Anda di halaman 1dari 8

Ekonomi Manajerial

“SAP 6”
“Teori Produksi Jangka Pendek”

Oleh Kelompok 3:

Desak Ketut Rta Dewi (1707521084)

Ni Kadek Anggreni (1707521103)

I Komang Agus Adi Swara Putra (1707521109)

Kode Mata Kuliah :

EKM 318 B2 (M)

Dosen Mata Kuliah :

Drs. I Wayan Mudiartha Utama, M.M.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018/2019
PEMBAHASAN SAP 6

1. Konsep Dasar Produksi Jangka Pendek

Istilah efisiensi teknik (technical efficiency) dan efisiensi ekonomis (economic


efficiency) merupakan dua hal yang memiliki hubungan dengan efisiensi produk.
Efisiensi teknik lebih mengacu pada tingkat output maksimum yang secara teknik
produksi dapat dicapai dari penggunaan kombinasi input tertentu dalam proses
produksi itu. Namun sebaliknya efisiensi ekonomis mengacu pada kombinasi
penggunaan input secara ekonomis mampu menghasilkan output tertentu dengan
biaya yang seminimum mungkin pada tingkat harga input yang berlaku itu.

Secara konseptual, produksi diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yaitu:


produksi jangka pendek dan produksi jangka panjang. Konsep produksi jangka
pendek artinya periode atau waktu produksi di mana terdapat satu atau lebih input
yang bersifat tetap selama periode wakru itu. Fungsi produksi menghubungkan input
dengan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa
diproduksi dengan sejumlah output tertentu atau sebaliknya jumlah output minimum
yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi
ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Oleh karena itu,
hubungan input / output untuk setiap sistem produksi mewakili suatu sistem dari
tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku serta hal lain yang
digunakan dalam suatu perusahaan. Setiap perbaikan teknologi dalam proses
pengendalian yang memungkinkan perusahaan mampu menghasilkan output tertentu
dengan bahan baku, energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit atau adanya program
pelatihan yang bisa meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengasilkan sebuah
fungsi produksi yang baru.

Sifat dasar dari fungsi produksi ini bisa diketahui melalui analisis fungsi
sederhana dengan sistem 2input – 1output. Perhatikan proses produksi dibawah ini
yang menunjukan berbagai kombinasi input (X) (Y) yang digunakan untuk
memproduksi produk Q. input X dan Y tersebut bisa melambangkan sumberdaya.
Fungsi produksi dari sistem produksi di atas bisa disajikan dalam bentuk fungsi
matematik berikut :

Q =f(X,Y)
Dalam mempelajari fungsi produksi, ada dua macam hubungan antara input
dengan output yang sangat berguna bagi pembuatan keputusan manajerial. Pertama
adalah hubungan antara output dengan beberapa input yang digunakan secara
bersama-sama atau returns to scale. Konsep returns to scale ini memainkan peranan
penting dalam pengambilan keputusan manajerial. Konsep ini mempengaruhi skala
produksi yang optimal atau peluang produksi suatu perusahaan. Konsep ini juga
mempengaruhi sifat peresaingan dalam suatu industri dan oleh karena itu konsep
returns to scale ini juga merupakan faktor yang menentukan profitabilitas dari suatu
investasi. Yang kedua adalah hubungan antara output dengan variasi dari satu input
yang digunakan. Istilah produktivitas dan penerimaan suatu faktor produksi
digunakan untuk memadai hubungan antara kuantitas suatu input yang digunakan
secara individual dengan output yang dihasilkan. Produktivitas faktor produksi ini
meruapakan faktor kunci dalam penentuan kombinasi input yang optimal atau
proporsi yang seharusnya digunakan untuk memproduksi suatu produk. Jadi
produktivitas faktor produksi ini merupakan dasar dalam penggunaan sumberdaya
yang efisien.

