Anda di halaman 1dari 15

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH

TEKNIK PERENCANAAN PEMBANGUNAN

“Oleh : Herman Suyadi”

FAKULTAS PROGRAM MAGISTER EKONOMI TERAPAN


UNIVERSITAS BENGKULU
STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
DALAM MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT
DI KABUPATEN SELUMA PROPINSI BENGKULU

Abstract
Tourism can be defined as an overall activity by people who travel to stay in one place from
daily activities for no more than a year for leisure, business, and other purposes. One of the
tourist attractions that has tourism potential is the tourist village. Such potential needs to be
increased as one of the efforts to preserve culture, environmental preservation and as an
alternative to improving people's economy. with high selling power as a tourist village. Then
it can be known characteristics in the strategy of developing tourist villages as an alternative
to improving the economy of the community.

Abstrak
Pariwisata dapat didefinisikan sebagai kegiatan keseluruhan oleh orang-orang yang
melakukan perjalanan untuk tinggal di satu tempat dari kegiatan sehari-hari selama tidak
lebih dari satu tahun untuk waktu luang, bisnis, dan tujuan lainnya.
Salah satu tempat wisata yang memiliki potensi wisata adalah desa wisata. Potensi tersebut
perlu ditingkatkan sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian budaya, pelestarian
lingkungan hidup dan sebagai alternative meningkatkan ekonomi masyarakat. dengan
memiliki daya jual tinggi sebagai desa wisata. Maka dapat diketahui karakteristik dalam
strategi pengembangan desa wisata sebagai alternative peningkatan ekonomi masyarakat.
BAB. I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pariwisata di Indonesia menurut UU Kepariwisataan No. 9 tahun 1990 pasal 1 (5)
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata serta usaha-usaha yang
terkait dibidangnya. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daera.
Kegiatan wisata merupakan suatu kegiatan perjalanan baik individu maupun grup
dari tempat tinggal menuju suatu tempat tertentu untuk mendapatkan pengalaman
diluar aktivitas kesehariannya (seperti: bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga
dll) dalam waktu yang sementara. Untuk menikmati wisata-wisata seperti :
a. Wisata pantai (Marine tourism). Merupakan kegiatan wisata yang ditunjang
oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan
olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan
minum.
b. Wisata Etnik (Etnik tourism). Merupakan perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.
c. Wisata Cagar Alam (Ecotourism). Merupakan wisata yang banyak dikaitkan
dengan kegemaran akan keindahan alam, Kesegaran hawa di pegunungan,
keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan
yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.
d. Wisata Buru. Merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang
memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah
dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
e. Wisata Olahraga. Wisata ini memadukan kegiatan olahraga dengan kegiatan
wisata. Kegiatan dalam wisata ini dapat berupa kegiatan olahraga aktif yang
mengharuskan wisatawan melakukan gerak olah tubuh secara langsung.
Kegiatan lainnya dapat berupa kegiatan olahraga pasif. Dimana wisatawan tidak
melakukan gerak olah tubuh, melainkan hanya menjadi penikmat dan pecinta
olahraga saja.
f. Wisata Kuliner. Motivasi dalam jenis wisata ini tidak semata-mata hanya untuk
mengenyangkan dan memanjakan perut dengan aneka ragam masakan khas dari
daerah tujuan wisata, melainkan pengalaman yang menarik juga menjadi
motivasinya. Pengalaman makan dan memasak dari aneka ragam makanan khas
tiap daerah membuat pengalaman yang didapat menjadi lebih istimewa.
g. Wisata Religius. Wisata ini dilakukan untuk kegiatan yang bersifat religi,
keagamaan, dan ketuhanan.
h. Wisata Agro. Wisata ini memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata dengan
tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, dan rekreasi. Dimana
usaha agro yang biasa dimanfaatkan bisa berupa usaha di bidang pertanian,
peternakan, perkebunan, perhutanan, maupun perikanan.
i. Wisata Gua. Wisata gua merupakan kegiatan melakukan eksplorasi ke dalam
gua dan menikmati pemandangan yang ada di dalam gua.
j. Wisata Belanja. Wisata ini menjadikan belanja sebagai daya tarik utamanya.
k. Wisata Ekologi. Jenis wisata ini merupakan bentuk wisata yang menarik
wisatawan untuk peduli kepada ekologi alam dan sosial.
l. Wisata Budaya. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini
termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa,
bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya.

