir setiap jam sekali
35 ada komunikasi antara keluarga Noval Alkatiri dengan Korban. Kemudian Hamdun
36 Saleh Helmy menanyakan hal tersebut ditanyakan kepada teman-teman Dedy
37 Hamdun, relasinya maupun Eva Arnaz istri kedua Dedy Hamdun serta Laila mantan
38 istri Dedy Hamdun, tetapi semua mengatakan juga tidak mengetahui.
39
40 Setelah 3 (tiga) atau 4 (empat) hari kemudian Korban, Dedy Hamdun, dan Ismail
41 tidak juga diketemukan, Hamdun Saleh Helmy mengantarkan Eva Arnaz dan Orang
42 Tua Korban melaporkan peristiwanya ke Polda Metro Jaya. Sampai dengan saat ini
43 belum diketahui secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya
44 apakah masih hidup atau sudah meninggal.
45
46 Penghilangan orang secara paksa terhadap Sony.
47
48 Korban adalah rekan Yani Afrie, sama-sama aktifis PDI Pro Megawati. Pada tahun
49 1997, berdekatan dengan adanya isu penolakan terhadap pemilu tahun 1997, sekitar
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 33 /47
www.elsam.or.id
1 bulan April 1997, pada pukul 20.00 WIB, Korban, Yani Afrie, Dedi dan Surya sedang
2 berada di Mall Kelapa Gading. Keempatnya menunggu seorang teman untuk
3 berangkat bersama-sama ke rumah salah seorang Pengurus PDI Pro Megawati.
4
5 Pada saat sedang menunggu, tiba-tiba datang mobil truk berukuran kecil ke arah
6 mereka dan dari mobil tersebut turun sekitar 10 orang aparat bersenjata laras
7 panjang. Aparat tersebut memaksa keempatnya untuk masuk ke dalam mobil
8 tersebut. Aparat tersebut sempat menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil
9 mengancam “awas kalau kalian lari!”. Sampai dengan saat ini belum diketahui
10 secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya apakah masih
11 hidup atau sudah meninggal.
12
13 Penghilangan orang secara paksa terhadap Yani Afrie.
14
15 Korban adalah rekan Sony, sama-sama aktifis PDI Pro Megawati. Pada tahun 1997,
16 berdekatan dengan adanya isu penolakan terhadap pemilu tahun 1997, sekitar bulan
17 April 1997, pada pukul 20.00 WIB, Korban, Sony, Dedi dan Surya sedang berada di
18 Mall Kelapa Gading. Keempatnya menunggu seorang teman untuk berangkat
19 bersama-sama ke rumah salah seorang Pengurus PDI Pro Megawati.
20
21 Pada saat sedang menunggu, tiba-tiba datang mobil truk berukuran kecil ke arah
22 mereka dan dari mobil tersebut turun sekitar 10 orang aparat bersenjata laras
23 panjang. Aparat tersebut memaksa keempatnya untuk masuk ke dalam mobil
24 tersebut. Aparat tersebut sempat menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil
25 mengancam “awas kalau kalian lari!”. Sampai dengan saat ini belum diketahui
26 secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya apakah masih
27 hidup atau sudah meninggal.
28
29 Penghilangan orang secara paksa terhadap Andi Arief.
30
31 Korban ditangkap dari rumah kakaknya di Bandar Lampung pada tanggal 27 Maret
32 1998. Korban tidak diberitahu alasan apa yang menyebabkan ia ditangkap dan
33 disekap. Korban baru dilepaskan pada tanggal 16 April 1998 tanpa melalui proses
34 hukum
35 Penghilangan orang secara paksa terhadap Pius Lustrilanang.
36
37 Korban ditangkap secara paksa pada tanggal 4 Pebruari 1998 sekitar pukul 13.00
38 WIB di depan RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) oleh orang yang tidak
39 dikenal dan tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan dan alasan
40 penangkapan terhadap korban. Korban selanjutnya dibawa ke suatu tempat
41 penahanan yang dirahasiakan di Poskotis Cijantung dan baru dilepaskan pada
42 tanggal 2 April 1998 tanpa melalui proses hukum.
43
44 Penghilangan orang secara paksa terhadap Desmond J. Mahesa.
45
46 Korban ditangkap secara paksa pada tanggal 3 Pebruari 1998 oleh orang yang tidak
47 dikenal dan tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan dan alasan
48 penangkapan terhadap korban. Korban selanjutnya dibawa ke suatu tempat
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 34 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 35 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 36 /47
www.elsam.or.id
1
BAP No. Widiyanto hal. 3, para 5.
