Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN MENINGITIS

OLEH :
3A / S.Tr Keperawatan

1. Ni Kadek Astikananda Wulandari ( P07120219019 )


2. Ni Luh Gede Opin Shintia Dewi ( P07120219032 )
3. Putu Ayu Erika Prameswari Cahyani Dewi ( P07120219042)
4. I Gusti Made Ngurah Bagus Dalem ( P07120219044)
5. Ni Putu Dian Indah Pratiwi ( P07120219045)
6. I Putu Pande Gilang Bargasta ( P07120219046)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian Meningitis

Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, jamur, dan keadaan non infeksi seperti neoplasma
(Arydina, Herini, and Triono 2016). Meningitis bakterial adalah peradangan
selaput otak yang ditandai dengan demam dengan awitan akut (>38,5ºC rektal
atau 38ºC aksilar) disertai dengan satu atau lebih gejala kaku kuduk, penurunan
kesadaran, dan tanda Kernig atau Brudzinski (Novariani, Herini, and Patria
2016).

2. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, mikroorganisme, virus, dan non
infeksi. Pada bayi dan anak umunya menderita meningitis bacterial yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Jenis bakteri penyebab meningitis
bakterial bervariasi sesuai kelompok usia individu yang terinfeksi.

a. Pada bayi prematur dan anak baru lahir berusia hingga tiga bulan,
penyebab yang sering adalah streptokokus pneumonie dan bakteri yang
biasanya hidup dalam saluran pencernaan seperti Escherichia
coli. Listeria monocytogenes dapat mengenai bayi baru lahir dan
menimbulkan epidemi.
b. Pada anak yang lebih besar sering kali disebabkan oleh Neisseria
meningitidis (meningokokus) dan Streptococcus pneumoniae dan untuk
balita oleh Haemophilus influenzae type B

Parasit seperti Angiotrongylus cantonensis dan Baylisascaris procyonis juga


dapat menjadi penyebab meningitis yang tidak disebarkan melalui kontak
langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan,
dan hewan seperti siput, ikan, unggas, memakan makanan yang berbahan dasar
hewan tersebut atau melakukan aktivitas seperti berenang berpotensi tertular
parasit penyebab meningitis. Infeksi virus yang dapat menyebabkan meningitis,
diantaranya : Virus Mumps dan Virus Herpes. Adapun faktor penyebab lainnya
yaitu :

a. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu


terakhir kehamilan
b. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
c. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

3. Pohon Masalah

Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran


subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran
cairan serebrospinal,dan kerusakan neuron. Patogen penyebab meningitis dapat
masuk dan menginvasi aliran subarachnoid dalam berbagai cara,yaitu melalui
penyebaran hematogen, dari struktur sekitar meningkatkan, menginvasi
nervous Perifer dan kranial, atau secara iatrogenik koperasi pada daerah
Tanjung atau spinal. Adanya invasi patogen ke subarachnoid akan
mengaktivasi sistem imun, sel darah putih. komplemen dan immunoglobulon
akan bereaksi dan menyebabkan produksi sitokin.
Adanya peningkatan produksi sitokin dapat menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, yaitu peningkatan permeabililitas Blood Brain Barrier
(BBB), perubahan aliran darah serebral, Peningkatan perlekatan leukosit ke
endothelium kapiler, serta peningkatan reactivep oxygen species (ROS).
Adanya peningkatan permeabililitas BBB serta perubahan aliran darah several
dapat menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan terjadi iskemia. Hal
ini dapat membuat perubahan pada komposisi serta aliran cairan serebral
sehingga menggangu aliran dan absorpsi cairan serebral Inal.
Gangguan pada serebral Al, perlekatan, leukosit ke endothelium
kapiler,serta peningkatan ROS dapat menyebabkan kerusakan neuron,
Peningkatan tekanan intrakranial, dan edema. Kerusakan neuron Al terutama
disebabkan oleh metabolit yang bersifat sitotoksik dan adannya iskemia
neuronal. Akibatnya,terjadinya manifestasi klinis berupa deman, kaku kuduk,
perubahan status mental, kejang atau defisit neurologis fokal.

4. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

5. Gejala klinis

Pada bayi dan anak dicurigai menderita meningitis jika memiliki gejala
seperti berikut (Tursinawati et al. 2015) :
a. Demam tinggi
b. Mual dan muntah
c. Sakit kepala
d. Kejang
e. Leher kaku
f. Nafsu makan dan minum berkurang
g. Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, bahkan koma.
h. Biasanya diawali dari gangguan saluran pernafasan bagian atas

6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik (Objective)
Pemeriksaan rangsangan meningeal pada penderita dengan meningitis
biasanya ditemukan hasil positif. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai
rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan
juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh
mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Tanda leher menurut Brudzinski)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan
kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepala dengan kearah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi kedua
tungkai/ kedua lutut.
4) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Tanda tungkai kontralateral menurut
Brudzinski)
Pasien berbaring terlentang, salah satu tungkainya diangkat
dalam sikap lurus di sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda
Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi reflektorik
pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
5) Pemeriksaan tanda pipi menurut Brudzinski. ( Brudzinski III)
Penekanan pada kedua pipi atau tepat di bawah os zigomatikum .
Tanda ini positif (+) jika terjadi gerakan fleksi reflektorik pada
ekstremitas superior ( lengan tangan fleksi)
6) Pemeriksaan tanda simfisis pubis menurut Brudzinski ( Brudzisnki IV)
Penekanan pada simfisis pubis . Tanda ini positif (+) jika terjadi
gerakan fleksi reflektorik pada ekstremitas inferior (kaki)

b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
Pada meningitis bakterial didapatkan polimorfonuklear leukositosis.
Meningitis yang disebabkan oleh TBC akan ditemukan peningkatan
LED.Pada kasus imunosupresi dapat ditemukan keukopenia.
2) Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Diagnosis pasti meningitis adalah pemeriksaan cairan
serebrospinal melalui pungsi lumbal. Lumbal pungsi biasanya
dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
a) Pada Meningitis Serosa (meningitis Tuberkulosa) terdapat
tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih PMN
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b) Pada Meningitis Purulenta (meningi t is karena Haemophilus
influenzae b, Streptococcus pneumonia,Neisseria meningitidies
) terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah
putih 3. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto X ray
thoraks, foto kepala (sinus/ mastoid), dapat diusulkan untuk
mengidentifikasi fokus primer infeksi.
3) Pemeriksaan EEG
Pada pemeriksaan EEG dijumpai gelombang lambat yang difus di
kedua hemisfer, penurunan voltase karena efusi subdural atau aktivitas
delta fokal bila bersamaan dengan abses otak.
4) CT SCAN dan MRI
Dapat mengetahui adanya edema otak, hidrosefalus atau massa
otak yang menyertai meningitis.

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu


menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna
sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan
pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi yang cukup untuk
menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya menggunakan
sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic
agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg
selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama
3 bulan.
Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-
0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau
Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian
tambahan volume cairan intravena.

8. Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau
ventrikel. Sedangkan meningitis adalah penyakit yang menyerang
beberapa saluran dari otak, termasuk saluran serebrospinal. jika saluran
tersebut terganggu dan terjadi penyumbatan, hal ini akan menjadi
penyebab hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki
keterkaitan yang sama. menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa
sakit dibagian kepala membuat gejala yang ditumbulkan sama. Selain itu,
hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis tuberculosis (TBM)
yang sering terjadi pada 85% anak-anak.
b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap
penyakit meningococcal septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah
dan berkembang biak, merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
pendarahan sampai kulit dan organ.
c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan
gangguan pada gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita
meningitis, lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami
peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf terganggu dan menyebabkan
lumpuh otak.
d. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan
dan kerusakan system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan
perilaku penderitanya.
e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak
bergeser dari posisi normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.
f. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana
darah menumpuk antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam asuhan keperawatan. Tujuan
dari pengkajian ini ialah untuk mengetahui keadaan pasien yang mana
merupakan dasar atau landasan tindakan keperawatan selanjutnya
a. Identitas Pasien dan Wali
Meliputi nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
status perkawinan, pekerjaan, tanggal masuk rs, dan nomor rekam medic
b. Keluhan Utama
Kaji keluhan pasien yang mengakibatkan pasien datang ke pelayanan
kesehatan. Dalam kasus meningitis dengan nausea pada anak ini, pasien
mengeluh demam dan mual.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ini mencakup kesehatan dahulu, saat ini, riwayat
kelahiran, riwayat tumbuh kembang dan riwayat imunisasi, Riwayat
kesehatan ini juga mencakup alergi yang mungkin dimiliki pasien.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Meliputi hasil tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran pasien
saat pengkajian. Dalam kasus meningitis dengan nausea pada anak
ini, Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma dengan
nilai GCS yang berkisar antara 3 sampai dengan 9
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan skala nyeri dan pemeriksaan
head to toe
3) Pemeriksaan Kebutuhan Biopsikososial
Pengkajian fungsional Gordon :

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
2. pola nutrisi dan metabolik
a. makan : tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis
3 sendok disebabkan mual- muntah
b. minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500 cc
3. pola eliminasi
a. BAK : urine warna gelap, encer seperti teh
b. BAB : diare feses warna tanah liat
4. pola aktivitas dan latihan
pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena
pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah, malaise dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.
5. pola istirahat tidur
pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri
pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
6. pola persepsi sensori dan kognitif
pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus
segera berobat.
7. pola hubungan dengan orang lain
pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi
akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk
istirahat.
8. pola reproduksi atau seksual
pola hidup atau perilaku meningkatkan risiko homoseksual aktif
atau biseksual pada wanita.
9. pola persepsi diri dan konsep diri
pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit
seperti ini lagi.
10. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi
perutnya dan meringis kesakitan.
11. pola nilai kepercayaan atau keyakinan
Agama yang dianut pasien dan yakin akan cepat sembuh
menganggap ini merupakan cobaan dari Tuhan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan Dehidrasi, Terpapar lingkungan panas,
Proses penyakit (infeksi,kanker), Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan, Peningkatan laju metabolism, Respon trauma, Aktivitas
berlebihan, Penggunaan inkubator, yang dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang, gangguan muskuloskeletal dibuktikan dengan sulit menggerakkan
ekstremitas, sendi kaku, serta gerakan tidak terkoordinasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas
(kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan), proses
penyakit kronis, malnutrisi.
5. Risiko Cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan.

3. Perencanaan
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Hipertermia(D. Setelah dilakukan Manajemen Manajemen Hipertermia
0130) berhubungan tindakan keperawatan Hipertermia (I.15506) (I.15506)
dengan Dehidrasi, selama ....x24 jam Observasi : 1. Penanganan hipertermia
Terpapar lingkungan diharapkan masalah 1. Identifikasi berbeda sesuai dengan
panas, Proses penyakit keperawatan penyebab penyebab hipertermia
(infeksi, kanker), (hipertermia) dapat hipertermia (mis. tersebut
Ketidaksesuaian teratasi dengan dehidrasi, terpapar
pakaian dengan suhu Kriteria hasil : lingkungan panas,
lingkungan, Termoregulasi (L. penggunaan
Peningkatan laju 14134) incubator)
2. Suhu tubuh yang
metabolism, Respon 1. Menggigil
normal menandakan
trauma, Aktivitas menurun 2. Monitor suhu tubuh
berlebihan, 2. Kulit merah tidak terjadi masalah
Penggunaan inkubator menurun dalam keseimbangan
Yang dibuktikan 3. kejang menurun . suhu tubuh
dengan suhu tubuh 4. Pucat menurun . 3. Kadar cairan dan
diatas normal, kulit 5. Takikardi menurun 3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
merah, kejang, 6. Takipnea menurun elektrolit mempengaruhi suhu
takikardi, takipnea, 7. Suhu tubuh tubuh
kulit terasa hangat. membaik
8. Suhu kulit 4. Haluaran urine yang
membaik 4. Monitor haluaran tidak normal bisa
9. Suhu kulit urine menandakan suhu tubuh
membaik meningkat