Proses pengembangan yang tidak terencana dengan baik akan menyebabkan daerah
wisata mencapai fase stagnasi dalam jangka waktu yang pendek. Wisata di
Kabupaten Seluma dalam hal ini, mencapai fase stagnasi dalam jangka waktu sekitar
17 tahun, dengan masalah yang sudah demikian kompleks. Sebagai sebuah sistem,
perencanaan dan penyelesaian masalah dalam pariwisata harus diselesaikan secara
komprehensif dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai sektor.
Sebagai respon pergeseran minat wisata tersebut, maka salah satu alternatiifnya
adalah desa wisata. Sebutan sebagai desa wisata memiliki ciri khas atau karakter
tertentu yang memiliki daya jual berupa kekayaan alam, budaya ataupun lingkungan
yang memadai sehingga masyarakat yang berkunjung dapat menikmati, mengenal,
dan mempelajari keunikan desa beserta segala daya tariknya. oleh karena itu saya
berusaha mengupas dengan adanya pengembangan desa wisata menjadikan
peningkatan perekonomian masyarakat, melalui makalah :

“STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DALAM


MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN SELUMA PROPINSI
BENGKULU”

Desa Wisata Menurut Nurhayati dalam (Susilo,2008:1) desa wisata adalah suatu
bentuk integrase antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan
tradisi yang berlaku. Unsur-unsur dari desa wisata adalah memiliki potensi wisata,
seni, dan budaya khas setempat, aksesibilitas dan infrastruktur mendukung
program desa wisata, terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan. Pijakan
dasar dalam pengembangan desa wisata adalah pemahaman terhadap karakter dan
kemampuan unsur-unsur yang ada dalam desa, antara lain : lingkungan alam, social
ekonomi, budaya masyarakat, arsitektur, struktur tata ruang dan aspek historis,
termasuk indigeneus knowledge (pengetahuan dan kemampuan lokal) yang dimiliki
oleh masyarakat. Berdasarkan indicator yang disampaikan Nurhayati diatas
merupakan factor penting dalam membentuk atau membangun sebuah desa sebagai
desa wisata. Unsur-unsur yang terdapat dalam desa wisata tersebut, desa yang
memiliki potensi besar sebagai desa wisata. Penulis dapat simpulkan setidaknya
sebagai desa wisata memiliki kebutuhan dasar yang memadai sebagai sarana
menuju desa wisata yaitu melibatkan berbagai kompononen baik SDM (Sumber
Daya Manusia), maupun SDA (Sumber Daya Alam) dalam pengembangan sebagai
desa wisata.
Peran kedua factor tersebut, dalam pengembangan desa wisata menjadi satu
kesatuan integral yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Jika melihat
kondisi yang ada sekarang, maka maka potensi wisata yang ada tidak akan memliki
daya Tarik sendiri sehingga layak untuk dikembangkan hal tersebut merujuk pada
SDM yang ada utamanya dalam pengelolaan, pelestarian alam dan kepedulian
sangat menunjang. Desa wisata berbasis masyarakat merupakan aktifitas ekonomi
yang sangat penting jika dikembangkan dengan baik ,maka dapat mengatasi
sejumlah tantangan pembangunan seperti halnya kemiskinan. Selain ketersediaan
SDM, SDA desa desa yang ada dikabupaten Seluma memliki objek wisata yang
menjanjikan untuk dikembangkan.
BAB. II
KERANGKA TEORI

