11.hasil Dan Pembahasan
11.hasil Dan Pembahasan
Bak yang digunakan pada Apri Hatchery berbentuk persegi panjang dengan
sudut bak berbentuk seperempat lingkaran yang bertujuan agar tidak tercipta arus
mati di dalam bak. Sudut bak yang berbentuk siku-siku perlu dihindari karena bisa
menghambat gerak larva. Bak pemeliharaan harus tertutup atau berada di dalam
ruangan, ventilasi udara baik,dan suhunya hangat. Atap bangunan terbuat dari
fiberglass bening bergelombang dan asbes. Di atas bak diberi plastik penutup
supaya tercipta ruangan yang redup dan tidak langsung terkena sinar matahari,
tetapi cukup hangat untuk pertumbuhan larva. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setianto (2011), yaitu penempatan bak pemeliharaan larva harus tertutup (indoor),
ventilasi udaranya cukup baik, dan suhunya hangat. Diatas bak diberi tutup
(shading) dari terpal berwarna gelap, kain hitam atau penutup berwarna gelap
lainnya untuk menciptakan ruangan yang redup tetapi cukup hangat untuk
pertumbuhan ikan.
Persiapan bak dilakukan dengan cara batu aerasi diambil terlebih dahulu
untuk dicuci menggunakan air tawar. Setelah batu aerasi dicuci bersih
menggunakan air tawar batu aerasi direndam menggunakan air yang dicampur
klorin selama satu hari, setelah itu batu aerasi dicuci menggunakan deterjen dan
dibilas dengan air tawar lagi lalu dijemur. Setelah persiapan aerasi selesai,
dilanjutkan dengan persiapan bak. Bak dikeringkan terlebih dahulu selama ± 3 hari,
setelah bak kering, dilakukan pencucian bak menggunakan klorin. Klorin sebanyak
1,5 liter dicampur dengan air lalu disiram merata ke dinding bak, dasar bak, dan juga
34
di selang aerasi. Kemudian didiamkan selama 2 hari, setelah itu dicuci dengan
deterjen dan dibilas menggunakan air tawar. Hal ini berbeda dengan pendapat
Prayogo dan Isfanji (2014), yaitu sebelum diisi larva, bak dicuci dengan sabun dan
kaporit sebanyak 100-150 ppm kemudian didiamkan selama 1-2 hari. Setelah itu,
bak dibilas dengan air tawar dan dikeringkan. Untuk mengetahui lebih jelasnya
Air yang digunakan untuk pemeliharaan larva adalah air yang sudah terlebih
dahulu ditampung di bak penampungan air laut. Sebelum air masuk ke bak
penampungan air laut, air difilter terlebih dahulu. Air ditreatment di bak
penampungan air laut menggunakan klorin. Pada awal pengisian bak, air diisi
dengan setinggi 100 cm, air yang masuk ke bak pemeliharaan larva difilter terlebih
dahulu dengan filterbag agar tidak ada organisme renik yang ikut masuk. Setelah itu
tinggi air mencapai 140 cm. Pada fase ini fitoplankton bukan sebagai pakan,
melainkan untuk meningkatkan kualitas air dan untuk mengatur masuknya intensitas
cadangan makanan saat egg yolk sudah habis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prayogo dan Isfanji (2014), air laut yang digunakan untuk memelihara larva disaring
melalui filter pasir. Salinitas air media pemeliharaan larva idealnya sebesar 28-35
ppt dan suhu airnya 29-30 oC. Volume awal pengisian bak berkisar 5-7 m 3 atau
minimal separuh dari volume total bak pemeliharaan. Air yang masuk kedalam bak
disaring dengan filterbag untuk menghindari masuknya organisme renik laut. Untuk
mengetahui lebih jelasnya proses pengisian air bak pemeliharaan larva dapat dilihat
Telur didapat dari hasil hibridisasi dari apri hatchery Pada setiap bak
pemeliahraan larva dilakukan penebaran telur sebanyak 150.000 butir telur. Telur
Telur yang sudah ditebar akan menetas ±18-20 jam setelah penebaran,
dalam aerasi yang sedang, agar larva yang baru menetas tidak teraduk oleh arus
yang ditimbulkan oleh aerasi sehingga larva yang baru menetas terhindar dari stres.
