Anda di halaman 1dari 47

www.elsam.or.

id

1 RINGKASAN EKSEKUTIF
2 HASIL PENYELIDIKAN TIM AD HOC PENYELIDIKAN
3 PELANGGARAN HAK ASASI MANUSI YANG BERAT
4 PERISTIWA PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA
5 PERIODE 1997 - 1998
6
7
8
9 I. PENDAHULUAN
10
11 Dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa periode 1997 – 1998,
12 berdasarkan laporan yang ada di Komnas HAM, sedikitnya tercatat sebanyak 14
13 (empat belas) orang yang telah menjadi korban penghilangan orang secara paksa
14 yang sampai dengan sekarang belum dapat diketahui nasibnya yaitu Yani Afrie,
15 Sony, Herman Hendrawan, Dedi Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus
16 Bima Anugerah, Wiji Thukul, Ucok Munandar Siahaan, Hendra Hambali, Yadin
17 Muhidin, dan Abdun Naser.
18
19 Sedangkan dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa terhadap para aktivis
20 pro demokrasi yang kemudian mereka dilepaskan, sedikitnya sebanyak 10 (sepuluh)
21 orang yang menjadi korban adalah Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar Patria, Faisol
22 Riza, Raharja Waluyo Jati, Haryanto Taslam, Andi Arief, Pius Lustrilanang, Desmond
23 J. Mahesa, “St”.
24
25 Para korban yang kembali dan keluarga korban yang sampai saat ini belum diketahui
26 nasibnya merasa peristiwa penghilangan orang secara paksa yang terjadi pada
27 periode 1997 – 1998 sampai dengan sekarang belum mendapatkan perhatian yang
28 serius dari pemerintah untuk mengungkapnya. Oleh karena itu, mereka melakukan
29 berbagai upaya untuk menuntaskan kasus tersebut, salah satunya adalah dengan
30 mengadukan permasalahan ini kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
31 (Komnas HAM).
32
33 Menanggapi pengaduan masyarakat tersebut, Komnas HAM, sesuai dengan fungsi
34 dan tugasnya sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
35 1999 tentang Hak Asasi Manusia, telah membentuk Tim Pengkajian Penghilangan
36 Orang Secara Paksa, yang kemudian hasil dari Tim tersebut kemudian ditingkatkan
37 menjadi penyelidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
38 Pengadilan HAM.
39
40 Tim ad hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Peristiwa
41 Penghilangan Orang Secara Paksa bekerja sejak 1 Oktober 2005 sampai dengan 30
42 Oktober 2006. Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran
43 Hak Asasi Manusia Yang Berat Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa
44 Periode 1997 – 1998 telah meminta keterangan dari 77 (tujuh puluh tujuh) orang
45 saksi, yaitu saksi korban maupun keluarga korban dan masyarakat umum 58 (lima
46 puluh delapan) orang, saksi anggota/purnawirawan POLRI 18 (delapan belas) orang,

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 1 /47
www.elsam.or.id

1 Saksi purnawirawan TNI 1 (satu) orang. Disamping itu, dalam rangka pelaksanaan
2 penyelidikan, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat
3 Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa Periode 1997 – 1998 telah melakukan
4 kunjungan lapangan sebanyak 16 (enam belas) kali.
5
6 Dalam menjalankan tugasnya, Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi
7 Manusia yang berat Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa priode 1997 –
8 1998 mengalami berbagai hambatan, antara lain :
9
10 1. Keengganan atau ketidakmauan sebagian saksi korban untuk memenuhi
11 panggilan penyelidik guna memberikan keterangan sebagai saksi sehubungan
12 dengan peristiwa penghilangan orang secara paksa periode 1997 – 1998.
13 2. Tertunda-tundanya jadwal pemeriksaan sebagian anggota dan purnawirawan
14 POLRI dari jadwal yang sudah ditentukan oleh penyelidik, walaupun pada
15 akhirnya semua hadir untuk memberikan keterangan.
16 3. Penolakan TNI.
17 Panasehat hukum Personel TNI yang pada dasarnya telah menolak untuk
18 menghadirkan personel TNI yang dipanggil tim dengan alasan bahwa merujuk
19 Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 26
20 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM berpendapat bahwa pembentukan Tim Ad
21 Hoc oleh Komnas HAM ini diperuntukkan bagi pelanggaran HAM yang berat
22 setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
23 Pengadilan HAM. Mereka merujuk pula pada Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang
24 Nomor 26 Tahun 2000 bahwa Komnas HAM tidak serta merta berwenang
25 melakukan penyelidikan proyustisia melainkan harus didahului pembentukan
26 Pengadilan HAM ad hoc melalui Keppres atas usul DPR.
27 4. Penolakan Jaksa Agung.
28 Komnas HAM telah mengirimkan surat yang memberitahukan tentang dimulainya
29 penyelidikan kepada Jaksa Agung. Komnas HAM juga telah mengirimkan surat
30 perihal permohonan mendapatkan perintah untuk mengunjungi lokasi atau
31 tempat penahananan dan surat permintaan untuk mendapatkan perintah
32 menghadirkan ahli. Jaksa Agung, menyatakan bahwa kasus penghilangan orang
33 secara paksa periode 1997 – 1998 terjadi sebelum Undang-Undang Nomor 26
34 Tahun 2000 diundangkan sehingga diperlukan adanya keputusan DPR RI yang
35 mengusulkan dibentuknya Pengadilan HAM ad hoc. Oleh karena itu, Jaksa
36 Agung belum dapat menindaklanjuti permintaan Komnas HAM.
37 5. Tidak dipenuhinya permintaan penyelidik kepada Ketua Pengadilan Negeri
38 Jakarta Pusat untuk menghadirkan secara paksa sejumlah saksi yang tidak
39 bersedia memenuhi panggilan Komnas HAM.
40
41 II. UNSUR-UNSUR PELANGGARAN HAM YANG BERAT KEJAHATAN
42 TERHADAP KEMANUSIAAN, UNSUR-UNSUR PERTANGGUNG JAWABAN
43 KOMANDO DAN UNSUR-UNSUR JOINT CRIMINAL ENTERPRISE.
44
45 Kejahatan terhadap kemanusiaan termasuk ke dalam yurisdiksi universal, di mana
46 setiap pelaku kejahatan tersebut dapat diadili di negara manapun, tanpa

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 2 /47
www.elsam.or.id

1 memperdulikan tempat perbuatan dilakukan, maupun kewarganegaraan pelaku


2 ataupun korban. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan prinsip no safe haven (tidak
3 ada tempat berlindung) bagi pelaku kejahatan yang digolongkan ke dalam hostis
4 humanis generis (musuh seluruh umat manusia) ini. Perlu ditambahkan bahwa untuk
5 kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana kejahatan perang dan genosida tidak
6 dikenal adanya daluwarsa.
7
8 Perkembangan hukum internasional untuk memerangi kejahatan terhadap
9 kemanusiaan mencapai puncaknya ketika pada tanggal 17 Juli 1998, Konferensi
10 Diplomatik PBB mengesahkan Statuta Roma tentang Pendirian Mahkamah Pidana
11 Internasional (Rome Statute on the Establishment of the International Criminal Court
12 / ICC), yang akan mengadili pelaku kejahatan yang paling serius dan menjadi
13 perhatian komunitas internasional, yaitu: genosida, kejahatan terhadap
14 kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan agresi. Dimasukkannya kejahatan
15 terhadap kemanusiaan ke dalam Statuta yang merupakan perjanjian multilateral,
16 mengokohkan konsep tersebut menjadi suatu treaty norm (norma yang didasarkan
17 kepada suatu perjanjian internasional). Dari ketentuan dalam Statuta tersebut dapat
18 dilihat bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan tidak saja terjadi pada masa perang
19 atau konflik bersenjata tetapi juga dapat terjadi pada masa damai. Sedangkan pihak
20 yang bertangung jawab atas kejahatan tersebut tidak terbatas kepada aparatur
21 negara (state actor) saja, tetapi juga termasuk pihak yang bukan dari unsur negara
22 (non-state actors).
23
24 Unsur-unsur Umum Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
25
26 1. salah satu perbuatan
27
28 Setiap tindakan yang disebutkan dalam Pasal 9 undang-undang No 26 Tahun 2000
29 tentang Pengadilan HAM merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tidak ada
30 syarat yang mengharuskan adanya lebih dari satu tindak pidana yang dilakukan
31 (misalnya : pembunuhan dan perkosaan), atau kombinasi dari tindak-tindak pidana
32 itu.
33
34 2. yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
35
36 Tindakan harus dilakukan sebagai bagian dari serangan. Misalnya, pembunuhan
37 besar-besaran terhadap penduduk sipil dapat dianggap sebagai serangan terhadap
38 seluruh populasi sipil.
39
40 3. meluas atau sistematis yang ditujukan kepada penduduk sipil
41
42 Syarat “meluas atau sistematis” ini adalah syarat yang fundamental untuk
43 membedakan kejahatan ini dengan kejahatan umum lain yang bukan merupakan
44 kejahatan internasional.
45
46 Kata “meluas” menunjuk pada “jumlah korban”, dan konsep ini mencakup “massive,
47 sering atau berulang-ulang, tindakannya dalam skala yang besar, dilaksanakan
48 secara kolektif dan berakibat serius”.
49

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 3 /47
www.elsam.or.id

1 Unsur meluas atau sistematis tidak harus dibuktikan keduanya, kejahatan yang
2 dilakukan dapat saja merupakan bagian dari serangan yang meluas saja atau
3 sistematis saja.
4
5 Untuk dapat dikatakan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, tindakan tersebut
6 juga harus “ditujukan terhadap penduduk sipil”. Syarat ini tidak mengartikan bahwa
7 semua populasi suatu negara, entitas atau wilayah harus menjadi objek serangan.
8 Penggunaan istilah “penduduk (population)” secara implisit menunjukkan adanya
9 beberapa bentuk kejahatan yang berbeda dengan kejahatan yang bentuknya tunggal
10 atau terhadap orang perorangan.
11
12 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 UU No 26 Tahun 2000, yang dimaksud dengan
13 “serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil” adalah suatu
14 rangkaian perbuatan yang dilakukan terhadap penduduk sipil sebagai kelanjutan
15 kebijakan penguasa atau kebijakan yang berhubungan dengan organisasi..
16
17 4. yang diketahuinya
18
19 Kata “yang diketahuinya” merupakan unsur mental (mens rea) dalam kejahatan ini.
20 Pelaku harus melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan pengetahuan
21 untuk melakukan serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk
22 sipil. Hal ini tidak berarti bahwa dalam semua serangan harus selalu ada
23 pengetahuan. Pengetahuan tersebut bisa pengetahuan yang aktual atau konstrukstif.
24 Secara khusus, pelaku tidak perlu mengetahui bahwa tindakannya itu adalah
25 tindakan yang tidak manusiawi atau merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
26
27 Unsur-unsur Tindak Pidana Dalam Tindak Pidana Yang Termasuk Dalam
28 Kejahatan Terhadap Kemanusiaan.
29
30 Unsur-unsur umum yang harus dipenuhi dari kesemua unsur tentang cara-cara
31 dilakukannya kejahatan terhadap kemanusiaan adalah :
32 1. Tindakan tersebut dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas atau
33 sistematik yang ditujukan terhadap suatu kelompok penduduk sipil.
34 2. Pelaku mengetahui bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari atau
35 memaksudkan tindakan itu untuk menjadi bagian dari serangan meluas atau
36 sistematik terhadap suatu kelompok penduduk sipil.
37
38 Adapun unsur-unsur dari setiap perbuatan yang dikategorikan sebagai kejahatan
39 terhadap kemanusiaan, yang langsung digunakan untuk analisis hukum pada
40 peristiwa penghilangan orang secara paksa adalah:
41
42 1. pembunuhan (Pasal 9 huruf a)
43
44 Unsur dari pembunuhan adalah pelakunya membunuh satu orang atau lebih.
45 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 (a) Undang undang No 26 tahun 2000, yang
46 dimaksud dengan “pembunuhan” adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 340
47 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pembunuhan ini selain harus dilakukan

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 4 /47
www.elsam.or.id

1 dengan sengaja, juga harus dapat dibuktikan adanya rencana terlebih dahulu untuk
2 melakukan pembunuhan ini.
3
4
5 2. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lainnya secara
6 sewenang-wenang (Pasal 9 huruf e)
7
8 Unsur-unsurnya :
9 1. Pelaku memenjarakan (imprisonment) satu orang atau lebih atau secara kejam
10 (severe) mencabut kebebasan fisik orang atau orang-orang tersebut.
11 2. Tingkat keseriusan tindakan tersebut termasuk dalam kategori tindakan
12 pelanggaran terhadap aturan-aturan fundamental dari hukum internasional.
13 3. Pelaku menyadari keadaan-keadaan faktual yang turut menentukan kadar
14 keseriusan tindakan tersebut.
15
16 Hukum dan standar internasional melarang perampasan kemerdekaan dan
17 perampasan fisik lain sebagai bagian dari hukum HAM baik dalam kerangka
18 kejahatan terhadap kemanusiaan atau sebagai pelanggaran terhadap perjanjian-
19 perjanjian internasional, standar HAM dan juga bagian dari aturan dalam hukum
20 humaniter. Konsep dari kesewenang-wenangan berdasarkan hukum internasional
21 mencakup pemenjaraan yang tidak sah dan pencabutan kebebasan yang
22 bertentangan baik dengan hukum internasional maupun dengan hukum nasional.
23 Kategori yang dapat menimbulkan tindakan penahanan sewenang-wenang adalah
24 ketika terhadap tahanan tersebut dilakukan penyiksaan, atau tindakan tidak
25 berperikemanusiaan lainnya.
26
27 a. perampasan kemerdekaan
28
29 Para penyusun Statuta Roma menginginkan kata “pemenjaraan” (imprisonment)
30 diartikan dalam arti sempit sebagai pemenjaraan setelah putusan pengadilan, atau
31 dalam arti luas sebagai penahanan (detention) seperti yang diatur dalam Allied
32 Control Council No.10. Akhirnya diputuskan bahwa “perampasan kemerdekaan fisik”
33 diartikan dalam arti sempit. Dalam perkembangannya, istilah ini memiliki arti yang
34 sangat luas dan dapat mencakup berbagai bentuk dari pembatasan kemerdekaan
35 fisik termasuk penahanan rumah, penahanan kota atau pembatasan lainnya
36 Walaupun beberapa anggota dari Kelompok Kerja PBB menginginkan digunakannya
37 istilah “penahanan” (detention) yang definisinya sudah jelas diatur dalam hukum
38 internasional, namun istilah “perampasan kemerdekaan” (deprivation of liberty) dapat
39 diartikan lebih luas dari istilah “penahanan” (detention).
40
41 b. ketentuan pokok hukum internasional
42
43 Aturan-aturan hukum internasional mempunyai arti yang luas, tidak hanya mencakup
44 perjanjian, namun juga hukum kebiasaan internasional serta prinsip-prinsip umum
45 hukum. Bukti-bukti tentang adanya prinsip-prinsip umum hukum dapat dilihat dalam
46 berbagai instrumen termasuk mengenai hak-hak para tahanan.
47

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 5 /47
www.elsam.or.id

1 3. penyiksaan (Pasal 9 huruf f)


2
3 Unsur-unsurnya :
4 1. Pelaku membuat seseorang atau orang-orang mengalami rasa sakit atau
5 penderitaan yang mendalam (severe) baik secara fisik maupun mental.
6 2. Orang atau orang-orang itu berada dalam tahanan atau berada di bawah kontrol
7 pelaku bersangkutan.
8 3. Rasa sakit atau penderitaan tersebut bukan akibat yang ditimbulkan dan tidak
9 inherent atau diakibatkan oleh penghukuman yang sah.
10
11 Hak untuk bebas dari Penyiksaan juga telah dinyatakan oleh hampir seluruh aturan
12 instrumen HAM internasional sebagai hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
13 apapun.
14
15 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 huruf f UU Nomor 26 Tahun 2000, yang dimaksud
16 dengan “penyiksaan” adalah dengan sengaja atau melawan hokum menimbulkan
17 kesakitan atau penderitaan yang berat, baik fisik maupun mental, terhadap seorang
18 tahanan atau seseorang yang berada di bawah pengawasan.
19
20
21 4. penganiayaan (Pasal 9 huruf h)
22
23 Unsur-unsurnya:
24 1. Pelaku dengan kejam (severely) mencabut hak-hak fundamental dari satu orang
25 atau lebih., bertentangan dengan ketentuan hukum internasional.
26 2. Pelaku menjadikan orang atau orang-orang itu sebagai target dengan alasan
27 identitas suatu kelompok atau menargetkan tindakannya pada suatu kelompok.
28 3. Penargetan semacam itu didasarkan pada alasan politik, ras, kebangsaan, etnis,
29 budaya, agama, gender sebagaimana dinyatakan dalam Statuta Roma Pasal 7,
30 ayat 3, atau dasar-dasar lain yang diakui secara universal sebagai tindakan yang
31 tidak dibolehkan dalam hukum internasional.
32 4. Tindakan itu dilakukan dalam kaitan dengan berbagai perbuatan yang
33 dimaksudkan dalam Statuta Roma pasal 7, ayat 1, atau berbagai jenis kejahatan
34 lain yang termasuk dalam jurisdiksi Mahkamah.
35
36 Definisi dari “penganiayaan”, perlu dijelaskan bahwa istilah penganiayaan yang
37 diatur dalam undang-Undang 26 tahun 2000 ini adalah penganiayaan dalam arti
38 “persecution” sebagaimana dimaksud dalam Statuta Roma. Bukan dalam konteks
39 “penganiayaan” dalam KUH Pidana Indonesia.
40
41 a. definisi penganiayaan
42
43 Persecution dalam Statuta Roma adalah “ ..perampasan hak-hak fundamental
44 secara sengaja dan kasar yang bertentangan dengan hukum internasional karena
45 alasan identitas kelompok atau kolektivitas.”