1. Kebijakan Pariwisata
Menurut Goeldner il. ali es., tourismpolicy adalah: Suatu kelompok peraturan,
ketentuan, tujuan dan strategi untuk pengembangan/promosi, yang menyediakan
suatu kerangka untuk mengambil keputusan secara kolektif dan invidual yang
mempengaruhi pengembangan pariwisata secaralangsung, serta aktifitas harian
dalam suatu destinasi. Dapat dikatakan bahwa kebijakan pariwisata mencoba untuk
menyediakan pengalaman pengunjung yang berkualitas dan memberikan
“profit”/keuntungan kepada para stakeholder destinasi sambil memastikan bahwa
destinasi tidak dikompromi dalam integritas lingkungan, sosial dan budaya.
Terdapat beberapa fungsi dari kebijakan pariwisata, yakni sebagai berikut :
Mendefinisikan “rules of the game” yakni kerangka yang menjadi dasar untuk
“operatoroperator” pariwisata.
1. Menentukan aktifitas dan perilaku yang diharapkan.
2. Memberikan suatu arahan (direction) dan bimbingan untuk semua
stakeholder pariwisata di suatu destinasi
3. Memfasilitasi consensus berdasarkan strategi dan tujuan yang spesifik untuk
suatu daerah destinasi tertentu.
4. Memberikan kerangkah untuk diskusi public/swasta tentang peran dan
kontribusi dari sektor pariwisata kepada ekonomi dan kepada masyarakat
secara umum.
5. Memberikan kerangka untuk diskusi publik/swasta tentang peran dan
kontribusi dari sektor pariwisata kepada ekonomi dan kepada masyarakat
secara umum.
6. Memungkinkan pariwisata bisa berhadapan bersama dengan sektor-sektor
lain dari ekonomi.

Dalam hal ini suatu konsep wisata mengikuti regulasi yang telah ada sesuai
dengan suatu daerah, dalam hal ini untuk perencanaan pariwisata nasional
mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Nasional, serta untuk Kabupaten Seluma
mengacu kepada Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Seluma.
Sehingga dalam suatu perencanaan pengembangan Wisata tersebut yang
menghasilkan konsep yang berpihak kepada masyarakat terutama dalam
peningkatan ekonomi.
Strategi Perencanaan Dan Pengembangan Objek Wisata Dalam Meningkatkan
Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten Seluma bila dikaitkan Teori pertumbuhan
ekonomi ini.
Salah satunya merupakan perkembangan dari teori klasik yang telah lebih dulu
diperkenalkan oleh Adam Smith. Tokoh yang mengemukakannya adalah dua
ekonom senior bernama Robert Solow dan T. W. Swan. Oleh karena itu, teori ini
dikenal pula sebagai model pertumbuhan ekonomi Solow-Swan.
Namun dalam Aliran Neoklasik memusatkan teorinya pada tiga faktor yang
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, yakni modal, tenaga kerja, dan
perkembangan teknologi. Teori ini meyakini bahwa peningkatan jumlah tenaga
kerja dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Namun, tanpa adanya
teknologi modern yang berkembang, peningkatan tersebut tidak akan dapat
memberikan hasil positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional, dan
dalam konsep teori inilah strategi yang dilakukan mencakup ketiga aspek
tersebut.
BAB. III
PEMBAHASAN

1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kondisi aktual (fisik dan nonfisik) aspek pengembangan wisata di
objek wisata Kabupaten Seluma.
b. bagaimana analisis kebijakan pengembangan objek wisata di Kabupaten
Seluma sebagai strategi perencanaan pengembangan wisata daerah.
c. Bagaimana aktivitas wisata sebagai daya Tarik pengunjung yang
mempengaruhi kepuasan wisatawan di Lokasi Wisata serta analisis pasar
produk wisata sebagai strategi perencanaan pengembangan desa wisata
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
d. Bagaimana strategi perencanaan pengembangan pariwisata berkelanjutan
(Sustainable Tourism) dari objek wisata dalam rangka pengembangan desa
wisata dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.