36
a. Nannochloropsis sp
1,5m. Sebelum digunakan bak kultur dibersihkan dari kotoran dan lumut yang
menempel pada dinding dan dasar bak terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan
kepadatan awal 1x106 ind/ml. Kemudian ditambahkan pupuk Urea, ZA dan TSP
dengan dosis Urea sebanyak 40 ppm, ZA sebanyak 27 ppm dan TSP sebanyak 13
ppm. Bak berada di luar ruangan (outdoor), tujuannya agar bak langsung terkena
Nannochloropsis sp. Bak kultur diaerasi agar pupuk tidak mengendap dan juga
menambah suplai oksigen terlarut dalam media kultur. Hari kedua setelah
penebaran bibit dilakukan penambahan air laut setinggi 50 cm. Pada hari kelima dan
hari keenam setelah penebaran bibit tetap dilakukan penambahan air laut sebagai
media kultur, selain itu dapat pula dipanen dan dijadikan sebagai pakan rotifer serta
untuk pakan larva. Pemanenan dilakukan secara parsial setiap harinya, dan
pemanenan total dilakukan pada satu bulan setelah penebaran bibit pertama kali.
b. Rotifera
37
sebanyak 25% dari volume bak kultur. Setelah itu bibit rotifera dimasukkan kedalam
plankton. Pemanenan dan pemberian rotifera pada larva dapat dilakukan 3 atau 4
hari setelah bibit ditebar, dimana pemanenan tersebut dilakukan secara parsial
setiap harinya. Pemanenan dilakukan setiap hari secara parsial dengan selang spiral
c. Artemia
Bak yang digunakan untuk kultur artemia adalah bak fiber berbentuk bulat
dengan volume 250 liter. Penetasan artemia diawali dengan pemasukan kista
artemia kedalam bak kultur sebanyak 3 gram, kemudian ditambahkan air laut
sampai memenuhi bak kultur dan diaerasi selama 18 sampai 24 jam. Pada saat
dosis 3 gram menjadi 5 gram, hal ini dilakukan karena kebutuhan larva terhadap
pakan yang semakin meningkat serta daya konsumsi rotifera yang semakin
menurun. Satu jam sebelum pemanenan permukaan bak kultur ditutup, agar artemia
yang telah menetas dapat turun menuju pipa pengeluaran. Pada ujung pipa
dibuka untuk mengeluarkan larva artemia dan ditampung dalam ember berwarna
d. Pemberian pakan
38
Larva D1 tidak diberikan pakan karena larva masih memiliki yolk egg.
Pemberian pakan pada larva kerapu cantang diberikan pada umur D2. Setelah umur
D2 kuning telur atau yolk egg mulai terserap habis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Subyakto dan Cahyaningsih (2009). Secara alami larva kerapu cantang yang baru
menetas dibekali dengan cadangan makanan berupa yolk egg. Pakan hidup yang
diberikan pada kerapu cantang antara lain rotifera, artemia dan udang rebon.
sebanyak 1800 L atau 1.800.000 ml dan diberikan 1x sehari pada pagi hari. Per ml
bertujuan untuk menjaga warna air, mengatur intensitas cahaya yang masuk
kedalam bak dan sebagai pakan rotifera yang ada dalam bak pemeliharaan.
Intensitas cahaya perlu diatur karena cahaya merupakan salah satu faktor
keberhasilan yang sangat penting pada pemeliharaan larva kerapu cantang, sebab
cahaya sangat berperan dalam aktivitas pemangsaan pakan yang diberikan. Jika
intensitas cahaya sangat lemah atau lamanya penyinaran cahaya sangat pendek
diberikan dengan kepadatan 10-15 ind/ml. Selain organ yang belum terbentuk
sempurna, pemberian rotifera pada 5 hari setelah pemberian pertama diduga rotifera
akan berkembang menjadi semakin besar baik dari segi ukuran maupun jumlahnya.