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 6 /47
www.elsam.or.id

1 b. kelompok-kelompok yang teridentifikasi atau kolektivitas


2
3 Statuta Roma tidak membatasi persekusi sebagai kejahatan yang hanya dilakukan
4 terhadap bangsa, etnisitas, ras atau kelompok agama, berbeda dengan kejahatan
5 genosida. Kelompok atau kolektifitas dan anggotanya harus dapat “diidentifikasikan
6 (identifiable)”, baik berdasarkan kriteria objektif atau berdasarkan pikiran tersangka.
7
8 c. alasan
9
10 Beberapa instrumen yang mengatur mengenai persekusi sebagai kejahatan
11 terhadap kemanusiaan mencantumkan syarat persekusi harus dilakukan
12 berdasarkan salah satu alasan/dasar.
13
14 d. alasan politis, ras, bangsa, etnis, budaya, agama, jenis kelamin
15
16 “Alasan politis” dapat diinterpretasikan sebagai “alasan negara dan pemerintahan,
17 atau hubungan masyarakat pada umumnya” dan tidak hanya terbatas pada anggota
18 partai politik tertentu atau ideologi tertentu. Sehingga, kata “politis” dapat diartikan
19 sebagai masalah hubungan dalam masyarakat seperti masalah lingkungan hidup
20 dan kesehatan. Jadi, kejahatan persekusi bisa juga dilakukan atas dasar adanya
21 perbedaan opini mengenai masalah kesehatan dan lingkungan hidup.
22
23 Konsep “bangsa” lebih luas dari warganegara dan dapat mencakup kelompok yang
24 dianggap merupakan suatu bangsa walaupun anggota dari kelompok tersebut
25 berada di lebih dari satu negara.
26
27 Istilah “etnis” (ethnic) lebih sempit dari istilah “etnisitas” (ethnical) dalam Pasal II
28 Konvensi Genosida. Digunakannya istilah etnisitas (ethnical) dimaksudkan untuk
29 mencakup pengguna bahasa tertentu sehingga pertimbangan ras bukan karakteristik
30 yang dominan tetapi lebih diartikan sebagai keseluruhan tradisi dan warisan budaya.
31
32 Istilah “budaya” walaupun terdapat dalam berbagai instrumen hukum internasional
33 tetapi tidak ada kesepakatan mengenai definisi ini menurut hukum internasional.
34 Untuk tujuan perlindungan yang dikehendaki oleh Statuta Roma, diusulkan agar
35 digunakan pengertian yang lebih luas yang mencakup kebiasaan-kebiasaan,
36 kesenian, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain dari suatu
37 kelompok/bangsa tertentu.
38
39 Persekusi yang didasari oleh “agama” seharusnya juga mencakup persekusi
40 terhadap kelompok yang tidak beragama atau berpandangan atheis.
41
42 Istilah “jenis kelamin” pengertiannya mengacu kepada pengertian umum yang biasa
43 digunakan dalam berbagai insrtumen HAM internasional tentang diskriminasi
44 berdasarkan jenis kelamin.
45
46
47
48
49

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 7 /47
www.elsam.or.id

1 e. alasan-alasan lain yang diakui secara universal


2
3 Istilah “diakui secara universal” harus diartikan sebagai “diakui secara luas” (widely
4 recognoized) bukan diartikan bahwa semua negara harus mengakui bahwa alasan-
5 alasan khusus / tertentu tersebut tidak diperkenankan.
6
7 f. hubungan antara persekusi dengan perbuatan-perbuatan kejahatan
8 terhadap kemanusiaan atau kejahatan-kejahatan lain yang berada dalam
9 yurisdiksi Pengadilan Hak Asasi Manusia
10
11 Persekusi harus dikaitkan terhadap perbuatan-perbuatan yang tercantum dalam
12 pasal 9, pasal 8 Undang-undang No.26 tahun 2000 atau kejahatan-kejahatan lain
13 seperti perang dan agresi.
14
15 5. penghilangan orang secara paksa (Pasal 9 huruf i)
16
17 Unsur-unsurnya:
18 1. Pelaku:
19 (a) Menangkap (arrested), menahan (detained) atau menculik (abducted) satu
20 orang atau lebih; atau
21 (b) Menolak untuk mengakui penangkapan, penahanan atau penculikan, atau
22 menolak memberikan informasi menyangkut nasib atau keberadaan orang
23 atau orang-orang itu.
24 2. (a) Penangkapan, penahanan atau penculikan tersebut, diikuti atau disertai
25 dengan suatu penolakan untuk mengakui pencabutan kebebasan atau
26 menolak memberikan informasi tentang nasib atau keberadaan orang atau
27 orang-orang itu; atau
28 (b) Penolakan semacam itu dilakukan atau disertai dengan dicabutnya
29 kebebasan yang dimaksud.
30 3. Pelakunya menyadari bahwa:
31 (a) Penangkapan, penahanan atau penculikan tersebut akan diikuti dengan
32 suatu rangkaian tindakan yang bisanya dilakukan dengan penolakan untuk
33 mengakui adanya pencabutan kebebasan semacam itu atau untuk
34 memberikan informasi tentang nasib atau keberadaan orang atau orang-
35 orang itu; atau
36 (b) Penolakan semacam itu dilakukan atau disertai dengan dicabutnya
37 kebebasan yang dimaksud.
38 4. Penangkapan, penahanan atau penculikan tersebut dilakukan dengan, atau
39 melalui pengesahan, dukungan atau bantuan dari suatu negara atau organisasi
40 politik.
41 5. Penolakan untuk mengakui dicabutnya kebebasan tersebut atau untuk
42 memberikan informasi tentang nasib atau keberadaan orang atau orang-orang itu
43 yang dilakukan dengan, atau melalui pengesahan, dukungan atau bantuan dari
44 suatu negara atau organisasi politik.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 8 /47
www.elsam.or.id

1 6. Pelaku bermaksud untuk menghilangkan perlindungan hukum orang atau orang-


2 orang itu untuk suatu jangka waktu lama yang tak tentu.
3
4 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 UU No 26 tahun 2000 huruf i, yang dimaksud
5 dengan penghilangan orang secara paksa” yakni penangkapan, penahanan, atau
6 penculikan seseorang oleh atau dengan kuasa, dukungan atau persetujuan dari
7 Negara atau kebijakan organisasi, diikuti oleh penolakan untuk mengakui
8 perampasan kemerdekaan tersebut atau untuk memberikan informasi tentang nasib
9 atau keberadaan orang tersebut, dengan maksud untuk melepaskan dari
10 perlindungan hukum dalam jangka waktu yang panjang.
11
12 Unsur-unsur Pertanggungjawaban Komando.
13
14 Konsep pertanggungjawaban komandan/atasan berlaku bagi seorang atasan dalam
15 pengertian yang luas termasuk komandan militer, kepala negara dan pemerintahan,
16 menteri dan pimpinan perusahaan. Artinya, bentuk pertanggungjawaban ini tidak
17 terbatas pada tingkat atau jenjang tertentu, komandan atau atasan pada tingkat
18 tertinggi pun dapat dikenakan pertanggungjawaban ini apabila terbukti memenuhi
19 unsur-unsurnya.
20
21 Bentuk pertanggungjawaban komando ini berbeda dengan bentuk
22 pertanggungjawaban pidana secara individu yang dapat dikenakan kepada
23 komandan atau atasan (atau bahkan individu manapun) apabila ia ikut
24 merencanakan, menghasut, memerintahkan, melakukan, membantu dan turut serta
25 melakukan kejahatan. Apabila komandan melakukan salah satu dari tindakan di atas,
26 maka komandan telah melakukan tindakan penyertaan (joint criminal enterprise) dan
27 statusnya disamakan sebagai pelaku. Pasal 42 ayat (2) Undang-undang No 26
28 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM menyebutkan bahwa komandan bukan hanya
29 dari militer tetapi juga berlaku bagi atasan non-militer.
30
31 Unsur-unsur Pertanggungjawaban Komando
32
33 Pasal 42 ayat (1)
34
35 1. komandan militer atau orang-orang yang bertindak sebagai komandan
36 militer
37
38 a. komandan militer
39
40 Komandan militer adalah seorang anggota angkatan bersenjata yang ditugaskan
41 memimpin satu atau lebih satuan dalam angkatan bersenjata. Komandan memiliki
42 kewenangan untuk mengeluarkan perintah langsung kepada anak buahnya atau
43 kepada satuan bawahannya dan mengawasi pelaksanaan dari perintah tersebut.
44 Yurisprudensi berbagai pengadilan internasional dalam berbagai kasus pelanggaran
45 hukum perang menunjukkan tidak adanya pembatasan tingkat pertanggungjawaban
46 komandan militer. Dengan demikian, pemahaman di lingkungan militer selama ini
47 mengenai adanya pembatasan tanggung jawab seorang komandan hanya dua

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 9 /47
www.elsam.or.id

1 tingkat ke atas atau ke bawah (two step up two step down) tidak berdasar dan tidak
2 sesuai dengan yurisprudensi internasional maupun nasional.
3
4 b. orang-orang yang bertindak sebagai komandan militer
5
6 Orang-orang yang bertindak sebagai komandan militer adalah mereka yang bukan
7 anggota angkatan bersenjata suatu negara. Namun, karena kekuasaan dan
8 kewenangan de facto-nya yang begitu besar, ia mampu memerintahkan dan
9 mengendalikan pasukan angkatan bersenjatanya.
10
11 c. dapat dipertanggungjawabkan
12
13 Pasal 42 Undang-Undang ini menggunakan istilah ‘dapat’ dan menghilangkan kata
14 ‘secara pidana’ sedangkan dalam teks asli Pasal 28 (a) Statuta Roma menggunakan
15 istilah ‘shall be criminally responsible’ yang padanan katanya adalah ‘harus
16 bertanggung jawab secara pidana’. Hal ini dapat menimbulkan penafsiran ganda
17 bagi kalangan penegak hukum karena dapat diartikan bahwa seorang komandan
18 tidak ‘selalu harus’ dipertanggungjawabkan dan harus dipertanggungjawabkan
19 secara pidana atas tindakan bawahannya.
20
21 2. pasukan
22
23 Berdasarkan pasal 43 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa, pasukan bersenjata
24 dari suatu pihak peserta konflik terdiri dari semua pasukan angkatan bersenjata,
25 kelompok-kelompok, satuan-satuan, yang terorganisir yang berada di bawah
26 komando yang bertanggung jawab terhadap bawahannya, bahkan jika pihak yang
27 bersengketa mewakili suatu pemerintahan ataupun otoritas yang tidak diakui oleh
28 pihak lawan. Pasukan juga termasuk satuan polisi bersenjata dan satuan para
29 militer. Angkatan bersenjata seperti itu harus tunduk pada peraturan hukum disiplin
30 militer, yang sejalan dengan hukum humaniter internasional. Yang juga termasuk
31 dalam pasukan non-militer adalah gerakan bersenjata yaitu gerakan sekelompok
32 warga negara suatu negara yang bertindak melawan pemerintahan yang sah
33 dengan melakukan perlawanan bersenjata.
34
35 3. komando dan pengendalian yang efektif
36
37 Pasukan di bawah komando pengendalian yang bertanggungjawab adalah pasukan
38 yang berada di bawah komando baik dalam rantai komando secara de facto maupun
39 de jure di mana setiap komandannya berwenang untuk mengeluarkan perintah.
40 Perintah itu harus dijabarkan langsung atau melalui komandan yang langsung
41 berada di bawahnya.
42 Perlu dipertimbangkan bahwa pengertian “efektif” yang berarti “berhasil guna” dalam
43 bahasa Indonesia berbeda dengan “effective” yang berarti “nyata/benar-benar"
44 dalam arti bahasa Inggris. Mengingat Pasal 42 UU No 26 tahun 2000 adalah
45 merupakan adopsi dari Statuta Roma dalam teks Inggris, maka sudah selayaknya
46 lah apabila “pengendalian efektif” dalam pasal ini diartikan sebagai adanya tindakan
47 pengendalian yang nyata/benar atau dengan kata lain merupakan pengendalian
48 secara de facto (nyata).

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 10 /47
www.elsam.or.id

1 4. kekuasaan dan pengendalian yang efektif


2 Dalam keadaan tertentu, seorang komandan dapat melaksanakan pengendalian
3 kepada satuannya yang tidak berada di bawah rantai komandonya yang langsung.
4 Dalam konteks hukum humaniter, ketika terjadi konflik bersenjata internasional
5 seorang komandan yang memiliki kewenangan sebagai komandan di daerah
6 pendudukan dapat memberikan perintah kepada semua satuan yang berada dalam
7 wilayah pendudukannya. Satuan-satuan seperti ini akan berada dalam kekuasaan
8 dan pegendalian efektif dari komandan apabila menyangkut kepentingan umum dan
9 keselamatan daerah pendudukan tersebut.
10
11 5. Tidak melakukan tindakan pengendalian yang layak
12
13 Pengertian tindakan layak adalah tindakan berdasarkan kemampuan dalam batas-
14 batas kewenangan, kekuasaan, ketersediaan sarana dan kondisi yang
15 memungkinkan. Komandan tidak secara otomatis bertanggungjawab atas tindak
16 pidana yang dilakukan anak buahnya. Namun demikian, ia dapat diminta
17 pertanggungjawabannya apabila dalam situasi tertentu ia “seharusnya mengetahui”
18 bahwa satuannya sedang melakukan atau akan melakukan tindak pidana dan
19 komandan tidak melakukan tindakan yang layak untuk mencegah/menghentikan
20 tindak pidana tersebut walaupun pada saat dilakukannya tindak pidana komandan
21 tidak mengetahuinya. Komandan memiliki tugas untuk selalu mendapatkan informasi
22 yang relevan dan mengevaluasinya. Apabila komandan gagal untuk memperoleh
23 informasi atau secara sengaja mengabaikan informasi tersebut, maka syarat
24 komandan “seharusnya mengetahui” akan terpenuhi olehnya.
25
26 6. Unsur Mental dan Unsur Materiil dari Pertanggungjawaban bagi Komandan
27 Militer
28 (i) Unsur mental (mens rea) : “mengetahui atau seharusnya mengetahui”
29 Beberapa hal/situasi dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan bahwa
30 komandan mengetahui atau tidak tentang tindak pidana yang dilakukan anak
31 buahnya, seperti: jumlah dari tindak pidana yang dilakukan, tipe-tipe tindak
32 pidana, lingkup tindak pidana, waktu ketika tindak pidana dilakukan, jumlah dan
33 tipe dari pasukan yang terlibat, logistik yang terlibat, jika ada, lokasi geografis dari
34 tindak pidana, tindak pidana yang meluas, waktu taktis operasi, modus operandi
35 dari tindak pidana yang serupa, perwira dan staff yang terlibat, tempat komandan
36 berada pada saat tindak pidana dilakukan
37
38 (ii) Unsur materiil (actus reus) : “tidak mengambil tindakan yang perlu dan langkah-
39 langkah yang layak berdasarkan kewenangannya”
40
41 Komandan dapat dikenakan pertanggungjawaban akibat kegagalannya untuk
42 mengambil tindakan dalam lingkup kewenangannya. Ukuran kemampuan
43 seorang komandan dalam melakukan pengendalian efektif, termasuk
44 kemampuan material komandan untuk mengendalikan anak buahnya, dapat
45 dijadikan pedoman bagi Pengadilan untuk menentukan apakah komandan telah

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 11 /47
www.elsam.or.id

1 mengambil langkah-langkah yang perlu dan yang layak untuk mencegah,


2 menghentikan, atau menghukum tindak pidana yang dilakukan anak buahnya.
3 Kemampuan material komandan semacam ini tidak dapat dilihat secara abstrak,
4 namun harus dilihat secara kasuistis dengan mempertimbangkan keadaan-
5 keadaan pada saat itu.
6
7 Komandan memiliki tugas untuk mengambil segala tindakan yang perlu dan yang
8 layak untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Jika tindak pidana telah terjadi,
9 komandan memiliki tanggung jawab untuk mengambil segala tindakan yang perlu
10 dan yang layak dalam lingkup kewenangannya untuk dilakukan penyelidikan dan
11 penyidikkan terhadap kejahatan tersebut dan untuk membawa pelaku yang
12 diduga melakukannya ke pengadilan.
13
14
15 Pasal 42 ayat (2)
16
17 1. hubungan antara atasan dan bawahan
18
19 Pasal ini menggambarkan hubungan antara atasan dan bawahan misalnya
20 hubungan dalam komponen-komponen non-militer di pemerintahan, partai-partai
21 politik dan perusahaan-perusahaan. Esensi dari hubungan atasan dan bawahan ini
22 adalah bahwa seorang atasan memiliki kewenangan secara de jure atau de facto
23 untuk melakukan pengendalian terhadap tindakan bawahannya.
24
25 2. atasan
26
27 Atasan adalah seseorang yang berhak memberikan perintah kepada bawahannya
28 dan mengawasi/mengendalikan pelaksanaan perintah tersebut. Kategori dari atasan
29 dapat mencakup pemimpin politik, pemimpin perusahaan, dan pegawai negeri
30 senior.
31 3. bawahan
32
33 Setiap orang yang memiliki atasan yang dapat mengarahkan pekerjaannya dikatakan
34 sebagai seorang bawahan. Dalam organisasi yang besar, seseorang dimungkinkan
35 untuk menjadi atasan sekaligus juga bawahan.
36
37 4. komando dan pengendalian yang efektif
38
39 Seorang atasan memiliki komando pengendalian yang efektif terhadap anak
40 buahnya untuk tujuan seperti yang tercantum di ayat (2) ketika ia memiliki
41 kewenangan secara de jure atau de facto untuk mengeluarkan petunjuk terhadap
42 anak buahnya untuk melaksanakan pekerjaan tertentu.
43
44
45