2. Perencanaan Pariwisata
Kebijakan pariwisata memberikan filsafat dasar untuk pembangunan dan
menentukan arah pengembangan pariwisata di destinasi tersebut untuk masa
depan. Sebuah destinasi dapat dikatakan akan melakukan pengembangan wisata
jika sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Dalam pelaksanaan pengembangan,
perencanaan merupakan factor yang perlu dilakukan dan dipertimbangkan.
Menurut Inskeep (1991:29), terdapat beberapa pendekatan yang menjadi
pertimbangan dalam melakukan perencanaan pariwisata, diantaranya:
1. Continous Incremental, and Flexible Approach, dimana perencanaan dilihat
sebagai proses yang akan terus berlangsung didasarkan pada kebutuhan
dengan memonitor feed back yang ada.
2. System Approach, dimana pariwisata dipandang sebagai hubungan sistem
dan perlu direncanakan seperti dengan tehnik analisa sistem.
3. Comprehensive Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem diatas,
dimana semua aspek dari pengembangan pariwisata termasuk didalamnya
institusi elemen dan lingkungan serta implikasi sosial ekonomi, sebagai
pendekatan holistik.
4. Integrated Approach, berhubungan dengan pendekatan sistem dan
keseluruhan dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan sebagai
sistem dan keseluruhan dimana pariwisata direncanakan dan dikembangkan
sebagai sistem yang terintegrasi dalam seluruh rencana dan total bentuk
pengembangan pada area.
5. Environmental and sustainable development approach, pariwisata
direncanakan, dikembangkan, dan dimanajemeni dalam cara dimana sumber
daya alam dan budaya tidak mengalami penurunan kualitas dan diharapkan
tetap dapat lestari sehingga analisa daya dukung lingkungan perlu
diterapkan pada pendekatan ini.
6. Community Approach, pendekatan yang didukung dan dikemukakan juga oleh
Peter Murphy (1991) menekankan pada pentingnya memaksimalkan
keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan dan proses pengambilan
keputusan pariwisata, untuk dapat meningkatkan yang diinginkan dan
kemungkinan, perlu memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan dan manajemen yang dilaksanakan dalam pariwisata dan
manfaatnya terhadap sosial ekonomi.
7. Implementable Approach, kebijakan pengembangan pariwisata, rencana, dan
rekomendasi diformulasikan menjadi realistis dan dapat diterapkan, dengan
tehnik yang digunakan adalah tehnik implementasi termasuk pengembangan,
program aksi atau strategi, khususnya dalam mengidentifikasi dan
mengadopsi.
8. Application of systematic planning approach, pendekatan ini diaplikasikan
dalam perencanaan pariwisata berdasarkan logika dari aktivitas.

Goals biasanya termasuk aspek-aspek seperti meningkatkan kepuasan pengunjung,


diversifikasi pasar pariwisata, meningkatkan kontribusi pariwisata kepada ekonomi
local, dan mengembangkan potensi pariwisata suatu daerah. Sementara objectives
adalah lebih spesifik (khusus) dan berhubungan dengan tindakan-tindakan yang
aktual. Objectives bertujuan untuk mengarahkan tindakan yang akan membantu
mencapai goal-goal pembangunan. Jadi objectives harus lebih realistis, dapat diukur
dan mampu dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan.

GAMBAR 1
TOURISM STRATEGY

TOURISM STRATEGY
Examples for

Objectives
Goal Menentukan atraksiatraksi
Mengembangkan baru yang dapat
potensi dikembangkan.
pariwisata di Mendorong masyarakat
daerah tertentu untuk membangun
penginapan/homestay

Sumber : Godfrey & Clarke , 113

Menurut Godfrey & Clarke “Goals and Objectives” yang realistis adalah inti untuk
pengembangan pariwisata yang bersukses. Tourism Action Steps menyangkut siapa,
apa, dimana dan bagaimana yang menjelaskan bagaimana caranya goals and
objectives akan dilaksanakan. Tindakan pariwisata menyatakan apa yang akan
dilakukan, kapan akan dilakukan dan oleh siapa. Tourism Action Steps harus jelas
dan mempunyai jangka waktu yang ditentukan dan tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan tindakan itu dapat didelegasikan secara individu atau berkelompok.
Menurut Godfrey and Clarke proses membentuk strategi pariwisata terdiri dari tiga
langkah, yaitu:
1. Identifying Opportunities and Constraints(Based on an evacuation of supply and
demand).
2. Setting development Goals and Objective (Addressing issues needing attention in
the short, medium and longer term).
3. Define a series of action steps (Designed to achieve the goals and objectives within
some specified time frame).