2
BAP No. Widiyanto hal. 3, para 7.
3
BAP No. Widiyanto hal. 3, para 8.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 37 /47
www.elsam.or.id
1 Melalui kesaksian beberapa korban yang pernah ditahan pada lokasi yang sama
2 diketahui bahwa 7 (tujuh) orang dimaksud di atas ( Yani Afrie cs) juga pernah
3 ditahan pada Poskotis yang sama, Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.
4
5 Analisis Atas Pelepasan Mugianto cs dan Andi Arief
6
7 Terdapat 2 (dua) peristiwa yang perlu mendapat catatan yaitu proses pelepasan
8 Mugiyanto cs (bersama Aan Rusdianto dan Nezar Patria) di satu kelompok dan Andi
9 Arief di lain kelompok. Keduanya dilepaskan dengan cara diserahkan kepada pihak
10 Kepolisian yaitu Polda Metro Jaya dan Mabes Polri. Kedua kelompok ini dalam
11 proses pelepasannya menjalani proses hukum saat berada pada pihak Kepolisian.
12
13 Analisis Atas Pelepasan Andi Arief
14
15 Berdasarkan temuan-temuan yang ada, diketahui bahwa proses pelepasan Andi
16 Arief dari lokasi Cijantung dilakukan melalui BIA (Badan Intelijen ABRI) yang
17 kemudian diserahkan kepada Mabes Polri dan selanjutnya diserahkan kepada Polda
18 Metro Jaya.
19
20 Korban lain yang memiliki indikasi mendapatkan perlakuan yang sama akibat
21 latar belakang aktifitas politik.
22
23 Terdapat beberapa nama korban yang masih dilaporkan telah hilang setelah
24 mundurnya Soeharto yaitu Wiji Thukul dan Petrus Bima Anugerah. Juga dilaporkan
25 telah meninggalnya seorang aktifis bernama Leonardus Nugroho Iskandar alias
26 Gilang yang diduga terjadi akibat pembunuhan terencana di sekitar Solo. Selain itu,
27 Ismail, seorang supir dan rekan Noval Alkatiri, juga telah dilaporkan hilang bersama
28 dengan Dedy Hamdun dan Noval Alkatiri. Ketiga orang tersebut memiliki indikasi
29 adanya keterkaitan motif dan situasi yang berkait dengan orang-orang hilang lainnya
30 yang telah memiliki indikasi yang lebih jelas tentang keberadaan maupun kelompok
31 yang sempat menguasai mereka, yaitu yang berhubungan dengan penahanan di
32 Poskotis Cikantung.
33
34 Indikasi pelaku atau kelompok pelaku
35
36 Melalui pengadilan Tim Mawar, pihak Kopassus mengakui telah menahan 9 orang
37 yang kemudian telah mereka lepaskan. Bahwa tindakan yang mereka lakukan diakui
38 dalam rangka mengamankan negara dari kelompok-kelompok radikal yang ingin
39 menggagalkan SU MPR 1998. Berdasarkan fakta ini maka dapat dikatakan bahwa
40 kesembilan orang yang ditahan berada dalam penguasaan Kopassus dalam suatu
41 kurun waktu. Hal tersebut juga berlaku terhadap 7 orang lain yang berdasarkan
42 pengakuan korban yang dilepaskan juga pernah ditahan di lokasi penahanan yang
43 sama yaitu Poskotis Kopassus Cijantung.
44
45 Tim Mawar
46
47 Tim Mawar merupakan sebuah tim yang dibentuk dibawah Grup IV Kopassus
48 berdasarkan perintah langsung dan tertulis dari Danjen Kopassus pada waktu itu.
49 Perintah tersebut diberikan kepada Dan Grup IV Kopassus pada waktu itu yang
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 38 /47
www.elsam.or.id
1 dilanjutkan kepada DanYon 42 pada waktu itu. Kebijakan ini kemudian dilanjutkan
2 pada kepemimpinan penggantinya dimana penculikan tetap berlangsung.
3
4 Kopassus
5
6 Berdasarkan waktu dibentuknya Tim Mawar yaitu Juli 1997, maka terhadap korban-
7 korban lain yang ditahan sebelum bulan tersebut dimungkinkan adanya Tim lainnya
8 atau personal yang telah dibentuk atau ditunjuk secara institusional oleh Kopassus.
9 Terjadinya penahanan baik sebelum dibentuknya Tim Mawar dan dalam dua
10 kepemimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penghilangan orang secara
11 paksa atau penculikan merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan sebuah
12 kebijakan secara institusional dibawah tanggungjawab Danjen Kopassus.