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 12 /47
www.elsam.or.id

1 5. gagal untuk melaksanakan pengendalian secara layak


2
3 a. dengan sengaja mengabaikan informasi
4
5 Terdapat perbedaan dalam hal unsur mental (mens rea) yang diatur dalam pasal 42
6 ayat (2) bagi komandan militer dan sipil. Dalam pasal 42 ayat (2) unsur mental (mens
7 rea) bagi atasan sipil adalah apabila ia “mengabaikan informasi” bukan “mengetahui
8 atau seharusnya mengetahui” seperti yang berlaku bagi komandan militer. Struktur
9 organisasi sipil memang tidak sama dengan militer yang memiliki hierarki yang begitu
10 teratur sehingga memungkinkan komandan militer untuk dapat membangun sistem
11 pelaporan yang efektif yang menjadikan komandan militer harus selalu mengetahui
12 apa yang dilakukan anak buahnya.
13
14 b. kegiatan-kegiatan yang berada dalam lingkup kewenangan dan
15 pengendalian atasan
16
17 Orang-orang yang masuk dalam kategori “pasukan” sebagaimana dimaksud dalam
18 definisi “pasukan” dalam ayat (1) yang berada di bawah sistem disiplin internal militer
19 dapat dianggap dia bertugas selama 24 jam. Sedangkan bawahan yang bukan
20 militer hanya bertanggung jawab secara efekif terhadap atasannya selama
21 menjalankan pekerjaan-pekerjaan/kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya
22 itu.
23
24 c. gagal untuk mengambil langkah-langkah yang perlu berdasarkan
25 kewenangan yang dimilikinya
26
27 Atasan harus memiliki kewenangan untuk mengeluarkan petunjuk/perintah kepada
28 bawahannya serta mengawasi pelaksanaan perintah tersebut agar bawahan tidak
29 melakukan pelanggaran atau menghentikan pelanggaran jika terjadi. Atasan juga
30 wajib melaporkan kepada atasan langsungnya atau lembaga penegak hukum lain
31 mengenai tindak pidana tersebut.
32
33 Unsur-Unsur Joint Criminal Enterprise
34
35 Pengantar
36
37 Dalam pertanggungjawaban pidana sebagaimana diatur dalam hukum pidana,
38 keterlibatan seseorang dalam sebuah tindak pidana meliputi sebagai pelaku,
39 pembantu pelaku, perencana, pemberi perintah, penghasut, penyertaan dan atasan.
40 Dalam perkembangan hukum sekarang ketika konsep tersebut kurang memadai,
41 perkembangan hukum pidana internasioal kemudian memperkenalkan suatu konsep
42 yang disebut dengan ‘joint criminal enterprise” yaitu manakala beberapa orang atau
43 beberapa kelompok memiliki suatu tujuan bersama untuk melakukan kejahatan yang
44 kemudian dilakukan secara bersama oleh beberapa orang atau kelompok ini. Setiap
45 orang atau kelompok ini dapat dipertanggungjawabkan secara pidana.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 13 /47
www.elsam.or.id

1 Dalam beberapa Pengadilan ad hoc PBB juga menyebutkan prinsip Joint Criminal
2 Enterprise sebagai bagian dari hukum kebiasaan internasional yang telah pula
3 disebutkan setidak-tidaknya dalam hukum internasional yaitu the International
4 Convention for the Suppression of Terrorist Bombing yang diadopsi melalui Resolusi
5 Majelis Umum PBB Nomor 52/164 tanggal 15 Desember 1997 dan Pasal 25 Statuta
6 Roma Mahkamah Pidana Internasional.
7 Unsur Actus Reus (tindakan)
8 Berdasarkan perkembangan dalam hukum internasional, sebagaimana dapat dilihat
9 dalam putusan International Criminal Court for the Former of Yugoslavia (ICTY),
10 mempertimbangkan mengenai Joint Criminal Enterprise ada 3 (tiga) persyaratan,
11 yakni :
12 1. Keterlibatan banyak orang;
13 2. Adanya perencanaan bersama;
14 3. Keikutsertaan tertuduh dalam persiapan termasuk keterlibatan sebagai
15 pelaku dalam rencana bersama terhadap salah satu tindak pidana
16 sebagaimana diatur dalam statuta.
17
18 Unsur Mens Rea (Elemen Mental)
19 Dengan memperhatikan berbagai ketentuan yang mengatur mengenai teori Joint
20 Criminal Enterprise, dalam tahun 1999, ICTY dalam suatu putusannya telah
21 mengidentifikasi adanya perbedaan mens rea, tergantung pada tindak pidana yakni :
22 1. Kategori pertama, ketika tiga orang berencana untuk membunuh orang lain dan
23 masing-masing mempunyai peran, semua pelaku yang terlibat dalam
24 perencanaan, semua mempunyai tujuan yang sama dalam suatu tindak pidana
25 (dan kemungkinan satu atau lebih sebenarnya sebagai pelaku langsung).
26 2. Kategori kedua, disebut sebagai “kamp konsentrasi” kasus, mens rea meliputi
27 pengetahuan dalam tindakan secara sewenang-wenang dan mempunyai niat
28 dalam perencanaan secara umum dalam tindakan secara sewenang-wenang.
29 3. Kategori ketiga, sebagai contoh dalam kategori Essen Lynching, dapat
30 diterapkan dalam kasus dimana tertuduh mempunyai niat untuk mengambil
31 bagian terlibat dalam Joint Criminal Enterprise dan itu adalah walaupun anggota
32 kelompok yang lain yang terlibat dalam tindak pidana tersebut tidak mengetahui
33 tujuan dari dilakukannya tindak pidana tersebut.
34 • Dalam tahun 2001, hakim dalam kasus Srebrenica mempertimbangkan bahwa
35 kategori perbantuan dibatasi dan dibenarkan bahwa dalam hukum kebiasaan
36 internasional memperbolehkan keterlibatan semua pihak dalam Joint Criminal
37 Enterprise. Dengan jelas bahwa tidak mengharuskan semua anggota yang
38 terlibat dalam Joint Criminal Enterprise mempunyai tujuan yang sama atau
39 mengetahui bahwa mereka terlibat dalam tindak pidana dalam Joint Criminal
40 Enterprise.
41 Dalam tataran hukum nasional, khususnya yang mengatur mengenai pelanggaran
42 hak asasi manusia yang berat, Pasal 41 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
43 tentang Pengadilan HAM menyebutkan bahwa : “ Percobaan, permufakatan jahat,
44 atau pembantuan untuk melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 14 /47
www.elsam.or.id

1 Pasal 8 atau Pasal 9 dipidana dengan pidana yang sama dengan ketentuan
2 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal
3 40”.
4
5
6 III. FAKTA PERISTIWA
7
8 Kondisi Sosial Politik Pada Tahun 1997-1998
9
10 Kondisi sosial politik Indonesia 1997-1998 merupakan akumulasi dari dinamika
11 situasi-situasi yang terjadi sebelumnya dan dapat terlihat dalam berbagai rangkaian
12 peristiwa yang terkait satu dengan yang lainnya. Untuk dapat memahami kondisi
13 sosial politik tersebut maka perlu kiranya ditinjau berbagai peristiwa penting yang
14 berkait dan terjadi hingga menjelang tahun 1997-1998.
15
16 Peristiwa Penghilangan Orang Secara Paksa periode 1997-1998 terjadi pada kurun
17 waktu dimana sedang berlangsungnya proses politik pemilihan kepala negara
18 periode 1998-2003. Pada kurun waktu tersebut terdapat dua (2) agenda politik
19 nasional yaitu Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 1997 dan Sidang Umum (SU)
20 MPR pada 1-11 Maret 1998 untuk memilih pasangan Presiden dan Wakil Presiden
21 yang baru. Kedua agenda tersebut merupakan perhatian utama situasi politik yang
22 berimplikasi terhadap situasi keamanan dan ketertiban nasional.
23
24
25 Berbagai konflik politik dengan keterlibatan aparatur negara
26
27 Wacana pergantian Soeharto sendiri sesungguhnya telah berkembang sejak
28 terpilihnya kembali Soeharto menjadi presiden pada periode 1993-1998. Upaya-
29 upaya memunculkan alternatif-alternatif penggantipun muncul bersamaan dengan
30 berdirinya berbagai kelompok politik baru.
31
32 Bersamaan dengan munculnya organisasi-organisasi maupun kelompok-kelompok
33 politik baru, pada sisi yang lain terjadi berbagai konflik baik pada organisasi politik
34 seperti partai dan ormas maupun organisasi kemasyarakatan yang telah ada
35 sebelumnya. Salah satu yang menonjol adalah konflik dengan adanya keterlibatan
36 aparatur negara, baik aparatur pemerintahan maupun keamanan. Beberapa konflik
37 terbuka yang dapat dicatat antara lain seperti: Konflik Huria Kristen Batak
38 Protestan (HKBP), Konflik Nahdlatul Ulama (NU), Konflik Partai Demokrasi
39 Indonesia (PDI).
40
41 Peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996
42
43 Berdasarkan laporan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tentang
44 peristiwa tanggal 27 Juli 1996 di Jakarta, disebutkan bahwa pada tanggal 27 Juli
45 1996 di Jakarta telah terjadi 2 peristiwa pokok yaitu: Pengambilalihan, yang disertai
46 dengan kekerasan, gedung sekretariat DPP PDI di Jl.Diponegoro (sekitar pukul
47 06.00 – 09.15 WIB) dan tindakan-tindakan perusakan, pembakaran dan lain-lain
48 terhadap barang-barang milik umum dan pribadi (sekitar pukul 11.00 hingga
49 melewati pukul 23.00 WIB.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 15 /47
www.elsam.or.id

1 Komnas HAM menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut terjadi akibat semua pihak,
2 termasuk pemerintah terutama selaku badan publik dan penegak hukum tidak
3 mematuhi hukum yang berlaku dan tidak menempuh jalan hukum. Pemerintah cq
4 aparatur keamanan tidak secara dini mengambil langkah-langkah konkrit
5 pencegahan, berupa penguatan kemampuan fisik dalam bentuk penempatan satuan-
6 satuan Kepolisian untuk mengatasi kemungkinan konflik fisik, dimana eskalasi
7 pertikaian meningkat secara jelas seharusnya telah dapat diantisipasi.
8
9 Pemilu 1997
10
11 Saat berlangsungnya kampanye pada 29 April 1997 – 14 Mei 1997, muncul
12 fenomena kampanye “Mega Bintang” menyusul instruksi Megawati agar masa
13 pendukungnya tidak mengikuti kampanye PDI pimpinan Soerjadi. Kampanye “Mega
14 Bintang” yang bermula dari kota Solo, selama masa kampanye dengan cepat
15 menyebar pada kota-kota lainnya hingga merebak pada kampanye di Jakarta.
16 Berbagai spanduk, poster, banner dan lain-lainnya digunakan secara terbuka dan
17 meluas selama masa kampanye. Wacana Mega-Bintang, Mega-Bintang-Rakyat
18 dan kemudian SIAGA mendapat perhatian besar baik bagi kelompok-kelompok
19 politik di luar kepartaian maupun bagi partai-partai politik yang ada, begitu juga sikap
20 dan reaksi pemerintah.
21
22 Pemilu akhirnya dapat berjalan dengan lancar dan hampir tanpa hambatan
23 dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 1997. Hasil Pemilu 1997 memenangkan Golkar
24 dengan lebih dari 70 % suara. Dengan demikian maka fraksi Golkar akan sangat
25 mendominasi sidang MPR dan kekuatan fraksi lain bisa dipastikan tidak dapat
26 melakukan manuver-manuver yang berarti.
27
28 Sidang Umum MPR 1998
29
30 Awal tahun 1998 muncul beberapa aksi mahasiswa dan pemuda yang pada intinya
31 menyuarakan penolakan atas pencalonan Soeharto sebagai Presiden. Skenario-
32 skenario politik mulai menempati porsi yang meningkat dalam wacana publik
33 khususnya terhadap calon Wakil Presiden. Golkar sendiri telah bulat mencalonkan
34 Soeharto sebagai Presiden periode 1998-2003. Sidang Umum MPR yang
35 berlangsung pada 1-11 Maret 1998 berjalan tanpa hambatan berarti dan terpilihnya
36 pemimpin baru yaitu Soeharto sebagai Presiden dan B.J. Habibie sebagai Wakil
37 Presiden untuk periode 1998-2003.
38
39 Mundurnya Soeharto dari kepemimpinan nasional
40
41 Sejak memasuki tahun 1998 gelombang demonstrasi semakin meningkat dan
42 mendekati Sidang Umum MPR 1998 gelombang demonstrasi tersebut mulai
43 membesar dan meluas dibanyak kota-kota besar di Indonesia. Dengan
44 meningkatnya jumlah dan meluasnya aksi-aksi tersebut, isu yang digunakan mulai
45 memasuki isu-isu politis seperti pertanggungjawaban pemerintah atas situasi sosial
46 ekonomi rakyat, tuntutan reformasi hingga penolakan Soeharto sebagai presiden
47 periode berikutnya.
48

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 16 /47
www.elsam.or.id

1 Menyusul terjadinya kerusuhan Mei 1998, situasi keamanan yang tidak terkendali,
2 tingginya aksi-aksi menentang Soeharto, krisis ekonomi dan mundurnya beberapa
3 menteri serta menolaknya beberapa orang menjadi menteri, akhirnya Presiden
4 Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya.
5
6
7 Terjadinya Peristiwa Penculikan dan Penghilangan Orang Secara Paksa
8
9 Menjelang dan selama berlangsungnya Sidang Umum MPR pada bulan Maret 1998,
10 terjadi penghilangan orang secara paksa yang dimulai terhadap Desmond J.
11 Mahesa, Pius Lustrilanang, Haryanto Taslam dan Suyat. Kemudian disusul dengan
12 munculnya laporan orang hilang terhadap Raharja Waluya Jati, Faisol Riza, Aan
13 Rusdianto, Mugiyanto, Nezar Patria dan Andi Arief. Dengan hilangnya orang-orang
14 tersebut kemudian muncul kembali informasi tentang orang-orang yang telah
15 dinyatakan hilang sejak tahun 1997 yaitu Dedy Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Yani
16 Afrie dan Sonny.
17
18 Pada kemudian hari, setelah beberapa orang yang sempat ditahan kembali kerumah
19 masing-masing dan memberikan pengakuan di hadapan publik, diketahui bahwa
20 terdapat nama lain yaitu Lucas Da Costa juga pernah bersama mereka., di tempat
21 penahan yang sama .
22
23 Pada saat terjadinya kerusuhan pada bulan Mei 1998, beberapa orang dilaporkan
24 telah hilang selama berlangsungnya peristiwa tersebut. Ucok Munandar Siahaan,
25 Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser adalah nama-nama yang secara
26 resmi telah dilaporkan sebagai orang hilang.
27
28 Selain itu seorang aktifis yaitu Leonardus Nugroho alias Gilang di Solo dilketemukan
29 telah meninggal dunia hanya sesaat setelah mundurnya Soeharto dari jabatannya.
30 Meninggalnya Gilang akibat tusukan tersebut memicu opini masyarakat tentang
31 adanya kelompok tertentu dengan motif politik melakukan pembunuhan terhadap
32 salah satu tokoh aktifis kelompok pemuda dan pengamen tersebut.
33
34 Tindakan Negara
35
36 Negara, khususnya aparat keamanan, melakukan berbagai macam tindakan dalam
37 menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Tindakan persuasif melalui
38 pendekatan kultural, keagamaan maupun lainnya dilakukan oleh aparat negara
39 hingga berbagai bentuk tindakan dengan menggunakan perangkat hukum serta jalan
40 kekerasan seperti penyiksaan dan penangkapan ilegal. Begitu juga tindakan represif
41 lainnya yang dilakukan terhadap berbagai kelompok aktifis pemuda maupun
42 mahasiswa di banyak wilayah di Indonesia.
43
44 Bersamaan dengan terjadinya berbagai peristiwa maupun konflik politik dan sosial
45 selama kurun waktu 1997-1998 dan waktu-waktu sebelumnya, pihak keamanan telah
46 terlibat dalam berbagai tindakan baik dalam rangka pengamanan maupun
47 keterlibatannya secara khusus dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
48
49 Tindakan aparatur keamanan negara

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 17 /47
www.elsam.or.id

1 Dalam tataran ideologi, pihak keamanan melihat adanya usaha-usaha terselubung


2 dari golongan ekstrim dan anti Pancasila yang ingin menciptakan kerawanan dan
3 ketidakstabilan di dalam kehidupan masyarakat. Sementara situasi politik masih
4 diwarnai perpecahan di dalam kepengurusan parpol dan ormas baik ditingkat pusat
5 maupun daerah.
6
7 Terdapat kecederungan bahwa sistem politik yang ada mengakibatkan timbulnya
8 penggunaan mekanisme di luar sistem politik yang semakin meningkat dengan
9 ditandai aksi-aksi unjuk rasa dan keberingasan massa yang mengarah kepada
10 anarkisme. Berbagai tindakan antisipasi juga dilakukan pihak aparat keamanan
11 seperti latihan pengamanan SU MPR yang dilakukan sebelum SU MPR
12 dilaksanakan. Pelatihan tersebut melibatkan sejumlah besar aparat dan bersifat
13 demonstratif.
14
15 Struktur komando
16
17 Pemahaman atas struktur komando dalam mekanisme umum di ABRI dapat
18 dijelaskan berdasarkan beberapa pendapat pemimpin atau mantan-mantan
19 pemimpin ABRI/TNI sebagaimana dimuat pada pemberitaan di media massa.
20
21 Komposisi Pimpinan TNI Selama masa penghilangan dan penahanan.
22
23 Saat penculikan awal terhadap para aktivis pro demokrasi yang dilakukan oleh Tim
24 Mawar, jabatan pimpinan militer pada saat itu telah mengalami beberapa kali
25 perubahan. Selama terjadi pergantian pimpinan tersebut penculikan dan penahanan
26 tetap/terus terjadi.
27
28 Struktur Komando
29
30 Dalam tubuh ABRI/TNI terdapat 2 struktur komando yaitu struktur Komando
31 Pembinaan dan struktur Komando Operasi.
32
33 Struktur Komando Pembinaan.
34 Struktur Komando Pembinaan berada dibawah tanggungjawab dan kendali Kepala
35 staf dan untuk Angakatan Darat berada di bawah KASAD. Struktur Komando
36 Pembinaan melingkupi pembinaan kekuatan/pasukan dan tidak dapat melakukan
37 perintah operasi bagi pasukan-pasukan yang berada dibawah tanggungjawabnya.
38
39 Struktur Komando Operasi.
40 Struktur Komando Operasi berada di bawah tanggungjawab dan kendali Panglima
41 ABRI/TNI. Struktur Komando Operasi merupakan pemberi Perintah Operasi
42 terhadap jajaran di bawahnya yaitu Pangdam selaku Pangkoops (Panglima
43 Komando Operasi) maupun Pangkodahan (Panglima Komando Daerah Pertahanan).
44 Selain itu Pangab/TNI juga merupakan pemberi Perintah Operasi bagi Kotama
45 (Komando Utama) seperti Kostrad, Kopassus, Marinir dan lain sebagainya, melalui
46 mekanisme Bawah Kendali Operasi (BKO).
47
48 Bawah Kendali Operasi