5. Mencegah terjadinya
5. Monitor komplikasi komplikasi akibat
akibat hipertermia hipertermia

Terapeutik :
6. Sediakan lingkungan 6. Untuk menurunkan
yang dingin suhu tubuh pasien pada
keadaan normal

7. Longgarkan atau 7. Membantu


lepaskan pakaian mempermudah
penguapan panas

8. Basahi dan kipasi 8. Mempercepat dalam


permukaan tubuh penurunan produksi
panas

9. Berikan cairan oral 9. Mencegah terjadinya


dehidrasi sewaktu panas
10. Ganti linen setiap 10. Agar pasien lebih
hari atau lebih sering merasa nyaman di
jika mengalami tempat tidur
hiperhidosis (keringat
berlebih)

11. Lakukan pendinginan 11. Untuk mempercepat


eksternal (mis. dalam penurunan
selimut hipotermia konduksi panas
atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)

12. Berikan oksigen, jika 12. Untuk membantu


perlu pernapasan pasien

Edukasi :
13. Anjurkan tirah baring 13. Untuk memulihkan
tenaga pasien

Kolaborasi :
14. Untuk mengembalikan
14. Kolaborasi pemberian
cairan tubuh pasien agar
cairan dan elektrolit
kembali normal
intravena, jika perlu

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi (I.


fisik (D. 0054) asuhan keperawatan (I. 06171) 06171)

berhubungan dengan selama …x24 jam,


Observasi :
kerusakan integritas maka mobilitas fisik
struktur tulang, (L. 05042) meningkat 1. Identifikasi adanya 1. Mengetahui
nyeri atau keluhan fisik kualitas nyeri atau
gangguan dengan kriteria hasil:
muskuloskeletal 1. Pergerakan lainnya keluhan fisik yang
dibuktikan dengan ekstremitas dirasakan pasien
2. Identifikasi toleransi
sulit menggerakkan meningkat 2. Mengetahui dan
fisik melakukan
ekstremitas, sendi 2. Kekuatan otot mengidentifikasi
meningkat pergerakan
kaku, serta gerakan kekuatan atau
3. Rentang gerak 3. Monitor frekuensi
tidak terkoordinasi. kelemahan fisik
(ROM) jantung dan tekanan
saat pasien
meningkat darah sebelum
melakukan
4. Kelemahan fisik memulai mobilisasi
pergerakan
meningkat 4. Monitor kondisi
3. Memantau frekuensi
umum selama
jantung dan tekanan
melakukan mobilisasi
darah pasien sebelum
Terapeutik : memulai mobilisasi
4. Mengontrol jika
5. Fasilitasi aktivitas
terdapat perubahan
mobilisasi dengan alat
kondisi pasien
bantu
TERAPEUTIK:
6. Fasilitasi melakukan
pergerakan 5. Membantu dalam

7. Libatkan keluarga pergerakan dan

untuk membantu peningakatan aktivitas

pasien dalam pasien

meningkatkan 6. Membantu pasien


pergerakan dalam pergerakan.