2. Nilai Produksi Total, Rata – Rata dan Marginal dalam Produksi Jangka Pendek

Istilah produk total digunakan untuk menunjukan output total dari suatu
system produksi. Konsep produk total ini digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara output dengan hanya satu input yang berubah ubah digunakan salam sebuah
fungsi produksi. Produk total dari suatu faktor produksi bisa ditunjukkan sebagai
sebuah fungsi yang menghubungkan output dengan jumlah sumberdaya yang
digunakan. Fungsi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Q= f(X|y)

Persamaan ini menghubungkan jumlah output Q (produk total dari X) dengan jumlah
input X yang digunakan, dengan menetapkan jumlah Y. Tentunya kita akan dapat
memperoleh fungsi produksi produk total yang lain jika input Y diubah-ubah. Dan
untuk sebuah fungsi produk total MP nya ditunjukkan oleh hubungan:

∆Q
MPX =
∆X
Di mana Q adalah perubahan output yang terjadi karena perubahan input variabel X
sebesar X unit, dengan anggapan bahwa jumlah input lainnya (Y) adalah tetap.

Jika suatu input bisa diubah secara kontinu, maka MP-nya bisa diperoleh
dengan cara mencari turunan perssial dari fungsi produksi pada input variable
tersebut. Oleh karena itu, prodik marginal dari input X dari fungsi produksi yang
ditunjukkan oleh persamaan adalah :

dQ
MPX =
dX

Produk rata rata dari suatu factor produksi adalah produk total itu dibagi
dengan jumlah unit input yang digunakan, atau :

Q
APx =
X

Untuk tungsi produk total yang kontinu, produk marginal (MP)-nya adalah
sama dengan slope kurva produk total tersebut. Sedangkan produk rata-rata (AP)-nya
adalah sama dengan slope dan sebuah garis yang dilukiskan dari titik origin menuju
suatu pada kurva produk total.

3. The Law of Diminishing Retruns

The Law of Diminishing retruns menyatakan bahwa jika jumlah penggunaan


satu input variabel meningkat, sementara jumlah penggunaan faktor-faktor produksi
lainnya tidak berubah maka ada mulanya kenaikan penggunaan input tersebut akan
menyebabkan kenaikan output, tetapi kemudian mulai menurun (berkurang). Atau
dengan kata lain, hukum ini menyatakan bahwa MP dari faktor produksi variabel
akhirnya akan menurun, jika input tersebut dikombinasikan dengan satu input lainnya
atau lebih yang jumlahnya tetap.
Gambar 1.1

Hukum kenaikan hasil yang berkurang ini bukanlah hukum yang bisa
diturunkan secara deduktif. Hukum ini merupakan generalisasi dari suatu hubungan
empiris yang telah diamati dengan seksama dalam setiap sistem produksi. Dasar dari
hubungan ini secara gampang ditunjukkan oleh input tenaga kerja dalam suatu proses
produksi di mana jumlah modal yang digunakan adalah tetap.

Sekarang jika kita perhatikan sebuah pembuatan kursi. Jika seorang pekerja
ditugaskan untuk merakit sebuah kursi, maka pekerja itu harus melakukan semua
kegiatan yang diperlukan untuk membuat kursi tersebut. Output dari kombinasi
penggunaan tenaga kerja dan modal seperti itu tampaknya akan sangat kecil. Namun,
demikian, jika ada tambahan pekerja ke dalam kegiatan pembuatan kursi tersebut,
dengan menganggap input modal tetap, maka output bisa ditingkatkan dengan cepat.
Intensitas penggunaan sumber daya modal meningkat dengan adanya tambahan input
tenaga kerja tersebut dan kombinasi input menjadi lebih efisien. Perbaikan
penggunaan modal yang disebabkan oleh peningkatan pengerjaan tenaga kerja yang
semakin banyak tersebut bisa meningkatkan MP (meningkatkan output) setiap pekerja
sampai pada kisaran tertentu dari tambahan tenaga kerja tersebut. Kenaikan
produktivitas marginal ini terjadi karena setiap tenaga kerja semakin mampu
mengelola sejumlah barang modal yang digunakannya daripada jika jumlah tenaga
kerja tersebut lebih sedikit. Spesialisasi kegiatan yang bisa menyertakankenaikan
pengerjaan tenaga kerja tersebut merupakan faktor lain yang bisa juga meningkatkan
MP tenaga kerja jika ada tambahan tenaga kerja yang digunakan.