13
14 Penanggungjawab Lainnya
15
16 Atas proses yang terjadi terhadap Mugiyanto cs dan Andi Arief maka terdapat pelaku
17 atau kelompok pelaku, yang dapat diminta pertanggungjawabannya atau setidaknya
18 dapat diminta keterangannya.
19
20 Analisis Pertanggungjawaban Komando
21
22 Berdasarkan pengakuan terbuka kepada publik dapat diambil beberapa kesimpulan:
23 • Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa apa
24 yang dilakukan Tim Mawar adalah berdasarkan perintah.
25 • Perintah Danjen Kopassus tersebut didasarkan atas perintah atasannya.
26 Berdasarkan pernyataan Ketua DKP, diketahui bahwa perintah BKO tersebut
27 kemudian dianalisa dan dijabarkan oleh Danjen Kopassus.
28 • Terhadap perintah BKO yang dikatakan diterima Danjen Kopassus sendiri
29 memiliki tanda tanya. Hal ini menunjukkan adanya hal-hal yang disembunyikan
30 oleh dirinya maupun DKP. Definisi Bawah Kendali Operasi (BKO) adalah bentuk
31 penugasan dimana dukungan logistik dan administrasi satuan yang membantu
32 masih berada di satuan asal sedangkan kendali operasional satuan berada di
33 satuan yang dibantu.
34 • Dengan pengertian seperti di atas maka apabila Kopassus mendapat perintah
35 BKO maka tanggungjawab operasi dan pengendalian berada pada satuan dimana
36 Kopassus di BKO-kan. Tetapi yang terjadi operasi Tim Mawar tetap berada di
37 bawah kendali dan tanggungjawab Danjen Kopassus.
38 • Disamping itu berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, terdapat analisis
39 yang memungkinkan Kopassus melakukan Operasi Intel Sandi Yudha. Dalam
40 melaksanakan operasi Intel Sandi Yudha, pengendali operasi adalah setingkat
41 Panglima dan tidak boleh didelegasikan. Dengan demikian maka dapat diperoleh
42 beberapa hal, yaitu:
43 1. Operasi Intel Sandi Yudha ditetapkan oleh Pangab dengan suatu Perintah
44 Operasi.
45 2. Penanggungjawab Operasi adalah Pangab.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 39 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 40 /47
www.elsam.or.id
1 kejahatan dengan menggunakan case matrix yaitu suatu sistem pengujian terhadap
2 setiap elemen kejahatan yang juga dipergunakan oleh Mahkamah Pidana
3 Internasional (ICC) dan sistem ini juga akan dipergunakan oleh Jaksa Agung dalam
4 penanganan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
5
6 Unsur Meluas
7
8 Unsur meluas dapat dilihat baik dari jumlah korban yang banyak maupun dari
9 sebaran geografis locus delicti-nya. Setelah dilakukan analisa hukum terhadap setiap
10 korban, maka telah terpenuhi unsur-unsur terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
11 yang berat sejumlah korban sebagaimana tersebut di bawah ini.
12
13 Jumlah Korban
14
15 Jumlah korban yang banyak meliputi:
16 1. Korban pembunuhan : 1 orang;
17 2. Korban perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
18 fisik secara sewenang-wenang : 19 orang;
19 3. Korban penyiksaan : 11 orang
20 4. Korban penganiayaan : 12 orang
21 5. Korban penghilangan orang secara paksa : 23 orang
22
23 Korban Yang Kembali dan Diketemukan Meninggal
24
25 Bahwa berdasarkan pada fakta peristiwa dan analisa yang dilakukan terdapat korban
26 yang telah kembali pada peristiwa penghilangan orang secara paksa pada periode
27 1997-1998. Para korban yang kembali dan masih hidup berjumlah 10 orang dan
28 satu orang ditemukan telah meninggal dunia.
29
30 Bahwa berdasarkan kesaksian para korban tersebut dan bukti-bukti lainnya, terbukti
31 tindak kejahatan yang terjadi dan dialami oleh para korban tidak terbatas pada
32 perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang sebagaimana yang dinyatakan
33 selama ini oleh persidangan kasus Tim Mawar namun mencakup pula tindak
34 kejahatan lainnya yaitu penghilangan orang secara paksa, penganiayaan dan
35 penyiksaan. Para korban yang dilepaskan dan telah kembali mengalami berbagai
36 tindak kejahatan berupa perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
37 fisik secara sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, dan penghilangan orang
38 secara paksa yang merupakan jenis-jenis kejahatan dalam kejahatan terhadap
39 kemanusiaan sebagaimana diatur dalam pasal 9 UU No. 26 tahun 2000 tentang
40 pengadilan HAM.