Edukasi : 7. Membuat pasien


merasa aman dan
8. Jelaskan tujuan dan nyaman dengan
prosedur mobilisasi keterlibatan keluarga
9. Anjurkan melakukan dalam membantu
mobilisasi
pasien meningkatkan
dini
pergerakan
10. Ajarkan mobilisasi
EDUKASI :
sederhana yang harus
8. Agar pasien
dilakukan
memahami tujuan dan
prosedur mobilisasi
9. Agar otot dan sendi
pasien tidak kaku dan
dapat digerakkan
secara bertahap.
10. Meningkatkan
kekuatan dan aktivitas
fisik pasien

3. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Intervensi utama Managemen nyeri


Tindakan keperawatan Managemen nyeri (I.08238)
berhubungan dengan
…x… jam diharapkan (I.08238) Observasi
agen pencedera Tingkat nyeri (L.08066) Observasi 1. Untuk mengetahui
1. identifikasi lokasi,
fisiologis dibuktikan Menurun dengan lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
dengan mengeluh frekuensi, kualitas, intensita
1. Kemampuan intensita Identifikasi skala
Identifikasi skala nyeri
nyeri, tampak menuntaskan nyeri
2. Identifikasi respons
meringis, bersikap aktivitas 2. Untuk mengetahui
nyeri non vertal
meningkat respons nyeri non vertal
protektif (mis. Identifkasi fakior yang
2. Keluhan nyeri memperberat dan Untuk mengetahui fakior
Waspada, posisi menurun memperingan nyeri yang memperberat dan
3. Meringis 4. Identifikasi memperingan nyeri
menghindari nyeri),
menurun pengetahuan dan keyaninan 4. Untuk mengetahui
gelisah, frekuensi nadi 4. Sikap protektif tentang nyeri pengetahuan dan
menurun 5. Identifikasi
meningkat, sulit tidur, keyaninan tentang nyeri
5. Gelisah pengaruh budaya lerhadap
tekanan darah menurun 5. Untuk mengetahui
respon ryeri
6. Kesulitan tidur pengaruh budaya lerhadap
meningkat, pola napas 6. Identifikasi
menurun pengaruh nyeri pada respon ryeri
berubah, nafsu makan 7. Menarik diri kualitas hidup 6. Untuk mengetahui
berubah, proses menurun 7. Monitor pengaruh nyeri pada
8. Berfokus pada keberhasilan terapi kualitas hidup
berpikir terganggu, komplementer yarg sudah
diri sendiri 7. Untuk mengetahui
menarik diri, berfokus menurun diberikan keberhasilan terapi
9. Diaphoresis 8. Monitor efek komplementer yarg sudah
pada diri sendiri, samping penggunaan
menurun diberikan
diaphoresis. anaigetik
10. Perasaan 8. Untuk mengetahui efek
depresi samping penggunaan
( tertekan) Terapeutik
1. Berikan teknik anaigetik
menurun Terapeutik
nonfarmakologis untuk
11. Perasaan takut 1. Untuk dapat
mengurangi rasa nyen (mis.
mengalami
cedera berulang TENS, hipnosis, akupresur, memberikan teknik
menurun terapi musik, biofeedback, nonfarmakologis untuk
12. Anoreksia terapi pijat, aromaterapi, mengurangi rasa nyen
menurun teknik imalinasi (mis. TENS, hipnosis,
terbimbing, kompres
13. Perineum akupresur, terapi musik,
hangat/dingin, terapi
terasa tertekan biofeedback, terapi pijat,
menurun bermain)
2. Kontrol lingkungan aromaterapi, teknik
14. Uterus teraba imalinasi terbimbing,
yang memperberat rasa
membulat kompres hangat/dingin,
nyeri (mis. suhu ruangan,
menurun pencahayaan kebisingan) terapi bermain)
15. Ketegangan 3. Fasilitasi istiranat 2. Untuk dapat
otot dan tidur mengontrol lingkungan
16. Pupil dilitasi Pertimbangkan jenis dan yang memperberat rasa
17. Muntah sumber nyeri dalam
nyeri (mis. suhu ruangan,
menurun pemilihan strategi
pencahayaan kebisingan)
18. Mual menurun meredakan nyeri
3. Untuk dapat
19. Frekuensi nadi
membaik Edukasi memfasilitasi istiranat dan
20. Pola napas 1. Anjurkan tidur
membaik membawa kantong 4. Untuk dapat
21. Proses berfikir plastik untuk mempertimbangkan jenis
membaik menampung dan sumber nyeri dalam
22. Fokus membaik muntah pemilihan strategi
23. Fungsi 2. Anjurkan meredakan nyeri
berkemih memperbanyak Edukasi
membaik istirahat 1. Agar dapat
24. Perilaku 3. Ajarkan memberikan Anjuran
membaik penggunaan teknik membawa kantong plastik
25. Nafsu makan nonfarmakologis untuk menampung
membaik untuk mengurangi muntah
26. Pola tidur rasa nyeri
membaik 2. Agar dapat
Kolaborasi
memberikan Anjuran
1. Kolaborasi
memperbanyak istirahat
pemberian
3. Agar dapat
analgetik, jika perlu
mengajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologisuntuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Untuk mengetahui
pemberian analgetik, jika
perlu
Setelah dilakukan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
4. Resiko Infeksi (D.
asuhan keperawatan
0142) berhubungan Pencegahan Infeksi (I. Pencegahan Infeksi (I.
…x24 jam,
dengan tidak 14539) 14539)
diharapkan tingkat
adekuatnya
infeksi (L. 14137) Observasi : Observasi :
pertahanan utama
menurun dengan 1. Monitor tanda
(penurunan kerja 1. Untuk mengetahui
kriteria hasil : dan gejala infeksi
silia, menetapnya tanda dan gejala
sekret), tidak 1. Kebersihan lokal dan infeksi lokal dan
adekuatnya imunitas tangan sistemik sistemik
(kerusakan jaringan, meningkat Terapeutik :
peningkatan 2. Kebersihan Terapeutik :
2. Untuk membatasi
pemajanan pada badan 2. Batasi jumlah jumlah pengunjung
lingkungan), proses meningkat pengunjung 3. Untuk memberikan
penyakit kronis, 3. Nafsu makan 3. Berikan perawatan kulit
malnutrisi. meningkat perawatan kulit pada area edema
4. Demam pada area edema 4. Agar pasien dan
menurun 4. Cuci tangan perawat terhindar
5. Kemerahan sebelum dan dari infeksi
menurun sesudah kontak 5. Untuk
6. Nyeri menurun dengan pasien mempertahankan
7. Bengkak dan lingkungan teknik aseptik pada
menurun pasien pasien berisiko
8. Vesikel 5. Pertahankan tinggi
menurun teknik aseptik Edukasi :
9. Cairan berbau pada pasien
busuk 6. Agar mengetahui
berisiko tinggi
menurun tanda dan gejala

10. Sputum infeksi


Edukasi :
berwarna hijau 7. Agar mengetahui
6. Jelaskan tanda cara mencuci
menurun
dan gejala tangan dengan
11. Drainase
infeksi benar
purulen
menurun 7. Ajarkan cara 8. Agar mengetahui
12. Piuria mencuci etika batuk yang
menurun tangan dengan benar
13. Periode benar 9. Agar mengetahui
malaise 8. Ajarkan etika cara memeriksa
menurun batuk kondisi luka dan
14. Periode 9. Ajarkan cara luka operasi
menggigil memeriksa 10. Agar mengetahui
menurun kondisi luka cara meningkatkan
15. Letargi dan luka asupan nutrisi
menurun operasi 11. Agar mengetahui
16. Gangguan 10. Anjurkan cara meningkatkan
kognitif meningkatkan asupan cairan
menurun asupan nutrisi
17. Kadar sel 11. Ajurkan
Kolaborasi :
darah putih meningkatkan
membaik asupan cairan 12. Untuk

18. Kultur darah mengkolaborasikan

membaik Kolaborasi : pemberian

19. Kultur urine imunisasi


12. Kolaborasi
membaik
pemberian
20. Kultur sputum
imunisasi,
membaik
jika perlu
21. Kultur area
luka membaik
22. Kultur feses
membaik

5. Risiko Cedera ( D. Setelah dilakukan Manajemen Keselamatan Manajemen Keselamatan


0136) dibuktikan asuhan keperawatan Lingkungan (I. 14513) Lingkungan (I. 14513)
dengan hipoksia …x24 jam,
Observasi : Observasi :
jaringan. diharapkan tingkat
cedera (L. 14136) 1. Identifikasi 1. Untuk Identifikasi
menurun dengan kebutuhan kebutuhan
kriteria hasil : keselamatan (mis. keselamatan (mis.
kondisi fisik, kondisi fisik,
1. Toleransi
fungsi kognitif fungsi kognitif dan
aktivitas
dan riwayat riwayat perilaku)
meningkat
perilaku) 2. Untuk Monitor
2. Nafsu makan
2. Monitor perubahan status
meningkat
perubahan status keselamatan
3. Toleransi
keselamatan lingkungan
makanan
lingkungan
meningkat
4. Kejadian Terapeutik :
cedera Terapeutik :
3. Agar Hilangkan
menurun
3. Hilangkan bahaya bahaya
5. Luka/lecet
keselamatan (mis. keselamatan (mis.
menurun
fisik,biologi dan fisik,biologi dan
6. Ketegangan
kimia), jika kimia), jika
otot menurun
memungkinkan memungkinkan
7. Fraktur
4. Modifikasi 4. Untuk Modifikasi
menurun
lingkungan untuk lingkungan untuk
8. Perdarahan
meminimalkan meminimalkan
menurun
bahaya dan risiko bahaya dan risiko
9. Ekspresi wajah
5. Sediakan alat 5. Untuk Sediakan
kesakitan
bantu keamanan alat bantu
menurun
lingkungan (mis. keamanan
10. Agitasi
commode chair lingkungan (mis.
menurun
dan pegangan commode chair dan
11. Intabilitas
tangan) pegangan tangan)
menurun
6. Gunakan 6. Agar Gunakan
12. Gangguan
perangkat perangkat
mobilitas
pelindung (mis. pelindung (mis.
menurun
13. Gangguan pengekangan pengekangan fisik,
kognitif fisik, rel samping, rel samping, pintu
menurun pintu terkunci, terkunci, pagar)
14. Tekanan darah pagar) 7. Untuk Hubungi
membaik 7. Hubungi pihak pihak berwenang
15. Frekuensi nadi berwenang sesuai sesuai masalah
membaik masalah komunitas (mis.
16. Frekuensi komunitas (mis. puskesmas, polisi,
napas puskesmas, polisi, damkar)
membaik damkar) 8. Untuk Fasilitasi
17. Denyut 8. Fasilitasi relokasi relokasi ke
jantung apical ke lingkungan lingkungan yang
membaik yang aman aman
18. Denyut 9. Lakukan program 9. Agar Lakukan
jantung skrining bahaya program skrining
radialis lingkungan (mis. bahaya lingkungan
membaik timbal) (mis. timbal)
Pola istirahat/tidur Edukasi : Edukasi :
membaik
10. Ajarkan individu, 10. Untuk Ajarkan
keluarga dan kelompok individu,
risiko tinggi bahaya keluarga dan
lingkungan kelompok risiko
tinggi bahaya
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta: Salemba Medika, Jakarta.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://doi.org/10.1093/molbev/msj087.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from Http://Www.Inna-Ppni.or.Id.” Practice Nurse.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.

Tursinawati, Yanuarita, Arif Tajally, Kartikadewi Arum, Nur Takdir, and Kurnia
Setiawan. 2015. BUKU AJAR Sistem Syaraf.

Anda mungkin juga menyukai