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 18 /47
www.elsam.or.id

1 Berdasarkan pernyataan pemimpin maupun mantan petinggi ABRI tentang Bawah


2 Kendali Operasi dapat dilihat dari pemberitaan di berbagai media massa. Pengertian
3 BKO secara resmi adalah Bentuk penugasan dimana dukungan logistik dan
4 administrasi satuan yang membantu masih berada di satuan asal, sedangkan kendali
5 operasional satuan berada di satuan yang dibantu.
6
7
8 Operasi Mantap
9
10 Penjelasan Operasi Mantap dan dasar yang digunakan
11
12 Menghadapi Pemilu 1997 dan SU MPR 1998, Panglima ABRI (Pangab)
13 mengeluarkan Speng/031/III/1996 tanggal 25 Maret 1996 tentang Rencana
14 kampanye Sukses dan Operasi yaitu Rencana Operasi Mantap. Operasi Mantap
15 dipimpin langsung oleh Pangab dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri)
16 bertindak sebagai Wakil.
17
18 Sejalan dengan kebijakan mengedepankan Kepolisian dalam pelaksanaan
19 Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), maka Kepala Operasi (Kaops)
20 Pengamanan Langsung (Pamsung) Pemilu 1997 dan SU MPR 1998 dipimpin oleh
21 Kapolri. Untuk itu maka pada jajaran Kepolisian dibentuk Operasi Mantap Brata yang
22 dipimpin oleh Kapolri.
23
24 Dewan Kehormatan
25
26 Setelah mendapatkan tekanan dari banyak pihak baik dalam dan luar negeri, serta
27 hasil penyelidikan Puspom ABRI, maka Pangab pada tanggal 3 Agustus 1998
28 kemudian membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Hasil DKP memberikan
29 rekomendasi dan disetujui oleh Pangab yaitu :
30 o Memberhentikan dari dinas aktif Letjen Prabowo Subianto (mantan Danjen
31 Kopassus yang saat itu menjabat Pangkostrad).
32 o Memberhentikan Mayjen Muchdi PR dari jabatan Danjen Kopassus.
33
34 Pengadilan Tim Mawar
35
36 Dalam rangka melaksanakan salah satu keputusan Pangab maka kemudian
37 dilakukan penyelidikan dan penyidikan oleh Puspom ABRI, kemudian diketahui
38 adanya Tim Mawar yang dibentuk oleh Kopassus sebagai kelompok yang diduga
39 bertanggungjawab terhadap penculikan. Selanjutnya dilaksanakan sidang
40 pengadilan terhadap anggota-anggota TNI yang dianggap terlibat dalam peristiwa
41 penculikan. Pengadilan ini secara umum dikenal dengan sebutan “Pengadilan Tim
42 Mawar”. Pengadilan pada Mahkamah Militer Tinggi Jakarta yang mengadili 11
43 tersangka Tim Mawar.
44
45 Bentuk-bentuk Kejahatan
46 Pembunuhan
47 Pembunuhan terhadap Gilang

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 19 /47
www.elsam.or.id

1 Leonardus Nugroho Iskandar alias Gilang ditemukan meninggal pada tanggal 23 Mei
2 1998 di hutan Watu Mloso kilometer 23, kelurahan sarangan, kecamatan Plaosan,
3 Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
4
5 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
6 sewenang-wenang.
7
8 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
9 sewenang-wenang terhadap Mugiyanto.
10
11 Mugiyanto adalah seorang aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi
12 (SMID) yang memiliki posisi penting di Komite Pimpinan, dimana dia juga terlibat
13 dalam berbagai aksi demonstrasi mahasiswa pada waktu itu.
14
15 Bahwa pada hari Jum’at tanggal 13 Maret 1998 sekitar pukul 18.45 melalui jendela,
16 korban melihat ada sekitar 6 (enam) orang yang tidak dikenal sedang
17 memperhatikannya dari bawah. Tidak berapa lama kemudian, tiba-tiba pintu rumah
18 korban digedor oleh beberapa orang yang diketahui dari bunyinya yang cepat dan
19 banyak. Tanpa banyak bicara, sekitar 10 (sepuluh) orang masuk ke dalam rumah
20 dan seingatnya hanya ada 2 (dua) orang diantara mereka memakai pakaian tentara.
21 Selanjutnya, orang yang memakai kopiah menggandeng korban dan mengatakan
22 “enggak apa-apa mas, ikuti saja bapak-bapak ini”, lalu korban digandeng oleh 2
23 (dua) orang yang berpakaian preman dan di bawa paksa turun keluar dari rumah.
24
25 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
26 sewenang-wenang terhadap Aan Rusdianto
27
28 Aan Rusdianto adalah seorang aktivis yang dilahirkan di Ciamis pada tanggal 13
29 April 1974. Korban ditangkap pada tanggal 13 Maret 1998, sekitar pukul 19.00 Wib
30 di lantai 2 (dua) Rumah Susun Klender bersama dengan korban lainnya yaitu Nezar
31 Patria . Pada saat itu ada orang yang mengetuk pintu rumah dan kemudian
32 dibukakan oleh korban ternyata ada sekitar 5-6 orang masuk tanpa basa-basi dan
33 salah seorang dari mereka menodongkan pistol di pinggang korban.
34
35
36 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
37 sewenang-wenang terhadap Nezar Patria
38
39 Korban merupakan Sekretaris Jenderal (sekjen) Solidaritas Mahasiswa Indonesia
40 Untuk Demokrasi (SMID) pada tahun 1998. Pada tanggal 13 Maret 1998 sekitar
41 pukul 19.00 malam, korban baru saja pulang dari Bogor. Tidak lama kemudian,
42 muncul dua orang mengetuk pintu. Dua orang tersebut berpakaian preman yang
43 menggunakan sebo (selubung kepala berwarna hitam) tetapi belum sepenuhnya
44 terpasang. Korban mendengar kedua orang tersebut langsung menanyakan nama
45 korban kepada Aan. Pelaku kemudian langsung masuk dan diikuti oleh dua orang
46 yang lain, jadi seluruhnya mereka ada empat orang. Salah seorang dari keempat
47 orang tersebut langsung mencabut pistol dan kemudian memegang tangan korban.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 20 /47
www.elsam.or.id

1 Pelaku menanyakan nama korban dan mengecek identitas korban dan setelah
2 pelaku yakin korban merupakan pihak yang dicari kemudian tangan korban di borgol.
3
4 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
5 sewenang-wenang terhadap Faisol Riza
6
7 Selain sebagai mahasiswa, Faisol Riza juga dikenal sebagai aktivis dari Solidaritas
8 Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) disamping juga sebagai salah
9 seorang pimpinan Persatuan Rakyat Demokratik (PRD) bawah tanah.
10 Faisol Riza ditangkap pada tanggal 12 Maret 1998 di lantai 2 RSCM, saat Korban
11 bersama dengan beberapa rekannya selesai membuat pernyataan bersama menolak
12 Suharto menjadi Presiden dengan mengatasnamakan Komite Nasional Perjuangan
13 Demokrasi (KNPD), dimana yang bersangkutan sebagai salah seorang anggotanya.
14
15 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
16 sewenang-wenang terhadap Raharja Waluya Jati
17
18 Korban adalah anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID).
19 Korban di culik dan kemudian berada dalam penyekapan mulai dari tanggal 12 Maret
20 1998 sampai dengan 26 April 1998. Penculikan dilakukan oleh sekitar 8-10 orang
21 yang mempunyai ciri-ciri diantaranya berambut panjang dan berbadan tegap yang
22 kesemuanya berpenampilan seperti preman. Pelaku yang sebelumnya mengikuti
23 korban selepas acara di YLBHI. Korban dikejar dan kemudian lari ke ruang Unit
24 Gawat Darurat (UGD) lantai 2 RSCM dan memasuki WC. Pelaku menggedor WC
25 dan kemudian menangkap korban dengan cara diapit dari kiri dan kanan. Salah satu
26 pelaku membawa pistol dan memukul korban setelah korban berteriak-teriak.
27
28 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
29 sewenang-wenang terhadap Haryanto Taslam.
30
31 Haryanto Taslam adalah Pengurus Pusat PDI, aktivis PDI Pro Mega yang memiliki
32 hubungan dengan kelompok-kelompok aktivis lainnya diantaranya Herman
33 Hendrawan. Pada 8 Maret 1998 kira-kira pukul 7 malam dan dalam keadaan gerimis,
34 korban akan ke Pondok Pinang melalui tol Kampung Rambutan. Pada saat di depan
35 Masjid At Tiin, di belakang mobil korban ada sebuah mobil tanpa lampu. Mobil
36 tersebut menyalip dan mendesak mobil korban ke tepi. Sempat terjadi kejar-kejaran
37 hingga di pintu Taman Mini dan mobil korban ditabrak. Korban turun dan ada 3 orang
38 yang turun. Mereka menawarkan kepada korban untuk ke bengkel. Namun, 2 (dua)
39 orang diantara mereka langsung memegang dan mendorong korban ke atas mobil,
40 mata korban ditutup dan tangannya diborgol. Mobil langsung berjalan.
41
42 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
43 sewenang-wenang terhadap ”St”.
44
45 ”St” adalah anggota GMNI dan aktivis politik di Solo yang seringkali melakukan
46 advokasi masyarakat. Kegiatan advokasi yang menonjol adalah advokasi kasus
47 Kedung Ombo dengan Romo Mangun. Pada tanggal 12 Pebruari 1998, sekitar pukul
48 02.00 atau 03.00, rumah korban diketuk oleh seseorang dan ternyata adalah
49 Suyatno kakak Suyat untuk menanyakan apakah Suyat berada dirumahnya atau

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 21 /47
www.elsam.or.id

1 tidak. Ketika Suyatno membuka pintu, terkejut karena ada sekitar 20 (duapuluh)
2 orang berpakaian sipil atau preman, berambut panjang dan memakai topi langsung
3 masuk kerumahnya secara tiba-tiba dan menanyakan dimana Suyat.
4 Korban langsung dibawa oleh mereka dan dia melihat ada 3 (tiga) mobil kijang
5 berada diujung jalan rumahnya. Dia dinaikkan di salah satu mobil yang berada
6 dibelakang dimana didalamnya sudah ada 5 (lima) orang. Di dalam mobil, matanya
7 dikerudungi/ditutup sehingga tidak bisa melihat. Sekitar 30 menit an, sesampainya di
8 suatu tempat, Korban diinterogasi oleh 2 (dua) orang interogator, yang sudah ada
9 ditempat tersebut sebelumnya. Introgator menanyakan berbagai aktivitasnya
10 diantaranya advokasi kedung ombo, keterlibatan korban dengan PRD dan
11 ditanyakan mengenai keberadaan Suyat.
12
13 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
14 sewenang-wenang terhadap Suyat.
15
16 Suyat adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Slamet Riyadi,
17 Surakarta, angkatan 1995. Suyat merupakan Pengurus Pusat Komite Nasional
18 Perjuangan Untuk Demokrasi (KNPD) yang membidangi Pendidikan dan Propaganda
19 dan anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi. Dia aktif dalam
20 kegiatan demonstrasi baik di Solo maupun di Jakarta. Korban diambil secara paksa
21 dari rumah temannya pada 12 Februari 1998 sekitar pukul 04.00 dini hari. Dua orang
22 dari pelaku menarik Suyat secara paksa ketika korban membukakan pintu dan 1
23 (satu) orang mendorong dan menodongkan senjata dari arah belakang lalu
24 membawanya menuju mobil yang diparkir tidak terlalu jauh dari rumah temannya
25 yang telah dipersiapkan sebelumnya.
26
27 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik Lain secara
28 sewenang-wenang terhadap Bimo Petrus Anugerah.
29
30 Korban adalah aktivis PRD, berlatar belakang sebagai mahasiswa FISIP Universitas
31 Airlangga angkatan 1993. Aktivitasnya dimulai sejak bergabung dengan Kelompok
32 Belajar Mentari (KBM) di Surabaya. Bersama-sama dengan Herman Hendrawan,
33 Dandik Katjasungkana, dkk mendirikan organisasi Solidaritas Mahasiswa Indonesia
34 untuk Demokrasi (SMID). Korban bahkan pernah menjabat sebagai Ketua
35 Departemen Pendidikan SMID Surabaya. Pada tahun 1996, pasca peristiwa 27 Juli
36 1996, korban ditarik ke Jakarta dan menjabat sebagai Ketua Departemen Pendidikan
37 SMID Nasional. Aktivitas SMID adalah pengorganisasian mahasiswa, buruh, dan
38 seniman. Sejak tahun 1996, SMID aktif melakukan aksi menentang kekuasaan
39 otoriter Soeharto. Aktivitas politik SMID semakin intens sejak terjadi intervensi politik
40 dan militer dalam suksesi dalam tubuh PDI. Organisasi SMID ini mengambil posisi
41 untuk mendukung Megawati Soekarnoputri. Sampai dengan sekarang belum
42 diketahui secara jelas mengenai nasib korban.
43
44 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik Lain secara
45 sewenang-wenang terhadap Herman Hendrawan.
46
47 Korban adalah aktivis PRD, berlatar belakang sebagai mahasiswa FISIP Universitas
48 Airlangga angkatan 1990. Korban dikenal juga sebagai aktivis PPBI (Pusat
49 Perjuangan Buruh Indonesia) dan SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 22 /47
www.elsam.or.id

1 Demokrasi) di Surabaya, yang terlibat aktif melakukan aktivitas pengorganisasian


2 mahasiswa di Surabaya, Jogjakarta, dan Jakarta. Pada bulan November 1995,
3 bersama dengan aktivis SMID lain, korban membantu pelaksanaan aksi buruh PT
4 Sritex di Solo. Korban juga pernah aktif membantu pelaksanaan aksi buruh di
5 Tandes, Surabaya tanggal 8 Juli 1996. Sejak itu, korban dijadikan target
6 penangkapan Dan Intel Kodam V Brawijaya saat isu OTB (Organisasi Tanpa Bentuk)
7 dipakai untuk melegitimasi penangkapan-penangkapan terhadap aktivis pro-
8 demokrasi.
9
10 Tanggal 22 Juli 1996, korban diangkat menjadi Ketua PRD Jawa Timur. Tanggal 29
11 Juli 1996, PRD dinyatakan secara resmi sebagai dalang peristiwa penyerbuan kantor
12 PDI tanggal 27 Juli 1996. Tanggal 1 Agustus 1996, korban pamit pindah ke Jakarta
13 dengan alasan sudah tak aman baginya ada di Surabaya. Sejak itu, korban ditugasi
14 menjadi ‘mediator’ PRD dan PDI. peran korban menjadi lebih vital untuk
15 menjembatani relasi antara PRD dan PDI.
16
17 Korban diduga diculik pada tanggal 12 Maret 1998 sekitar siang hari setelah
18 menghadiri konferensi pers KNPD di kantor YLBHI, Jl Diponegoro No. 74 Jakarta
19 Pusat. Pada hari yang sama, terjadi penculikan juga terhadap Raharja Waluyo Jati
20 dan Faisol Riza. Saksi Pius Lustrilanang yang pernah berkomunikasi dengan korban
21 saat berada di sel penyekapan menyatakan bahwa korban mengaku diculik di
22 daerah sekitar RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
23
24 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
25 sewenang-wenang terhadap Andi Arief
26
27 Korban Andi Arief, dikenal sebagai aktivis PRD Medio 1997-1998, setelah pimpinan
28 PRD Budiman Sudjatmiko dan kawan-kawan ditangkap dengan tuduhan subversif,
29 Andi Arief dikenal sebagai ‘pimpinan PRD bawah tanah’; berusaha tetap
30 mengkoordinasi dan mengatur kegiatan PRD agar tetap eksis sebagai salah satu
31 organisasi oposan menentang rezim Soeharto. Tanggal 28 Maret 1998, sekitar pukul
32 10.00 WIB, korban mengunjungi sebuah ruko milik kakak korban di Bandar
33 Lampung. Sekitar 5 menit kemudian, tiba-tiba ada sekelompok laki-laki memasuki
34 ruko tersebut. Segera korban ditangkap, ditutup mukanya dengan sheibo, dan
35 dimasukkan ke dalam sebuah mobil. Kemudian korban mengetahui mobil menuju
36 Pelabuhan Bakauheni dan mobil dinaikkan ke dalam sebuah kapal ‘Mufida’
37
38 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
39 sewenang-wenang terhadap Pius Lustrilanang.
40
41 Pada tanggal 14 Pebruari 1998 sekitar pukul 13.00 WIB di depan RSCM (Rumah
42 Sakit Cipto Mangunkusumo), Pius Lustrilanang ditangkap oleh sekelompok orang
43 berpakaian “preman”. Pius kemudian dimasukkan ke dalam mobil berwarna abu-abu
44 sambil ditodongkan pistol.
45
46 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain Secara
47 sewenang-wenang terhadap Desmond J. Mahesa.
48