3. Konsep Perencanaan Strategis


Perencanaan adalah proses kumpulan kebijakan dan bagaimana
mengimplementasikannya. Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Claire A.
Gunn (1993: 141) yang menegaskan bahwa ada beberapa hal penting di dalam
fungsi kebijakan regional dan lokal sebagai alat yang sangat penting di dalam
kegiatan kepariwisataan, yaitu antara lain: Pertama, perencanaan harus mampu
meningkatkan pertumbuhan yang berkualitas, membutuhkan perubahan perubahan
yang membangun, disamping pengembangan lokasi yang potensial untuk
mengembangkan kualitas atraksi yang dapat dijual. Kedua, kebijakan
kepariwisataan harus lebih memiliki peranan penting dari kegiatan promosi,
kebijakan tersebut harus didukung oleh penelitian. Ketiga, perencanaan
kepariwisataan memerlukan kerjasama public dan privat agar segala harapan
stakeholders bisa terpenuhi. Keempat, perencanaan kebijakan regional dan lokal
harus dapat memperkuat semua perencanaan, mendukung pembangunan
pariwisata yang baik hingga pada tingkat destinasi. Kelima, perencanaankebijakan
regional dan lokal harus dapat merangsang usaha (bisnis) untuk memberikan
sumbangsihnya kepada pembangunan daerah. Keenam, kebijakan harus dapat
menghubungkan bisnis dengan pemerintah dan non-profit atraction, seperti
kebijakan perencanaan usaha atraksi (alam dan budaya) harus didukung oleh bisnis
perjalanan dan akomodasi lainnya.

GAMBAR 2
TOURISM STRATEGIC PLANNING
PROCESS

Memaksimalkan keuntungan
Policy pariwisata di destinasi, sambil
mendorong penggunaan sumber
daya local secara sustainable.

1. Meningkatkan standard
Goals kualitas pelayanan.
2. Mendorong lebih banyak
wisatawan mengunjungI
tempat alternative.
3. Memperpanjang musim
1. Meningkatkan program
pelatihan “customer service”
50% dalam 2 tahun.
2. Meningkatkan jumlah trips ke
Objectives tempat ‘non-core’ dari 20 – 30
% dari seluruh trips dalam 3
tahun.
3. Meningkatkan jumlah
‘offseason’ tourism trips
sebanyak
10% dalam 2 tahun.

1. Review penyediaan program


pelatihan ‘customer care’ Di
Action daerah ini.
2. Hubungi perusahaan local
Plan
untuk mengatur pelatihan
dengan ‘customer care
trainers’
3. Mengkoordinasi pelatihan ini
dengan 50% perusahaan
local.10% dalam 2 tahun.