41
42
43 Bahwa kejahatan-kejahatan yang terjadi terhadap para korban yang telah kembali,
44 dapat dilkasifikasikan berdasarkan pada pola penangkapan, pola penahanan, pola
45 pelepasan dan peranan para pelaku. Selain itu, terdapat satu korban yang diketahui
46 meninggal dunia. Berdasarkan pola-pola ini, para korban yang telah kembali dapat
47 diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) kelompok korban dengan uraian sebagai berikut :
48
49 1. Kejahatan yang terjadi pada Leonardus alias Gilang
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 41 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 42 /47
www.elsam.or.id
1 Bahwa kejahatan-kejahatan yang terjadi terhadap para korban yang hingga sekarang
2 tidak kembali dan tidak diketahui keberadaannya dapat diklasifikasikan berdasarkan
3 pada latar belakang aktivitas politik. Dengan demikian, para korban yang hingga
4 sekarang tidak kembali dan tidak diketahui keberadaannya dapat diklasifikasikan ke
5 dalam 4 (tiga) kelompok korban dengan uraian sebagai berikut :
6
7 1. Kejahatan Yang Terjadi Terhadap Yani Afrie alias Ryan dan Sonny
8 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
9 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
10 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
11 sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, kejahatan Penghilangan
12 Orang Secara Paksa
13
14 2. Kejahatan Yang Terjadi Terhadap Herman Hendrawan.
15 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
16 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
17 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
18 sewenang-wenang, penghilangan Orang Secara Paksa.
19
20 3. Kejahatan Yang Terjadi Terhadap Suyat, Petrus Bima Anugerah alias Bimo
21 dan Widji Widodo alias Wiji Thukul.
22 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
23 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
24 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
25 sewenang-wenang, penghilangan orang secara paksa
26
27 4. Dedi Umar Hamdun, Noval Alkatiri, dan Ismail
28 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
29 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
30 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
31 sewenang-wenang, penghilangan orang secara paksa.
32
33 5. Yadin Muhyidin, Hendra Hambali, Ucok Siahaan dan Abdun Nasser
34 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
35 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
36 penghilangan Orang Secara Paksa.
37
38 Sebaran Geografis
39
40 Tindak pidana yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan
41 dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa yang terjadi di berbagai tempat
42 yang luas sebaran geografisnya, yang meliputi antara lain Solo, Sragen,
43 Karanganyar, Jakarta Tiimur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara , Lampung.
44
45 Unsur Sistematis
46
47 Unsur sistematis dapat dilihat dari adanya perencanaan yang dilakukan oleh para
48 pelaku dan dengan menggunakan fasilitas negara. Selain itu, didapati adanya pola
49 yang sama dalam melakukan penangkapan terhadap korban.
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 43 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 44 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 45 /47
www.elsam.or.id
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 46 /47
www.elsam.or.id
1 Rekomendasi
2
3 Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, Tim Ad Hoc Penyelidikan Peristiwa
4 Penghilangan Orang Secara Paksa periode 1997 – 1998 menyampaikan
5 rekomendasi kepada Sidang Paripurna Komnas HAM sebagai berikut :
6
7
8 1. Meminta kepada Jaksa Agung untuk menindaklanjuti hasil penyelidikan ini
9 dengan dengan penyidikan baik terhadap peristiwa yang terjadi sebelum
10 berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
11 (korbannya sudah kembali) maupun peristiwa yang sampai dengan
12 sekarang masih berlangsung (korbannya yang sampai dengan sekarang
13 belum kembali).
14 2. Menyampaikan hasil penyelidikan ini kepada DPR RI dan Presiden untuk
15 mempercepat proses pembentukan Pengadilan HAM ad hoc terhadap
16 peristiwa penghilangan orang secara paksa periode 1997 – 1998 yang
17 terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
18 Pengadilan HAM (korbannya sudah kembali).
19 3. Mengupayakan kompensasi, restitusi dan rehabilitasi bagi para korban
20 maupun keluarga korban dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa
21 1997 – 1998.
22
23 Jakarta, 30 Oktober 2006
24
25 TIM AD HOC PENYELIDIKAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG
26 BERAT PERISTIWA PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA
27 PERIODE 1997 – 1998
28
29
30 Ruswiati Suryasaputra Martono
31 Ketua Wakil Ketua
32
33
34 Sriyana Zoemrotin K. Susilo
35 Sekretaris Anggota
36
37
38 M. Farid S.A. Supardi
39 Anggota Anggota
40
41
42 Abdul Haris Semendawai Fadillah Agus
43 Anggota Anggota
44
Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 47 /47