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 23 /47
www.elsam.or.id

1 Desmond Junaedi Mahesa adalah pengacara dan Ketua LBH Nusantara Cabang
2 Jakarta, saat diculik sedang menangani gugatan judicial review sekitar 60-an warga
3 Ciseeng (Parung) terhadap Menteri Pertambangan dan Energi, berkaitan dengan
4 saluran tegangan tinggi (SUTET). Desmond juga aktif di Forum Kebangsaan
5 Indonesia. Tanggal 3 Pebruari 1998, diketahui Desmond berada di kantor LBHN, Jl.
6 Cililitan Kecil, Jakarta Timur. Pada pukul 12.00 WIB, Desmond keluar dari kantor
7 LBHN menuju Jl. Salemba Raya dengan menggunakan Mikrolet. Desmond
8 ditangkap tepat di depan Kantor Departemen Pertanian dan selanjutnya dibawa ke
9 Poskotis (Pos Komando Taktis) di Cijantung.
10
11 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
12 sewenang-wenang terhadap Sonny
13
14 Sonny adalah rekan Yani Afrie. Berkaitan dengan adanya isu penolakan terhadap
15 pemilu tahun 1997, sekitar bulan April 1997, pada pukul 20.00 WIB, Korban, Yani
16 Afrie, Dedi dan Surya sedang berada di Mall Kelapa Gading. Keempatnya menunggu
17 seorang teman untuk berangkat bersama-sama ke rumah salah seorang Pengurus
18 PDI Pro Megawati. Pada saat sedang menunggu, tiba-tiba datang mobil truk
19 berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut turun sekitar 10 orang aparat
20 bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa keempatnya untuk masuk ke
21 dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat menembak ke aspal sebanyak 3 kali
22 sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”. Dalam perjalanan menuju Kodim
23 diketahui orang yang menangkap mereka adalah TNI dengan pakaian seragam yang
24 berbeda seperti pasukan gabungan. Salah seorang diantara aparat tersebut
25 mengatakan bahwa mereka adalah pasukan gabungan. Simbol dan plat nomor
26 tentara pada kendaraan yang membawa mereka juga menunjukkan bahwa mereka
27 adalah tentara. Kemudian diketahui mereka adalah aparat dari Kodim Jakarta Utara,
28 salah satunya diketahui bernama Danil. Setelah tiba di suatu tempat seorang
29 diantara aparat mengatakan bahwa tempat tersebut adalah Kodim Jakarta Utara.
30
31 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
32 sewenang-wenang terhadap Yani Afrie.
33
34 Yani Afrie alias Ryan adalah sopir angkot yang pada waktu hilang sedang dalam
35 jadual membawa kendaraan malam hari. Ryan alias Yani Afrie oleh pihak keluarga
36 diketahui anggota PDI dan ikut PDI pro Mega. Pada sekitar bulan April 1997, pada
37 pukul 20.00 WIB, Sonny, Yani Afrie, Dedi dan Surya sedang berada di Mall Kelapa
38 Gading. Mereka menunggu seorang teman untuk berangkat bersama-sama ke
39 rumah salah seorang Pengurus PDI Pro Megawati. Pada saat sedang menunggu,
40 tiba-tiba datang mobil truk berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut
41 turun sekitar 10 orang aparat bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa
42 keempatnya untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat
43 menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”.
44 Dalam perjalanan menuju Kodim terlihat orang yang menangkap mereka adalah TNI
45 dengan pakaian seragam yang berbeda seperti pasukan gabungan. Salah seorang
46 diantara aparat tersebut mengatakan bahwa mereka mereka adalah pasukan
47 gabungan. Simbol dan plat nomor tentara pada kendaraan yang membawa mereka
48 juga menunjukkan bahwa mereka adalah tentara. Setelah tiba di suatu tempat

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 24 /47
www.elsam.or.id

1 seorang diantara aparat mengatakan bahwa tempat tersebut adalah Kodim Jakarta
2 Utara.
3
4 Penyiksaan
5
6 Penyiksaan terhadap Mugiyanto
7
8 Di tempat penahanan, korban ditanyai oleh pemeriksa tentang nama, siapa saja
9 yang tinggal bersamanya? Karena jawabannya “sendirian”, korban dipukul dan
10 ditendang sehingga bibirnya berdarah, perut mual-mual dan sampai dia terjatuh.
11 Korban dipaksa berdiri dan ditanyai kembali mengenai keberadaan teman-temannya.
12 Karena mereka tidak suka akan jawaban korban, kemudian dipukul dan ditendang
13 lagi. Setelah itu, korban mendengar suara sirene dan suara cambuk. Korban dipaksa
14 untuk membuka celana dan sepatu, hingga hanya memakai celana dalam. Korban
15 ditutup kedua matanya menggunakan kain yang di-rangkap, kedua tangan dan
16 kakinya diikat di keempat sudut velbet sehingga Korban dalam posisi tidur. Korban
17 pada saat itu sangat panik karena suara sirene terus-menerus berbunyi disertai
18 dengan letupan cambuk. Ketika ada sebuah alat yang ditempelkan ke tubuhnya,
19 suara cambuk itu berbunyi disertai adanya aliran listrik yang menyetrum tubuh
20 korban. Barulah korban mengetahui, ternyata yang berbunyi seperti cambuk itu
21 adalah alat yang bermuatan listrik. Korban diperiksa dan diinterogasi lagi dan dia
22 mengalami siksaan yang sama seperti dipukul, disetrum di kaki, ditendang serta
23 diancam.
24
25 Penyiksaan terhadap Aan Rusdianto
26
27 Di tempat penahanan pertama, korban diinterogasi dan disiksa selama kurang lebih
28 2(dua) hari 2 (dua) malam. Penyiksaan yang dialami oleh korban seperti ditinju
29 dengan kepalan tangan, ditendang dengan sepatu lars, disetrum dengan
30 menggunakan alat electrical shock, dicambuk dengan tali tambang plastik, dan
31 beberapa kali senjata laras panjang ditempelkan ke leher, sambil korban disuruh
32 memegangnya, dan ditanyakannya “apa ini?”. Pada saat diberi makan, borgol
33 ditangan sebelah kanan dilepas, namun mata tetap ditutup hanya dibuka sedikit
34 pada bagian mulut. Tangan diborgol pada veldbed (tempat tidur terpal yang biasa
35 digunakan oleh tentara), kaki diikat dengan tali tambang plastik, tidur hanya
36 mengenakan celana dalam saja.
37
38 Penyiksaan terhadap Nezar Patria
39
40 Korban didudukkan pada sebuah kursi dan langsung dipukuli dan ditendang oleh
41 banyak orang, yang tidak diketahui persis jumlah mereka berapa, namun korban
42 menduga jumlah mereka di atas 6 orang. Korban dipukuli dan ditendang demikian
43 rupa sehingga kursi lipat tempat korban duduk patah, dan diganti dengan satu kursi
44 lagi, yang kemudian juga patah. Korban mengalami siksaan disetrum selama sekitar
45 3-4 jam terus menerus. Cara melakukan penyetruman pada awalnya menggunakan
46 tongkat listrik yang ditempelkan ke kaki, jempol kaki, dan di bagian belakang paha.
47 Kemudian pelaku meningkatkan caranya dengan menggunakan alat yang lebih
48 besar dan lebih tinggi voltasenya (seperti alat yang biasa digunakan di rumah sakit).
49 Mesin ditempelkan pada betis dan kaki dan terasa sangat sakit. Setiap kali korban

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 25 /47
www.elsam.or.id

1 menjawab pertanyaan, mereka menyetrum korban. Akhirnya korban menjawab


2 semua pertanyaan dengan “tidak tahu” karena apa pun jawaban yang korban
3 berikan, pelaku tetap melakukan penyetruman. Pelaku kemudian menyetrum di dada
4 korban dengan voltase yang tinggi sekali. Korban tahu voltase tinggi sekali karena
5 tempat korban diterlentangkan (alas tempat tidur) sampai bergetar karena arus listrik
6 tersebut dan menyebabkan korban kehilangan kesadaran.
7
8
9 Penyiksaan terhadap Faisol Riza
10
11 Korban dimasukkan ke dalam suatu ruangan dan didudukkan pada sebuah kursi dan
12 kedua tangan diborgol ke kursi. Setelah difoto, mata Korban ditutup kembali dan
13 tidak berapa lama kemudian datang satu orang yang memukulinya terus menerus,
14 terutama dibagian muka tanpa mengucapkan apa-apa. Akibat pemukulan tersebut,
15 Korban mengalami luka dan berdarah terutama di bagian bibir. Korban juga dipukuli
16 dibagian perut dan kepala bagian belakang dan menurut perkiraan Korban, ada
17 3(tiga) orang yang melakukan interogasi dan penyiksaan terhadap diri Korban.
18 Selain pemukulan, korban juga mendapat siksaan berupa disetrum dengan
19 menggunakan alat kejut listrik yang diarahkan ke hampir seluruh tubuh, terutama
20 bagian-bagian persendian kecuali bagian dada. Terkadang pelaku juga
21 menggunakan beberapa alat kejut listrik pada beberapa persendian secara
22 bersamaan. Siksaan yang dilakukan selain setrum dan pukulan juga disulut rokok
23 dan dibakar dengan korek api di tangan dan kaki, dipukul dengan gagang pistol,
24 digantung seperti orang bunuh diri dan ditidurkan di atas balok es dengan tanpa
25 pakaian apapun. Saya ditidurkan di atas balok es untuk beberapa lama, kemudian di
26 minta berdiri dan dipukul, setelah itu ditidurkan kembali di atas balok es. Akibat
27 intensitas penyiksaan makin tinggi yang dilakukan selama 3-4 hari, menyebabkan
28 Korban tidak bisa tidur.
29
30 Penyiksaan terhadap Raharja Waluya Jati.
31
32 Korban mengalami penyiksaan selama dalam penyekapan. Korban didudukkan
33 dalam sebuah kursi dan mengalami penganiayaan dengan cara ditendang. Korban
34 mengalami penyiksaan selama interogasi dengan cara dibaringkan diatas balok es
35 dengan kondisi telanjang telungkup dan telentang selama kurang lebih 3 (tiga) menit.
36 Korban dipukuli dibagian dahi terus menerus, digetok dan terasa sangat sakit.
37 Selama interogasi, korban dipaksa mengakui sesuatu dengan siksaan. Korban juga
38 disiksa dengan electric shoc yang berbentuk seperti tongkat.
39
40 Penyiksaan terhadap Haryanto Taslam.
41
42 Pada 8 Maret 1998 kira-kira pukul 7 malam, sampai di suatu tempat dan masih
43 dalam kondisi mata tertutup dan tangan diborgol, Korban diintograsi tentang
44 berbagai macam kegiatan politik yang pernah, sedang dan akan Korban lakukan
45 pada waktu itu. Secara psikis Korban merasa tertekan karena cara interogasi yang
46 dilakukan dengan mata tertutup dan tangan terborgol serta dengan pertanyaan-
47 pertanyaan antara lain pernah disetrum atau belum. Korban ditakut-takuti akan
48 disetrum. Pemeriksa menanyakan apakah korban mau disetrum. Korban mendengar
49 pemeriksa memainkan alat setrum itu.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 26 /47
www.elsam.or.id

1 Penyiksaan terhadap ”St”.


2
3 Selama berada di tempat penahanan, korban mengalami penyiksaan yaitu dipukul,
4 ditendang, ditodongkan pistol dikepalanya sampai disuntik. Akibat suntikan itu,
5 pikirannya menjadi kacau dan tidak bisa lagi mempunyai kemampuan untuk
6 memetakan situasi tempat tersebut.
7
8 Penyiksaan terhadap Pius Lustrilanang.
9 Setelah masa interogasi selama dua hari kemudian Pius dimasukan ke dalam
10 sebuah ruangan yang dipenuhi suara musik yang diputar keras.
11
12 Penyiksaan terhadap Desmond J. Mahesa.
13
14 Selama diinterogasi Desmond dipukuli, ditendang dan disetrun. Setelah tiga jam,
15 kemudian Desmond dimasukan kedalam ruangan yang terdapat bak mandi di
16 dalamnya. Desmond sempat disuruh menyelam dalam bak kemudian ditanya perihal
17 diri dan sikap politiknya.
18
19 Penyiksaan terhadap Sony.
20
21 Korban, Yani Afrie, Dedi dan Surya saat ditahan di Kodim dibawa ke suatu ruangan
22 gelap dan mengalami pemukulan yang dilakukan secara bergantian.
23
24 Penyiksaan terhadap Yanie Afrie
25
26 Korban, Sonny, Dedi dan Surya pada saat di Kodim dibawa ke suatu ruangan gelap
27 dan mengalami pemukulan yang dilakukan secara bergantian. Setelah itu,
28 keempatnya dipisahkan dalam berbagai ruangan. Diketahui terdapat sekitar 4
29 ruangan ditempat tersebut. Ketika diinterogasi, keempatnya ditempatkan pada
30 ruangan yang berbeda dan Surya mendengar teriakan-teriakan dari Korban, Sonny
31 dan Dedi yang salah satunya mengatakan, “Tolong…. Saya tidak niat ngebom”.
32
33 Penganiayaan
34
35 Penganiayaan terhadap Mugiyanto
36
37 Pada tanggal 15 Maret 1998, sekitar pukul 13.00, korban dibawa dengan kendaraan
38 dengan mata tertutup. Dalam perjalanan, korban diancam dan mereka mengatakan :
39 “nanti harus bekerjasama, harus mau memberi keterangan, jika tidak kami akan
40 bunuh dan kami bisa membunuh sekarang juga di jalan tol sebelah sana!”. Salah
41 satu diantara mereka, ada yang menempelkan sesuatu ke pelipis korban yang
42 diperkirakan adalah sebuah pistol. Di dalam perjalanan dengan menggunakan mobil,
43 korban sempat dipukul disekitar punggung oleh salah satu diantara mereka.
44
45 Penganiayaan terhadap Aan Rusdianto
46
47 Korban ditangkap pada tanggal 13 Maret 1998, sekitar pukul 19.00 Wib di lantai 2
48 (dua) Rumah Susun Klender bersama dengan korban lainnya yaitu Nezar Patria
49 dibawa ke beberapa tempat yang tidak diketahui karena mata korban selalu ditutup

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 27 /47
www.elsam.or.id

1 dengan seibo terbalik. Orang-orang yang tidak dikenal ini, memiliki tubuh tegap
2 tinggi, berpakaian preman, berambut cepak dan ada yang berambut panjang sambil
3 menodongkan pistol di pinggang korban, kemudian korban dibawa secara paksa
4 masuk ke mobil dan dibawa ke beberapa tempat yang tidak diketahui karena mata
5 korban selalu ditutup dengan seibo yang dipakaikan secara terbalik.
6
7 Penganiayaan terhadap Nezar Patria
8
9 Korban mengalami penganiayaan selama proses penculikan terhadap dirinya.
10 Penculikan dan Penganiayaan dilakukan pada tanggal 13 Maret 1998. saat itu
11 korban tinggal di rumah susun klender bersama dengan empat orang yaitu, korban,
12 Aan Rusdianto, Mugianto, dan Bimo Petrus. Ketika para pelaku masuk, korban
13 sedang memegang pisau untuk memotong jeruk. Melihat korban memegang pisau,
14 salah seorang dari keempat orang tersebut langsung mencabut pistol dan kemudian
15 memegang tangan korban.
16
17 Korban dipaksa untuk keluar dari rumah dengan cara 2 (dua) orang mengapit dan
18 langsung menarik korban turun menuju lantai bawah. Waktu menuruni tangga badan
19 korban diangkat sehingga kaki korban tidak mengenai tangga dan terseret. Badan
20 kedua orang yang mengangkat korban tersebut besar-besar. Setelah itu langsung
21 dimasukkan ke mobil. Ketika di dalam mobil, mata korban segera ditutup dan
22 diselubungi dengan topeng seibo (topeng yang menutup kepala sampai leher, hanya
23 ada lubang untuk kedua belah mata) berwarna hitam. Waktu dikenakan, lubang
24 tempat mata diputar menjadi di belakang kepala korban. Mereka kemudian
25 menggeledah dompet korban dan mengambil tanda pengenal.
26
27
28 Penganiayaan terhadap Faisol Riza
29
30 Korban mengalami penganiayaan berupa pemukulan di sekujur tubuhnya terutama di
31 bagian ulu hati, menyebabkan dirinya sulit bernapas dan tidak dapat berteriak.
32 Pelaku kemudian menyeretnya ke bawah dan memasukannya ke dalam mobil yang
33 sudah disiapkan di halaman parkir. Saat di dalam mobil, Korban didudukkan di lantai
34 mobil dengan kedua tangan diborgol ke belakang dan kepala ditutup dengan kain
35 warna hitam. Radio mobil dihidupkan dengan suara sangat keras dan Korban di
36 todong dengan menggunakan pistol di pinggang dan para penculik mengatakan agar
37 Korban tenang dan jangan melawan.
38
39
40 Penganiayaan terhadap Raharja Waluya Jati
41
42 Korban mengalami penganiayaan selama proses penculikan terhadap dirinya. Pada
43 saat akan ditangkap salah pelaku mengeluarkan pistol. Kemudian korban dipegang
44 pada sisi kiri dan kanan dan dibawa ke lantai bawah. Di sepanjang dari lantai 2
45 sampai ke tempat parkir korban berteriak dan minta dipanggilkan pengacara, “ini
46 bukan kriminal”. Kemudian salah satu orang memukul ulu hati, setelah itu korban
47 tidak bisa berteriak lagi. Saat di tempat parkir salah seorang diantara penangkap
48 mengeluarkan pistol.
49

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 28 /47
www.elsam.or.id

1 Korban dimasukkan ke dalam kendaraan jenis jeep, melalui pintu belakang mobil.
2 Mata korban diikat, ditutup dengan kain hitam kemudian tangan korban diborgol
3 dengan tangan ke belakang saat dimasukkan ke dalam mobil yang berada di
4 halaman parkir. Saat itu mobil sudah siap dan dalam keadaan pintu terbuka. Posisi
5 badan korban telungkup dan badan korban diinjak sepanjang perjalanan.
6
7
8 Penganiayaan terhadap Haryanto Taslam
9
10 Pada saat ditangkap, 2 (dua) orang diantara mereka langsung memegang dan
11 mendorong korban ke atas mobil dan mata korban ditutup dan tangannya diborgol.
12 Pada waktu korban disergap oleh 2 (dua) orang, korban merasakan ada benda keras
13 yang ditempelkan ditulang rusuk dan punggungnya. Asumsi korban benda keras
14 tersebut adalah senjata api. Selanjutnya, korban meminta tutup kepala dibuka sedikit
15 sebatas lubang hidung karena merasa kesulitan bernafas dan meminta agar borgol
16 dilonggarkan.
17
18 Penganiayaan terhadap Pius Lustrilanang.
19
20 Pius diancam akan dibunuh pada malam harinya setelah dilakukan penangkapan.
21 Setelah melalui perjalanan yang tidak terlalu lama, kemudian mobil tiba di sebuah
22 tempat seperti sebuah kantor. Kemudian Pius diinterogasi dengan tangan terborgol.
23 Pius akhirnya disetrum akibat mengatakan bahwa ia tidak menghadiri pertemuan
24 yang dimaksud. Pius juga dimasukkan ke dalam bak dan diinjak sebanyak 3 kali di
25 bagian kepala. Selama proses interogasi itu Pius selalu dalam keadaan diborgol dan
26 wajah yang ditutupi dengan kain penutup wajah (seibo). Setelah masa interogasi
27 selama dua hari kemudian Pius dimasukan ke dalam sebuah ruangan yang dipenuhi
28 suara musik yang diputar keras.
29
30 Penganiayaan terhadap Desmond J. Mahesa.
31
32 Saat penangkapan Desmond dihadang dua orang yang menodongkan senjata.
33 Kemudian Desmond dibawa dengan menggunakan Suzuki Vitara warna abu-abu
34 yang telah menunggu di GMKI. Saat diringkus dan dimasukkan mobil, kepala
35 Desmond ditutup dengan benda seperti tas hitam dan musik diputar keras-keras
36 serta dihimpit dua orang. Setelah tiba di sebuah ruangan kemudian wajah Desmond
37 ditutup dengan kain hitam dan tangan diborgol ke kursi. Segera ia diinterogasi.
38 Selama diinterogasi Desmond dipukuli, ditendang dan disetrun. Setelah tiga jam,
39 kemudian Desmond dimasukan kedalam ruangan yang terdapat bak mandi di
40 dalamnya
41
42 Penganiayaan terhadap Yani Afrie
43
44 Pada saat sedang menunggu temannya di depan Mall Kelapa Gading, tiba-tiba
45 datang mobil truk berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut turun
46 sekitar 10 orang aparat bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa
47 keempatnya untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat
48 menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 29 /47
www.elsam.or.id