4. Konsep dan Prinsip ‘SustainableTourism’


Sustainable Tourism (pariwisata berkelanjutan) dan Sustainable development
(pembangunan berkelanjutan) adalah istilah yang mengakibatkan bermacam-
macam tanggapan/respons dari manajer-manajer, perencana-perencana pariwisata,
serta pembela/advokat lingkungan, baik skeptic sampai yang memperhatikan.
Menurut WTO dalam agenda 21 untuk industri travel dan pariwisata menyatakan :
Sustainable tourism development memenuhi kebutuhan wisatawan dan masyarakat
daerah tujuan wisata sambil melindungi dan mengembangkan peluang pada
masadepan. Dipandang sebagai sesuatuyang mengarahkan ke manajemen, seluruh
sumber daya dengan cara dimana kebutuhan ekonomi, sosial dan estetik dapat
dipenuhi bersama integritas budaya, proses-proses ekologi yang esensial, diversitas
biologi dan sistem-sistem mendukung kehidupan tetap dipelihara. Isu-isu strategis
dalam Sustainable Tourism adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan tanggung jawab Stakeholder Corporate
2. Menghasilkan Bentuk pariwisata yang cocok
3. “Sustaining” Sumber Daya Sosial dan Budaya
4. “Sustaining” Lingkungan Alam
5. Kebutuhan atas rencana yang efektif untuk Perencanaan Daerah Tujuan
Wisata
6. Peranan “Carrying Capatities” dan indikator-indikator dalam Sustainable
Tourism.
7. Menghindari konflik
8. Peningkatan Keterlibatan Masyarakat
9. Pengarahan untuk masa depan.
5. Konsep dan Strategi Pengembangan Daerah Tujuan Wisata
Sebuah destinasi dapat dikatakan akan melakukan pengembangan wisata jika
sebelumnya sudah ada aktivitas wisata. Untuk dapat meningkatkan potensi
pariwisatanya, yang perlu dilakukan adalah merencanakan pengembangan wisata
agar dapat lebih baik dari sebelumnya. Tiga prinsip utama dalam sustainability
development (McIntyre, 1993:10) :
1. Ecological Sustainability, yakni memastikan bahwa pengembangan yang
dilakukan sesuai dengan proses ekologi, biologi, dan keragaman sumber daya
ekologi yang ada.
2. Social and Cultural Sustainability, yaitu memastikan bahwa pengembangan
yang dilakukan memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat sekitar
dan sesuai dengan kebudayaan serta nilai-nilai yang berlaku pada
masyarakat tersebut.
3. Economic Sustainability, yaitu memastikan bahwa pengembangan yang
dilakukan efisien secara ekonomi dan bahwa sumber daya yang digunakan
dapat bertahan bagi kebutuhan di masa mendatang. sementara itu dilain hal,
sector pariwisata terdiri atas beberapa komponen yang berbeda yang harus
benar-benar dimengerti dan direncanakan dan dikembangkan secara
terintegrasi dalam masyarakat. Segalanya untuk kenyamanan perencanaan
pariwisata dalam masyarakat itu sendiri, komponen-komponen pendekatan
pengembangan pariwisata menurut Edward Inskeep (1998) adalah sebagai
berikut :

KOMPONEN PERENCANAAN/ PENGEMBANGAN PARIWISATA

Natural, Cultural and Socioeconomic

1. Tour ist Attractions and Activities


2. Transportation
3. Other
4. Infrastructure
5. Accomodation
6. Other Tourist
7. Fasilities and Service
8. Institutional Elements

1. Domestic & International Tour ist Market Groups


2. Resident’s Use of Tour is t Attractions and Facilities
BAB. IV
KESIMPULAN

Dalam hal tersebut diatas seluruh pengembangan dan perencanaan suatu


pariwisata bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat terhadap sector
lokal yang ada seperti pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia itu
sendiri. seperti dikutip dalam Annals of the „Constantin Brâncuşi” University of
Târgu Jiu, Economy Series, Issue 6/2013, ANALYSIS AND PLANNING OF REGIONAL
DEVELOPMENT- CONTEXTUAL VARIABLES TO DEVELOP A MODEL FOR
MONITORING FINANCIAL INDICATORS AT REGIONAL LEVEL, yaitu :

This basic technique can be used for making decisions and assessing prospective
AMC advanced applications using complex mathematics, particularly when the
criterion is considered in tiers. AMS can be used to support the Following aspects of
regional development potential and performance:
- identify and assess factors that contribute to supporting the growth of regional
economic competitiveness, and core competencies, strategic infrastructure and
risk management;
- identify new opportunities and markets for regional economic development,
involving both commercial development potential and development industries
sectors intersect.

In the context of regional economic development core competencies relate to the


specific or unique ways of the areas to use resources, technology, skills, and
infrastructure and so on, in order to achieve competitive advantage.
Essential skills assessment requires the development of two indicators, namely:
1. indicator measuring the competitiveness of the economy;
2. indicator measuring core competencies of the region.