39
Apabila kepadatan rotifera kurang maka perlu dilakukan penambahan rotifera, dan
apabila lebih maka pemberian rotifera tidak dilakukan untuk mencegah kenaikan
menggunakan mikroskop atau dapat pula menggunakan lup. Pada larva umur D8-
D38 kepadatan rotifera dalam bak dinaikkan menjadi 15-20 ind/ml. Pemberian
artemia dilakukan dari D18-D45. Pada saat larva berumur D18-D27 pemberian
artemia dengan kepadatan 3 ind/ml. Pemberian artemia dilakukan 2 (dua) kali sehari
yaitu pagi dan sore hari pada pukul 08.00 WITA dan pukul 16.00 WITA. Saat larva
berumur D28-D45 pemberian pakan artemia diberikan sebanyak 3 kali sehari yaitu
pada pagi, siang dan sore hari pada pukul 08.00 WITA, pukul 13.00 WITA dan pukul
Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada larva. Artemia
pertumbuhan larva akan lebih optimal. Udang rebon mulai diberikan pada umur D36-
Udang rebon yang masih hidup sebelum diberikan pada larva disimpan
dalam bak sterofoam berbentuk persegi panjang yang didalamnya diberi air laut dan
diberikan aerasi. Pada umur D15-45 larva juga diberikan pakan buatan berupa
pakan bubuk atau powder merek Otohime dosis pemberian secara adlibitum dan
frekwensi pemberian 5 kali sehari. Pemberian pakan bubuk pada umur ini bertujuan
pada saat penggelondongan, ikan tidak kaget yang kemudian dapat menyebabkan
mulut pada ikan. Pakan bubuk yang digunakan diantaranya, Otohime A, Otohime A1
dengan ukuran 1,4mm dan Otohime EP1 dengan ukuran 1,5mm. Biasanya
pergantian ukuran pakan akan terjadi 3-5 hari. Adapun pemberian pakan larva
Umur Ikan
Jenis Pakan Dosis Keterangan
(Hari)
1 2 3 4
D0 Yolk egg - -
1 2 3 4
3 kali sehari
Setelah pengelolaan pakan, faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah
pengelolaan kualitas air sebagai media hidup larva agar tumbuh dan berkembang
dengan baik. Pengelolaan kualitas air bertujuan untuk menjaga kualitas air tetap
optimal dan stabil karena kualitas air merupakan salah satu kunci keberhasilan
Pergantian air dilakukan pada saat larva sudah berumur D13, dan dilakukan
setiap pagi hari dengan cara saluran outlet dibuka hingga menyisakan air dengan
ketinggian 90 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Beksi (2013), bahwa pergantian
air dilakukan dengan cara pipa pengeluaran dicabut, sehingga air akan terbuang.
Setelah air tersisa 90 cm, air diisi menggunakan air fitoplankton sebanyak 5 cm, dan
sisanya ditambah air laut yang ada di bak penampungan air laut.
pagi hari pada saat pergantian air sebelum penambahan air fitoplankton dan air laut.
kotoran larva dan pakan yang tidak termakan yang berada didasar bak. Penyiponan
dasar bak agar kotoran dari larva tidak terangkat atau teraduk. Alat sipon
menggunakan pipa paralon ukuran 0,5 dim yang ujungnya disambung dengan
42
selang spiral dan dipasang alat khusus sipon dari belahan pipa T berukuran 0,5 dim
serta pada bagian yang dipotong terdapat karpet halus untuk menggosok kotoran
yang menempel di dasar bak. Sebelum dilakukan penyiponan aerasi bagian kolam
yang akan disipon dimatikan terlebih dahulu agar tidak mengaduk kotoran yang
terangkaat. Alat sipon yang digunakan di Apri Hatchery dapat dilihat pada gambar
14.
hal ini disebabkan karena minimnya peralatan pengukuran parameter kualitas air.
Berikut adalah gambar termometer yang digunakan untuk mengukur suhu media
pemeliharaan larva.