4. Elastisitas Faktor-Faktor Produksi

Konsep Elastisitas yang telah dipelajari sebelumnya juga diterapkan dalam


produksi. Elastisitas produksi (ɳ) menunjukkan rasio perubahan output yang 
dihasilkan terhadap perubahan relatif jumlah input yang digunakan. Misalkan input
yang berubah adalah pemakaian tenaga kerja (L) maka elastisitas produksi dapat
diformulasikan sebagai berikut : 
Atas dasar formula tersebut diketahui bahwa :
·         Pada saat MP  > AP diperoleh Elastisitas Produksi > 1
·         Pada saat MP = AP diperoleh elastisitas produksi = 1
·         Pada saat MP = 0 diperoleh Elastisitas Produksi = 0
·         Pada saat MP  negatif diperoleh Elastisitas Produksi negatif
Kaitan antara rasionalitas daerah produksi dengan elastisitas produksi adalah sebagai
berikut :
a. Daerah dengan Elastisitas Produksi > 1 sampai Elastisitas Produksi = 1
adalah irrational region
b. Daerah dengan Elastisitas Produksi = 1 sampai Elatisitas Produksi = 1 adalah
daerah rational region
c. Daerah dengan Elastitas Produksi = 0 sampai Elastisitas Produksi < 0 adalah
daerah irrational region
 
Perumusan diatas digunakan untuk menentukan daerah rasional maupun
irrational dalam berproduksi terutama bila kita melihat data dalam bentuk tabel.
Tanpa membuat kurva, sebetulnya kita sudah dapat menentukan mana daerah
rasional maupun irrational dalam berproduksi dengan menggunakan rumusan diatas.

5. Hubungan Marginal Produk Dan Elastisitas Faktor Produksi Dengan Pengambilan


Keputusan
Bagi kebanyakan manajer perusahaan, persoalan produksi yang dihadapi
adalah bagaimana memproduksi suatu produk dengan komposisi yang paling
menguntungkan. Baik komposisi input yang dipergunakan maupun komposisi jenis
produk yang akan dihasilkan. Untuk memkasimumkan profit, para manajer
perusahaan harus berorientasi pada usaha memproduksi secara efisien dengan beban
biaya minimal. Hal ini diartikan sebagai upaya untuk secara terus menerus mencari
dan menemukan metode rekayasa memproduksi serta membandingkan metode yang
dipakai dengan metode yang sudah pernah digunakan oleh perusahaan sebelumnya.
Dari perbandingan tersebut dipilih suatu metode yang merupakan terbaik, dengan
menghasilkan keuntungan tertinggi bagi perusahaan.

Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam


permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar
analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan
pajak, maupun distribusi kemakmuran.

Dalam bidang perekonomian daerah, konsep elastisitas dapat digunakan untuk


memahami dampak dari suatu kebijakan. Selain itu, konsep elastisitas dapat
digunakan untuk menganalisis dampak kenaikan pendapatan daerah terhadap
pengeluaran daerah atau jenis pengeluaran daerah tertentu. Dengan kegunaannya
tersebut, alat analisis ini dapat membantu pengambil kebijakan dalam memutuskan
prioritas dan alternatif kebijakan yang memberikan manfaat terbesar bagi kemajuan
daerah. 
Refrensi :

Salvatore,Dominick.2001.Managerial Economics dalam Perekonomian Global.


Jakarta : salemba Empat.

Lincolin, Arsyad.2008.Ekonomi Manajerial.Yogyakarta:BPFE UGM

Garpersz,Vincent.2003.Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan


Bisnis.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai