OLEH :
3A / S.Tr Keperawatan
1. Pengertian Meningitis
Meningitis adalah radang pada selaput otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, jamur, dan keadaan non infeksi seperti neoplasma
(Arydina, Herini, and Triono 2016). Meningitis bakterial adalah peradangan
selaput otak yang ditandai dengan demam dengan awitan akut (>38,5ºC rektal
atau 38ºC aksilar) disertai dengan satu atau lebih gejala kaku kuduk, penurunan
kesadaran, dan tanda Kernig atau Brudzinski (Novariani, Herini, and Patria
2016).
2. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, mikroorganisme, virus, dan non
infeksi. Pada bayi dan anak umunya menderita meningitis bacterial yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Jenis bakteri penyebab meningitis
bakterial bervariasi sesuai kelompok usia individu yang terinfeksi.
a. Pada bayi prematur dan anak baru lahir berusia hingga tiga bulan,
penyebab yang sering adalah streptokokus pneumonie dan bakteri yang
biasanya hidup dalam saluran pencernaan seperti Escherichia
coli. Listeria monocytogenes dapat mengenai bayi baru lahir dan
menimbulkan epidemi.
b. Pada anak yang lebih besar sering kali disebabkan oleh Neisseria
meningitidis (meningokokus) dan Streptococcus pneumoniae dan untuk
balita oleh Haemophilus influenzae type B
3. Pohon Masalah
4. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
5. Gejala klinis
Pada bayi dan anak dicurigai menderita meningitis jika memiliki gejala
seperti berikut (Tursinawati et al. 2015) :
a. Demam tinggi
b. Mual dan muntah
c. Sakit kepala
d. Kejang
e. Leher kaku
f. Nafsu makan dan minum berkurang
g. Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, bahkan koma.
h. Biasanya diawali dari gangguan saluran pernafasan bagian atas
6. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik (Objective)
Pemeriksaan rangsangan meningeal pada penderita dengan meningitis
biasanya ditemukan hasil positif. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif
berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai
rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan
juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh
mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Tanda leher menurut Brudzinski)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan
kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi kepala dengan kearah dada sejauh mungkin. Tanda
Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi kedua
tungkai/ kedua lutut.
4) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Tanda tungkai kontralateral menurut
Brudzinski)
Pasien berbaring terlentang, salah satu tungkainya diangkat
dalam sikap lurus di sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda
Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi reflektorik
pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
5) Pemeriksaan tanda pipi menurut Brudzinski. ( Brudzinski III)
Penekanan pada kedua pipi atau tepat di bawah os zigomatikum .
Tanda ini positif (+) jika terjadi gerakan fleksi reflektorik pada
ekstremitas superior ( lengan tangan fleksi)
6) Pemeriksaan tanda simfisis pubis menurut Brudzinski ( Brudzisnki IV)
Penekanan pada simfisis pubis . Tanda ini positif (+) jika terjadi
gerakan fleksi reflektorik pada ekstremitas inferior (kaki)
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
Pada meningitis bakterial didapatkan polimorfonuklear leukositosis.
Meningitis yang disebabkan oleh TBC akan ditemukan peningkatan
LED.Pada kasus imunosupresi dapat ditemukan keukopenia.
2) Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Diagnosis pasti meningitis adalah pemeriksaan cairan
serebrospinal melalui pungsi lumbal. Lumbal pungsi biasanya
dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
a) Pada Meningitis Serosa (meningitis Tuberkulosa) terdapat
tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih PMN
meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b) Pada Meningitis Purulenta (meningi t is karena Haemophilus
influenzae b, Streptococcus pneumonia,Neisseria meningitidies
) terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah
putih 3. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan foto X ray
thoraks, foto kepala (sinus/ mastoid), dapat diusulkan untuk
mengidentifikasi fokus primer infeksi.
3) Pemeriksaan EEG
Pada pemeriksaan EEG dijumpai gelombang lambat yang difus di
kedua hemisfer, penurunan voltase karena efusi subdural atau aktivitas
delta fokal bila bersamaan dengan abses otak.
4) CT SCAN dan MRI
Dapat mengetahui adanya edema otak, hidrosefalus atau massa
otak yang menyertai meningitis.
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau
ventrikel. Sedangkan meningitis adalah penyakit yang menyerang
beberapa saluran dari otak, termasuk saluran serebrospinal. jika saluran
tersebut terganggu dan terjadi penyumbatan, hal ini akan menjadi
penyebab hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki
keterkaitan yang sama. menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa
sakit dibagian kepala membuat gejala yang ditumbulkan sama. Selain itu,
hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis tuberculosis (TBM)
yang sering terjadi pada 85% anak-anak.
b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap
penyakit meningococcal septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah
dan berkembang biak, merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
pendarahan sampai kulit dan organ.
c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan
gangguan pada gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita
meningitis, lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami
peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf terganggu dan menyebabkan
lumpuh otak.
d. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan
dan kerusakan system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan
perilaku penderitanya.
e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak
bergeser dari posisi normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.
f. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana
darah menumpuk antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam asuhan keperawatan. Tujuan
dari pengkajian ini ialah untuk mengetahui keadaan pasien yang mana
merupakan dasar atau landasan tindakan keperawatan selanjutnya
a. Identitas Pasien dan Wali
Meliputi nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
status perkawinan, pekerjaan, tanggal masuk rs, dan nomor rekam medic
b. Keluhan Utama
Kaji keluhan pasien yang mengakibatkan pasien datang ke pelayanan
kesehatan. Dalam kasus meningitis dengan nausea pada anak ini, pasien
mengeluh demam dan mual.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ini mencakup kesehatan dahulu, saat ini, riwayat
kelahiran, riwayat tumbuh kembang dan riwayat imunisasi, Riwayat
kesehatan ini juga mencakup alergi yang mungkin dimiliki pasien.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Meliputi hasil tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran pasien
saat pengkajian. Dalam kasus meningitis dengan nausea pada anak
ini, Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma dengan
nilai GCS yang berkisar antara 3 sampai dengan 9
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan skala nyeri dan pemeriksaan
head to toe
3) Pemeriksaan Kebutuhan Biopsikososial
Pengkajian fungsional Gordon :
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan Dehidrasi, Terpapar lingkungan panas,
Proses penyakit (infeksi,kanker), Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu
lingkungan, Peningkatan laju metabolism, Respon trauma, Aktivitas
berlebihan, Penggunaan inkubator, yang dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang, gangguan muskuloskeletal dibuktikan dengan sulit menggerakkan
ekstremitas, sendi kaku, serta gerakan tidak terkoordinasi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur,
tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas
(kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan), proses
penyakit kronis, malnutrisi.
5. Risiko Cedera dibuktikan dengan hipoksia jaringan.
3. Perencanaan
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Hipertermia(D. Setelah dilakukan Manajemen Manajemen Hipertermia
0130) berhubungan tindakan keperawatan Hipertermia (I.15506) (I.15506)
dengan Dehidrasi, selama ....x24 jam Observasi : 1. Penanganan hipertermia
Terpapar lingkungan diharapkan masalah 1. Identifikasi berbeda sesuai dengan
panas, Proses penyakit keperawatan penyebab penyebab hipertermia
(infeksi, kanker), (hipertermia) dapat hipertermia (mis. tersebut
Ketidaksesuaian teratasi dengan dehidrasi, terpapar
pakaian dengan suhu Kriteria hasil : lingkungan panas,
lingkungan, Termoregulasi (L. penggunaan
Peningkatan laju 14134) incubator)
2. Suhu tubuh yang
metabolism, Respon 1. Menggigil
normal menandakan
trauma, Aktivitas menurun 2. Monitor suhu tubuh
berlebihan, 2. Kulit merah tidak terjadi masalah
Penggunaan inkubator menurun dalam keseimbangan
Yang dibuktikan 3. kejang menurun . suhu tubuh
dengan suhu tubuh 4. Pucat menurun . 3. Kadar cairan dan
diatas normal, kulit 5. Takikardi menurun 3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
merah, kejang, 6. Takipnea menurun elektrolit mempengaruhi suhu
takikardi, takipnea, 7. Suhu tubuh tubuh
kulit terasa hangat. membaik
8. Suhu kulit 4. Haluaran urine yang
membaik 4. Monitor haluaran tidak normal bisa
9. Suhu kulit urine menandakan suhu tubuh
membaik meningkat
5. Mencegah terjadinya
5. Monitor komplikasi komplikasi akibat
akibat hipertermia hipertermia
Terapeutik :
6. Sediakan lingkungan 6. Untuk menurunkan
yang dingin suhu tubuh pasien pada
keadaan normal
Edukasi :
13. Anjurkan tirah baring 13. Untuk memulihkan
tenaga pasien
Kolaborasi :
14. Untuk mengembalikan
14. Kolaborasi pemberian
cairan tubuh pasien agar
cairan dan elektrolit
kembali normal
intravena, jika perlu
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://doi.org/10.1093/molbev/msj087.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from Http://Www.Inna-Ppni.or.Id.” Practice Nurse.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.
Tursinawati, Yanuarita, Arif Tajally, Kartikadewi Arum, Nur Takdir, and Kurnia
Setiawan. 2015. BUKU AJAR Sistem Syaraf.