43
Gambar 15 :Termometer
Sumber : Data Primer (2019)
menyerang larva. Tetapi dari hasil data sekunder ditemukan penyakit-penyakit yang
dan mabuk. Ciri-ciri apabila larva terserang penyakit adalah nafsu makan menurun,
warna tubuh berubah menjadi hitam, berdiam di dasar bak, larva tampak lemas dan
berenang tidak beraturan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarjati et al. (2015),
bahwa ciri-ciri larva yang terserang penyakit adalah warna tubuh yang berubah
menjadi pucat, nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat, berenang tidak aturan,
bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang ada didalam bak pemeliharaan larva.
suatu wadah dengan tujuan mengurangi sifat kanibal. Grading sudah dapat
dilakukan pada ikan kerapu cantang pada umur D35. Hal ini sama dengan pendapat
Prayogo dan Isfanji (2014), bahwa benih kerapu sudah dapat digrading pada umur
D35 sampai dengan umur D40. Setelah itu dilakukan dengan jangka waktu satu
minggu sekali.Hal tersebut dilakukan karena sifat kanibal yang tinggi. Dan dapat
ikan.
Metode grading dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu grading didalam bak
pemeliharaan dan grading di luar bak pemeliharaan. Pengambilan ikan didalam bak
dilakukan dengan cara menyurutkan air sehingga tinggi air + 30 cm dari dasar bak.
kepadatan 500 - 800 ekor/koli. Ikan di giring menggunakan koli hingga ikan
menyudut setelah itu ikan diambil dan ditampung pada baskom yang berisi air,
kemudian ikan dipilih sesuai dengan ukuran dengan menggunakan mangkok kecil.
Untuk mengetahui lebih jelasnya proses grading dapat dilihat pada gambar 16.
dua lalu diberi penggaris didalamnya. Ukuran grading awal dibedakan menjadi tiga
45
jenis yaitu kecil (< 1 cm), tanggung (1,5 - 2 cm), besar (> 2 cm) dan ukuran grading
selanjutnya dapat disesuaikan dengan panjang benih kerapu cantang. Pada proses
grading kedua dan grading selanjutnya juga dilakukan seleksi benih dari benih yang
cacat. Proses seleksi benih cacat yaitu dengan memilah satu persatu dilihat dari
Untuk mengetahui lebih jelasnya proses seleksi benih dapat dilihat pada
gambar 17.
5.3.1. Panen
Panen dilakukan pada saat ikan kerapu berumur D35 sampai dengan D40,
dengan ukuran 2,5 cm sampai dengan ukuran 4 cm. Panen dilakukan pada pagi hari
dan selesai pada sore hari. Larva yang akan dipanen dipuasakan terlebih dahulu
agar bisa mengurangi proses metabolisme selama pengangkutan. Hal ini sesuai
2) Air dalam bak dikurangi hingga setinggi 30 cm dengan membuka pipa outlet
4) Lalu dimasukkan ke dalam tudung saji yang di apungkan dalam bak sesuai
Σ ikanhasilpanen
SR= Χ 100 %
Σlarvaawal
Di Apri Hatchery padat penebaran telur dalam satu kali tebar sebanyak
150.000 butir. Telur yang menetas sebanyak 112.500 butir; sehingg HR yang
= 0,2 x 100%
= 20%
47
cm, ember untuk menampung air packing dan lakban. Tahapan dalam pengepakan
adalah penurunan suhu air dalam wadah penampungan yaitu ember, air yang akan
digunakan sebagai media di beri es batu agar suhunya turun, setelah itu air
dimasukan kedalam plastik packing lalu benih yang telah digrading dimasukan ke
dalam plastik packing dengan kepadatan 500 ekor/plastik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Prayogo dan Isfanji (2014), air yang digunakan untuk packing harus
adalah 1:3 setelah itu diikat dengan karet gelang. Plastik packing tersebut kemudian
dimasukan ke dalam box styrofoam. Kemudian ditutup rapat dan dilakban hingga
rekat agar posisi plastik didalamnya tidak bergeser agar ikan tidak stress. Tahapan
akhir adalah memasukan box styrofoam ini ke dalam mobil pick up dan disusun rapi,
kemudian diikat agar selama perjalanan box styrofoam ini tidak jatuh. Apabila
Pengiriman langsung menggunakan mobil pick up. Untuk mengetahui lebih jelasnya