1 Korban, Sony, Dedi dan Surya pada saat di Kodim dibawa ke suatu ruangan gelap
2 dan mengalami pemukulan yang dilakukan secara bergantian. Setelah itu,
3 keempatnya dipisahkan dalam berbagai ruangan
4
5 Penganiayaan terhadap Sony.
6
7 Pada saat sedang menunggu temannya di depan Mall Kelapa Gading, tiba-tiba
8 datang mobil truk berukuran kecil ke arah mereka dan dari mobil tersebut turun
9 sekitar 10 orang aparat bersenjata laras panjang. Aparat tersebut memaksa
10 keempatnya untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Aparat tersebut sempat
11 menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil mengancam “awas kalau kalian lari!”.
12 Korban, Yani Afrie, Dedi dan Surya pada saat di Kodim dibawa ke suatu ruangan
13 gelap dan mengalami pemukulan yang dilakukan secara bergantian. Setelah itu,
14 keempatnya dipisahkan dalam berbagai ruangan.
15
16 Penganiayaan terhadap ”St”.
17
18 Korban dinaikkan di salah satu mobil yang berada dibelakang dimana didalamnya
19 sudah ada 5 (lima) orang. Di dalam mobil, matanya dikerudungi/ditutup sehingga
20 tidak bisa melihat. Sekitar 30 menit, sesampainya di suatu tempat, Korban diintrogasi
21 oleh 2 (dua) orang introgator, yang sudah ada ditempat tersebut sebelumnya.
22 Interogator menanyakan berbagai aktivitasnya, diantaranya advokasi Kedung Ombo,
23 keterlibatan korban dengan PRD dan ditanyakan mengenai keberadaan Suyat.
24
25 Penghilangan orang secara paksa.
26
27 Penghilangan orang secara paksa terhadap Mugiyanto
28
29 Korban ditangkap secara paksa pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender oleh
30 orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
31 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
32 dilepaskan pada 15 Maret 1998, kemudian dipindahkan ke tahanan di Polda Metro
33 Jaya.
34
35 Penghilangan orang secara paksa terhadap Aan Rusdianto
36
37 Korban ditangkap secara paksa pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender oleh
38 orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
39 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
40 dilepaskan pada 15 Maret 1998, kemudian dipindahkan ke tahanan di Polda Metro
41 Jaya.
42
43 Penghilangan orang secara paksa terhadap Nezar Patria
44
45 Korban ditangkap secara paksa pada 13 Maret 1998 di Rumah Susun Klender oleh
46 orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
47 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
48 dilepaskan pada 15 Maret 1998, kemudian dipindahkan ke tahanan di Polda Metro
49 Jaya.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 30 /47
www.elsam.or.id

1 Penghilangan orang secara paksa terhadap Faisol Riza


2
3 Korban ditangkap secara paksa pada 12 Maret 1998 di lantai 2 RSCM oleh orang
4 yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
5 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
6 dilepaskan pada 25 April 1998, tanpa melalui proses hukum.
7
8 Penghilangan orang secara paksa terhadap Raharja Waluya Jati
9
10 Korban ditangkap secara paksa pada 12 Maret 1998 di lantai 2 RSCM oleh orang
11 yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang
12 dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan baru
13 dilepaskan pada 26 April 1998, tanpa melalui proses hukum.
14
15 Penghilangan orang secara paksa terhadap Haryanto Taslam
16
17 Korban ditangkap secara paksa pada 8 Maret 1998 di jalan raya dekat Pintu Utama
18 TMII oleh orang yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan
19 yang dirahasiakan yang kemudian diketahui di Poskotis Kopassus di Cijantung dan
20 baru dilepaskan pada 17 April 1998, tanpa melalui proses hukum.
21
22
23 Penghilangan orang secara paksa terhadap ”St”.
24
25 Korban ditangkap secara paksa pada 12 Februari 1998 di kediamannya oleh orang
26 yang tidak dikenal dan kemudian ditempatkan di tempat penahanan yang tidak
27 diketahuinya dan baru dilepaskan pada April 1998, tanpa melalui proses hukum.
28
29
30 Penghilangan orang secara paksa terhadap Suyat
31
32 Korban ditangkap secara paksa pada tanggal 12 Pebruari 1998 oleh orang yang
33 tidak dikenal dan sampai dengan saat ini belum diketahui lebih lanjut nasib korban.
34
35
36 Penghilangan orang secara paksa terhadap Petrus Bima Anugerah alias Bimo
37
38 Tidak ada saksi yang melihat atau mendengar sendiri peristiwa terjadinya
39 perampasan kemerdekaan fisik yang dialami oleh korban. Namun dapat dirunut
40 kronologi pra-perampasan kemerdekaan korban antara lain sebagai berikut:
41 Sampai tanggal 12 Maret 1998, diketahui korban tinggal bersama-sama Aan
42 Rusdianto, Nezar Patria, dan Mugiyanto di Rumah Susun Klender. Tanggal 13 Maret
43 1998 pagi hari, korban bersama-sama dengan Aan dan Nezar mengikuti rapat di
44 sekitar Kantor Pos Besar Pasar Baru, Jakarta. Sore hari korban berpisah, sementara
45 Aan dan Nezar pulang menuju tempat tinggal mereka. Sesampainya di rumah, terjadi
46 penculikan terhadap Nezar, Aan, dan kemudian Mugiyanto. Korban tak ikut
47 tertangkap karena tidak ada di rumah. Tak diketahui siapa pelaku penghilangan
48 paksa terhadap korban. Tak ada penjelasan dari Negara tentang bagaimana
49 keberadaan korban saat ini, apakah masih hidup atau sudah mati.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 31 /47
www.elsam.or.id

1 Penghilangan orang secara paksa terhadap Herman Hendrawan


2
3 Tidak ada saksi yang melihat atau mendengar sendiri peristiwa terjadinya
4 penghilangan paksa terhadap korban. Namun diduga kuat bahwa korban diculik
5 pada tanggal 12 Maret 1998 sekitar siang hari setelah menghadiri konferensi pers
6 KNPD di kantor YLBHI, Jl Diponegoro No. 74 Jakarta Pusat. Pada hari yang sama,
7 terjadi penculikan juga terhadap Raharja Waluyo Jati dan Faisol Riza. Saksi Pius
8 Lustrilanang yang pernah berkomunikasi dengan korban saat berada di sel
9 penyekapan menyatakan bahwa korban mengaku diculik di daerah sekitar RS Cipto
10 Mangunkusumo, Jakarta Pusat.
11
12
13 Penghilangan orang secara paksa terhadap Wiji Thukul
14
15 Wiji Thukul atau Widji Widodo adalah seorang seniman penyair dan buruh. Setelah
16 adanya peristiwa 27 Juli 1996, Sipon istri korban mengetahui bahwa Korban dituduh
17 terlibat pada kerusuhan 27 Juli 1996 bersama Budiman Sudjatmiko, Wilson dan
18 kawan-kawannya. Sekitar bulan Agustus 1996, malam hari Korban pamit dengan
19 mengatakan “saya mau tidak mau harus menyelamatkan diri dulu karena semua ini
20 sudah ngawur”. Sekitar bulan Agustus 1996 itu juga, rumah Sipon didatangi dan
21 digeledah oleh Polisi dan diliput Wartawan. Sekitar 8 orang berpakaian seragam
22 polisi dan tentara, mereka langsung masuk dan mengambil dokumen-dokumen.
23 Pada saat itu Sipon dipaksa untuk menandatangani surat yang berlogo Polri dan kop
24 surat yang bertuliskan Polres Surakarta, yang menyebutkan bahwa Sipon
25 menyerahkan dokumen-dokumen tersebut.
26
27 Pada Agustus 1996 Sipon dipanggil pihak kelurahan dan disuruh menghadap ke
28 Koramil untuk diperiksa sehubungan dengan keberadaan korban. Pada saat di
29 Koramil, orang yang memeriksa Sipon mengatakan “aku tidak percaya kalau kamu
30 tidak tahu dimana suami kamu”. Pemeriksa itu juga bertanya “Apa yang dilakukan
31 Thukul selama jadi suamimu, pasti kamu tahu”,
32
33 Sipon merasa kesulitan dalam mencari suaminya, orangtua korban juga sering
34 bertanya dimana suaminya. Sipon telah berupaya mencari korban dengan Kontras
35 ke DPR, tetapi hasilnya nihil dan juga melaporkan ke Komnas HAM. Sekitar bulan
36 Maret tahun 2000, Wahyu Susilo melaporkan hilangnya korban ke Polda Metro Jaya
37 dan diterima bagian Pelayanan Masyarakat (Yanmas) Polda Metro Jaya, namun
38 sampai dengan saat ini belum diketahui keberadaan korban.
39
40
41 Penghilangan orang secara paksa terhadap Dedi Umar Hamdun
42
43 Korban dilahirkan di Ambon, 29 Mei 1955, bertempat tinggal di Jl. Yupiter 4A/5, Villa
44 Cinere Mas, Jakarta Selatan dan Jl. Kebon Nanas II/2. Korban pada waktu itu
45 disamping sebagai aktivis Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga merupakan
46 seorang usahawan.
47
48 Sekitar jam 11.00 WIB, Korban menelepon Noval Alkatiri dan sempat berbicara
49 dengan salah seorang kakak kandungnya yang bernama Hamdun Saleh Helmy.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 32 /47
www.elsam.or.id

1 Korban menyampaikan kepada kakaknya tersebut agar pergi bersama dengan Pak
2 Said untuk melihat rumah, karena dia ada keperluan lain dengan Noval. Korban
3 diketahui tidak ada kontak dengan keluarga pada tanggal 29 Mei 1997, yakni sekitar
4 pukul 21.00 WIB, berbarengan dengan hilangnya kontak Noval Alkatiri kepada
5 keluarganya. Setelah 3 (tiga) atau 4 (empat) hari kemudian Korban, Noval Alkatiri
6 dan Ismail tidak juga diketemukan, Eva Arnaz (istri Korban) dan Orang Tua Noval
7 Alkatiri melaporkan peristiwanya ke Polda Metro Jaya. Sampai dengan saat ini belum
8 diketahui secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya apakah
9 masih hidup atau sudah meninggal.
10
11 Penghilangan orang secara paksa terhadap Noval Alkatiri
12
13 Korban dilahirkan 25 Mei 1967, bertempat tinggal di Jl. H. No. 33, Kebon Baru,
14 Tebet, Jakarta Selatan dan di Jl. S, Rt. 04/11 No. 20, Kebon Baru, Jakarta Selatan.
15 Korban pada waktu itu menjabat sebagai Direktur PT. Sangkuriang Tour and Travel
16 dan PT. Rahama Pratama.
17
18 Korban terakhir terlihat pada tanggal 29 Mei 1997 bersama-sama dengan seorang
19 temannya yang bernama Hamdun Saleh Helmy yang merupakan kakak kandung
20 Dedy Hamdun. Pertemuan tersebut dilakukan di Kantor Korban yang berada di
21 Tebet, sekitar jam 11.00 WIB. Setelah menerima telepon Dedy Hamdun kemudian
22 Korban menelepon orang tuanya yang bernama Pak Said Alkatiri dan meminta agar
23 datang ke kantornya untuk bersama-sama melihat rumah-rumah di daerah Kemang
24 yang akan dibeli oleh Pimpinannya. Korban keluar kantor berbarengan dengan
25 Hamdun Saleh Helmy dan kemudian mengajak anak buahnya yang bernama Ismail
26 untuk ikut dengannya. Hamdun Saleh Helmy pergi bersama dengan orang tua
27 Korban dan seorang lagi yang bernama Pak Najib (makelar) naik dalam satu mobil
28 menuju daerah Kemang. Sedangkan Korban bersama Ismail dengan menggunakan
29 mobil BMW warna Putih menuju ke Rumah Sakit Bunda menemui Dedy Hamdun
30 sesuai dengan percakapan melalui telepon sebelumnya.
31
32 Sekitar pukul 21.00 WIB, Hamdun Saleh Helmy menerima telepon dari orang tua
33 Korban, yang menanyakan Dedy Hamdun berada dimana, karena Korban belum
34 kembali dan tidak bisa dihubungi melalui telepon, padahal hampir setiap jam sekali
35 ada komunikasi antara keluarga Noval Alkatiri dengan Korban. Kemudian Hamdun
36 Saleh Helmy menanyakan hal tersebut ditanyakan kepada teman-teman Dedy
37 Hamdun, relasinya maupun Eva Arnaz istri kedua Dedy Hamdun serta Laila mantan
38 istri Dedy Hamdun, tetapi semua mengatakan juga tidak mengetahui.
39
40 Setelah 3 (tiga) atau 4 (empat) hari kemudian Korban, Dedy Hamdun, dan Ismail
41 tidak juga diketemukan, Hamdun Saleh Helmy mengantarkan Eva Arnaz dan Orang
42 Tua Korban melaporkan peristiwanya ke Polda Metro Jaya. Sampai dengan saat ini
43 belum diketahui secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya
44 apakah masih hidup atau sudah meninggal.
45
46 Penghilangan orang secara paksa terhadap Sony.
47
48 Korban adalah rekan Yani Afrie, sama-sama aktifis PDI Pro Megawati. Pada tahun
49 1997, berdekatan dengan adanya isu penolakan terhadap pemilu tahun 1997, sekitar

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 33 /47
www.elsam.or.id

1 bulan April 1997, pada pukul 20.00 WIB, Korban, Yani Afrie, Dedi dan Surya sedang
2 berada di Mall Kelapa Gading. Keempatnya menunggu seorang teman untuk
3 berangkat bersama-sama ke rumah salah seorang Pengurus PDI Pro Megawati.
4
5 Pada saat sedang menunggu, tiba-tiba datang mobil truk berukuran kecil ke arah
6 mereka dan dari mobil tersebut turun sekitar 10 orang aparat bersenjata laras
7 panjang. Aparat tersebut memaksa keempatnya untuk masuk ke dalam mobil
8 tersebut. Aparat tersebut sempat menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil
9 mengancam “awas kalau kalian lari!”. Sampai dengan saat ini belum diketahui
10 secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya apakah masih
11 hidup atau sudah meninggal.
12
13 Penghilangan orang secara paksa terhadap Yani Afrie.
14
15 Korban adalah rekan Sony, sama-sama aktifis PDI Pro Megawati. Pada tahun 1997,
16 berdekatan dengan adanya isu penolakan terhadap pemilu tahun 1997, sekitar bulan
17 April 1997, pada pukul 20.00 WIB, Korban, Sony, Dedi dan Surya sedang berada di
18 Mall Kelapa Gading. Keempatnya menunggu seorang teman untuk berangkat
19 bersama-sama ke rumah salah seorang Pengurus PDI Pro Megawati.
20
21 Pada saat sedang menunggu, tiba-tiba datang mobil truk berukuran kecil ke arah
22 mereka dan dari mobil tersebut turun sekitar 10 orang aparat bersenjata laras
23 panjang. Aparat tersebut memaksa keempatnya untuk masuk ke dalam mobil
24 tersebut. Aparat tersebut sempat menembak ke aspal sebanyak 3 kali sambil
25 mengancam “awas kalau kalian lari!”. Sampai dengan saat ini belum diketahui
26 secara jelas dimana keberadaan korban dan bagaimana nasibnya apakah masih
27 hidup atau sudah meninggal.
28
29 Penghilangan orang secara paksa terhadap Andi Arief.
30
31 Korban ditangkap dari rumah kakaknya di Bandar Lampung pada tanggal 27 Maret
32 1998. Korban tidak diberitahu alasan apa yang menyebabkan ia ditangkap dan
33 disekap. Korban baru dilepaskan pada tanggal 16 April 1998 tanpa melalui proses
34 hukum
35 Penghilangan orang secara paksa terhadap Pius Lustrilanang.
36
37 Korban ditangkap secara paksa pada tanggal 4 Pebruari 1998 sekitar pukul 13.00
38 WIB di depan RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) oleh orang yang tidak
39 dikenal dan tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan dan alasan
40 penangkapan terhadap korban. Korban selanjutnya dibawa ke suatu tempat
41 penahanan yang dirahasiakan di Poskotis Cijantung dan baru dilepaskan pada
42 tanggal 2 April 1998 tanpa melalui proses hukum.
43
44 Penghilangan orang secara paksa terhadap Desmond J. Mahesa.
45
46 Korban ditangkap secara paksa pada tanggal 3 Pebruari 1998 oleh orang yang tidak
47 dikenal dan tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan dan alasan
48 penangkapan terhadap korban. Korban selanjutnya dibawa ke suatu tempat

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 34 /47
www.elsam.or.id

1 penahanan yang dirahasiakan di Poskotis Cijantung dan baru dilepaskan pada 3


2 April 1998. tanpa melalui proses hukum.
3
4 Penghilangan orang secara paksa terhadap Ucok Munandar Siahaan
5
6 Pada tanggal 14 Maret 1998, sekitar jam 15.00 Korban pergi ke Mall Ramayana,
7 Ciputat. Di Mall tersebut terjadi penjarahan dan pembakaran. Setelah itu, Korban
8 tidak pernah kembali lagi. Pada tanggal 15 Mei 1998, Paian Siahaan, ayah Korban,
9 mencari Korban ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), tetapi mayat
10 Korban tidak ada di sana. Selanjutnya, sekitar tanggal 16 - 17 Mei 1998, Paian
11 Siahaan, ayah Korban, mencari Korban ke beberapa tempat yaitu ke rumah sakit-
12 rumah sakit, Polsek Ciputat, Pamulang, Serpong, Tangerang, Depok dan Polres
13 Jakarta Selatan serta ke Polda Metro Jaya, disana saksi ditunjukkan daftar nama
14 orang-orang yang ditahan, namun Korban tidak diketemukan. Di Polsek Ciputat dan
15 Puspom ABRI di Gambir Paian Siahaan, ayah Korban, membuat Berita Acara
16 Pemeriksaan (BAP) berkaitan hilangnya Korban.
17
18 Pada sekitar pukul 23.00 WIB yang tanggal dan bulannya tidak teringat, pernah ada
19 suara seorang laki-laki mengancam lewat telepon, yang mengatakan “kamu tidak
20 usah mencari anak kamu lagi”, “awas kalau kamu cari”. Paian Siahaan, ayah Korban,
21 menerima telepon seperti itu sebanyak dua kali dan terjadi setelah dia mengikuti
22 beberapa demo bersama Kontras, sekitar tiga bulan setelah hilangnya Korban.
23 Setelah itu kurang lebih selama satu tahun, hampir setiap malam dua tiga kali, Paian
24 dan keluarga sering mendapat telepon gelap. Setelah diangkat peneleponnya tidak
25 mau berbicara. Hal tersebut saksi rasakan sebagai teror sehingga setelah pada
26 malam itu terjadi dua tiga kali telepon yang demikian, Paian akhirnya mencabut
27 telepon untuk menghindari teror lebih jauh.
28
29 Penghilangan orang secara paksa terhadap Hendra Hambali
30
31 Hendra Hambali adalah Mahasiswa Tarumanegara. Pernah ikut demonstrasi
32 mahasiswa pada kasus Trisakti tanggal 12 Mei 1998, namun dia bukanlah aktivis
33 mahasiswa. Korban dinyatakan hilang pada peristiwa kerusuhan pada tanggal 14
34 Mei 1998.
35
36 Berdasarkan keterangan Lie Seng Wan, ayah Korban bahwa pada tanggal 14 Mei
37 1998 sekitar pukul 17.00 Korban ijin mau keluar rumah. Sekitar pukul 18.00, ada
38 tetangganya melihat Korban di Glodok Plaza di sekitar lokasi kejadian. Pukul 19.00
39 atau 20.00 ada tentara yang mulai terlihat dan berada di lokasi kejadian untuk
40 mengamankan kerusuhan dan kebakaran. Diperkirakan Korban hilang antara pukul
41 19.00 – 21.00 Wib. Lie Seng Wan curiga bahwa anaknya tidak mungkin mati
42 terbakar di dalam Glodok Plaza karena dia mendapat cerita dari para tetangga
43 bahwa ada yang melihat anaknya diculik, namun dilepaskan lagi. Orang yang
44 melakukan penangkapan tersebut adalah aparat, berpakaian sipil kepala botak.
45 Malam harinya Lie Seng Wan menuju ke Glodok Plaza, namun tidak menemukan
46 mayatnya. Kemudian, Lie Seng Wan mencari mayat anaknya ke RSCM, tetapi mayat
47 anaknya juga tidak diketemukan di sana. Kemudian, Lie Seng Wan melaporkan
48 hilangnya Korban ke Polsek Mangga Dua, Polres Jakarta Barat dan Polda Metro
49 Jaya. Lie Seng Wan pernah mengalami teror melalui telepon setelah dia

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 35 /47
www.elsam.or.id

1 mengadukan kasus anaknya ke Kontras. Peneror mengatakan, “jangan banyak lapor


2 ke wartawan kalau anakmu mau selamat!”. Dari nada suaranya gagah, seperti
3 tentara.
4
5 Penghilangan orang secara paksa terhadap Yadin Muhyidin
6
7 Yadin Muhyidin adalah anak nomor 2 dari 3 bersaudara, dilahirkan di Jakarta pada
8 tanggal 11 September 1976. Korban tidak pernah terlibat dalam kegiatan atau
9 organisasi politik dan Korban tidak mempunyai musuh. Aktivitas korban hanya di
10 sekolahnya yaitu Sekolah Pelayaran Maritim (SPM).
11
12 Pada tanggal 14 Mei 1998 sekitar pukul 11.00 WIB, Korban pergi untuk menonton
13 kerusuhan berupa pembakaran di Ruko Griya Inti, Sunter Agung. Sekitar pukul 12.00
14 WIB, korban sempat pulang kerumah untuk makan dan sholat. Setelah itu korban
15 berangkat lagi ke lokasi kerusuhan karena diajak temannya yang bernama Imam
16 sekitar pukul 13.00 WIB.
17
18 Nurhasanah, ibu korban, menyuruh ayah korban untuk mencari di lokasi kerusuhan
19 karena khawatir terhadap korban yang belum kembali ke rumah. Ayah korban
20 mencari korban pada pukul 15.00 WIB sampai magrib dan tidak ketemu. Pada saat
21 itu banyak sekali /ribuan orang di lokasi kerusuhan.
22
23 Nurhasanah mendapat keterangan dari Rudi, teman korban, bahwa Rudi masih
24 melihat korban sekitar pukul 18.00 WIB dan sempat berkomunikasi dengan korban.
25 Rudi bercerita bahwa dia mengatakan kepada korban untuk segera pulang karena
26 dicari oleh Ayah korban. Setelah itu Rudi tidak melihat korban. Tidak lama kemudian,
27 sekitar pukul 18.30 WIB, Rudi melihat orang orang berbaju hijau, seperti tentara,
28 datang dengan truk yang besar-besar, sambil membawa pentungan, menyeret dan
29 mengangkut orang-orang ke dalam truk. Orang-orang yang ditangkap tersebut
30 mukanya ditutupi dengan tangan sendiri, mungkin karena takut dipukul, kemudian
31 disuruh naik ke truk.
32
33 Keesokan harinya tanggal 15 Mei 1998, korban juga tidak pulang ke rumah.
34 Nurhasah mengetahui bahwa ayah korban melakukan upaya mencari korban di
35 beberapa tempat. Pada tanggal 16 Mei 1998, Ayah korban mencari korban
36 dibeberapa tempat antara lain ke kantor Polisi di Jalan Gorontalo, Tanjung Priok. Di
37 kantor polisi tersebut, Ayah korban melihat daftar nama-nama orang yang ditangkap
38 pada tanggal 14 Mei 1998 yang dalam daftar tersebut ada sekitar 400 orang dan
39 diantaranya ada nama korban. Ayah korban menanyakan tentang keberadaan
40 korban yang dijawab oleh petugas dengan mengatakan, “sudah dikeluarkan pada
41 hari Jum’at malam” . Sampai dengan sekarang belum diketahui secara jelas dimana
42 keberadaannya dan bagaimana nasibnya.
43
44 Penghilangan orang secara paksa terhadap Abdun Naser
45

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 36 /47
www.elsam.or.id

1 Abdun Naser merupakan Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang


2 lahir di Banjarnegara tahun 1964.1 Korban tidak aktif dalam berbagai kegiatan di
2 3
3 Kampusnya maupun di daerahnya. Korban terakhir tinggal di Tangerang.
4
5 Pada tanggal 14 Mei 1998, korban dan adiknya Husni Thamrin menyaksikan
6 terbakarnya Mall Karawaci, Tangerang. Pada saat kerusuhan datang mobil patroli
7 yang menyebabkan orang-orang yang berkerumuan berlarian termasuk korban dan
8 Husni Thamrin, namun keduanya terpisah. Husni Thamrin pergi dengan sepeda
9 motor dan sampai dirumah. Setelah menunggu beberapa waktu, korban tidak juga
10 kembali. Sejak saat itu korban tidak pernah kembali.
11
12 Keluarga korban, yaitu bapaknya, melaporkan hilangnya korban ke Kontras. Bapak
13 korban juga mencoba mencari keberadaan korban ke beberapa Rumah Sakit di
14 Tangerang dan Jakarta. Sampai dengan sekarang belum diketahui secara jelas
15 dimana keberadaannya dan bagaimana nasibnya.
16
17 IV. ANALISA FAKTA PERISTIWA
18
19 Korban Penghilangan Orang Secara Paksa
20
21 Korban Penghilangan Orang Secara Paksa dapat dikelompokkan dalam tiga
22 pengelompokan yaitu:
23
24 Korban yang hilang pada saat bersamaan dengan terjadinya kerusuhan Mei
25 1998 di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
26
27 Nama-nama korban yang dinyatakan hilang saat bersamaan dengan terjadinya
28 kerusuhan pada bulan Mei 1998 dan menjadi obyek penyelidikan Tim Ad Hoc
29 Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Peristiwa Penghilangan
30 Orang Secara Paksa 1997 – 1998 adalah Ucok Munandar Siahaan, Hendra Hambali,
31 Yadin Muhidin, Abdun Naser.
32
33 Korban yang hilang atau pernah hilang dan diketahui pernah berada pada
34 lokasi yang sama atau dibawah penguasaan suatu kelompok yang sama.
35
36 Kelompok korban ini melalui pengadilan Mahmilti II terhadap Tim Mawar Kopassus
37 diketahui pernah ditahan pada Poskotis (Pos Komando Taktis) Markas Kopassus di
38 Cijantung, DKI Jakarta atau berada dalam penguasaan Kopassus.
39 Nama-nama korban tersebut adalah, Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar Patria,
40 Faizol Riza, Raharja Waluya Jati, Haryanto Taslam, Andi Arief., Pius Lustrilanang,
41 Desmond J Mahesa
42
43 Selain kesembilan korban tersebut ternyata berdasarkan hasil penyelidikan terdapat
44 korban lain yang juga pernah ditahan di tempat yang sama, yakni: Yani Afrie, Sony,
45 Herman Hendrawan, Dedi Umar Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Lucas Da Costa.

1
BAP No. Widiyanto hal. 3, para 5.
2
BAP No. Widiyanto hal. 3, para 7.
3
BAP No. Widiyanto hal. 3, para 8.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 37 /47
www.elsam.or.id

1 Melalui kesaksian beberapa korban yang pernah ditahan pada lokasi yang sama
2 diketahui bahwa 7 (tujuh) orang dimaksud di atas ( Yani Afrie cs) juga pernah
3 ditahan pada Poskotis yang sama, Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta.
4
5 Analisis Atas Pelepasan Mugianto cs dan Andi Arief
6
7 Terdapat 2 (dua) peristiwa yang perlu mendapat catatan yaitu proses pelepasan
8 Mugiyanto cs (bersama Aan Rusdianto dan Nezar Patria) di satu kelompok dan Andi
9 Arief di lain kelompok. Keduanya dilepaskan dengan cara diserahkan kepada pihak
10 Kepolisian yaitu Polda Metro Jaya dan Mabes Polri. Kedua kelompok ini dalam
11 proses pelepasannya menjalani proses hukum saat berada pada pihak Kepolisian.
12
13 Analisis Atas Pelepasan Andi Arief
14
15 Berdasarkan temuan-temuan yang ada, diketahui bahwa proses pelepasan Andi
16 Arief dari lokasi Cijantung dilakukan melalui BIA (Badan Intelijen ABRI) yang
17 kemudian diserahkan kepada Mabes Polri dan selanjutnya diserahkan kepada Polda
18 Metro Jaya.
19
20 Korban lain yang memiliki indikasi mendapatkan perlakuan yang sama akibat
21 latar belakang aktifitas politik.
22
23 Terdapat beberapa nama korban yang masih dilaporkan telah hilang setelah
24 mundurnya Soeharto yaitu Wiji Thukul dan Petrus Bima Anugerah. Juga dilaporkan
25 telah meninggalnya seorang aktifis bernama Leonardus Nugroho Iskandar alias
26 Gilang yang diduga terjadi akibat pembunuhan terencana di sekitar Solo. Selain itu,
27 Ismail, seorang supir dan rekan Noval Alkatiri, juga telah dilaporkan hilang bersama
28 dengan Dedy Hamdun dan Noval Alkatiri. Ketiga orang tersebut memiliki indikasi
29 adanya keterkaitan motif dan situasi yang berkait dengan orang-orang hilang lainnya
30 yang telah memiliki indikasi yang lebih jelas tentang keberadaan maupun kelompok
31 yang sempat menguasai mereka, yaitu yang berhubungan dengan penahanan di
32 Poskotis Cikantung.
33
34 Indikasi pelaku atau kelompok pelaku
35
36 Melalui pengadilan Tim Mawar, pihak Kopassus mengakui telah menahan 9 orang
37 yang kemudian telah mereka lepaskan. Bahwa tindakan yang mereka lakukan diakui
38 dalam rangka mengamankan negara dari kelompok-kelompok radikal yang ingin
39 menggagalkan SU MPR 1998. Berdasarkan fakta ini maka dapat dikatakan bahwa
40 kesembilan orang yang ditahan berada dalam penguasaan Kopassus dalam suatu
41 kurun waktu. Hal tersebut juga berlaku terhadap 7 orang lain yang berdasarkan
42 pengakuan korban yang dilepaskan juga pernah ditahan di lokasi penahanan yang
43 sama yaitu Poskotis Kopassus Cijantung.
44
45 Tim Mawar
46
47 Tim Mawar merupakan sebuah tim yang dibentuk dibawah Grup IV Kopassus
48 berdasarkan perintah langsung dan tertulis dari Danjen Kopassus pada waktu itu.
49 Perintah tersebut diberikan kepada Dan Grup IV Kopassus pada waktu itu yang

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 38 /47
www.elsam.or.id

1 dilanjutkan kepada DanYon 42 pada waktu itu. Kebijakan ini kemudian dilanjutkan
2 pada kepemimpinan penggantinya dimana penculikan tetap berlangsung.
3
4 Kopassus
5
6 Berdasarkan waktu dibentuknya Tim Mawar yaitu Juli 1997, maka terhadap korban-
7 korban lain yang ditahan sebelum bulan tersebut dimungkinkan adanya Tim lainnya
8 atau personal yang telah dibentuk atau ditunjuk secara institusional oleh Kopassus.
9 Terjadinya penahanan baik sebelum dibentuknya Tim Mawar dan dalam dua
10 kepemimpinan. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penghilangan orang secara
11 paksa atau penculikan merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan sebuah
12 kebijakan secara institusional dibawah tanggungjawab Danjen Kopassus.
13
14 Penanggungjawab Lainnya
15
16 Atas proses yang terjadi terhadap Mugiyanto cs dan Andi Arief maka terdapat pelaku
17 atau kelompok pelaku, yang dapat diminta pertanggungjawabannya atau setidaknya
18 dapat diminta keterangannya.
19
20 Analisis Pertanggungjawaban Komando
21
22 Berdasarkan pengakuan terbuka kepada publik dapat diambil beberapa kesimpulan:
23 • Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa apa
24 yang dilakukan Tim Mawar adalah berdasarkan perintah.
25 • Perintah Danjen Kopassus tersebut didasarkan atas perintah atasannya.
26 Berdasarkan pernyataan Ketua DKP, diketahui bahwa perintah BKO tersebut
27 kemudian dianalisa dan dijabarkan oleh Danjen Kopassus.
28 • Terhadap perintah BKO yang dikatakan diterima Danjen Kopassus sendiri
29 memiliki tanda tanya. Hal ini menunjukkan adanya hal-hal yang disembunyikan
30 oleh dirinya maupun DKP. Definisi Bawah Kendali Operasi (BKO) adalah bentuk
31 penugasan dimana dukungan logistik dan administrasi satuan yang membantu
32 masih berada di satuan asal sedangkan kendali operasional satuan berada di
33 satuan yang dibantu.
34 • Dengan pengertian seperti di atas maka apabila Kopassus mendapat perintah
35 BKO maka tanggungjawab operasi dan pengendalian berada pada satuan dimana
36 Kopassus di BKO-kan. Tetapi yang terjadi operasi Tim Mawar tetap berada di
37 bawah kendali dan tanggungjawab Danjen Kopassus.
38 • Disamping itu berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, terdapat analisis
39 yang memungkinkan Kopassus melakukan Operasi Intel Sandi Yudha. Dalam
40 melaksanakan operasi Intel Sandi Yudha, pengendali operasi adalah setingkat
41 Panglima dan tidak boleh didelegasikan. Dengan demikian maka dapat diperoleh
42 beberapa hal, yaitu:
43 1. Operasi Intel Sandi Yudha ditetapkan oleh Pangab dengan suatu Perintah
44 Operasi.
45 2. Penanggungjawab Operasi adalah Pangab.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 39 /47
www.elsam.or.id

1 3. Pelaku Operasi Sandi Yudha adalah Kopassus.