Systematic and evolutionary research and analysis essential skills that contribute to
regional economic competitiveness and capacity allows the deduction and
establishing a measure of core competencies, allowing the annual comparative
performance of nations and regions, in particular, of those factors that are powers
applicable to the essential regional economic development.
Regional analysis showed primary role of industrial clusters as driver of regional
development, but considering the economy as a whole, or economic sectors and
large firms as independent of each other. In fact, any regional economy is immersed
in a maze of links, fluxes and multi-sector factors, each economy being specialized
and playing a key role in defining future structure and shape of the economy

Teknik dasar ini dapat digunakan untuk membuat keputusan dan menilai calon
aplikasi lanjutan AMC menggunakan matematika kompleks, terutama ketika kriteria
dipertimbangkan dalam tingkatan. AMS dapat digunakan untuk mendukung aspek-
aspek Berikut dari potensi dan kinerja pembangunan daerah: mengidentifikasi dan
menilai faktor-faktor yang berkontribusi untuk mendukung pertumbuhan daya saing
ekonomi daerah, dan kompetensi inti, infrastruktur strategis dan manajemen risiko;
mengidentifikasi peluang dan pasar baru untuk pengembangan ekonomi regional,
yang melibatkan sektor industri potensial dan pengembangan komersial berpotongan.
Dalam konteks kompetensi inti pengembangan ekonomi daerah berkaitan dengan
cara-cara spesifik atau unik daerah untuk menggunakan sumber daya, teknologi,
keterampilan, dan infrastruktur dan sebagainya, guna mencapai keunggulan
kompetitif. Penilaian keterampilan esensial membutuhkan pengembangan dua
indikator, yaitu:
1. indikator mengukur daya saing ekonomi;
2. indikator mengukur kompetensi inti daerah.

Penelitian dan analisis yang sistematis dan evolusioner keterampilan penting yang
berkontribusi pada daya saing dan kapasitas ekonomi regional memungkinkan
pengurangan dan menetapkan ukuran kompetensi inti, memungkinkan kinerja
komparatif tahunan bangsa dan daerah, khususnya, dari faktor-faktor yang
merupakan kekuatan yang berlaku untuk pembangunan ekonomi regional yang
penting.

Analisis regional menunjukkan peran utama klaster industri sebagai pendorong


pembangunan daerah, tetapi mempertimbangkan ekonomi secara keseluruhan, atau
sektor ekonomi dan perusahaan besar sebagai independen satu sama lain. Bahkan,
setiap ekonomi regional tenggelam dalam labirin tautan, fluks dan faktor multi-
sektor, setiap ekonomi menjadi khusus dan memainkan peran kunci dalam
mendefinisikan struktur dan bentuk ekonomi di masa depan.

Hal tersebut diatas dalam wisata daerah yaitu Desa wisata yang telah dikembangkan
akan meningkatatkan perekonomian masyarakat desa khususnya serta masyarakat
daerah kabupaten seluma pada umumnya.
Sumber Data :

1. Jurnal Ekuilibrium, Volume11, Nomor1, Maret 2016,


KAJIAN POTENSI DESA WISATA SEBAGAI PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT
DESA KARANG PATIHAN KECAMATAN BALONG PONOROGO
2. Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 3, No.1, h. 151-156,
ANALYSIS OF LOCAL ECONOMIC POTENTIAL AND COMPETITIVENESS ECONOMIC
SECTOR IN IMPROVING LOCAL ECONOMIC DEVELOPMENT (Study In Batu City)
3. http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/etikonomi DOI:
htttp://dx.doi.org/10.15408/etk.v18i1.7440
Analysis of Potential Sectors and Policy Priorities of Regional Economic Development
in Maluku
4. Annals of the „Constantin Brâncuşi” University of Târgu Jiu, Economy Series, Issue
6/2013
ANALYSIS AND PLANNING OF REGIONAL DEVELOPMENT - CONTEXTUAL VARIABLES
TO DEVELOP A MODEL FOR MONITORING FINANCIAL INDICATORS AT REGIONAL
LEVEL

Anda mungkin juga menyukai