2
3 Fakta-fakta berkait unsur Pelanggaran HAM yang berat
4
5 Sistematis
6 • Adanya kelompok terorganisir.
7 • Memanfaatkan fasilitas negara.
8 • Rentang waktu terjadinya peristiwa sejak tahun 1997 hingga 1998.
9 • Adanya perencanaan awal hingga upaya pengaburan kasus yang melibatkan
10 pimpinan tertinggi ABRI/TNI dan institusi keamanan lainnya seperti Kodam V
11 Jaya, Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kepolisian.
12
13 Meluas
14
15 • Peristiwa terjadi pada beberapa lokasi terpisah seperti Lampung, Jakarta dan
16 Solo.
17 • Korban terdiri dari kelompok-kelompok politik yang berbeda.
18 • Jumlah korban yang berkaitan dengan penahanan di Poskotis Markas Kopassus
19 Cijantung setidaknya berjumlah 16 orang.
20
21 Individu yang dapat diminta pertanggungjawaban
22
23 Berdasarkan data, fakta dan informasi yang ada, terdapat sejumlah nama dari
24 Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
25 patut dimintai pertanggungjawabannya sehubungan dengan peristiwa penghilangan
26 orang secara paksa periode 1997 – 1998.
27
28
29 V. ANALISIS HUKUM FAKTA PERISTIWA
30
31 Dalam peristiwa penculikan terhadap sejumlah orang periode 1997 – 1998 terjadi
32 peristiwa pelanggaran Hak Asasi manusia (HAM) Yang Berat yang dapat
33 dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, yakni pembunuhan,
34 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
35 wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum internasional,
36 penyiksaan, penganiayaan, dan penghilangan orang secara paksa.
37
38 Di samping itu, dalam tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam alinea di atas,
39 terdapat indikasi keterlibatan anggota-anggota tentara dan/atau polisi serta
40 tanggung jawab atasan atau komandan satuan-satuan yang bersangkutan.
41
42 Analisa hukum terhadap bentuk-bentuk kejahatan
43
44 Berdasarkan fakta-fakta dan analisa peristiwa penghilangan orang secara paksa
45 periode 1997-1998, maka telah dilakukan analisa hukum terhadap bentuk-bentuk

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 40 /47
www.elsam.or.id

1 kejahatan dengan menggunakan case matrix yaitu suatu sistem pengujian terhadap
2 setiap elemen kejahatan yang juga dipergunakan oleh Mahkamah Pidana
3 Internasional (ICC) dan sistem ini juga akan dipergunakan oleh Jaksa Agung dalam
4 penanganan pelanggaran hak asasi manusia yang berat.
5
6 Unsur Meluas
7
8 Unsur meluas dapat dilihat baik dari jumlah korban yang banyak maupun dari
9 sebaran geografis locus delicti-nya. Setelah dilakukan analisa hukum terhadap setiap
10 korban, maka telah terpenuhi unsur-unsur terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
11 yang berat sejumlah korban sebagaimana tersebut di bawah ini.
12
13 Jumlah Korban
14
15 Jumlah korban yang banyak meliputi:
16 1. Korban pembunuhan : 1 orang;
17 2. Korban perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
18 fisik secara sewenang-wenang : 19 orang;
19 3. Korban penyiksaan : 11 orang
20 4. Korban penganiayaan : 12 orang
21 5. Korban penghilangan orang secara paksa : 23 orang
22
23 Korban Yang Kembali dan Diketemukan Meninggal
24
25 Bahwa berdasarkan pada fakta peristiwa dan analisa yang dilakukan terdapat korban
26 yang telah kembali pada peristiwa penghilangan orang secara paksa pada periode
27 1997-1998. Para korban yang kembali dan masih hidup berjumlah 10 orang dan
28 satu orang ditemukan telah meninggal dunia.
29
30 Bahwa berdasarkan kesaksian para korban tersebut dan bukti-bukti lainnya, terbukti
31 tindak kejahatan yang terjadi dan dialami oleh para korban tidak terbatas pada
32 perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang sebagaimana yang dinyatakan
33 selama ini oleh persidangan kasus Tim Mawar namun mencakup pula tindak
34 kejahatan lainnya yaitu penghilangan orang secara paksa, penganiayaan dan
35 penyiksaan. Para korban yang dilepaskan dan telah kembali mengalami berbagai
36 tindak kejahatan berupa perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
37 fisik secara sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, dan penghilangan orang
38 secara paksa yang merupakan jenis-jenis kejahatan dalam kejahatan terhadap
39 kemanusiaan sebagaimana diatur dalam pasal 9 UU No. 26 tahun 2000 tentang
40 pengadilan HAM.
41
42
43 Bahwa kejahatan-kejahatan yang terjadi terhadap para korban yang telah kembali,
44 dapat dilkasifikasikan berdasarkan pada pola penangkapan, pola penahanan, pola
45 pelepasan dan peranan para pelaku. Selain itu, terdapat satu korban yang diketahui
46 meninggal dunia. Berdasarkan pola-pola ini, para korban yang telah kembali dapat
47 diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) kelompok korban dengan uraian sebagai berikut :
48
49 1. Kejahatan yang terjadi pada Leonardus alias Gilang

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 41 /47
www.elsam.or.id

1 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses


2 penyelidikan, Korban ditemukan meninggal dunia. Bahwa dengan demikian,
3 korban mengalami kejahatan yang berupa pembunuhan.
4
5 2. Kejahatan yang terjadi pada Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar Patria
6 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
7 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
8 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
9 sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, penghilangan Orang Secara
10 Paksa.
11
12 3. Kejahatan yang dialami Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Faisol Riza, dan
13 Raharja Waluya Jati, Pius Lustrilanang, Desmon J. Mahesa
14 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
15 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
16 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
17 sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, Penghilangan Orang Secara
18 Paksa.
19
20 4. Kejahatan yang dialami Andi Arief
21 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
22 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
23 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
24 sewenang-wenang, penganiayaan, penghilangan Orang Secara Paksa.
25
26 5. Kejahatan yang terjadi pada “st”
27 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
28 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
29 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
30 sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, penghilangan Orang Secara
31 Paksa.
32
33
34 Korban Yang Tidak Kembali Sampai Saat Ini
35
36 Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum, analisa fakta dan bukti hukum yang telah
37 dilakukan terhadap sejumlah korban pada peristiwa penghilangan orang secara
38 paksa pada periode 1997-1998, bahwa korban yang hingga sekarang tidak kembali
39 dan tidak diketahui keberadaannya adalah berjumlah 13 (tiga belas) orang, yaitu :
40 Yani Afrie alias Ryan, Sonny, Herman Hendrawan, Suyat, Petrus Bima Anugerah
41 alias Bimo, Wiji Thukul, Dedi Umar Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Ucok Munandar
42 Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhyidin dan Abdun Naser.
43
44 Bahwa para korban yang sampai sekarang tidak kembali dan tidak diketahui
45 keberadaannya telah mengalami beberapa tindak kejahatan yakni : perampasan
46 kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik secara sewenang-wenang,
47 penyiksaan, penganiayaan, dan penghilangan secara paksa yang merupakan jenis-
48 jenis kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaiman diatur dalam pasal 9 UU No. 26
49 tahun 2000 tentang pengadilan HAM.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 42 /47
www.elsam.or.id

1 Bahwa kejahatan-kejahatan yang terjadi terhadap para korban yang hingga sekarang
2 tidak kembali dan tidak diketahui keberadaannya dapat diklasifikasikan berdasarkan
3 pada latar belakang aktivitas politik. Dengan demikian, para korban yang hingga
4 sekarang tidak kembali dan tidak diketahui keberadaannya dapat diklasifikasikan ke
5 dalam 4 (tiga) kelompok korban dengan uraian sebagai berikut :
6
7 1. Kejahatan Yang Terjadi Terhadap Yani Afrie alias Ryan dan Sonny
8 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
9 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
10 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
11 sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, kejahatan Penghilangan
12 Orang Secara Paksa
13
14 2. Kejahatan Yang Terjadi Terhadap Herman Hendrawan.
15 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
16 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
17 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
18 sewenang-wenang, penghilangan Orang Secara Paksa.
19
20 3. Kejahatan Yang Terjadi Terhadap Suyat, Petrus Bima Anugerah alias Bimo
21 dan Widji Widodo alias Wiji Thukul.
22 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
23 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
24 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
25 sewenang-wenang, penghilangan orang secara paksa
26
27 4. Dedi Umar Hamdun, Noval Alkatiri, dan Ismail
28 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
29 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
30 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
31 sewenang-wenang, penghilangan orang secara paksa.
32
33 5. Yadin Muhyidin, Hendra Hambali, Ucok Siahaan dan Abdun Nasser
34 Bahwa berdasarkan bukti-bukti hukum yang diperoleh selama proses
35 penyelidikan, para korban telah mengalami tindak kejahatan antara lain
36 penghilangan Orang Secara Paksa.
37
38 Sebaran Geografis
39
40 Tindak pidana yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan
41 dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa yang terjadi di berbagai tempat
42 yang luas sebaran geografisnya, yang meliputi antara lain Solo, Sragen,
43 Karanganyar, Jakarta Tiimur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara , Lampung.
44
45 Unsur Sistematis
46
47 Unsur sistematis dapat dilihat dari adanya perencanaan yang dilakukan oleh para
48 pelaku dan dengan menggunakan fasilitas negara. Selain itu, didapati adanya pola
49 yang sama dalam melakukan penangkapan terhadap korban.

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 43 /47
www.elsam.or.id

1 Rangkaian Perbuatan yang Dilakukan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai


2 Kelanjutan Kebijakan Penguasa
3
4 Kejahatan-kejahatan tersebut di atas dapat dikualifikasikan sebagai bagian dari
5 serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil yang berarti suatu
6 rangkaian perbuatan yang dilakukan terhadap penduduk sipil sebagai kelanjutan
7 kebijakan penguasa. Penguasa dalam hal ini adalah pimpinan dan jajaran Tentara
8 Nasional Indonesia yang dalam kerangka operasi penculikan terhadap para aktivis
9 pro demokrasi serta pimpinan dan jajaran aparat kepolisian yang mengetahui atau
10 setidak-tidaknya memproses secara hukum sebagian korban penculikan yang
11 diserahterimakan dari para penculik kepada kepolisian. Hal ini dapat dilihat dari
12 berbagai tindakan yang dilakukan dan/atau keterangan yang diberikan oleh saksi
13 serta adanya fakta hukum berdasarkan putusan persidangan Mahkamah Militer
14 Tinggi yang memeriksa perkara penculikan yang dilakukan oleh Tim Mawar.
15
16
17 VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
18
19 Kesimpulan
20
21 Setelah mempelajari dan mempertimbangkan dengan saksama semua temuan di
22 lapangan, keterangan korban, saksi, laporan, dokumen yang relevan, serta berbagai
23 informasi lainnya, maka Tim Ad Hoc Penyelidikan Peristiwa Penghilangan Orang
24 Secara Paksa Periode 1997 - 1998 menyimpulkan sebagai berikut :
25
26 1. Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa tidak menemukan fakta dan atau
27 bukti permulaan yang dapat dijadikan dasar untuk menduga terjadinya kejahatan
28 genosida.
29 2. Terdapat bukti permulaan yang cukup untuk menduga terjadinya pelanggaran
30 hak asasi manusia yang berat dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa
31 periode 1997 – 1998 dalam bentuk pembunuhan, perampasan kemerdekaan
32 atau kebebasan fisik secara sewenang-wenang, penyiksaan, penganiayaan, dan
33 penghilangan orang secara paksa terhadap penduduk sipil. Di samping itu,
34 perbuatan tersebut merupakan bagian dari serangan yang ditujukan secara
35 langsung terhadap penduduk sipil, yaitu suatu rangkaian perbuatan yang
36 dilakukan terhadap penduduk sipil sebagai kelanjutan kebijakan penguasa.
37 Karena perbuatan tersebut juga dilakukan secara meluas dan sistematis, maka
38 bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kejahatan
39 terhadap kemanusiaan.
40 3. Bentuk Bentuk perbuatan (type of acts) dan pola (pattern) kejahatan terhadap
41 kemanusiaan yang terjadi dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa
42 periode 1997 – 1998, dibagi dalam dua event atau kejadian/peristiwa yaitu
43 sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 (terhadap
44 korban yang sudah kembali) dan peristiwa yang sampai dengan sekarang
45 masih berlanjut (terhadap korban yang sampai dengan sekarang belum
46 kembali), adalah sebagai berikut :

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 44 /47
www.elsam.or.id

1 I. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 (terhadap


2 korban yang sudah kembali), sebagai berikut :
3 a. Pembunuhan
4 Penduduk sipil yang menjadi korban pembunuhan sebagai akibat dari
5 tindakan operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya
6 tercatat sebanyak satu orang yaitu Leonardus Nugroho Iskandar alias
7 Gilang.
8 b. Perampasan Kemerdekaan atau Perampasan Kebebasan Fisik Lain
9 Secara Sewenang-wenang.
10 Penduduk sipil yang menjadi korban perampasan kemerdekaan atau
11 perampasan kebebasan fisik secara sewenang-wenang sebagai akibat
12 operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya tercatat
13 sebanyak 10 (sepuluh) orang yaitu : Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar
14 Patria, Faisol Riza, Raharja Waluya Jati, Haryanto Taslam, Andi Arief,
15 Pius Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, “St”.
16
17 c. Penyiksaan
18 Penduduk sipil yang menjadi korban penyiksaan sebagai akibat operasi
19 yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya tercatat sebanyak 9
20 (sembilan) orang yaitu : Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar Patria,
21 Faisol Riza, Raharja Waluya Jati, Haryanto Taslam, Pius
22 Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, “St”.
23
24 d. Penganiayaan
25 Penduduk sipil yang menjadi korban penganiayaan sebagai akibat
26 operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya tercatat
27 sebanyak 10 (sepuluh) orang yaitu : Mugiyanto, Aan Rusdianto, Nezar
28 Patria, Faisol Riza, Raharja Waluya Jati, Haryanto Taslam, Andi Arief,
29 Pius Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, “St”.
30
31 e. Penghilangan Orang Secara Paksa
32 Penduduk sipil yang menjadi korban penghilangan orang secara paksa
33 sebagai akibat operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-
34 tidaknya tercatat sebanyak 10 (sepuluh) orang yaitu : Mugiyanto, Aan
35 Rusdianto, Nezar Patria, Faisol Riza, Raharja Waluya Jati, Haryanto
36 Taslam, Andi Arief, Pius Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, “St”.
37
38 II. Peristiwa yang sampai dengan sekarang masing berlanjut (terhadap
39 korban yang sampai dengan sekarang belum kembali), sebagai berikut :
40
41 a. Perampasan Kemerdekaan atau Perampasan Kebebasan Fisik Lain
42 Secara Sewenang-wenang.
43 Penduduk sipil yang menjadi korban perampasan kemerdekaan atau
44 perampasan kebebasan fisik secara sewenang-wenang sebagai akibat
45 operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya tercatat
46 sebanyak 9 (sembilan) orang yaitu : Yani Afrie, Sonny, Herman

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 45 /47
www.elsam.or.id

1 Hendrawan, Dedi Umar Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus


2 Bima Anugerah alias Bimo, Wiji Thukul.
3
4 b. Penyiksaan
5 Penduduk sipil yang menjadi korban penyiksaan sebagai akibat operasi
6 yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya tercatat sebanyak 2
7 (dua) orang yaitu : Yani Afrie, Sonny.
8
9 c. Penganiayaan
10 Penduduk sipil yang menjadi korban penganiayaan sebagai akibat
11 operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-tidaknya tercatat
12 sebanyak 2 (dua) orang yaitu : Yani Afrie, Sonny.
13
14 d. Penghilangan Orang Secara Paksa
15 Penduduk sipil yang menjadi korban penghilangan orang secara paksa
16 sebagai akibat operasi yang dilakukan oleh aparat negara setidak-
17 tidaknya tercatat sebanyak 13 (tiga belas) orang yaitu : Yani Afrie,
18 Sonny, Herman Hendrawan, Dedi Umar Hamdun, Noval Alkatiri,
19 Ismail, Suyat, Petrus Bima Anugerah, Wiji Thukul, Ucok Munandar
20 Siahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhyidin, Abdun Naser.
21
22 4. Penanggung jawab
23 Penanggung jawab tindak kejahatan terhadap kemanusiaan tersebut di atas,
24 meliputi:
25 a. Komandan atau atasan yang tidak mencegah, menghentikan, atau
26 menyerahkan pelaku kepada pejabat yang berwenang untuk diproses
27 menurut hukum.
28 b. Penanggung jawab individual atau pelaku di lapangan sehingga terjadinya
29 tindak kejahatan itu sendiri; dan joint criminal enterprise.
30
31 5. Berdasarkan rangkaian kejahatan yang terjadi serta gambaran korban
32 yang berhasil diidentifikasi dan rangkaian persilangan bukti-bukti yang
33 ada, maka nama-nama pelaku yang diduga terlibat berdasarkan bentuk
34 pertanggungjawaban pidana pada peristiwa Penghilangan Orang Secara
35 Paksa Pada Periode 1997-1998, terutama namun tidak terbatas pada
36 sebanyak 27 (dua puluh tujuh) orang, sebagai berikut :
37
38 a. Individu-individu yang diduga melakukan tindak pidana kejahatan terhadap
39 kemanusiaan secara langsung sebanyak 11 (sebelas) orang.
40 b. Individu-individu yang patut dimintai pertanggungjawabannya berdasarkan
41 prinsip tanggung jawab komando sebanyak 10 (sepuluh) orang.
42 c. Individu-individu yang patut dimintai pertanggungjawabannya berdasarkan
43 prinsip Joint Criminal Enterprise sebanyak 6 (enam) orang.
44
45

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 46 /47
www.elsam.or.id

1 Rekomendasi
2
3 Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, Tim Ad Hoc Penyelidikan Peristiwa
4 Penghilangan Orang Secara Paksa periode 1997 – 1998 menyampaikan
5 rekomendasi kepada Sidang Paripurna Komnas HAM sebagai berikut :
6
7
8 1. Meminta kepada Jaksa Agung untuk menindaklanjuti hasil penyelidikan ini
9 dengan dengan penyidikan baik terhadap peristiwa yang terjadi sebelum
10 berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
11 (korbannya sudah kembali) maupun peristiwa yang sampai dengan
12 sekarang masih berlangsung (korbannya yang sampai dengan sekarang
13 belum kembali).
14 2. Menyampaikan hasil penyelidikan ini kepada DPR RI dan Presiden untuk
15 mempercepat proses pembentukan Pengadilan HAM ad hoc terhadap
16 peristiwa penghilangan orang secara paksa periode 1997 – 1998 yang
17 terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
18 Pengadilan HAM (korbannya sudah kembali).
19 3. Mengupayakan kompensasi, restitusi dan rehabilitasi bagi para korban
20 maupun keluarga korban dalam peristiwa penghilangan orang secara paksa
21 1997 – 1998.
22
23 Jakarta, 30 Oktober 2006
24
25 TIM AD HOC PENYELIDIKAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG
26 BERAT PERISTIWA PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA
27 PERIODE 1997 – 1998
28
29
30 Ruswiati Suryasaputra Martono
31 Ketua Wakil Ketua
32
33
34 Sriyana Zoemrotin K. Susilo
35 Sekretaris Anggota
36
37
38 M. Farid S.A. Supardi
39 Anggota Anggota
40
41
42 Abdul Haris Semendawai Fadillah Agus
43 Anggota Anggota
44

Ringkasan Eksekutif Laporan Tim Ad Hoc Penghilangan Orang Secara Paksa Halaman 47 /47

Anda mungkin juga menyukai